Ayu Ameliya
(BPH) LV-E
Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah
histopatologis, yaitu
terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat
BPH atau pembesaran prostat benigna sering ditemukan pada pria yang memasuki
usia lanjut.
Prevalensi BPH yang bergejala pada pria berusia
40–49 tahun mencapai hampir 15%.
60 tahun mencapai angka sekitar 43%.
DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel- sel
kelenjar prostat.
Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim
NADPH.
DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA
inti dan sel selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
Pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih
banyak
KETIDAKSEIMBANGAN ESTROGEN DAN TESTOSTERON
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun, sedangkan kadar estrogen
relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosterone relatif
meningkat.
estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar
prostat dengan cara
meningkatkan sensitifitas sel- sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen
meningkatkan jumlah reseptor androgen,
menurunkan jumlah kematian sel- sel prostat (apoptosis).
INTERAKSI STROMA EPITEL
diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh
sel- sel stroma melalui suatu mediator (growth factor) tertentu.
Setelah sel- sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel- sel stroma
mensintesis suatu growth factor
BERKURANGNYA KEMATIAN SEL PROSTAT ( APOPTOSIS)
kelenjar prostat, selain ada hubungannya dengan stroma dan epitel, juga ada
hubungan antara jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam jaringan prostat.
Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying, yang keduanya tidak tergantung
pada androgen.
Sel aplifying akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak
pada androgen, sehingga dengan adanya androgen sel ini akan berproliferasi dan
menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
PATOFISIOLOGI
hormon testosteron, di dalam sel- sel kelenjar prostat akan dirubah menjadi
metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5α reduktase.
DHT memacu m-RNA untuk mensintesis protein growth factor yang memacu
pertumbuhan
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.
buli- buli harus berkontraksi lebih kuat melawan tahanan itu.
Kontraksi terus menerus menyebabkan perubahan anatomik buli- buli
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula,
divertikel buli- buli.
keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS)
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan pada kedua muara ureter.
refluks vesiko-ureter
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi Iritasi
Hesistansi Frekuensi
Pancaran miksi lemah Nokturi
Intermitensi Urgensi
Miksi tidak puas Disuria
Distensi abdomen Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika
Terminal dribbling (menetes) ada disebabkan oleh ketidakstabilan
detrusor sehingga terjadi kontraksi
Volume urine menurun involunter.
Mengejan saat berkemih
GEJALA SALURAN KEMIH ATAS
Merupakan penyulit dari hiperplasi prostat, berupa gejala obstruksi antara lain nyeri
pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis), demam (infeksi/ urosepsis).
GEJALA DI LUAR SALURAN KEMIH
Fisioterapi 1. TURP
2. TUIP
Hormonal
3. TULP
Elektovaporasi
Penatalaksanaan Nilai indeks gejala BPH Efek samping
Wactfull waiting Gejala hilang/timbul Risiko kecil , dapat terjadi retensi urinaria
Penatalaksanaan medis
Alpha-blockers Sedang 6-8 Gaster/usus halus-11%
Hidung berair-11%
Sakit kepala-12%
Menggigil-15%
5 alpha-reductase inhibitors Ringan 3-4 Masalah ereksi-8%
Kehilangan hasrat sex-5%
Berkurangnya semen-4%
Terapi kombinasi Sedang 6-7 kombinasi
Terapi invasi minimal
Transuretral microwave heat Sedang-berat 9-11 Urgensi/frekuensi-28-74%
Infeksi-9%
Prosedur kedua dibutuhkan-10-16%
TUNA Sedang 9 Urgensi/frekuensi-31%
Infeksi-17%
Prosedur kedua dibutuhkan-23%
Operasi
TURP, laser & operasi sejenis Berat 14-20 Retensi urinaria-1-21%
Urgensi&frekuensi-6-99%
Gangguan ereksi-3-13%
Operasi terbuka Berat Inkontinensia 6%
KONTROL BERKALA
Kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terdapat
perbaikan klinis
Pengobatan penghambat 5α-reductase kontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6
Pengobatan penghambat 5α-adrenegik setelah 6 minggu untuk menilai respon
terhadap terapi dengan melakukan pemeriksaan IPSS uroflometri dan residu urin
pasca miksi
Terapi invasive minimal Setelah 6 minggu, 3 bulan dan setiap tahun. Selain dilakukan
penilaian skor miksi, juga diperiksa kultur urin
Pembedahan Paling lambat 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan
penyulit.
KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi
pria lanjut usia.
Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat bertambah karena terjadi hiperplasia
jaringan fibromuskuler dan struktur epitel kelenjar (jaringan dalam kelenjar prostat).
Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari gejala obstruksidan gejala iritatif.
Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah
konvensional, dan terapi minimal invasif.
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun
gejalanya cenderung meningkat.
Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat.