Anda di halaman 1dari 74

Radliya Sukmajati

4211101051
Tutorial 4B
Peta Konsep
Basic science :
Klasifikasi Kennedy
Klasifikasi Lever
DM
Kehilangan gigi
Anatomi
Hiostologi
Hasil pemeriksaan Fisiologi

p.subjective p.objective p.penunjang

Diagnosis & prognosis

Pola perencanaan

penatalaksanaan
bhp komplikasi

Evaluasi dan kontrol

Pemulihan fungsi stomatognatik


Overview case
Pasien : Perempuan 50th
Keluhan utama :
 Protesa sebagian lepasan RA dan RB lepas beberapa waktu yang lalu, protesa RA dan RB sudah dipakai selama
5 tahun
 Protesa RA anterior jatuh/terlepas pada saat tidak dipakai
 Protesa RB longgar dan goyang
 Frenulum lingualis sakit pada saat dipakai menggigit
 Beberapa gigi rahang atas dan rahang bawah telah dicabut beberapa bulan yang lalu
Hasil Pemeriksaan
1. Protesa akrilik RB bilateral free end :
-C-clasp gigi taring patah
-adanya ulkus didaerah frenulum lingualis
-adanya resorpsi tulang alveolar
-tidak ada kontak proksimal protesa dengan gigi sandaran
-hiperemi regio bukal dan lingual
2. Protesa akrilik RA anterior :
-cangkolan C-claps pada M1 kiri dan kanan patah
-bagaian anterior RA tanpa sayap landasan
-kontak proksimal kurang
palatal plate/ landasan palatinal akrilik RA 2mm dari servikal gigi untuk mempertahankan gusi
3. Warna landasan umumnya sudah berubah lebih tua, abrasi pada permukaan permukaan oklusal
4. Linggir RB kliri-kanan rendah, bentuk oval, kompresibilitas trigonum retromolar besar
5. Tuberositas maksila rendah, palatum vault rendah, linggir sisa ova;

Diagnosis : RA  kelas 4 Kennedy


RB  kelas 1 Kennedy
BASIC SCIENCE
SYARAT GIGI PENYANGGA
1. sebisa mungkin gigi vital
2. memiliki daerah undercut yang cukup besar
3. Berada dekat dengan daerah kehilangan gigi
4. Akar dari suatu gigi penyangga tidak boleh berbentuk kerucut
dan bagian yg berada dalam alveol sedikitnya satu setengah kali
panjang mahkota
5. Mempunyai panjang yang normal (1.5:1)
ANATOMI DAN HISTOLOGI
Tulang Alveolar
• Bagian tulang rahang
(maksila dan
mandibula) yang
membentuk dan
mendukung soket gigi
• Pembagian :
1. Alveolar bone proper
2. Cancellous bone
(spongy)
3. Compact bone
(cortical)
• Tulang Alveolar
Komposisi:
1. Cells of alveolar bone
: osteoblas, osteosit
dan osteoklas
2. Extracellular matrix :
2/3 bahan oraganik
(calcium, phosphate)
1/3 organik (kolagen
tipe I)
Palatum
Terbagi atas :
A. 2/3 anterior merupakan
palatum keras (palatum
durum)
B. 1/3 posterior merupakan
palatum lunak atau palatum
molle.
 Bentuk palatum :
bentuk palatum keras terbagi
atas bentuk quadratic , ovoidm
dan tapering. Bentuk palatum
seperti huruf U (quadratic) adalah
yg paling menguntungkan. Bentuk
ini memberikan stabilitas dalam
jurusan vertikal maupun
horizontal, sebaliknya bentuk
seperti huruf V (tapering) adalah
yang paling buruk.
.
HISTOLOGI MUKOSA
Jaringan lunak atau mukosa yang membungkus
prosesus alveolaris terdiri dari 3 lapisan yaitu
mukosa, submukosa, dan periosteum.
• Mukosa : terdiri dari epitel berlapis gepeng.
Epitel mukosa ini terbagi atas 3 lapis; stratum
corneum, stratum medium (spinosum dan
granulosum), sedangkan bagian basalnya
adalah stratum germinativum.
• Submukosa merupakan jaringan ikat fibrous
yang padat dimana terdapat pembuluh darah,
syaraf, dan limfe, serta serat kolagen yang
masuk ke dalam lapisan periosteal tulang terdiri
dari jaringan ikat. Pada bagian in terdapat
cairan ekstra seluler.
Klasifikasi mukosa
• Lining mucosa
• buccal mucosa, labial mucosa, alveolar mucosa, floor of the mouth, ventral
tongue, soft palate
• non-keratinized stratified squamous epithelium
• soft, moist, ability to stretch and compress

• Masticatory mucosa
• attached gingiva, hard palate, dorsal tongue
• rubbery, resilient
• keratinized or parakeratinized stratified squamous epithelium

• Specialized
• dorsal tongue surface
• associated with the lingual papillae
Lining mucosa Masticatory mucosa
• hard palate,gingiva
• Terkena tekanan atau daya compressive pada
• Mencakup bukal, labial, alveolar saat pengunyahan.
mukosa, mukosa dasar mulut, • epithelium nya tebal
palatum molle. • gingiva dan palatum bersifat parakeratinized
• lamina propria tersusun atas
elastic fibers.

• The mucosa covering the hard palate exhibits


a distinct keratinized layer
• - High connective tissue papillae are
associated with keratinized epithelium.
• The alveolar mucosa lines the alveolar bone • -This form of keratinization in the oral cavity
of the oral cavity and is non-keratinized. The is referred to as orthokeratinized stratified
connective tissue of the lamina propria (A) is squamous epithelium.
quite dense. Several very low connective
tissue papillae are present (B).
Mukosa masticatori sangat baik sebagai pendukung GT. Mukosa jenis
ini ada disekitar gigi dan sepanjang lingir alveolar, dan pad sepertiga
langit-langit bagian anterior. (carranza)
• Lapisan luarnya sangat berkeratin (parakeratinizied stratified
squamous epithelium) sehingga tahan terhadap tekanan maupun
friksi.
• Lapisan submukosanya merupakan jaringan ikat fibrous yang padat
(dense fibrous connective tissue), dan terikat erat ke periosteum
dibawahnya.
FISIOLOGI PENYEMBUHAN LUKA POST
EKSTRAKSI
Penyembuhan luka post
ekstraksi
• Penyembuhan soket setelah ekstraksi gigi terjadi melalui
penyembuhan sekunder
• Segera setelah gigi diekstraksi dari soket gigi, maka pada soket akan
terisi darah dan membentuk gumpalan darah (mekasnisme
hemostasis)
• Saat itu juga sel akan berproliferasi dan bermigrasi menuju
gumpalan darah
• Vasodilatasi pada pembuluh darah di ligamen periodontal diikuti
dengan migrasi leukosit dan pembentukan benang-benang fibrin
• Pada minggu pertama diikuti dengan fase inflamasi dengan sel
perama adalah neutrofil dan makrofag
• Setelah itu terjadi akumulasi osteoklas sepanjang tulang alveolar
dan sel mulai untuk meresorpsi jaringan nekrotik dan mulai terjadi
proses pembentukan tulang
• Proses pembentukan tulang mulai terjadi di hari ke-10 post
ekstraksi, pada saat ini juga terjadi angiogenesis pada
ligamengtum periodontal
• Pada minggu ke-2 gumpalan darah akan berreorganisasi dan
membentuk pembuluh darah baru yang mulai berpenetrasi
menuju pusat gumpalan darah
• Pada minggu ke-3 soket akan terisi jaringan granulasi dan
tulang mulai terkalsifikasi. Permukaan luka mengalami re-
epitelisasi secara sempurna dengan sedikit atau tanpa jaringan
parut. Pada saat ini juga terjadi remodeling tulang secara aktif
dengan deposisi dan resorpsi yang berlangsung selama
beberapa minggu ke depan.
FISIOLOGI RESORPSI TL. ALVEOLAR
POST EKSTRAKSI
RESORPSI TULANG
• Stlh proses pencabutan terjadi resorpsi yg diakibatkan oleh
proses inflamasi dan mekanis
• Resorpsi meliputi tepi alveolar yg tajam (residual ridge)
Arah resorpsi tulang alveolar
• RA pada saat kehilangan gigi, tulang RA resorpsi ke arah
palatum karena tulangnya spongious. Sehingga arahnya dari
buccal ke palatal.
• RB tulang lebih compact sehingga arah resoprsi keluar arah
lingir jadi lebar  atau dari lingual ke bukal
Jika tulang alveolar mengalami resorpsi terus-menerus,
maka akan digantikan oleh jaringan fibrous yang bersifat
hypermobile tissue membentuk jaringan lunak yang
berlebih diatas alveolar ridge dan sering terdapat pada
anterior dan superior mandibula. Jaringan berlebih ini
disebut flabby tissue.
Flabby tissue dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas
protesa.
(Basker, RM. Prosthetic treatment of the edentolous patient 4th edition)

