KELOMPOK 1
Tutor : Dr. Drg. Nila Kasuma, M.Biomed
Ketua : 1711411010 - Fachri Erizon
Sekretaris Meja : 1711411006 - Hasya Prana Dewi
Sekretaris Papan : 1711411003 - Nadiva Damara
Anggota Tutorial
1711411001 - Zhafirah Fidinina
1711411002 - Aaron Michelle Duvali
1711411004 - Mia Rizki Anggini
1711411005 - Oryza Shafira Aldi
1711411007 - Putri Permata Sari
1711411008 - Brilianti Vica Dewi As
1711411009 - Anisa Raudhatul Husna
Skenario 2
Andi (20 th) mengeluh gigi gerahamnya sakit sejak kemarin. Gigi tersebut terasa ngilu
saat mengunyah makanan. Karena tidak nyaman dengan kondisi tersebut Andi pergi untuk
memeriksakan gigi ke dokter gigi Wita.
Saat diruang tunggu Andi melihat poster mengenai gigi dan jaringan pendukungnya.
Saat berkonsultasi dengan dokter gigi, Andi menceritakan keluhannya. Dokter gigi
menjelaskan bahwa sakit yang dirasakan disebabkan karena adanya perubahan pada molekul
biokimia gigi, sehingga merangsang pembuluh darah, limfa dan saraf dimana molekul-
molekul tersebut bisa dilihat secara mikroskopis. Apabila gigi tidak segera dirawat, bakteri
akan menyebar ke jaringan pendukung gigi. Oleh karena itu, dokter menyarankan kepada
Andi untuk menjaga kesehatan mulutnya dan rajin kontrol ke dokter gigi. Akhirnya Andi
mulai mengerti bahwa ternyata gigi itu memiliki struktur yang sangat kompleks.
URAIAN
Langkah I
Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi.
- Biokimia : Ilmu yang mempelajari tentang peranan molekul dalam reaksi kimia pada
makhluk hidup
- Jaringan Pendukung : Jaringan yang berfungsi dalam pengokohan gigi agar terletak
normal dan tidak mengalami gangguan
- Mikroskopis : suatu benda atau objek partikel yang sangat kecil yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang dan harus di lihat menggunakan mikroskop.
Langkah II
Menentukan masalah
1. Apa saja struktur gigi?
2. Apa saja jaringan pendukung gigi?
3. Apa saja struktur mikroskopis gigi?
4. Apa saja susunan kimia pada gigi?
5. Mengapa bisa terjadi perubahan molekul kimia pada gigi?
6. Kenapa perubahan molekul biokimia pada gigi bisa menyebabkan sakit?
7. Mengapa bakteri bisa menyebar ke jaringan pendukung apabila gigi tidak dirawat
?
Langkah III
Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge
1. Struktur Gigi
Enamel : bagian terkeras yang melindungi bagian dalam gigi
Dentin : mirip enamel tetapi struktur lebih lunak
Pulpa : Rongga gigi yang di dalamnya ada pembuluh darah saraf
Sementum : Lapisan yang melindungi akar gigi
5. Bisa terjadi karena pengaruh makanan. pH di dalam mulut adalah netral, dan
makanan yang masuk bersifat asam. Bergabung membentuk molekul baru, maka
berubahlah molekul biokimia pada gigi yang dapat memicu karies dll.
7.Jika mulut tidak bersih maka kotoran dan bakteri akan merusak jaringan
pendukung, sehingga menyebabkan penyakit (ex: infeksi)
Sisa makanan yang tertinggal pada gigi akan membusuk, sehingga terjadi asam dan
akan menyebabkan karies dan plak menyebabkan abrasi. Mulut bersih mencegah
pembusukan karena pH mulut akan kembali netral
Langkah IV
Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari korelasi
dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.
