Skenario :
Skenario 2 — Bisul di Samping Gigi
Tanggal diskusi :
DK 1 : Senin, 13 Februari 2023
DK 2 : Kamis, 16 Februari 2023
Jabaran Skenario
Pasien Perempuan usia 24 tahun datang ke RSKGM FKG UI dengan keluhan gigi bawah
kanan berlubang besar, sering terselip makanan dan terdapat bisul pada gusi area gigi
tersebut. Gigi pernah sakit berdenyut hingga ditambal sementara di klinik, namun saat ini
gigi sedang tidak terasa sakit. Pasien mengatakan banyak mengunyah pada sisi kiri karena
terkadang nyeri bila mengunyah di regio kanan Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan
wajah pasien simetris dan kelenjar submandibula tidak teraba dan tidak sakit. Pada
pemeriksaan intraoral skor OHIS pasien 1,8 (sedang), hubungan rahang pasien ortognati.
Pada gigi 46 terdapat karies sisi disto-oklusal, goyang derajat 2, tes vitalitas (-) perkusi dan
palpasi (+), fistula (+). Pemeriksaan radiografi menunjukkan lamina dura putus, ruang
periodonsium melebar, radiolusensi berbatas tidak jelas di periapeks gigi 46.
Gambaran klinis dan radiografis :
2
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Istilah Asing
Fistula
Capaian Pembelajaran
1. Gambaran anatomi dan histologi pulpo-periapikal kompleks.
2. Etiologi, imunologi dan histopatogenesis penyakit pulpa-periapeks sesuai dengan
klasifikasi menurut Grossman, AAE dan ICD10 pada gigi permanen.
3. Prosedur pemeriksaan secara holistik (keadaan umum, ekstraoral, dan intraoral);
pemeriksaan subjektif, objektif dan radiografik.
4. Diagnosis dan diagnosis banding penyakit pulpa periapeks pada gigi permanen
(Grossman, AAE dan ICD10) berdasarkan pemeriksaan.
5. Rencana perawatan dan prosedur perawatan saluran akar non-vital gigi permanen.
6. Prosedur perawatan saluran akar mulai dari isolasi daerah kerja, alat, bahan irigasi.
dan medikamen saluran akar, preparasi akses, pengukuran panjang kerja, preparasi
saluran akar sesuai dengan jenis alat yang digunakan.
7. Prosedur pengisian saluran akar mulai dari metode pengisian, material pengisi
saluran akar dan alat yang digunakan untuk pengisian saluran akar.
8. Proses penyembuhan pada jaringan pulpo-periapeks sesuai zona penyembuhan.
9. Hasil evaluasi perawatan saluran akar.
Identifikasi Masalah
1. Identitas pasien : perempuan usia 24 tahun
2. Keluhan :
a. Bisul pada gusi gigi RA kiri belakang, tidak nyeri,
b. Pernah ditambal 1 bulan yang lalu, lalu lepas sebagian,
c. Banyak mengunyah di sisi kanan karena nyeri di regio kiri
3. Pemeriksaan ekstraoral : wajah pasien simetris dan kelenjar submandibula tidak
teraba dan tidak sakit
4. Pemeriksaan intraoral :
a. Skor OHIS pasien 1,8 (sedang)
b. Hubungan rahang pasien ortognati
c. Gigi 46 hilang, gigi 14 sisa akar
5. Pemeriksaan radiografi : lamina dura putus, membran periodontal melebar,
radiolusensi berbatas tidak jelas di apeks gigi 26
Prior Knowledge
1. Fistula merupakan rongga atau saluran abnormal di sekitar gigi hingga ke dalam gigi
yang diakibatkan gigi berlubang atau peradangan gigi
2. Penyakit periapikal merupakan suatu keadaan patologis yang terlokalisasi pada
daerah apeks atau ujung akar gigi. Penyakit periapikal yang paling umum ditemui
adalah abses yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Mind Map
Learning Issues
1. Anatomi dan Histologi Pulpa Periapikal
a. Ligamen Periodontal
b. Sementum
c. Tulang Alveolar
2. Penyakit Periapeks
a. Etiologi
b. Patogenesis
c. Histopathogenesis
d. Imunopatogenesis
e. Gambaran Radiografi (Recall)