Menurut Boucher (1990) etiologi pembentukan flabby tissue adalah :


1. Perubahan pada soket tulang alveolar pasca pencabutan
2. Trauma dari pemakaian gigi tiruan
3. Penurunan sisa alveolar secara bertahap
4. Perubahan dalam profil jaringan lunak dan fungsi sendi temporomandibula
5. Perubahan dalam perbandingan relatif dari keuda rahang
6. Kebiasaan-kebiasaan dan lamanya pemakaian gigi tiruan
7. Tekanan-tekanan berlebihan oada segmen tertentu dari lengkung igigi
disbebakan karena tidfak adanya keseimbangan kontak dalam posisi
eksentrik rahan g.
Dental material
• BAHAN CETAK
digolongkan menjadi :
1. Bahan cetak rigid, yang setelah mengeras konsistensinya
kaku seperti Plaster of Paris dan metallic oxyde paste.
2. Bahan cetak termoplastisk (thermoplastic materials) yang
menjadi plastis pada suhu tinggi tetapi menjadi keras
kembali seperti semula bila suhu diturununkan, contohnya
Modelling Plastic dan Impression Waxes.
3. Bahan cetak elastik (elastic materials) yang tetap dalam
keadaan elastis atau fleksibel setelah dikeluarkan dari mulut,
seperti agar-agar, alginat, mercaptan, dan silikon.
1. Bahan cetak rigid :
• Plaster of paris : untuk membantu penentuan letak gigit dan pencetakan seksional.
Contoh: plastigum, calspar, dan xanthano.
• Pasta oksida metal : untuk cetakan kedua, membantu penentuan letak gigit dan
pelapisan atau penggantian basis protesa. Contoh: cavex, ss white impression paste,
pasta ZOE.

2. Bahan cetak termoplastik


• Modelling Plastic : untuk pencetakan kedua utk merekam bentuk fungsional dari lingir,
pelapisan basis dan pembentukan tepi. Berbentuk cake dan stick warna hijau, merah,
dan abu-abu.
• Impression Waxes dan Resin : Korceta Impression Wax no 4 digunakan sebagai perekam
bentuk fungsional atau dukungan bagian tak bergigi pada kasus kelas I kennedy.

3. Bahan Cetak Elastik


• Agar-agar : sudah jarang dipakai karena rumit,digunakan untuk duplikasi model di
laboratorium. Contoh : surgident, hydrocoll.
• Alginat : bahan cetak yang umum digunakan dalam pembuatan geligi tiruan.
• Mercaptan Rubber Base Material dan Silikon : untuk pembuatan geligi tiuran cekat,
cetakan kedua protesa lengkap dan bagian perluasan distal geligi tiruan sebagian
lepasan atau pelapisan basisi.
Pembagian berdasarkan sifatnya
terhadap jaringan mulut
1. Bahan cetak mukostatik :
Pada saat digunakan tidak menyebabkan penekanan
terhadap jaringan mulut. Contoh : pasta ZOE dan gips cetak.
2. Bahan cetak mukokompresif
Bahan cetak mukokompresif pada saat penggunaannya
akan menekan jaringan mulut. Contoh : Compound.
Keunggulan :

