Anda di halaman 1dari 61

Gin gin Gustiana

4211101042
TUTORIAL 3 B
Learning Issue
1. Basic science?
2. Apa diagnosa pada kasus?
3. Apa rencana perawatan pada kasus (desain, bahan,
indikasi&kontraindikasi, kekurangan&kelebihan)
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut?
5. Apa BHP dari kasus?
6. Komplikasi apa yang dapat terjadi pada kasus di sekenario?
7. Apa prognosis dari kasus?
8. Apa indikasi&kontraindikasi dari protesa lepasan?
9. Apa jenis gigi tiruan yang didengar OS dari mahasiswa UNJANI
serta apa indikasi nya?
Overview Case

• Ny.sentrik,35th seorang karyawan


• Keluhan utama : Protesa lepasan yg dibuat 3bln lalu harus dilepas pasang
untuk dibersihkan
• Keluhan tambahan : protesa seaskan mau lepas bila makan makanan yang
agak lengket
IO : gigitan :edge to edge
ginggiva pocket 0,3mm
protesa RA :akrilik tanpa cangkolan,landasan-distal M,protesa open
face/tanpa landasan labial
gigi RB lengkap
gigi anterior tdk ada restorasi
gigi 12 missing teeth
• Anatomi
Gigi 12 • Fisiologi
• Dental Material

History taking &


Anamnesa • Pem.umum
• Riwayat Kes
• Intra Oral
• Ekstra Oral
• Pem.penunjang
Diagnosa & Prognosa

Rencana Perawatan
(adhesif bridge)

Pola jembatan

Laboraturium • BHP
• Komplikasi pasca
Penatalaksanaan
perawatan adhesif
klinis bridge

Fungsi stomatognati
yang kembali pulih
ANATOMI dan HISTOLOGI

Mahkota

Fungsi :
Insisif : memotong makanan
Canine : menusuk
Molar : menghancurkan dan menggiling makanan
Jaringan Pendukung
Jaringan pendukung gigi
• Anatomi Jaringan Periodonsium Terdiri dari :
– Gingiva
– Lig.periodontal
– Sementum
– Tl. alveolar
Ginggiva

Terdiri dari 3 bagian:


• Gingiva bebas (free gingiva) atau gingiva tidak cekat (unattached gingiva).
• Gingiva cekat (attached gingiva).
• Gingiva interdental (interdental gingiva).
• Gingiva Terdiri dari 3 bagian:
– Gingiva bebas (free gingiva) atau gingiva tidak cekat (unattached gingiva).
– Gingiva cekat (attached gingiva).
– Gingiva interdental (interdental gingiva).

• Gingiva normal:
• Warna  merah muda (coral pink), dipengaruhi oleh:
– Pasok vaskuler.
– Ketebalan dan derajat keratinisasi.
– Pigmen melanin.
• Ukuran  tergantung banyaknya elemen sel dan interseluler serta pasok vaskularnya.
• Kontur  dipengaruhi oleh:
– Bentuk dan susunan gigi dalam lengkung rahang  margin.
– Lokasi dan besar area kontak proksimal  interdental.
– Dimensi embrasur gigi  interdental.
• Konsistensi  kaku (firm) dan lenting (resilient).
• Tekstur permukaan:
– Gingiva cekat  seperti kulit jeruk (stipling).
– Gingiva bebas  licin.
Ligamen Periodontal
HISTOLOGI GIGI DAN JARINGAN PENDUKUNG
Anatomi Gigi dan Jar. Pendukung
Sementum