Andi (20th)
Gigi ngilu
Merangsang pembuluh
darah, saraf dan limfa
Biologi Gigi dan Jaringan
Pendukung
Langkah V
Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur jaringan pendukung gigi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan histologi gigi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan histologi jaringan pendukung
Langkah VI
Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain
Langkah VII
Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh
Pada orang dewasa, gingiva normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi kearah koronal
dari hubungan sementum enamel. Secara anatomis, gingiva dibagi menjadi marginal,
attached, dan area interdental. Meskipun masing-masing gingiva memiliki perbedaan
kekerasan dan struktur histologi, tetapi secara umum gingiva berperan untuk melindungi
kerusakan mekanik maupun bacterial. Karena itu, spesifisitas dari struktur gingiva
menunjukkan efektivitasnya untuk menjadi tameng dari penetrasi mikroba maupun agen
berbahaya untuk masuk ke jaringan yang lebih dalam (Carranza, 2006).
Marginal Gingiva. Marginal gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti gigi
seperti kerah pada baju. Pada 50% kasus, Lapisan ini terletak pada daerah koronal dari
bagian gingiva yang lain, batas marginal gingiva dengan attached gingiva ditandai dengan
adanya cerukan dangkal yang disebut free gingival groove. Marginal gingiva umumnya
memiliki lebar 1mm, membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva. Marginal
gingiva dapat dipisahkan dengan permukaan gigi dengan menggunakan probe periodontal.
Marginal ginggiva berbatasan dengan gingiva cekat oleh suatu indentasi (lekukan) yang
dinamakan alur gusi bebas (free gingival groove). Alur gusi bebas berada pada level yang
setentang dengan tepi apikal epitel penyatu, tetapi tidak berarti bahwa level-nya setentang
dengan dasar sulkus gingiva. Alur gusi bebas hanya dijumpai pada 50% individu, dan ada
atau tidaknya alur tersebut pada individu tidak dapat dikaitkan dengan terinflamasi atau
tidaknya gingiva. (Carranza, 2006).
Attached gingiva. Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan
padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari
attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat
digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival junction (Carranza, 2006).
Interdental gingiva. Interdental gingiva mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang
interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk
piramidal atau berbentuk seperti lembah. Gingiva interdental merupakan bagian gingival
yang mengisi daerah interdental, umumnya berbentuk konkaf, menghubungkan papilla fasial
dan papilla lingual. Bila gigi – geligi berkontak, struktur ini akan menyesuaikan terhadap
bentuk gigi – geligi di apical daerah kontak. Bila gigi – gigi yang berdekatan tidak saling
berkontak, tidak ada terlihat bentukan konkaf / “col” dan gingival interdental kelihatan
berbentuk datar atau konveks. Epithelium col biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan
terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin merefleksikan posisinya yang
terlindung. Pertukaran sel – sel epithelial sama seperti pada daerah gingival lainnya. Region
interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling
persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah inilah biasanya
timbul lesi awal pada gingivitis(Carranza, 2006).
B. SEMENTUM
Sementum adalah jaringan mengapur menyerupai tulang yang menutup akar gigi.
Sebagai yang telah diuraikan, sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang
berkembang menjadi sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matrik, disebut
sementoid, yang mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan dua jenis
sementum: aselular pertama-tama ditimbun pada dentin membentuk pertemuan
sementum-dentin, dan biasanya, menutupi sepertiga servikal dan sepertiga tengah akar.
Sementum selular biasanya ditumpuk pada sementum aselular pada sepertiga apical akar
dan bergantian dengan lapisan sementum aselular. Sementum selular ditumpuk pada
kecepatan yang lebih besar daripada sementum aselular dan dengan demikian menjebak
sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini disebut sementosit. Sementosit
terletak pada kripta sementum dan dikenal sebagai lacuna. Dari lacuna, kanal-kanal,
disebut kanalikuli, yang berisi perpanjangan protoplasmic sementosit dan berfungsi
sebagai jalan mengangkut nutrient ke sementosit, menjalin dengan kanalikuli lain dari
lakuna lain untuk membentuk suatu sistem yang dapat dipersamakan dengan sistem
Havers (haversian sistem) tulang. Oleh sebab sementum adalah avaskular, nutrisinya
berasal dari ligament periodontal. Karena lapisan incremental sementum ditumpuk,
ligamen periodontal dapat berpindah tempat lebih jauh, dan akibatnya beberapa
sementosit mungkin mati dan meninggalkan lakuna kosong (Grossman, 1995).