Bahan Basis a. Penghantar termis : menhantarkan


rangsang termis ke jaringan di
bawahnya sehingga menstimulasi dan
mempertahankan kesehatan jaringan.
1. METAL
Indikasi : b. Ketepatan dimensional : tidak
a. Penderita yg sensitif terhadap resin mengalami perubahan bentuk dan
b. Penderita dengan gaya kunyah volume pd saat pembuatan.
abnormal
c. Ruang intermaksilar kecil c. Kebersihan : tahan abrasi, tetap
d. Kasus basis dukungan gigi dg desain licinplak dan kalkulus tdk melekat.
unilateral
e. Penderita dg kasus dengan tulang d. Kekuatan maksimal dan ketebalan
pendukung yg stabil minimal
Kekurangan :
contoh:
a. Logam campur emas kuning (yellow a. Tidak mungkin dilapis atau dicekatkan
gold alloy) kembali
b. Logam campur emas putih (white gold
alloy) b. Warna basis metal tdk harmonis dg
c. Logam baja tahan karat (stainless warna jaringan sekitar
steel)
d. Logam campur kobalt kromium c. Relatif lebih berat
d. Perluasan sampai ke mukobukofold
sulit dilakukan
e. Teknik pembuatan lebih rumit dan
mahal
2. RESIN
Termasuk golongan ini : resin akrilik (polimer ayau plastik)
Indikasi :
Resin merupakan bahan terpilih untuk basis protesa.
Kelebihan :
a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor
estetik.
b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali dengan mudah
c. Relatif lebih ringan
d. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah
e. Harganya murah

Kekurangan :
a. Penghantar termis yang buruk
b. Dimensinya tak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian, maupun
reparasi
c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan
d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut, mempengaruhi
stabilitas warna
e. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin.
Bahan gigi tiruan
Resin akrilik:
Secara kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari
minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan
untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil
metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil
metakrilat.

Sifat : tidak mudahpatah, dapat menyerap sebagian daya kunyah,


biasanya melekat dengan basis secara kimiawi, sehingga tak ada
perembesan cairan antara basis denga gigi tiruan, mudah terjadi
abrasi.
Porselen
Kelebihan :
1. Sifat estetis yang baik dan awet
2. Tidak mudah aus dan tahan
terhadap gaya mastikasi
3. Kemampuan memotong dan
menggiling lebih baikdaripada
gigi resin
4. Debris susah melekat pada
porselen yang dipoles dengan
baik.