Jaringan mesenkimal avaskular yang termineralisasi yang


membentuk pembungkus sebelah luar dari akar anatomis.
Terbagi atas:
• Sementum aseluler, afibrilar.
• Sementum aseluler, serabut ekstrinsik.
• Sementum seluler, serabut bercampur.
• Sementum seluler, serabut intrinsik.
• fungsinya sebagai berikut :
1) Mehubungkan gigi dengan periodontal
fiber (ligament), dengan kata lain
merupakan pegangan dari gigi ke tulang
alveolar.
2) Memperbaiki cementum dan dentin dari
beberapa kasus fraktur dari akar gigi
• Sementum
– Jaringan mesenkimal avaskular yang
termineralisasi yang membentuk pembungkus
sebelah luar dari akar anatomis.
Fisiologi
• Fisiologi Bentuk Gigi
• 4 Pokok Fungsi
- Mastikasi
- Fonetik
- Estetik
- Pelindung jaringan penyangga
Gigi Tiruan Berdasarkan Bahan Yang
Digunakan
1. All porcelain bridge
• Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini.
• gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilat.
• Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli.
• Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat logam.
• Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga
tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan
kunyah gigi belakang.
• Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi.
• tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism
karena gesekan yang terus menerus dengan gigi antagonisnya akan
menyebabkan porcelain cepat pecah.
Gigi Tiruan Berdasarkan Bahan Yang
Digunakan
All acrylic bridge
• Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket
sementara (menunggu mahkota jaket permanen).
• Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan logam karena sifat
bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah.
• warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah
berubah warnanya.
• Harganya pun murah tetapi tampilan menarik.
• Kontraindikasi dari bahn ini adalah tidak digunakan pada gigi yang
memiliki beban kunyah yang besar karena kekerasan
• akrilik hanya 1/16 kekerasan dentin. Gigi tiruan yang
menggunakan bahan ini juga tidak cocok digunakan pada penderita
dengan bruxism.
Gigi Tiruan Berdasarkan Bahan Yang
Digunakan
All metal bridge

• Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan
yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun
• logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat.
• bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli.
• Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan kontraindikasinya adalah gigi
abutmen yang digunakan mempunyai ketebalan dentin yang kecil.
Gold Crowns
Keuntungan:
- metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.
- Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan mengunyah.
- Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota memenuhi
- Sehat lingkungan untuk jaringan gusi
Kerugian:
- estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.
Gigi Tiruan Berdasarkan Bahan Yang
Digunakan
• Kombinasi (porselen dan metal)
Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan mahkota
porselen.
• dipilih untuk gigi depan tetapi tidak menutup kemungkinan juga digunakan pada
gigi posterior.
• Porcelen fuse to metal ini lebih kuat daripada all porselen bridge.
• penampilan yang sangat baik karena keestetik,
• kelemahan utama yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya.
 • Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi dimahkotai
masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif terhadap panas dan
dingin.
 • Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan pada
gigi antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol sehingga tidak
dapat diawasi.
Bagian porselen bisa terkelupas mati dan logam yang mendasari dapat terlihat
sebagai garis gelap
Gigi Tiruan Berdasarkan Bahan Yang
Digunakan
In Ceram (keramik bridge)
Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh.
• Memiliki estetika yang sangat baik dan cukup kuat
untuk dapat disemen dengan semen gigi tradisional.
SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang
memerlukan estetika unggul dan tembus.
ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus
anterior, dan sampai restorasi 3-unit jembatan.
Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan kasus
anterior, dan sampai restorasi 5-unit jembatan.
Diagnosa
• Diagnosa pada pasien pada sekenario adalah
kelas I menurut klasifikasi PDI
• Kelas I pada sistem klasifikasi PDI sebagian:
Klas ini ditandai dengan keadaan yang ideal
atau sedikit buruk dari lokasi dan perluasan
daerah edentulous (yang dibatasi lengkung
rahang tunggal), kondisi gigi penyangga,
karakteristik oklusi dan kondisi residual ridge.
Indikasi & Kontra Indikasi Jembatan
Adhesif
Indikasi :
1. Merupakan jembatan pendek yg menggantikan satu sampai dua
gigi depan maupun belakang yg hilang
2. Gigi penyangga harus kokoh dan tidak goyah
3. Gigitan yang ringan atau terbuka (open bite) merupakan kasus
ideal untuk jembatan adhesif
4. Tidak terdapat kebiasaan buruk seperti bruxism
5. Gigi sandaran menyediakan struktur gigi yang cukup, tidak
terdapat kerusakan karena abrasi, karies yg luas, tdk terdapat
defek pd email, dan gigi sandaran dg restorasi proks yg dangkal
6. Pasien kooperatif
7. Pasien dg OH yg baik
Indikasi & Kontra Indikasi Jembatan
Adhesif

