Anda di halaman 1dari 30

SSA BAGIAN 2

SSA (Spektrofotometer Serapan Atom) II

 Pada SSA bagian I, dibahas tentang bagaimana atom


yang berasal dari sampel (molekul) itu, terbentuknya
di dalam nyala. Sehingga SSA jenis ini dikenal dengan
FAAS atau Flame (nyala) Atomic Absorption
Spectrophotometry.
 Pada slide nomor 3, SSA bag. I, paling bawah ditulis
bahwa tenaga panas untuk pemecah molekul menjadi
atom, bisa nyala api tapi bisa juga tungku grafit (tanpa
nyala). Tungku grafit = Graphite Furnace = GFAAS
 Maka pada SSA bag. II ini, kita membahas sedikit SSA
yang tanpa nyala ini, dilanjutkan ke gangguan yang
bisa muncul pada pengukuran, serta aspek kuantitatif.
Atomisasi dengan tungku (GF AAS)
Sistem atomisasi dg nyala api memberikan hasil2 yang
cukup bagus serta mudah cara kerjanya.. Namun sistem
ini tidak mempunyai sensitifitas yang bagus.
Kekurangan ini dapat diatasi sistem atomisasi dg tungku
yg mempunyai beberapa keuntungan:
1. Sensitifitas lebih baik, limit deteksi 100-1000 lebih kecil
dari sistem nyala api. Bisa digunakan utk trace element
(kadar unsur yang sangat kecil) dg kadar kurang dari
10 µg/L (ppb) tanpa dipekatkan lebih dahulu.
2. Jumlah sampelnya sedikit (5 – 100 µL) , kalau dg
nyala api paling sedikit 5 mL larutan
3. Cara penyiapan sampelnya sederhana, sampel2 yg
mengandung asam2 pekat, larutan kental, larutan
organik dpt langsung di analisis.
 Instrumental Methods of Analysis, Willard,Merritt, Dean and Settle, p. 147
Gambar: Tungku Grafit SSA (GF AAS)
 Gambar GFAAS, yang
mana tungku grafitnya
(graphite furnace = GF)
terletak diatas 4 selang
tengahbawah.
 Kalau FlameAAS,
tungku grafit tsb
diganti dengan Flame
(nyala).
Unsur-unsur yang dapat di analisis dg GFAAS
Bila sistem atomisasi dg nyala api dapat menganalisis
sekitar 67 unsur, maka dg tungku tidak sebanyak itu.
Karena adanya reaksi kimia yg menghambat atomisasi.
Beberapa jenis unsur dpt membentuk senyawa karbida
dg grafit pada suhu tinggi. Misalnya unsur tungsten
dapat membentuk karbida pada suhu 25000C. Senyawa
karbida ini cukup stabil dan sukar diuraikan menjadi
atom2 bebas.
Unsur2 yg tidak dapat dianalisis dg tungku ini ialah; Hf,
Ho, La, Lu, Nd, Os, Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y, Zr.
Interferensi (gangguan-gangguan) pada SSA
Pada saat AAS mula2 dikenal, dianggap tidak ada
interferensi yang berarti, karena setiap unsur mempunyai
susunan elektron yang khas dan menyerap sinar yang khas
pula.
1. Interferensi kimia
Terjadi bila unsur yg dimaksud bereaksi dg kation atau
anion tertentu, membentuk senyawa yang sukar
diatomkan (pd larutan standar tdk ada kation/anion tsb).
Penanggulangan: - nyala api suhu lebih tinggi dan
penambahan zat penopeng (masking agent)
2. Interferensi Matriks
Terjadi bila sifat fisik (viskositas) dari larutan sampel dan
standar tidak sama..
Bisa diatasi dg mengencerkan larutan sampel sehingga
pengaruh garam atau asam hilang..
 3. Interferensi ionisasi
Terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melontarkan elektron dari atom netral membentuk ion
positif ( λ ion ini berbeda dg atom netralnya)
Bisa diatasi dg penambahan larutan unsur yg mudah diion
kan (misal; Cs, Rb, K, dan Na) ke sampel dan standar.