Kekurangan :
1. Daya resiliensi yang rendah 5.Bahan porselen ini tidak cocok
2. Karena kerasnya, dapat digunakan pada pasien dengan
menyebabkan trauma pada kebiasaan buruk bruxism karena
jaringan lingir sisa, sehingga gesekan yang terus menerus
terjadi resorpsi berlebih dengan gigi antagonisnya akan
3. Rapuh menyebabkan porcelain cepat
4. Sering terjadi rembesan cairan pecah.
Komposisi porselen
-- Kaolin : semacam tanah liat yang dalam kadar murni
berwarna putih jika dibakar bahan ini tidak berubah warna.
Kaolin memberikan sifat opaque kepada prselen.
• Quartz : sejenis pasir (silika SiO2) yang memberi kekerasan
dan kekuatan kepada porselen.
• Pigment : untuk memberikan warna pada porselen supaya
sesuai warna gigi.
• Flux : untuk menambah kelelehan atau keenceran,
merendahkan suhu leleh menyerap bahan-bahan pencemar
yang tidak baik. Flux yang sering dipakai adalah karbonat-
karbonat kalium dan natrium borax, gelas atau oksida timah
hitam (PbO)
FARMAKOLOGI
Farmakologi lokal anestesi
Sifat anestetikum lokal ideal : 6. Lama masa berefek harus
1. Tidak mengiritasi jaringan cukup panjang untuk prosedur
2. Tidak menyebabkan tetapi tidak terlalu panjang
gangguan permanen pada sehingga membutuhkan
struktur saraf recovery tambahan
3. Toksisitas sistemik rendah 7. Memiliki potensi yang
memadai untuk memberikan
4. Harus efektif, baik anestesi lengkap tanpa perlu
digunakan pada jaringan menggunakan cairan dengan
maupun membran konsentrat berbahaya
mukosa 8. Relatif tidak menyebabkan
5. Waktu mulai berefek alergi
setelah pemberian obat
anestesi adalah
sependek-pendeknya
Cara kerja anestesi lokal
• Lokal anestetikum beraksi melalui voltage-gated sodium
channel
• Cara kerjanya dengan menghambat sodium memasuki sel
syaraf pada saat depolarisasi
• Blokade transfer sodium menyebabkan inhibisi aktifitas syaraf
Klasifikasi anestetikum
• Dibagi berdasarkan struktur kimia
1. Amide : bupivacaine, etidocaine, lidocaine, mepivacaine,
prilocaine
2. Ester
Ester asam benzoat : butacaine, cocaine, benzocaine,
hexylcaine, piperocaine, tetracaine
Ester paraamino benzoat : chloroprocaine, procaine,
proxycaine
lidocaine
• Lidocaine adalah obat yang memenuhi standar dibandingkan obat
lainnya
• Pada penggunaan cairan murni konsentrasi 2% memberikan
anestesia jangka pendek pada jaringan lunak
• Tidak memeberikan anestesia yang cukup pada pulpa gigi
• Penambahan vasokonstriktor memberikan tingkat anestesia yang
memuaskan
• Vasokonstriktor yang paling sering digunakan adalah epinephrine
(adrenaline) pada konsentrasi antara 1:50.000 sampai 1:200.000
• Rekomendasi dosis maksimum
Dewasa : dosis normal lidocaine dengan epinephrine tidak
melebihi 7mg/kg dosis total tidak melebihi 500mg. Lidocaine tanpa
epinephrine tidak melebihi 4.5 mg/kg dosis total tidak melebihi 300 mg
Teknik anestesi blok
nasopalatinus
• Blok nasopalatinus mempersarafi mukosa dan periosteum
pada regio anterior palatum durum (premaksila)
• Ujung jarum diinsersikan melalui papila nasopalatinus sampai
mencapai jalan masuk canalis incisivum
• Bila kontak dengan tulang telah terjadi jarum dikeluarkan lagi
0,5-1mm
• Keluarkan cairan anestetikum 0,1-0,2cc
• Sebaiknya tidak mengeluarkan cairan anestetikum dengan
tekanan sehingga akan menimbulkan rasa tidak nyaman
• Jaringan akan menjadi putih
• Kebaalan akan cepat timbul
antibiotik
- Broad spectrum
Antimikroba yang efektif terhadap bakteri gram + dan gram –, juga
terhadap mikroorganisme lain spt Mycoplasma, Spirochaeta, Chlamidia,
Rickettsia dll.
Contohnya: Kloramfenikol, Tetrasiklin, penicillin, amoxicillin, cephalosporin.
- Narrow spectrum
Antimikroba yg hanya efektif untuk satu jenis mikroorganisme.
Contohnya : Isoniazid (INH) hanya efektif untuk membunuh, klindamisin,
mycobacteriummetronidazole.
- Extended spectrum
Antimikroba yang efektif thd mikroorganisme gram positif juga sebagian
bakteri gram negatif

Penggunaan AB spektrum luas ini akan mempengaruhi flora normal dalam


tubuh sehingga mudah untuk mempresipitasi terjadinya superinfeksi( mis.
Candida)
• Penggolongan antibiotic berdasarkan mekanisme kerja :

- Inhibitor sintesis dinding sel bakteri : penicilin ,


polypeptide dan Cephalosphorin
- Inhibitor transkripsi dan replikasi : Quinolone
- Inhibitor sintesis protein : Macrolide,
Aminoglycoside, dan tetracycline
- Inhibitor membran sel : ionomycin ,
valinomycin
- inhibitor fungsi sel lainya : sulfonamide
- Antimetabolit : azaserine
• 1. Profilaksis antibiotika untuk mencegah bakteremia. Tabel dibawah ini menunjukkan contoh pemilihan jenis antibiotik dan
dosis yang sesuai dalam terapi profilaksis antibiotika.

Situasi agen regimen


Profilaksis umum amoxicillin Deawsa 2g, anak2anak 50mg per kg
diberi secara oral 1 jam sebelum
prosedur

Pasien tdk mampu ampicicillin Deawsa 2g, anak2anak 50mg per kg


mengonsumsi obat peroral diberi secara IV atau IM 30 menit
sebelum prosedur

Pasien yang alergi penisilin clindamycin Dewasa 600mg, anak 20 mg per kg ,


oral 1 jam sebelum prosedur

Pasien alergi penesislin dan tdk Clindamycin atau Dewasa 600mg, anak 20 mg per kg
mampu mengonsumsi obat secara IV 3o menit sebelum
peroral prosedur
Analgetik
Merupakan larutan analgetika yang masuk kedalam jaringan dan mempengaruhi ujung
saraf pusat didaerah yang bersangkutan. Bekerja untuk menghambat aliran impuls nyeri
yang berjalan dari ujung saraf ke otak. Analgesic ini sebagai penghilang rasa sakit.