Kontra Indikasi :
1. Daerah tidak bergigi yg panjang > 2 gigi
2. Oklusi dan artikulasi yang tidak normal
3. Gigi sandaran dg kerusakan yang luas
4. Gigi sandaran yang tipis
5. Gigi penyangga tidak kokoh
6. Mahkota yang pendek & embrasur yang rapat
7. Pasien sensitif dg nikel at bahan dental yg digunakan
8. Tdk tersedia pelayanan lab yg memadai
Keuntungan

1. Pengurangan jaringan gigi yg minimal terbatas pada lap email saja


2. Tidak terjadi trauma pada pulpa
3. Tidak ada trauma pada gingiva
4. Tidak perlu dilakukan anestesi
5. Pencetakan mudah
6. Waktu kunjungan pasien sedikit
7. Biaya relatif lebih murah
8. Estetik lebih baik
9. Tidak diperlukan mahkota sementara
10.Prosedur klinik sederhana
11.Jk lepas, dapat dilekatkan kembali tanpa kerusakan jar. gigi
Kerugian

1. Kekuatan resin komposit membatasi indikasinya sehingga tidak


dibuat pada jembatan yang panjang
2. Prosedur pelekatan jembatan adhesif lebih sulit dan memakan waktu
lebih lama dibandingkan teknik konvensional
3. Teknik relatif baru, dan studi longitudinal tidak memungkinkan
4. Logam dibagian lingual terlihat
5. Penggunaan asam untuk mengetsa permukaan email, mengharuskan
operator bekerja hati-hati
6. Prosedur lab yang rumit terutama jika memakai btk retensi anyaman
Bioetik dan Humaniora
• Beneficence
- Mengobati pasien dengan prosedur yang tepat
- Meminimalisir akibat buruk
• Non maleficence
- Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
• Autonomy
- Informed consent mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan
prosedur tindakan yang akan dilakukan,resiko dan komplikasi yang
kemungkinan akan terjadi
• Justice
- Tidak membeda-bedakan pasien atas dasar SARA dan status ekonomi
Rencana Perawatan
Gigi tiruan lepasan (Gigi 12) pasien yang sudah
terpasang dilepas dan akan diganti dengan gigi
tiruan cekat dan bahan yang akan digunakan
adalah all akrilik dengan jembatan adhesif
atau disesuaikan dengan kesanggupan pasien.
Wing dibuat dari bahan Nickel Chromium
Bellyrium alloy (Ni-Cr-Br)
Rencana Perawatan
Gigi sandaran adalah gigi 11 dan 13 akan dibuatkan
jenis jembatan adhesif dan dilekatkan dengan
pontik dengan menggunakan resin komposit luting
agent (resin semen) dengan type dual cured yang
berpolimerisasi oleh sinar tampak dan kimia.
Membuat cetakan dengan sendok cetak dan bahan
cetaknya adalah alginate.
Type pontik yang akan dibuat dengan akhiran ovoid
karena pertimbangan estetik.
Pola Perencanaan
1. Desain Kerangka Logam
2. Preparasi Permukaan Email Gigi Sandaran
3. Pencetakan
4. Bite Registration
5. Pembuatan Model Kerja
Desain Jembatan
Penatalaksanaan
Tahap I
1. Rencana Awal
Gigi 35 : 1,5 mm, perawatan endo one visit, preparasi mahkota
Gigi 36 : Missing, dibuatkan gigi tiruan
Gigi 37 : 2 mm, Preparasi mahkota
2. Rencana akhir
Disain bridge yang akan dibuatkan yaitu : Fixed-fixed bridge (rigid)
Gigi 45 yang missing diindikasikan untuk dibuatkan 3 unit fixed-fixed bridge dengan
menggunakan abutment pada gigi 35 dan 37 dari bahan porselen fuse to metal.
Pada gigi 37 : setelah penambalan , akan dibuatkan full crown extra corona retainer
dengan bahan porselen fused to metal
Jenis pontik yang akan digunakan adalah ridge laps pontik dengan bahan porselen
fused to metal
Membuat cetakan studi model
Penatalaksanaan
Tahap II :
Preparasi gigi 37 untuk dibuatkan full crown extra korona
Lagkah-langkah preparasinya yaitu :
Langkah I : Anestesi lokal agar tidak ngilu saat preparasi mengurangi permukaan mesial dan distal,
gunakan bur intan untuk membuat chamfer, dimulai pada marginal ridge. Jurusan pemotongan
harus sesuai dengan arah jurusan masuk mahkota. Penggerindaan ini menghasilkan suatu