4. Interferensi Spektral
Terjadi bila ada unsur lain yg dapat menyerap sinar yang
digunakan untuk analisis. Biasanya terjadi kalau memakai
lampu multi elemen
Bisa diatasi dg menggunakan panjang gelombang lainnya.
Analisis kuantitatif dgn SSA

 Kuantifikasi dengan kurva baku (kalibrasi)


 Kuantifikasi dengan cara perbandingan
langsung
 Kuantifikasi dengan cara dua baku
 Cara standar adisi atau cara penambahan baku
 Cara kurva baku atau kurva kalibrasi

Disarankan absorban sampel tidak melebihi


dari absorban baku tertinggi dan tidak kurang
dari absorban baku terendah.
Dengan kata lain, absorban sampel harus terletak
pada kisaran absorban kurva kalibrasi….maka
diperlukan pengenceran atau pemekatan
Kurva Kalibrasi
0.7

y
0.6

0.5

0.4
Absorban

0.3

0.2

0.1

0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Konsentrasi (µg/mL)
Gambar kiri, adalah kurva kalibrasi
yang menyatakan apakah
korelasi (hubungan) antara
konsentrasi dengan absorban
dari deretan larutan baku
0.7 (standar) merupakan garis lurus
(linier). Dimana persamaan
0.6
garis lurus tsb,
0.5 Y = a+ bX, Y = absorban
X = konsentrasi
0.4
a = intersep
Absorban

0.3 b = slope
Kelinieran bisa terlihat dari nilai r
0.2
(bisa dihitung pakai rumus r di
0.1 sebelah). Idealnya nilai r
tersebut = 1.
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Konsentrasi (µg/mL)
Persamaan regresi : Y = a + bX
r = koefisien korelasi
a = koefisien regresi/intersep
b = konstanta/slope
Y = absorban
X = konsentrasi (kadar)
Latihan Soal

 Pada analisis merkuri dengan SSA dengan nyala udara


asetilen dan diukur pada panjang gelombang 253,7 nm
diperoleh data sebagai berikut:

Konsentrasi 0,0 2,0 3,8 5,8 8,0 9,6 11,2


(ppm)
Absorban 0,000 0,053 0,104 0,160 0,220 0,260 0,310

 Jika suatu sampel mempunyai absorbansi 0,179,


berapakah konsentrasi merkurinya ?
 Pada soal ini, konsentrasi dari larutan standar merkuri sudah
ada. Kalau belum ada, deret larutan standar atau larutan baku
harus dibuat dulu dengan cara mencari merkuri murni atau p.a
ditimbang sekian gram atau mg dilarutkan dalam labu ukur
untuk mendapatkan larutan induk merkuri yang konsentrasinya
cukup besar, misalnya 1000 ppm. Sesudah itu, dari larutan induk
diambil sekian mL sebanyak 5 atau 6 deret diencerkan dengan
pelarut tertentu dalam labu ukur yang lebih kecil. Sehingga
diperoleh lah deret konsentrasi yang konsentrasinya dari 2 – 11,2
ppm. Setiap konsentrasi itu diukur dengan alat SSA, sehingga
terukur absorbannya mulai dari 0,053 sampai 0,310.
Langkah 1, buat kurva kalibrasi, masukkan nilai absorban dan konsentrasi

absorban

konsentrasi
Langkah 2. buat tabel dibawah, masukkan angka tsb ke rumus utk mencari nilai a, b dan r untuk mendapatkan
persamaan regresi Y = a + bx

No. x(ppm) y x2 y2 xy
1 2,0 0,053
2 3,8 0,104
3 5,8 0,160
4 8,0 0,220
5 9,6 0,260
6 11,2 0,310
Σx= Σy= Σx2= Σy2= Σxy=
Lanjutkan penyelesaian latihan soal ini, sebagai TUGAS

 Nilai Σx, Σy, Σx2, Σy2, dan Σxy, kedalam rumus-rumus diatas,
sehingga diperoleh harga /nilai, r=…., a.= ….., dan b =…..

 Nilai a dan b, masukkan ke rumus persamaan regresi ( persamaan


garis lurus) : Y = a + bx.