3. Pemeriksaan Holistik (Keadaan Umum, Ekstraoral, Intraoral)
a. Subjektif,
b. Objektif Dan
c. Radiografis
4. Klasifikasi, Diagnosis, Diagnosis Banding Penyakit Periapeks Gigi Permanen
a. Grossman
b. AAE
c. ICD 10
5. Rencana & Prosedur Perawatan Saluran Akar Non Vital Pada Gigi Permanen
6. Teknik & Bahan Anestesi Lokal Perawatan Saluran Akar Vital Gigi Permanen
7. Mekanisme Penyembuhan Penyakit Pulpa Periapeks
4
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
■ PDL mengelilingi servikal dan akar gigi, berlanjut ke pulpa dan gingiva
■ Merupakan jaringan ikat fibroblas padat
■ Menghubungkan sementum dan tulang alveolar
■ Merupakan kumpulan serat kolagen yang tersusun khusus untuk
berfungsi :
1. Mendukung gigi di soket
2. Meningkatkan kekuatan oklusi
3. Mencegah penularan ke tulang di sekitarnya apabila infeksi
4. Melindungi alveolar soket dari cedera
■ PDL utamanya terdiri dari kolagen sehingga tampak sebagai ruang
radiolusen antara akar gigi dan lamina dura
■ Ruang radiolusen dimulai dari puncak alveolar, meluas ke sekitar
bagian akar gigi dan kembali ke puncak alveolar pada sisi yang
berlawanan dari gigi
b. Sementum
■ Sementum merupakan bone-like calcified tissue yang menutupi akar
gigi, warnanya sedikit kuning berfungsi untuk melapisi akar gigi
■ Terbentuk dari sel mesenkim dari dental folikel yang berdiferensiasi
jadi sementoblas; cementoblast → cementoid → cementum aseluler
dan seluler. Sementoid menghasilkan 2 jenis sementum :
1. Sementum aselular
2. Sementum selular
■ Sementoblas menyimpan matrix yang bernama sementoid
■ Dapat dibedakan dari email dengan kurangnya kilau dan lebih gelap.
■ Ketebalan sementum :
1. 20–50 μm di CEJ
2. 20–150 μm di sepertiga apikal akar
■ Komposisi :
1. Sekitar 45% to 50% inorganic material (hydroxyapatite) by wt
2. Sekitar 50% to 55% organic matter by wt
3. Air
5
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
■ Fungsi :
1. Fungsi perbaikan
Fraktur dan resorpsi akar biasanya diperbaiki dengan
sementum. Penutupan akar yang belum matang dengan
prosedur apeksifikasi dilakukan melalui deposisi cementum or
cementum-like tissue.
2. Fungsi pelindung
Sementum lebih tahan terhadap resorpsi daripada tulang,
mungkin karena sifat avaskularisasi.
3. Fungsi lain
Pemeliharaan lebar periodontal melalui deposisi sementum
secara terus menerus. Penutupan foramen accessory dan
foramen apikal setelah terapi saluran akar.
■ Macam :
Sementum seluler Sementum aseluler
■ Histologi
6
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
7
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
■ Tipe :
1. Alveolar Bone Proper
Tulang yang melapisi soket alveolar menjadi tempat akar gigi
Nama lain :
a. Cribriform plate → memiliki banyak foramen yang
mengandung banyak pembuluh darah dan saraf untuk
gigi, PDL, dan tulang
b. Lamina dura → pada radiograf
2. Supporting Alveolar Bone
a. Merupakan tulang spons (cancellous) yang terdiri dari
lamellated bone yang tersusun dalam cabang-cabang
yang disebut trabekula → terdapat medullary space
berisi sumsum (radiolusen pada radiograf)
b. Dilapisi oleh 2 outer tables tulang kompak → vestibular
dan lingual/palatal
c. Terletak di bawah lapisan alveolar bone proper
2. Penyakit Periapeks
a. Etiologi
■ Mikroorganisme
1. Penyebab inflamasi yang paling signifikan
2. Mikroorganisme pada karies gigi = sumber utama iritasi pulpa
3. Karies dentin dan email mengandung banyak spesies bakteri
seperti Streptococcus mutans, Lactobacilli, dan Actinomyces.