sekitar akar. Sementum yang lebih tebal pada apeks disebabkan karena penumpukannya
yang terus menerus selama kehidupan eruptif gigi untuk mempertahankan tingginya pada
bidang oklusal. Penumpukan sementum yang terus-menerus juga memberi bentuk pada
foramen apical dewasa. Foramen bila menjadi dewasa, menjadi konis, dengan aspek
kerucut, disebut diameter minor (konstriktur), menghadap pulpa dan dasar, disebut
diameter mayor, menghadap ligament periodontal. Penumpukan sementum yang terus
menerus menaikkan diameter mayor dan menghasilkan suatu deviasi rata-rata foramen
apical sebesar 0,2 sampai 0,5 mm dari pusat apeks akar. Diameter minor menentukan
penghentian apical instrumentasi dan obturasi saluran akar dan rata-rata terletak 0,5 mm
dari permukaan semental pada gigi-gigi muda dan 0,75 mm dari permukaan pada gigi-
gigi dewasa. Meskipun hubungan sementum-sementum bertepatan dengan diameter
minor, sementum dapat tumbuh tidak rata dan dapat mengubah hubungan ini (Grossman,
1995).
Memperbaiki adalah fungsi lain sementum. Fraktur akar dan resorpsi biasanya
diperbaiki oleh sementum. Penutupan akar yang belum dewasa pada prosedur
apeksifikasi disempurnakan oleh deposisi sementum atau jaringan yang menyerupai
sementum. Sementum juga mempunyai fungsi protektif. Lebih resisten terhadap rasorpsi
daripada tulang. Mungkin disebabkan avaskularitasnya. Akibatnya, gerakan ortodontik
akar biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan resorptif minimum. Fungsi-fungsi lain
adalah deposisi sementum yang terus menerus dan penyumbatan foramina aksesori dan
apical setelah perawatan saluran akar (Grossman, 1995).
C.LIGAMEN PERIODONTAL
Ligament periodontal adalah suatu jaringan konektif, padat dan berserabut yang menempati
ruang di antara sementum dan tulang alveolar. Mengelilingi leher dan akar gigi serta
berkesinambungan dengan pulpa dan gusi. Ligament periodontal tersusun dari substansi
dasar, jaringan instertisial, pembuluh darah dan limfa, saraf, sel-sel dan bundle serabut
(Carranza, 2006).
Lebar ligament periodontal bervariasi dari 0,15 sampai 0,38 mm. Variasi dalam lebar
dijumpai dari gigi ke gigi dan pada daerah ligament yang berbeda pada akar yang sama.
Ligament periodontal lebih tipis pada tumpu/fulcrum pemutaran gigi. Gigi-gigi dengan
beban oklusal yang berat mempunyai ligament periodontal lebih lebat daripada gigi-gigi
dengan beban oklusal minimal yang ligament periodontalnya lebih tipis. Dengan
bertambahnya umur, lebar ligamen periodontal berkurang (Carranza, 2006).
Jaringan Interstisial
Ligament sangat dipenuhi oleh pembuluh darah yang menyediakan bahan gizi
untuk aktivitas osteogenik, sementogenik, dan fibrogenik. Arteri alveolar bercabang
menjadi arteri gigi dan arteri interalveolar. Pada gigi-gigi belakang juga bercabang
menjadi arteri interadikular. Arteri gigi masuk ke dasar kripta tulang ,dan sebelum
menembus foramen apikal, bercabang menjadi arteriola dan kapiler-kapiler untuk
membentuk suatu anyaman (pleksus) yang mensuplai daerah apikal ligamen periodontal
(Grossman, 1995).
Arteri interalveolar bercabang dari arteri alveolar dari sebelah koronal melintas
tulang kanselus dinding lateral kripta tulang; cabang-cabang lateralnya, disebut arteri
perforating, masuk melalui plat kribriform ke dalam ligamen periodontal lateral. Ateri
menjadi arteriola dan kapiler-kapiler membentuk anyaman yang subur. Pleksus arterial
gigi dan interal veolar lebih mencolok pada sisi tulang ligamen karena aktifitas
mengubah bentuk tulang yang konstan. Arteri interal veolar keluar melalui krista
presassus alveolar dan membentuk cabang-cabang gingival. Cabang-cabang gingival ini
mensuplai gingiva dan bagian koronal ligamen peridontal (Grossman, 1995).