permukaan dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi. Untuk mendapatkan retensi gesekan
(trictional retention) yang cukup. Permukaan-permukaan tersebut sebaiknya memiliki kemiringan 5
derajat ke arah permukaan oklusal
Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo , penggerindaan bertujuan
untuk menghilangkan kecembungan permukaan bukal dan undercut dan diperoleh bentuk chamfer.
Rata-rata permukaan-permukaan ini dikurangi 0,5 sampai 1 mm.
Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai diperoleh bentuk
chamfer. Bagian 2/3 gingiva dngan kemiringan 5 derajat, bagian 1/3 oklusal sebaiknya melengkung
ke dalam untuk menyesuaikannya dengan permukaan lingual.
Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir pada airotor dan
buang substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi dihilangkan seluruhnya tapi bila
tidak permukaan yang dipreparasi sebaiknya mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.
Penatalaksanaan
Tahap III:
Preparasi gigi 35(untuk dibuatkan full crown extra corona retainer
Langkah I : Anestesi Lokal pada gigi 35
Pengurangan permukaan distal lebih banyak karena bagian distal migrasi,
bertujuan untuk mendapatkan ruangan yang cukup untuk pontik dengan
menggunakan bur intan. Penggerindaan ini menghasilkan suatu permukaan
dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi. Untuk mendapatkan retensi
gesekan (trictional retention) yang cukup.
Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo ,
Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai
diperoleh bentuk chamfer.
Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir
pada airotor dan buang substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi
dihilangkan seluruhnya tapi bila tidak permukaan yang dipreparasi sebaiknya
mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.
Penatalaksanaan
Tahap IV :
 Pengecekan hasil preparasi, Paralisme dinding
aksial :
Makin paralel makin kuat
Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat
Bila sudut > 6 derajat makin mudah lepas
Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak
dapat keluar
Pengecekan sudut preparasi dilihat dg 1 mata
Penatalaksanaan
Tahap V:
 Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak
sekitarnya harus sehat, bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi
gingiva adalah Usaha pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan
maksud agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.
 Cara Retraksi gingiva:
Daerah preparasi keringkan
Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit
Potong benang 5 cm seperti U
Tempatkan melingkar pada gigi penyangga
Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen
Penekanan dimulai dari mesio-proksimal terus palatal akhirnya ke distal
Kembali ke permukaan bukal sampai mesio proksimal
Potong kelebihan benang.
Penatalaksanaan
Tahap VI :
 Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan model kerja
– Caranya:

1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)
Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang tujuannya untuk menstabilkan kedudukan
sendok cetak didalam mulut, ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu aduk hingga warna berubah
hijau, lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah yang telah dipreparasi harus dicekungkan untuk
menyediakan bahan yang kedua.
Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi yang telah
dipreparasi pada mulut pasien, sisanya pada bagian yang dicekungkan tadi.
Kemudian cetakkan kedalam mulut pasien
Cor cetakan dengan hard stone.