4. Mikroorganisme menghasilkan toksin, menembus ke pulpa
5. Sebagai respons terhadap keberadaan mikroorganisme pulpa
diinfiltrasi secara lokal (di dasar tubulus yang terlibat dalam
karies), terutama oleh sel inflamasi kronis seperti makrofag,
limfosit, dan sel plasma.
6. Paparan mikroorganisme pada rongga mulut dan karies →
pulpa mengandung bakteri → pulpa gigi biasanya tidak dapat
menghilangkan iritasi, hanya dapat melakukan pertahanan
sementara menghambat penyebaran infeksi dan kerusakan
jaringan.
7. Iritasi berlanjut → kerusakan meluas dan menyebar ke pulpa.
8. Selanjutnya, bakteri dan iritan lain dari pulpa nekrotik akan
berdifusi dari kanal periapikal, menghasilkan perkembangan
lesi inflamasi.
■ Mekanik
1. Preparasi kavitas yang dalam, trauma impak, trauma oklusal,
kuretase periodontal yang dalam, dan pergerakan gigi secara
ortodontik
8
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
9
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
■ Periapical Pathosis
1. Nekrosis pulpa → perubahan patologis jar. Periradicular
2. Jaringan periradicular memiliki :
a. banyak undifferentiated cell → inflamasi dan pemulihan
b. suplai darah kolateral dan sistem drainase limfatik
3. Interaksi antara iritan yang berasal dari canal space dan host
defense → aktivasi reaksi protektif, reaksi ini juga berkaitan
dengan resorpsi tulang periradicular
4. Resorpsi tulang → memisahkan iritan dan tulang, mencegah
osteomyelitis
5. Penyakit periradicular → slight inflammation - extensive tissue
destruction
6. Reaksinya kompleks → dimediasi mediator inflamasi non
specific dan reaksi imun specific
7. Mediator non-spesifik :
a. neuropeptide
b. fibrinolytic peptides
c. kinins
d. complement fragments
e. vasoactive amines
f. lysosomal enzymes
g. arachidonic acid metabolites
h. berbagai sitokin
8. Mediator spesifik :
a. Potential antigen, IgE, sel mast
10
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
b. Antibodi spesifik
c. Sel immunocompetent (APC)
d. Makrofag
e. Leukosit PMN
f. Sel B dan T
c. Histopathogenesis
11
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
d. Imunopatogenesis
■ Jaringan periapikal memiliki banyak sumber sel yang berpartisipasi
dalam proses inflamasi dan repair, serta memiliki banyak suplai darah
dan sistem drainase limfatik.