Vena intrdental, vena interadikular dan vena gigi mengalir ke dalam vena alveolar.
Juga dijumpai anyaman pembuluh limfatik yang mengikuti drainase vena ke dalam
saluran limfe alveolar (Grossman, 1995).
Inervasi
Saraf berakhir sebagai serabut dengan diameter kecil atau besar. Serabut
berdiameter kecil, baik yang bermielin atapun yang tidak bermielin, berakhir sebagai
ujung bebas pada ruang interstisial dan berhubungan dengan rasa sakit. Serabut
berdiameter besar bermielin, berakhir sebagai ujung khusus berupa tombol atau
kumparan dekat serabut utama ligamen peridontal, dan merupakan mekanoseptor yang
berhubungan dengan sentuhan, tekanan dan propriosepsi (Grossman, 1995).
Saraf simpapetik mengikuti pembuluh darah arterial dalam ligamen periodontal.
Saraf-saraf itu berhubungan dengan kontrol vasomotor aliran darah di dalam arteri dan
kapiler (Grossman, 1995).
Sementoklas, atau sel yang meresorpsi sementum, tidak ditemukan pada ligamen
peiodontal normal.karena umumnya sementum tidak mengubah bentuk dan hanya
ditemukan pada pasien dengan kondisi patologik tertentu (Grossman, 1995).
Sel-sel lain yang terdapat pada ligamen periodontal normal adalah sisa-sisa sel
epitelial Malasses, sel-sel mesenkimal tidak berkembang, sel mast dan makrofag. Sisa-
sisa sel epitelial Malasses adalah sisa selubung akar epitelial Hertwig. Sel-sel ini
berlokasi pada sisi sementum ligamen periodontal. Fungsinya tidak diketahui teteapi
dapat berkembang biak untuk membentuk kista pada stimulinoksius (Grossman, 1995).
Sel Massenkimal yang tidak berkembang biasanya adalah sel stelat dengan nuklei
besar yang terlek dekat dengan pembuluh darah. Sel ini mungkin berkembang menjadi
fibroblas, odontoblas atau sementoblas (Grossman, 1995).
Sel-sel mast, ditemukan dekat pembuluh darah adalah sel-sel besar, bulat/oval
dengan nuklei bulat yang terletak di tengah. Sitoplasmanya mempunyai banyak granula
merah yang dapat mengaburkan nuklei. Granula ini mengandung heparin, koagulan
darah dan histamin yang dapat menuingkatkan permeabilitas kapiler. Histamin, yang
dilepaskan melalui degranelasi sel mast yang disebabkan oleh reaksi inflamasi akut,
mengerutkan sel endotelial pada dinding pembuluh yang menghasilkan ruang
interselulair dan permeabilitas vaskular (Grossman, 1995).
Kalsifikasi
Fungsi formatif, berperan dalam pembentukan dan resorpsi dari struktur jaringan
pendukung gigi (Grossman, 1995).
Fungsi nutrisi dan sensori, yaitu untuk memasok nutrient ke sementum, tulang
alveolar dan gingival melalui pembuluh darah oleh ligament periodontal. Persyarafan
ligament periodontal memiliki sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir
tekanan eksternal terhadap gigi (Grossman, 1995).
D. TULANG ALVEOLAR
Prosesus alveolar dibagi menjadi tulang alveolar yang sebenarnya dan tulang alveolar
pendukung.
Tulang alveolar yang sebenarnya adalah tulang yang membatasi alveolus atau
soket tulang yang berisi akar gigi. Tulang alveolar sebenarnya adalah bagian dari
jaringan periradikular. Pembentukannya dimulai oleh osifikasi intra-membran pada
tingkat awal pembentukan akar. Osteoblas pada tepi ligament periodontal menumpuk
suatu matriks organic yang disebut osteoid, yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi
dasar yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi dasar yang terdiri dari glikoprotein,
fosfoprotein, lipid dan proteoglikan. Pada waktu ostetoblas menumpuk matriks, beberapa
terjebak di dalamnya; sel-sel ini disebut osteosit. Matriks mengapur karena deposisi
kristal hidroksiapatit yang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat (Grossman, 1995).