2. Bahan double impression dengan teknik two phase


Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak, setelah rata masukkan ke dalam mulut pasien
tanpa melepas crown sementara. Pada bagian anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu dicekungkan. Setelah
mengeras ambil sendok cetak tersebut dari mulut pasien, kemudian aduk light body yang terdiri dari basa dan
katalis, setelah homogen masukan ke dalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi tadi.
Masukkan cetakan putty tadi ke dalam mulut. Setelah keras keluarkan dari mulut pasien.
Penatalksanaan
Tahap VII :
Pemilihan warna gigi : sesuai dengan warna gigi
tetangga dengan bantuan pedoman warna (shade
guide) untuk menentukan value (tingkat warna
gelap ke terang), chroma(kepekatan warna), hue
(merah atau kuning)
Penatalaksanaan
Tahap VIII :
Temporary bridge (Mahkota sementara)
Dilakukan wax up pada work model untuk proses Bridge. Setelah preparasi selesai, maka pasien dipasangkan mahkota sementara. Selanjutnya
lakukan wax up pada model kerja untuk proses bridge, kemudian dilakukan pemilihan warna gigi yang sesuai dengan gigi asli.
Jembatan sementara yang baik adalah mampu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Pelindungan pulpa
2. Stabilitas kedudukan
3. Fungsi oklusal
4. Mudah dibersihkan
5. Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)
6. Kekuatan dan retensi
7. Estetis (terutama pada gigi depan)
Bahan : ethil metacrylate, epimine resin, methyl metacrilate
Cara pembuatan:
1. Direct ; lebih dari 1 x kunjungan
Cetak gigi sebelum preparasi, kemudian di preparasi, isi cetakan 1 dengan self curing akrilik, masukkan catakan 1 ke dalam mulut (pada gigi
yang dipreparasi)
2. Indirect : lebih dari 1 x kunjungan
Cetakan 1 isi dengan gips (model) , lalu preparasi , cetakan 2 (isi dengan gips/model 2) , lalu masukkan cetakan 1 pada model 2.
3. Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang cukup tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi
kekuatan semen dan akan mempermudah pembongkaran kembali nantinya. Setelah penyemenan selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab
dapat mengiritasi jaringan lunak.
Penatalaksanaan
Tahap IX :
Proses laboratorium
Pembuatan Die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan dipasangkan lagi pada model yang bertujuan untuk membuat
mahkota terutama bagian proksimal