■ Reaksi inflamasi merupakan interaksi antara :
1. Iritan (toksin bakteri, debris jaringan, immunologic agents, dan
produk dari nekrosis jaringan), dan
2. Host defense
■ Sehingga :
1. Memicu terjadinya reaksi imunologi & inflamasi
2. Salah satu bentuknya adalah resorpsi tulang untuk membatasi
irritant dengan tulang agar tidak menjadi osteomyelitis
■ Tingkat inflamasi dan kerusakan jaringan tergantung kepada tingkat
iritasi, durasi, dan respon host. Inflamasi pada periapikal diregulasi
oleh :
1. Non-specific mediators
12
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
e. Gambaran Radiografi
Menilai Lesi Periapikal dari Radiografi
13
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
14
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
2. Intraoral Swelling
15
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
6. Mobilitas Gigi
16
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
17
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Kelebihan
● Gambar geometris, akurat
● Jaringan periapikal akurat dengan
foreshortening atau elongation minimal
● Ketinggian tulang periodontal ditampilkan
dengan baik
● Mahkota gigi terlihat jelas
● Reproducible
● Sudut horizontal dan vertikal x-ray tube
head ditentukan secara otomatis jika
pemosisian perangkat tepat
Kekurangan
● Kurang nyaman bagi pasien dan dapat
menyebabkan gag reflex
● Susah memposisikan holder
● Sulit digunakan pada palatum dangkal
● Terkadang bagian apeks gigi sangat dekat
dengan tepi gambar
● Sulit untuk gigi M3 mandibula
● Holder harus disterilisasi
18
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Kelebihan
● Nyaman bagi pasien
● Penentuan posisi sederhana dan cepat
● Jika semua sudut benar, gambar gigi akan
memiliki panjang yang sama dengan asli
● Tidak membutuhkan sterilisasi khusus
Kekurangan
● Sering terjadi distorsi dan cone cutting
● Angulasi vertikal kepala tabung salah,
dapat terjadi foreshortening atau elongasi
● Angulasi horizontal kepala tabung salah;
overlapping mahkota dan akar
19
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
20
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
21
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Histopatologi
22
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Prognosis Baik
23
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Diagnosis
24
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Histopatologi
Perawatan
25
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Gejala Gigi lunak saat palpasi. Gigi terangkat dari soket dan jadi
sensitif. Mukosa pada daerah radikular terlihat merah dan
membengkak
26
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Gejala Tidak ada gejala yang subjektif kecuali pada kasus langka
yang berpus
27
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Definisi
28
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
29
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
30
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Condensing Osteitis
31
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Gejala
32
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
33
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
b. AAE
■ Normal Apical Tissues
1. Tidak sensitif terhadap tes perkusi atau palpasi.
2. Secara radiografi, lamina dura yang mengelilingi akar masih
utuh dan ruang ligamen periodontal seragam.
34
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
35
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
36
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
37
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
b. Preparasi Akses
■ Preparasi gigi anterior
38
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
39
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
40
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
41
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
42
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
43
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
44
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
45
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
46
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
47
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
4. Chlorhexidine
a. Memiliki toksisitas yang rendah terhadap jaringan
periapical dan antimicrobial efficacy yang baik
terhadap mikroorganisme
b. Chlorhexidine melakukan absorpsi ke dinding sel
mikroorganisme dan menyebabkan kebocoran
terhadap komponen intracellular
c. Dalam konsentrasi rendah bersifat efek bacteriostatic
d. Dalam konsentrasi tinggi bersifat efek bactericidal
5. Calcium hydroxide
a. Digunakan untuk memanage fraktur akar, perforasi,
resorpsi, kerusakan traumatik
b. Aksi antimicrobialnya tergantung pelepasan ion
hydroxyl yang merusak membrane cytoplasmic bakteri,
dan menyebabkan destruksi dari struktur phospholipid
pada membran sel, denaturasi protein dan adsorpsi
karbon dioksida sehingga mengganggu ekosistem root
canal
6. Antibiotics
a. Bersifat aktif di kehadiran cairan jaringan, tidak
mewarnai gigi, dan tidak mengiritasi sel jaringan
b. Bersifat antimicrobial
f. Obturasi
48
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
49
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
50
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
51
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
52
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
53
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
54
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
55
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
56
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
57
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
ii. Kelebihan
1. Non toksik
2. Biokompatibel
3. Non mutagenik
4. Disetujui US FDA
5. Lebih resisten dari kebocoran dibanding
GP
c. Silver Points
i. Dibuat agar sesuai dengan ukuran file terakhir
yang digunakan dalam persiapan dan mungkin
untuk mengisi RCS dengan tepat di semua
dimensi
ii. Kekurangan
1. Poor long term choice
2. Lack of adaptability
9. Jenis material semisolid :
a. Zinc Oxide Eugenol (ZnOE)
i. Bentuk murni dipakai pada gigi sulung → bisa
menyebabkan exfoliasi
ii. Tidak diadvokasi pada gigi permanen
b. Plastic
i. Resin-based sealer, seperti AH26 atau diaket →
Sole obturating material
ii. Sealer ini tidak direkomendasikan karena
memiliki kekurangan sama dengan pasta lain
10. Sealers
58
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
a. ZnOE-Based Sealers
i. Keuntungan utama → riwayat keberhasilan
ii. Sifat positif > sifat negatif
b. Calcium Hydroxide
i. Dimasukan ke ZnOE atau plastic base
ii. Memiliki sifat biologis yang menstimulasi
calcific barrier pada apeks; namun, belum
secara meyakinkan ditunjukkan dalam
penggunaan klinis atau eksperimental
iii. Sifat antimikroba dan short-term sealability
yang memadai
c. Glass Ionomer
i. Kelebihan : mengikat dentin, memberikan segel
apikal dan koronal yang memadai, dan
biokompatibel.