Osteosit dalam tulang yang mengapur terletak dalam ruang oval yang disebut
lakuna, yang saling berhubungan dengan melalui kanalikuli. Sistem kanal ini membawa
nutrient ke dalam osteoid dan membuang hasil metaboliknya yang tidak berguna. Tulang
yang ditimbun bagian demi bagian selama aktivitas osteoblastik membentuk lembaran-
lembaran tulang yang disebut lamella. Masa istirahat dibatasi oleh garis-garis gelap yang
disebut garis-garis istirahat, yang berjalan sejajar dengan permukaan tulang. Osteosit di
dalam lakunya disebarkan secara rata pada seluruh permukaan lamela. Lamela, garis-
garis istirahat, lakuna dengan osteositnya, dan kanalikuli memberikan tulang sifat
histologiknya (Grossman, 1995).
Tulang alveolar yang sebenarnya terdiri dari bundel tulang di tepi alveoli dan
tulang yang berlamela ke daeah pusat prosesus alveolar. Tulang disebelah tepi disebut
bundel tulang karena serabut Sharpey ligament periodontal tertanam didalamnya. Karena
serabut Sharpey di sebelah tepi dapat mengapur dan karena lamela hampir tidak jelas,
tulang ini tebal dan mempunyai penampilan yang lebih radiopak dalam radiograf
daripada tulang kanselus atau ruang ligament periodontal. Gambaran radiogfrafik
tulang alveolar sebenarnya disebut lamina dura (Grossman, 1995).
Tulang alveolar yang sebenarnya dapat juga dianggap sebagai plat kribriform.
Istilah ini timbul karena banyaknya foramina yang melubangi tulang. Foramina ini berisi
pembuluh darah dan saraf yang mensuplai gigi-gigi, ligament periodontal dan tulang
(Grossman, 1995).
Berdekatan dengan tulang alveolar yang sebenarnya terdapat suatu diploe tulang
kanselus ditutup oleh dua lamina eksterna tulang padat. Salah satu dari lamina eksterna
tulang padat adalah disebelah vestibular, dan yang lain adalah di sebelah lingual atau
palatal. Tulang kanselus terdiri dari tulang yang berlamela tersusun dalam cabang-cabang
disebut trabekula. Diantara trabekula terdapat ruang meduler, terisi dengan sumsum.
Sumsum dapat seperti lemak atau hematopoitik. Pada orang dewasa, sumsum pada
rahang bawah dan rahang atas biasanya berlemak, tetapi jaringan hematopoitik
ditemukan pada tempat tertentu misalnya seperti tubersositas rahang bawah dan rahang
atas biasanya berlemak, tetapi jaringan hematopoitik ditemukan pada tempat tertentu
misalnya seperti tuberositas rahang atas, daerah periradikular gigi molar rahang atas dan
rahang bawah, dan daerah periradikular gigi premolar. Ruang sumsum hematopoitik
kelihatan radiolusen pada radiograf (Grossman, 1995).
Dalam tulang kanselus juga dijumpai kanal nutrient. Kanal-kanal ini berisi
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf. Kanal biasanya berakhir pada krista alveolar pada
foramina kecil-kecil dan dengan melalui foramina tersebut pembuluh dan saraf masuk ke
dalam gingiva (Grossman, 1995).
Jumlah tulang kanselus bervariasi di antara daerah rahang atas dan rahang bawah
dan tergantung pada lebar prosesus alveolar serta ukuran dan bentuk akar gigi (Grossman,
1995).
Tulang kortikal (padat) menutupi tulang kanselus dan dibentuk oleh tulang
berlamela. Tulang berlamela ini mempunyai lakuna yang tersusun dalam lingkaran
konsentrik lakuna yang tersusun dalam lingkaran konsentrik disekeliling kanal sentral
yang disebut sistem Havers. Tulang kortikal bergabung dengan tulang alveolar yang
sebenarnya untuk membentuk Krista alveolar di sekeliling leher gigi (Grossman, 1995).