 Pada soal, diperoleh absorban ( y ) sampel = 0,179 maka

 Konsentrasi ( x ) sampel= ( y - a)/b = ( 0,179 - a )/b


 = ……….. ppm
 Tugas Topik 4, no. 1, lanjutkan dengan memasukkan
angka2 pada soal, kedalam rumus2 diatas!!! Berapa
ppm konsentrasi merkuri dalam sampel.??
Contoh perhitungan ; analisis kandungan Ca dan Mg
dalam cairan hemodialisis.
- Dibuat larutan baku yang mengandung misalkan 10,7
mg/mL Ca dan 11,4 mg/mL Mg dalam air
 Diambil 10 mL larutan diatas, lalu dimasukkan dalam
labu takar 100 mL dan diencerkan sampai batas tanda.
 Dibuat seri konsentrasi baku dengan melakukan
pengenceran sebagai berikut
 Volume yang Larutan Serapan Ca Serapan Mg
 diambil (mL) akhir (mL)
 0 100 0.002 0,005
 5 100 0,154 0,168
 10 100 0.310 0,341
 15 100 0,379 0,519
 20 100 0.619 0,585
 25 100 0,772 0,835
Pertanyaan: Berapakah konsentrasi Ca dan Mg dalam cairan
hemodialisis dalam mmol/L dengan menggunakan data
berikut:
- Larutan hemodialisis diencerkan dari 5 mL ke 250 mL
sebelum analisis Ca
- Larutan hemodialisis diencerkan dari 10 mL ke 100 mL
 sebelum analisis Mg
- Pembacaan absorbansi atom Ca dalam sampel yang telah
diencerkan 0,343 dan Mg = 0,554
 Perhitungan;
 Konsentrasi Ca baku = 10,7 mg/mL
 Diencerkan dr 10 mL ke 100 mL = 10x, maka
 Konsentrasi Ca baku = 1,07 mg/mL
 Diencerkan dari 5 mL ke 100 mL = 20x , jadi
 Jd konsentrasi Ca baku = 1,07/20 = 0,0535 mg/100mL
 Untuk pengambilan selanjutnya, konsentrasi baku dilakukan
dengan mengalikan 0, 0535 mg/100 mL dgn 2; 3; 4; dan 5
sehingga jadi 0,107 ; 0,165; 0,214; dan 0,26 75 mg/100 mL.
 Dari 5 deret konsentrasi baku Ca tsb, dibuat persamaan regresi
linier antara konsentrasi Ca (x) dengan absorbannya (y), sehingga
diperoleh persamaan garis lurus:
 Y = 2,664 x – 0,007
 pembacaan absorban atau serapan Ca pd soal = 0,343, maka
 Kadar Ca = y + 0,007/2,664 x faktor pengenceran
 faktor pengenceran dari 5 ke 250 mL = 50x
 Kadar Ca = 0,343 + 0,007/2,664 x 50 = 6, 57 mg/100mL = 65,7
mg/L,
 Karena dalam soal, satuannya adalah mmol/L, maka kadar Ca
yang 65,7 mg/L tadi dengan Ar (berat atom) Ca,
 Ar Ca 40 mg/mmol, shg 65,7/40 = 1,643 mmol/L
Tugas no. 2
 Hitunglah kadar logam Mg dalam cairan
hemodialisis, yang perhitungannya mirip
dengan Ca
Analisis kuantitatif dgn SSA
 Kuantifikasi dengan cara perbandingan
langsung:
Cara ini hanya dilakukan jika telah diketahui
bahwa kurva baku hubungan antara konsen
trasi dengan absorbansi merupakan garis
lurus dan melewati titik nol
Cara yang dikerjakan adalah hanya dengan
mengukur absorban larutan baku Ab,dengan
konsentrasi tertentu Cb,pada satu konsentrasi
saja; lalu dibaca juga absorban larutan sampel
As. Kadar sampel Cs dihitung dengan rumus;

As
Cs = -------- X Cb
Ab
Analisis kuantitatif dgn SSA
 Kuantifikasi dengan cara dua baku

Cara ini merupakan adaptasi dari dua cara diatas.


Dibuat masing-masing 2 buah larutan baku yang
konsentrasinya sedikit lebih rendah dan lebih tinggi
dari konsentrasi sampel ( konsentrasi baku yang dibuat
kira-kira konsentrasi sampel -5% dan konsentrasi
sampel +5%).
Keuntungan cara ini adalah komposisi/konsentrasi
larutan baku mendekati komposisi/konsentrasi sampel
sehingga akan diperoleh presisi dan akurasi yg baik.
Analisis kuantitatif dgn SSA
 Cara standar adisi (Cara penambahan baku)

# Untuk menghindari gangguan-gangguan, baik


gangguan kimia atau gangguan spektral
# Prosedurnya, mengukur absorban sampel (S),
selanjutnya sejumlah kecil standar (Sx) di tambahkan
pada sampel dan diukur absorbannya (S+Sx). Langkah
penambahan standar ini diulangi dg menggunakan
konsentrasi baku Sx yg berbeda (Sx1, Sx2, Sx3, dsb)
dan dilanjutkan dg pembacaan absorbannya = cara ini
disebut juga spiking.

Anda mungkin juga menyukai