Golongan non-steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID) : contoh : ibuprofen, asam


mefenamat, kalium diklofenat.
Golongan narkotik : Analgetik narkotik bekerja di SSP , memiliki daya penghalang nyeri yang
hebat.Dalam dosis besardapat bersifat depresan umum ( mengurangi kesadaran)

Penggolongan analgesik narkotik :


O Alkaloid alam : morfin codein
O Derivat semi sintesis : heroin
O Derivat sintetik : metadon , fentanil
O Antagonis morfin : nalorfin , nalokson , dan pentazocin
Golongan non narkotik (anti piretik/ perifer) : Disebut juga analgesik perifer karena tidak
mempengaruhi SSP , semua analgetik perifer mempunyai kemampuan untuk menurunkan
suhu tubuh saat demam.
Penggolongan analgetik non narkotik :
Golongan salisilat
Golongan aminofenol
Golongan pirazolon
Golongan antranilat
Asam mefenamat
Merupakan obat antiinflamasi golongan NSAID
Indikasi : menghilangkan nyeri akut dan kronis, ringan sampai sedang
sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, nyeri
karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi dan nyeri
pada persalinan.

Kontraindikasi : Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan


ginjal, asma dan hipersensitif terhadp asam mefenamat

Mekanisme kerja : menghambat sintesa prostaglandin dengan


menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 dan COX2),
Mempunyai efek anti inflamasi, analgesik dan antipiretik.

Dosis : Dewasa dan anak di atas 14 tahun dosis awal dianjurkan 500mg
kemudian dilanjutkan 250mg tiap 6 jam
INDIKASI & KONTRAINDIKASI PENCABUTAN
SERTA KOMPLIKASI
Indikasi ekstraksi
1. Grossly carious tooth which cannot be restored
2. Acute/chronic pulpitis
• which can’t be restored by RCT
3. Periodontal diseases
• More than half of alveolar bone loss
4. Fracture of tooth
• Root
• Longitudinal
• If tooth lies on jaw # line
5. Bony lesion lies over the tooth
• Cyst, Tumor,OM
6. Impacted tooth
7. Aesthetic indication
8. Orthodontic appliances
• Teeth crowding
9. Supernumerary and malposed teeth
10. Retained deciduous tooth if permanent successor is present
11. If tooth hurting the soft tissue
• Upper 3rd molar damaging the lower 3rd molar gum tissue
Kontraindikasi ekstraksi
General
1. Cardiac diseases - Valvular heart diseases, RHD,
Hypertension,Patients on anticoagulation therapy
2. Blood disorders (Severe anemia, Leukemia, Hemophilia)
3. Liver disease (Vitamin K deficiency, Clotting factor
deficiency)
4. DM
5. Pregnancy- 1st and 3rd trimester
6. Epilepsy patient
7. Allergic to local anesthesia
8. Psychiatric patient
9. Very old patient
10. Uncooperative patient/ Lack of consent
11. Patient on steroids
12. High grade fever
Kontraindikasi ekstraksi
Local
1. Acute gingivitis
2. Acute periodontitis
3. Acute pericoronitis
4. Acute cellulitis
5. Acute osteomyelitis
6. Malignancy
KOMPLIKASI
• Dry socket, Osteoitis, Osteonekrosis
• Emphisema
• Bleeding
• Swelling and Post-operative Infection
• Sinus perforation
• Fracture
• Nerve injury
• Pain
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI SERTA
KEUNTUNGAN DAN KELEBIHAN IMMEDIATE
IMMEDIATE REPLACEMENT DENTURE
• Also knows as transitional dentures, these dentures are best
for replacement of anterior teeth upon extraction to maintain
optimal aesthetics. The purpose of these dentures is primarily
to offer aesthetics but offer poor chewing abilities or comfort,
and thus often need to be replaced by a permanent RPD, CD,
or implant retained denture.
• The gum healing (and shrinking) process usually takes 3 months.
In this time, denture fixative (glue) can be bought for extra security.
We therefore recommend that you have the denture altered or
remade (depending on the amount of shrinking) after this healing
time period to get a better fitting denture. This remade denture
will be your long term denture, usually lasting for at least 5 years.