Tulang digunakan sebagai reservoir kalsium badan. Badan, dibawah kontrol
hormonal, mengatur dan memelihara metabolisme kalsium. Untuk itu, terjadi
pengubahan tulang secara fisiologik dan konstan oleh aktivitas osteoklastik dan
osteoblastik. Aktivitas ini dapat lebih mudah dilihat pada trabekula. Pola trabekular
secara konstan diubah sebagai reaksi terhadap tekanan oklusal. Pada trabekula didapati
garis-garis istirahat, yang merupakan ciri masa aktivitas osteoblastik, dan garis resorptif,
yang merupakan ciri masa aktivitas osteoklastik. Garis-garis istirahat mempunyai ciri
garis-garis resorpsi tepinya belekuk-lekuk (scalloped) dan mengarah pada daerah resorpsi
yang dikenal sebagai lakuna Howship (Grossman, 1995).
2. Histologi Gigi
Gambar Gigi
Mineralized Component
1. Email
Melapisi dentin pada bagian mahkota.
Tersusun oleh :
99 % kristal hidroksiapatit
1 % materi organik (Enamelin) dan air
Merupakan Struktur paling keras pada tubuh
Disusun oleh enamel rods (prisma email) yang dibungkus oleh matriks organik (selubung
batang prisma)
Enamel bersifat transparan
Gambar Email
Pembentukan Email
Email diproduksi oleh sel ameloblast pada bagian luar dentin ( sebelum erupsi ).
Process pada apex ameloblasts ( Tome’s process ) mensekresikan matriks enamel rod
sehingga mengalami kalsifikasi.
Enamel diproduksi secara bertahap (4-8µm/hari) striae of Retriuz
Setelah pembentukan enamel lengkap, ameloblast degenerasi maka enamel merupakan
struktur non vital
2. Dentin
Merupakan penyusun terbesar gigi
Komposisi kimia~tulang :
80% anorganik (kristal hidroksiapatit)
20 organik (kolagen type I)
Struktur terkeras no 2 dalam tubuh
Warna semitranslusen agak kekuningan
Dentin dihasilkan oleh odontoblas
Dentinogenesis
Dentin diproduksi oleh odontoblas.
Predentin disekresikan disekitar processes odontoblas mengakibatkan deposisi hidroksiapati
hinggaa terbentuk tubuli dentis.
Dentin diproduksi bertahap 4 – 8 µm/hari (lines of Owen).
Setelah dentinogenesis odontoblast masih hidup yang menyebabkan dentin dapat
memperbaiki diri.
Dentin diproduksi terus selama hidup karenanya cavum pulpa menyempit.
3. Pulpa
Terdiri dari jaringan ikat longgar : pembuluh darah dan saraf
Pulpa terhubung dengan periodontal ligamen melalui foramen apical (tempat keluar masuk
pembuluh darah/ limfe dan saraf)
Terbagi menjadi tiga area :
Odontoblastic zone : bagian terluar pulpa terdiri dari selapis odontoblasts
Cell-free zone : terletak pada bagian dalam odontoblastic zone. Pada area ini
tidak ada sel
Cell-rich zone : bagian paling dalam dari pulpa, banyak terdapat fibroblasts
dan sel mesensim
Struktur histologis pulpa
Odontogenesis
Dimulai saat kehamilan 6-7 minggu.
Oral epithelium (ectoderm) berproliferasi menghasilkan bentukan seperti tapal kuda pda tiap
rahang (dental lamina) diselubungi oleh ectomesenchyme
Ada beberapa tahap :
Bud stage
Setelah terbentuk dental lamina, aktivitas mitosis epitel meningkat menhasilkan 10 tooth
Buds pd tiap rahang.
10 tooth buds : decidious tooth (gigi susu)
Pertumbuhan tooth buds selanjutnya hampir sama tetapi tidak sinkron.