ii. Kekurangan: kekerasan dan ketidaklarutannya
membuat perawatan ulang dan preparasi ruang
pasak lebih sulit, dan sulit untuk merawat
dentin dengan benar untuk menerima material.
59
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
d. Ceramic-Based Sealer
i. Bioceramic dengan zirconium oxide, calcium
silicate, calcium phosphate, and calcium
hydroxide
ii. Tidak larut, radiopak, non-shrinking,
membutuhkan kelembaban untuk mengeras
g. Tambalan Sementara
■ Syarat
1. Seal coronally → Mencegah masuknya oral fluids
dan bakteri serta keluarnya intracanal medicament
2. Meningkatkan isolasi selama prosedur perawatan
3. Melindungi struktur gigi hingga dilakukan prosedur
restorasi akhir
4. Memudahkan placement dan removal
5. Estetika → Pertimbangan sekunder
■ Jenis material
1. Cavit : Mengandung zinc oxide dan zinc sulfate dengan
konsentrasi berbeda beserta komponen lainnya. (+) : Mudah
digunakan, kemampuan sealing yang baik (-) : Low strength,
rapid occlusal wear limit (jangka pendek)
2. Intermediate Restorative Materials (IRM) : Wear resistance
yang baik
3. Komposit dan GIC : Kemampuan memberikan seal yang
terbaik dan tahan lama
4. Temporary Endodontic Restorative Material (TERM) :
Seringkali mengalami polymerization shrinkage dan ekspansi
akibat penyerapan air
■ Prinsip :
1. Konservasi struktur gigi
60
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
61
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
62
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
63
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
64
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
65
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
a. Anestesi tambahan
b. Membius ligamen periodontal gigi yang sedang dalam
perawatan endodontik dan memblok saraf pulpa
c. Teknik ini paling sering digunakan pada gigi molar
rahang bawah dan efektif 92%
d. Onset anestesi segera, dan efeknya berlangsung
rata-rata 27 menit bila menggunakan lidokain 2% yang
mengandung epinefrin 1:50.000.
66
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
3. Intraosseous Injection
67
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
68
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
69
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Referensi
1. Grossman’s Endodontic Practice, B. Suresh Chandra, Gopikrishna 13th Ed 2014.
2. Walton RE, Torabinejad M (ed). Principles and Practice of Endodontics 3rd ed,
Philadelphia: WB Saunders. 2002
3. Chandra, B. S., dan Gopikrishna, V. (2014). Grossman's Endodontic Practice 13th
Edition. India: Wolters Kluwer Health.
4. Torabinejad, M., Walton, R., & Fouad, A. (2015). Endodontics Principles and Practice
(Vol. 5). Elsevier Saunders.
5. Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. 2nd ed. Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2013.