• Not everyone needs to have the denture remade, it depends on


how much shrinking has occurred, and how well you cope with the
first one. Depending on the situation some people will have a
bridge or an implant after the healing period, not a new denture.
INDIKASI & KONTRAINDIKASI
• KONTRAINDIKASI

• Patient is socially active • Patient is unavailable for


• Wishes to retain their natural appointment or financially
underpriviledged
appearance
- Minimal bone losS • Patient is debilitated
• Systemic conditions preclude
• Good health multiple extractions
• Available time and can afford • Emotionally disturbed or
multiple visits diminished mental capacity
• Indifferent patients
INDIKASI • Patients with extensive bone
loss
KEUNTUNGAN & KERUGIAN
KERUGIAN KEUNTUNGAN
• Patient does not have to suffer • Patients in poor health are
through edentulous period subject to infection or edema
• Reduced pain and swelling following extraction of teeth
• Current esthetics retained in • The additional expense of relining
dentures
immediate dentures three to six
• Patient adapts rapidly months after insertion creates
• Good speech and appearance are problems for some patients.
retained
• Additional treatment time is
• Patient does not develop
required for the dentist and
undesirable habits and is more
patient because of the number of
cooperative emotionally
necessary postinsertion
• Acts as a bandage to control
adjustments
hemorrhage
• Promotes rapid healing
• The immediate denture cannot
be assessed fully until it is placed
• Provides for minimum social
into the mouth
interruptions and maximum
psychological advantages.
Keuntungan kerugian
• The immediate denture does not • The denture acts as a bandage or
replace the stimulation that was splint to help control bleeding; to
supplied to the bone by the natural protect against trauma from the
teeth. tongue, food or teeth if present in
• The procedures are precise and time the opposing arch, and to promote
consuming and require more rapid healing
appointments, particularly during the • Patients regain adequate function in
adjustment phase. speech,deglutition and mastication
• The resorbtion is faster than the much sooner compared to
changes of healed tissue. These conventional complete denture
changes require new impressions to • Many patients are not afraid to have
keep the denture base adapted to teeth removed if they can have them
the basal seat. The remounting of the replaced immediately. They would
dentures to refine the occlusion is have a social and familial life without
necessary whenever the denture embarrassment.
base is altered. • The remaining teeth are a real aid in
• There is no opportunity to observe establishing the vertical dimension of
the anterior teeth at the try-in occlusion and in positioning the
appointment; therefore, the esthetic artificial replacement.
result cannot be evaluated until the
dentures are inserted
DIAGNOSIS
Klasifikasi Kennedy
Kelas I : daerah tak bergigi terletak di
bagian posterior dari gigi yang masih
ada dan berada pada kedua sisi
rahang (bilateral)
Kelas II : daerah tak bergigi terletak
di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada
satu sisi rahang saja (unilateral)
Kelas III : daerah tak bergigi terletak
di antara gigi-gigi yang masih ada
dibagian anterior maupun
posteriornya dan unilateral
Kelas IV : daerah tak bergigi terletak
dibagian anterior dari gigi-gigi yang
masih ada dan melewati garis tengah
rahang
Pada kasus
Diagnosis : Prognosis : ad bonam
RA  kelas 4
Kennedy Dipengaruhi oleh :
RB  kelas 1 1. Sikap pasien
Kennedy 2. Higiene mulut
3. Kemauan pasien
4. Kesehatan umum
POLA PERENCANAAN
Desain GTSL
RA