Gambar bud stage
Cap stage
Proliferasi sel pada tooth bud menghasilkan tiga lapis sel :
Outer enamel epithelium
Stellate reticulum
Inner enamel epitjelium
Enamel organ : membentuk enamel
Enamel knot : pengaruhi bentuk gigi
Bagian konkaf enamel organ diisi oleh dental pappila (ectomesenchym) membentuk dentin
dan pulpa
Enamel organ + dental papilla = tooth germ
Bell Stage
Sel pada tooth germ terus berproliferasi
Muncul lapisan sel stratum intermedium diantara stellate reticulum dan inner enamel
epithelium
Terjadi histodiferensiasi
Stratum intermedium menginduksi inner enamel epithelium ameloblasts enamel
Ameloblasts memicu sel pada dental pappila -- odontoblasts -- dentin
Gambar Bell stage
3. Histologi Jaringan Periodontal
A. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal terdiri atas pembuluh darah yang kompleks dan serabut jaringan ikat
(kolagen) yang mengelilingi akar gigi dan melekat ke prosesus alveolar (inner wall of the
alveolar bone).
Periodontal Fibers
Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah principal fibers (serabut2 dasar) terdiri
atas kolagen, tersusun dlm bundles dan mengikuti alur gelombang (longitudinal section)
Fibers pada sambungan antara principal fibers dengan sementum dan tulang serabut
Sharpey’s (sharpey’s fibers)
The principal fibers – 6 group : transeptal, alveolar crest, horizontal, oblique, apical dan
interradicular
Group Transeptal Serat transisi antara serat gingiva dan serat utama ligamen periodontal.
Meluas pd permukaan interproksimal, di atas puncak septum interdental.
Group Alveolar Crest Serat meluas dan berjalan miring dari sementum (tepat di bawah
junctional epithelial) menuju puncak tulang alveolar.
Fungsi: menahan gigi di dalam soket jika ada tekanan ke apikal dan lateral.
Group Horizontal Serat meluas tegak lurus dengan sumbu gigi dari sementum ke tulang
alveolar.
Group Interradikular Serat meluas dari sementum percabangan akar gigi ke puncak
septum interradikular.
Group Apical Serat menyebar dari regio apikal gigi ke tulang pada soket gigi.
Ephitelial rest cell (Malassez) : Berada pd ligamen periodontal yg dekat sementum, apikal
dan servikal. Berkurang seiring usia.
Immune system cells : neutrophils, lymphocytes, macrophages, mast cells dan eosinophils.
B. SEMENTUM
Komposisi
Organic matrix : 50%-55% Type I collagen (90%) Type III collagen (5%) Cementocytes
Proteoglycans* Glycoprotiens Phosphoprotiens Inorganic content: Hydroxyapetites (45-
50%)
Tipe Sementum
Ada 2 tipe sementum : Acellular (primer), Cellular (sekunder). Keduanya berisi matrix
interfibrilar terkalsifikasi dan fibril-fibril kolagen.
Tipe Acellular banyak ditemukan di daerah koronal akar, dan tipe Cellular banyak
ditemukan di daerah apikal dan bifurkasi akar gigi.
Klasifikasi Sementum
Menurut SCHROEDER :
5.Intermediate cementum
Terdapat 3 tipe :
KETEBALAN SEMENTUM
C. Tulang Alveolar
Tulang alveolar (prosesus alveolar) adalah bagian tulang rahang (maksila dan mandibula)
yang membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.
Prosesus alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi dan menghilang bertahap (resorpsi) setelah
gigi tanggal tooth dependent bony structures
Tulang dari prosesus alveolar tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya.
Lapisan tipis tulang yg mengelilingi akar dan memberikan tempat perlekatan bagi ligamen
periodontal. Nama lainnya adalah lamina dura (gambaran radiografis/ sinar X) atau disebut
juga plat kribriform (cribriform plate) / lamina kribosa.
terbentuk dari tulang haversi (haversian bone) dan lamela tulang kompak (compacted bone
lamellae).
Resorpsi tulang terkait dengan sel bernama Osteoklas, yang merupakan sel berinti banyak
dan ditemukan pada permukaan tulang yang cekung (Howship’s lacunae).
Di dalam tulang alveolar, lakuna terdapat pada periosteal (outer), endosteal (marrow)
maupun permukaan ligamen periodontal pada tulang.
Daftar Pustaka
Histologi Jaringan Periodontal
https://dentosca.files.wordpress.com/2012/05/anantomihistologijaringanperiodontal.pdf
Histologi Gigi
https://app.box.com/shared/3mpet56ogx
https://arifsanjaya45.wordpress.com/2011/11/02/struktur-jaringan-periodontal/