6. Hargraves, K., Berman, L. (2016). Cohen’s Pathway of the Pulp 11th ed. Elsevier Inc.
70
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
6. Evaluasi pascaperawatan :
Evaluasi Perawatan direkomendasikan untuk dilakukan 6 bulan hingga 5 tahun
pasca perawatan. Apabila lesi yang ada tidak berubah (sembuh) atau bertambah
besar setelah 1 tahun maka perawatan gagal. Apabila lesi yang ada tetap ada
namun mengecil setelah 6 bulan, perlu dilakukan evaluasi tambahan (histologi)
7. External dan internal root resorption secara radiografis :
a. External root resorption:
i. Kavitasi progresif melibatkan akar & tulang alveolar pada minggu 2–4
ii. Selalu ada resorpsi tulang
iii. Struktur akar digantikan oleh jaringan tulang
iv. Outline kanal akar normal dan seperti menembus defek radiolusensi
b. Internal root resorption:
i. Outline kanal akar terdistorsi
ii. Kanal akar dan defek radiolusen tampak kontinu
iii. Tidak melibatkan resorpsi tulang
8. Perbedaan perawatan ulang saluran akar dan terapi perawatan saluran akar setelah
adanya evaluasi radiografi :
Perbedaan utama antara perawatan ulang saluran akar dengan terapi perawatan
saluran akar adalah kebutuhan untuk menghilangkan bahan pengisi saluran akar
yang berada di dalam saluran akar. Perawatan ulang dimulai dengan pemeriksaan
morfologi saluran akar, pengisian saluran akar dan pemeriksaan lainnya melalui foto
radiografi, oleh karena kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena
saluran akar yang tidak terdeteksi, adanya saluran akar tambahan, saluran akar
bengkok, pengisian saluran akar yang tidak sempurna dan faktor lainnya. Untuk
dapat menemukan semua saluran akar gigi, menentukan macam perawatan dan
obturasi secara biomekanik, maka pengetahuan tentang morfologi saluran akar
sangat diperlukan serta didukung dengan foto radiografi.
Poin Penting
1. Tahapan pengisian saluran akar (PSA) :
a. Gigi Vital
i. Isolasi
ii. Preparasi Akses
iii. Ekstirpasi
iv. Irigasi
v. Shaping & Cleaning
vi. Medikamen
vii. Obturasi
viii. Tambalan Sementara
ix. Evaluasi Hasil Perawatan
b. Gigi Non Vital
i. Preparasi Akses
71
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
ii. Irigasi
iii. Shaping & Cleaning
iv. Medikamen = calcium hydroxide
v. Obturasi
vi. Tambalan Sementara
vii. Evaluasi Hasil Perawatan
2. Teknik Preparasi
a. Step Back : apikal ke koronal
72
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
73
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Kesimpulan
● Jaringan periapikal :
○ Memiliki banyak undifferentiated cell → inflamasi dan repair
○ Memiliki banyak suplai darah kolateral dan sistem drainase limfatik
○ Interaksi irritants dengan pertahanan host → reaksi protektif namun bisa juga
destruktif berupa periradicular bone resorption
○ Reaksi host dimediasi oleh
■ Non-spesifik : neuropeptides, fibrinolytic peptiodes, kinins,
complement fragments, vasoactive amines, lysosomal enzymes,
arachidonic acid metabolites dan cytokines
■ Specifik : Ig-E, mast cells, antigen-presenting cells, macrophages,
PMN leukocytes, sel B, dan sel T
● Rencana perawatan yang dilakukan untuk kasus ini adalah PSA non-vital
(pulpektomi)
● Tahapan-tahapannya dapat berupa:
○ Isolasi
○ Preparasi
○ Irigasi
○ Shaping dan cleaning
○ Medikamen intrakanal
○ Obturasi saluran akar
○ Tambal sementara
● Periodontitis apikal simptomatik
○ DD : Apical Abscess/ Symptomatic Alveolar Akut
● Eksaserbasi akut
○ DD : gejala mirip abses alveolar akut
● Asymptomatic Apical Periodontitis
○ Radiograf : Area radiolusen berbatas jelas, dengan lamina dura yang terputus
74
Logbook Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 3
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
75