Cara Kerja :
1. Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).
2. Penentuan letak pin.
Tandai lebar masing-masing gigi.
Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau lingual gigi yang telah dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai
lebar gigi (bagian proximal).
3. Pengisian gips keras (sampai 12 linggir alveolar).
4. Penanaman pin (bentuk retensi 12 lingkaran).
Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum pentul.
Sisa gips dibuat bulatan-bulatan kecil
Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur bulat, buat lekukan setengah lingkaran.
Ambil wax merah (bulatkan), letakkan pada ujung pin.
Olesi permukaan gigi dengan vaselin menggunakan kuas kecil.
5. Boxing dan pembuatan basis
Dengan menggunalan base plate wax setelah cetakan di boxing.
6. Penggergajian
Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan distal gigi yang diperbaiki
Gergaji sampai batas gips keras
7. Trimming die
Menggunakan bur bulat, trimming tepat di bawah servikal dengan kedalaman 1 mm.
Penatalaksanaan
Pembuatan Model/ pola malam mahkota/ bridge & pembuatan pontik:
Pembuatan pola malam (retainer dan pontik) diusahakan:
1. Kontak oklusal merata dengan gigi lawan
2. Pengurangan dimensi buko-palatal untuk mengurangi beban kunyah (long span bridge)
Pembuatan pontik : dengan jenis ridge lap pontik dengan bahan kombinasi metal keramik
(porselen fused to metal), lalu siapkan kontak bentuk garis antara logam dengan mukosa
labial/bukal berbentuk cembung atau lurus, sifatnya self cleansing
 Cara kerja :
1. Oleskan permukaan preparasi pada die dengan air sabun, tunggu sampai kering.
2. Panaskan malam.
3. Gunakan lekron untuk mengukir mahkota atau bridge.
4. Pada bridge bentuk pola pontik sesuai dengan bentuk anatomis gigi yang digantikan.
5. Lepaskan pola malam dari dai, letakkan pada model kerja. Pada bridge, dengan
bantuan sonde, sambungkan pontik dengan gigi penyangga.
6. Periksa hubungan dengan gigi tetangga, pola malam harus mencapai kontak yang baik.
7. Jika pola malam berkontak berlebihan maka untuk koreksinya taburkan bedak.
Penatalaksanaan
Prossesing Mahkota dan Bridge
1. Penanaman dalam Kuvet (Flasking)
Cara kerja :
Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah diisi gips putih dengan bagian labial menghadap ke atas.
Permukaan gips dihaluskan.
Permukaan gips dan model malam diolesi vaselin sebagai separating medium.
Olesi model malam dengan gips menggunakan kuas, tunggu keras.
Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.
2. Mengeluarkan malam (Wax Elimination)
Cara kerja :
Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan gips sudah mengeras, dibuka lalu wax dihilangkan dengan mengalirkanair panas.
Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam permukaan gips.
Dinginkan permukaan kuvet.
3. Pengisian aklirik (Packing)
Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could Mould Seal (CMS) tunggu kering.
Pengisian aklirik yang sudah diaduk, sambil mengetok kuvet.
Tutup bagian atas aklirik dengan selopan atau plastic, tutup dengan kuvet atas, press lalu buka dan potong kelebihan aklirik dengan pisau model.
Pasang dan tutup kuvet atas lalu press.
4. Pengisian akrilik (Prossesing)
Kuvet dalam keadaan dipress dimasukkan ke dalam wadah perebusan
Polimerisasi dengan cara direbus ±1 jam
5. Membuka kuvet (Deflasking)
Keluarkan model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.
Gips yang masih melekat dibersihkan dengan brush.
6. Finishing
Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur) dan kertas pasir.
7. Polishing
Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur, rubbercup, wool bur dengan bubuk pumis)
Penatalaksanaan
Tahap X:
Pemasangan / insersi dan penyemenan
1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan bentuk), kontak proksimal antara
tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva serta pemeriksaan kontak oklusal
dan kontak marginal.
2. Penyemenan Bridge
a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang akan dipasangi mahkota bridge juga
dikeringkan
b. Menggunakan zinc phospat cement, cara mengaduk ZnPO4 :
Letakkan powder dan liquid pada glass plate 1:1
Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi sedikit hingga homogen
Siap masuk ke dalam crown apabila semen ditarik sudah terbentuk benang dan tidak putus
Semenkan ada gigi penyangga dengan ditekankan dan pasien disuruh menggigit kapas
Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen
Periksa oklusi sebelum pasien pulang
Operator perlu memberi tahu cara membersihkan jembatan tersebut.
3. Instruksi untuk memeliharaan gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :
Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)
Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya yangberfungsi untuk membersihkan daerah yang sukar
terlihat (daerah interdetal/ dasar pontik)
Penatalaksanaan
Tahap XI :
 Kontrol dilakukan jika terjadi kesalahan atau
kegagalan dalam pembuatan bridge
 Kegagalan yang mungkin terjadi :
Kegagalan sementasi
Jemabatn patah secara mekanikal
Iritasi dan resesi gingiva
Kelainan jaringan periodontal
Karies
Nekrosis pulpa
Komunikasi Efektif
Komunikasi dokter – pasien -------------------- > komunikasi terapeutik
Merupakan transaksi untuk menentukan terapi yang paling tepat terhadap
penderita dan sebagai transaksi berarti mengandung kegiatan komunikasi
antara dokter-pasien

KOMUNIKASI INTERPERSONAL --- 2 ORANG ATAU LEBIH


 Pesan yg disampaikan komunikator tdk terbatas pada verbal melainkan non
verbal ---- ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh---- penilaian dokter
 Adanya umpan balik (feedback)
 Keterbukaan pasien
 Pesan yang disampaikan jelas dan dimengerti
 Rasa saling percaya
 Empati --- kemampuan kognitif dokter untuk mengerti kebutuhan pasien
Etika Profesi Dokter Gigi
Etika terhadap pasien
- Seorang dokter tidak boleh menolak pasien dengan ekonomi rendah
dengan alasan biaya
Drg tetap dituntut memberikan perawatan yang sesuai dan
memberikan infromasi mengenai tempat pengobatan lain