Missing teeth : gigi 11. 12. 21. 22
Klasifikasi : kelas 4 (kennedy)
Support : tooth supported
Retensi :
direct retainer gigi 13 dan gigi 23
Indirect retainer gigi 1.6 dan gigi 2.6
Dibuat cangkolan C-clasp
Konektor :
Mayor connector yaitu horse shoe
Stabilisasi :
1. Garis fulkrum ada 6 garis fulkrum dengan F1 : distal 13 ke distal 23
2. Arah cangkolan : gigi 13, 23, 16 dan 26 arah distal-mesial
3. Pengurangan gaya oklusal denga mengurangi jumlah gigi atau luas permukaan
elemen gigi tiruan
4. Perluasan landasan ke labial
5. Verkeilung
Bahan : akrilik untuk landasan, porcelain untuk gigi artifisial
PENATALAKSANAAN DAN PROSEDUR
PEMBUATAN IMMEDIATE REPLACEMENT
DENTURE
KUNJUNGAN 1
• Anamnesa
• Pemeriksaan objektif terkait + radiografi
• Penentuan rencana perawatan  IRD
• Penentuan tanggal ekstraksi
• Pemilihan warna, bentuk, ukuran gigi artifisial
• Pencetakan rahang atas dan bawah untuk model kerja 
alginat
• Pasien dapat direstorasi sementara --. Alasan estetika untuk
pekerjaan
• Medikamentosa amoxicilin 500mg 2x1
DIANTARA KUNJUNGAN TSB.
• Pengerokan model kerja sesuai dengan klasfikasi kehilangan
gigi pasien
• Mengira-ngira kedalaman soket / ketinggian linggir residual
pasien
• Membuat plat landasan dan tanggul gigitan
• Menyusun gigi dan membuat wire retainer
• Flasking,packing,deflasking,polishing
KUNJUNGAN KE 2
• Penilaian kembali kondisi jaringan pendukung
• Pencabutan gigi 21
• Insersi langsung IRD + pake tissue conditioner
• Cek stabilisasi, retensi dan resistensi, estetik, adaptasi
• Medikamentosa pasca pencabutan
• Amoxicilin 500mg 3x1
• Paracetamol 500mg 3x1 stop bila nyeri hilang
• Kontrol 1 minggu kemudian, boleh ditambah bahan adhesif untuk
menambah kenyamanan pasien
WAKTU KONTROL
• 1 minggu stlh insersi :
• Cek penyembuhan luka
• Cek stabilisasi dan retensi GT masih baik atau tidak
• Kalau tidak rebase/reline
• 1-3 bulan sekali ;
• Pertimbangan penyembuhan sempurna dari jaringan pendukung
 GT longgar
• Rebase/reline OR REMADE
• Biasanya pada bulan bulan ini direkomendasikan membuat baru
GTSL, pemasangan implant, atau pemasangan bridge
• 6 bulan sekali :
• Untuk cek OH RM keseluruhan
• GT dapat bertahan hingga tahun tergantung pemakaian dan
perawatan.
KOMPLIKASI
1. Patahnya plat atau basis geligi tiruan dan gigi
a. Kesalahan konstruksi (contoh plat kurang tebal, curing yg kurang,
dll)
b. Faktor penyebab dari dalam mulut (tekanan berlebihan pd saat
mastikasi)
2. Lepasnya elemen gigi tiruan
Contoh : kurangnya resin akrilik pd saat packing
3. Lengan cangkolan patah
Contoh : karena sering dikeluar masukkan melalui daerah gerong yang
dalam, kegagalan struktural, kesalahan penderita atau pemakai
4. Sandaran oklusal patah
Karena ketidak-tepatan preparasi atau kurangnya pembuangan jaringan
untuk kedudukan sandaran pada saat persiapan dalam mulut
menyebabkan terlalu tipisnya sandaran.
Perubahan patologis jaringan
mulut
• Setelah pemakaian GTSL juga dapat terjadi perubahan patologis
pada jaringan mulut baik dapat bersifat reversibel atau ireversibel
antara lain :
1. Peradangan (inflamasi) :
-denture stomatitis
-denture sore mouth
-sore spot
2. Hiperplasia
-inflammatory papillary hyperlasia
-hiperplasitc fibrous connective tissue
-epulis fisuratum
3. Luka kearah keganasan

Perubahan irreversible adalah berupa resorpsi tulang linggir alveolar.


BHP
Beneficence : membuat pola perencanaan dengan tepat, sesuai
indikasi dan mengutamakan manfaat dibanding keburukan.
Non maleficence : menghindari misinterpretasi pasien dengan
menjelaskan tahapan perawatan, adaptasi terhadap protesa, dll
Autonomi : inform concent harus jelas
Justice : tidak membeda-bedakan pasien atas dasar sara

Anda mungkin juga menyukai