Etika terhadap teman sejawat


Memperlakukan teman sejawat seperti dia sendiri ingin diperlakukan

Etika terhadap lingkungan


Dokter gigi bertanggung jawab atas limbah dari tempat praktiknya ---
tidak membahayakan lingkungan sekitar
Komplikasi
• Jembatan terlepas karena retensi adhesif
kekurangan ikatan.
Kegagalan Jembatan
1. Perasaan yang tidak enak
• Penyebab:
 Kontak prematur
 Bidang oklusi yang terlampau luas
 Jembatan yang tidak pas pada waktu disemen
 Tekanan yang terlampau berat pada gusi
 Kontak yang terlampau berat atau tidak ada kontak
 Gusi alveolar yg over-protected atau under-protected
 Daerah servikal yg sakit (ngilu)
 Shock thermis
 Karena belum biasa
Kegagalan Jembatan
• 2. Jembatan lepas
• Penyebab:
 Perubahan bentuk dari retainer
 Torsi atau ungkitan
 Kesalahan teknik penyemenan
 Terlarutnya semen
 Karies
 Gigi penyangga yang goyah
 Kesalahan pilihan macam retainer
 Restorasi yang tidak akurat
Kegagalan Jembatan
• 3. Kegagalan karena terjadi karies
• Penyebab:
 Pinggiran restorasi retainer yang terlampau panjang
 Restorasi retainer yang pinggirannya kurang panjang at tdk lengkap
 Pinggiran restorasi yang terbuka
 Kerusakan bahan mahkota
 Retainer yang lepas
 Embrasure yang terlampau sempit
 Malhygiene
 Pilihan retainer yang salah untuk keadaan tertentu
 Mahkota sementara yg merusak at mendorong gusi
Kegagalan Jembatan
• 4. Jembatan kehilangan dukungan
• Penyebab:
 Panjang jembatan >>
 Luas (ukuran) dari permukaan oklusal
 Bentuk embrasure
 Bentuk retainer
 Kurang gigi penyangga
 Trauma pada periodontium
 Teknik pencetakan
Kegagalan Jembatan
• 5. Perubahan-perubahan pada pulpa
• Penyebab:
 Cara preparasi
 Preparasi yang tidak dilindungi dg mahkota
sementara
 Karies yang tersembunyi
 Rangsangan dari semen
 Terjadi perforasi
Kegagalan Jembatan
• 6. Jembatan yang patah
• Penyebab:
 Hubungan solder yang tidak baik
 Teknik pengecoran yang salah
 Kelelahan bahan
Kegagalan Jembatan
• 7. Jembatan yang kehilangan lapisan estetik (facing)
• Penyebab:
 Kurang pegangan/ kaitan (retensi)
 Kurang dilindungi oleh logam
 Perubahan bentuk dari kerangka logam
 Maloklusi
 Pengolahan bahan pelapis yang salah
 Keausan bahan
Kegagalan Jembatan
• 8.Sebab-sebab jembatan tidak dapat dimasukkan
pada tempatnya
• Penyebab:
 Jurusan masuk yang menjadi tidak cocok
 Pemindahan kedudukan retainer dari mulut atau
model ke rakitan solder yang tidak akurat atau
retainer-retainer yang berubah kedudukan waktu
penyolderan
 Sebab-sebab lain yang tidak jelas asalnya
Prognosis
 Adbonam jika pasien mengikuti instruksi
dokter, dan selalu tepat waktu ketika sudah
wakktunya untuk kontrol
Indikasi & kontraindikasi protesa lepasan
Indikasi :
a.Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
b.Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut
karena kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin
diperbaiki.
c.Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya.
d.Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
e.Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang
akan diperoleh.
f. Motivasi pasien
Indikasi & kontraindikasi protesa lepasan

KONTRAINDIKASI :
Kontra indikasi GTL antara lain:
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Pasien dengan usia lanjut, harus
mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien
tersebut
3. Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien
4. OH yang buruk
5. Riwayat alergi bahan

Anda mungkin juga menyukai