Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 2 MODUL 3 “BIOLOGI SEL”

KELOMPOK 1
Tutor : Dr. Drg. Nila Kasuma, M.Biomed
Ketua : 1711411010 - Fachri Erizon
Sekretaris Meja : 1711411006 - Hasya Prana Dewi
Sekretaris Papan : 1711411003 - Nadiva Damara
Anggota Tutorial
1711411001 - Zhafirah Fidinina
1711411002 - Aaron Michelle Duvali
1711411004 - Mia Rizki Anggini
1711411005 - Oryza Shafira Aldi
1711411007 - Putri Permata Sari
1711411008 - Brilianti Vica Dewi As
1711411009 - Anisa Raudhatul Husna

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2017
MODUL 2

Biologi Gigi dan Jaringan Pendukung

Skenario 2

GIGI ITU KOMPLEKS

Andi (20 th) mengeluh gigi gerahamnya sakit sejak kemarin. Gigi tersebut terasa ngilu
saat mengunyah makanan. Karena tidak nyaman dengan kondisi tersebut Andi pergi untuk
memeriksakan gigi ke dokter gigi Wita.

Saat diruang tunggu Andi melihat poster mengenai gigi dan jaringan pendukungnya.
Saat berkonsultasi dengan dokter gigi, Andi menceritakan keluhannya. Dokter gigi
menjelaskan bahwa sakit yang dirasakan disebabkan karena adanya perubahan pada molekul
biokimia gigi, sehingga merangsang pembuluh darah, limfa dan saraf dimana molekul-
molekul tersebut bisa dilihat secara mikroskopis. Apabila gigi tidak segera dirawat, bakteri
akan menyebar ke jaringan pendukung gigi. Oleh karena itu, dokter menyarankan kepada
Andi untuk menjaga kesehatan mulutnya dan rajin kontrol ke dokter gigi. Akhirnya Andi
mulai mengerti bahwa ternyata gigi itu memiliki struktur yang sangat kompleks.

Bagaimana saudara membantu menjelaskan kepada Andi?


Langkah Seven Jumps :
1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
2. Menentukan masalah
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

URAIAN

Langkah I
Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat
menimbulkan kesalahan interpretasi.
- Biokimia : Ilmu yang mempelajari tentang peranan molekul dalam reaksi kimia pada
makhluk hidup
- Jaringan Pendukung : Jaringan yang berfungsi dalam pengokohan gigi agar terletak
normal dan tidak mengalami gangguan
- Mikroskopis : suatu benda atau objek partikel yang sangat kecil yang tidak bisa
dilihat dengan mata telanjang dan harus di lihat menggunakan mikroskop.

Langkah II
Menentukan masalah
1. Apa saja struktur gigi?
2. Apa saja jaringan pendukung gigi?
3. Apa saja struktur mikroskopis gigi?
4. Apa saja susunan kimia pada gigi?
5. Mengapa bisa terjadi perubahan molekul kimia pada gigi?
6. Kenapa perubahan molekul biokimia pada gigi bisa menyebabkan sakit?
7. Mengapa bakteri bisa menyebar ke jaringan pendukung apabila gigi tidak dirawat
?
Langkah III
Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge

1. Struktur Gigi
Enamel : bagian terkeras yang melindungi bagian dalam gigi
Dentin : mirip enamel tetapi struktur lebih lunak
Pulpa : Rongga gigi yang di dalamnya ada pembuluh darah saraf
Sementum : Lapisan yang melindungi akar gigi

2. Jaringan Pendukung Gigi


Ligamen Periodontal
Sementum
Gingiva
Tulang Alveolar

3. Struktur Mikroskopis gigi


Enamel : Prisma (Rods), Rodsheath, inter rodal cemen substance
Terdapat 2 gari yaitu garis hunter schrger dan redzius
Dentin : Tubulus Dentin, peritubular dentin, intertubulus dentin, pre
dentin, prosesus odontoblast
Pulpa : Jaringan ikat longgar berisi : odontoblast, glikosaminoglikan,
fibroblast, serabut kolagen halus.
Struktur mikroskopis Jaringan Pendukung Gigi
Gingiva : Marginal gingiva, attached gingiva, interdental
gingiva
Ligamen Periodontal : Terdapat jaringan selular dan vaskular
Sementum : Selular, aselular, tersusun dalam lamela
Tulang Alveolar : Periosteum - lapisan dalam dan luar
Endosteum - hanya terdiri dari osteoblast

4. Susunan Kimia Pada Gigi


Email : Organik : Kolagen,lemak, asam amino
Anorganik : Kristal hidroksiapatit terdiri atas Ca, PO4, CO2, Na, Mg,
Cl
Dentin : Hidroksiapatit 70%, Kolagen 18%, air 12%
Pulpa : terdiri dari odontoblast, fibroblast, glikosaminoglikan

5. Bisa terjadi karena pengaruh makanan. pH di dalam mulut adalah netral, dan
makanan yang masuk bersifat asam. Bergabung membentuk molekul baru, maka
berubahlah molekul biokimia pada gigi yang dapat memicu karies dll.

6. Karena perubahan pH mulut, terjadi perubahan molekul. Jadi, saraf mengirimkan


impuls ke otak bahwa pH dan molekul biokimia berubah, sehingga timbul efeknya
rasa sakit. Perubahan molekul pada gigi dapat menyebabkan karies, sehingga
merangsang saraf pada pulpa gigi sehingga timbul rasa sakit.

7.Jika mulut tidak bersih maka kotoran dan bakteri akan merusak jaringan
pendukung, sehingga menyebabkan penyakit (ex: infeksi)
Sisa makanan yang tertinggal pada gigi akan membusuk, sehingga terjadi asam dan
akan menyebabkan karies dan plak menyebabkan abrasi. Mulut bersih mencegah
pembusukan karena pH mulut akan kembali netral

Langkah IV
Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari korelasi
dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi.

Andi (20th)

Gigi ngilu

Terjadi perubahan molekul


biokimia pada gigi

Merangsang pembuluh
darah, saraf dan limfa
Biologi Gigi dan Jaringan
Pendukung

Histologi Gigi Histologi Jaringan


Pendukung

Langkah V
Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan struktur jaringan pendukung gigi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan histologi gigi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan histologi jaringan pendukung

Langkah VI
Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

Langkah VII
Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

URAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Struktur Jaringan Pendukung pada Gigi


Jaringan periodontal terdiri dari gingiva dan jaringan periradikuler. Jaringan
periradikular terdiri dari sementum, yang menutupi akar gigi, prosesus alveolar yang
membentuk saluran tulang yang berisi akar gigi, dan ligament periodontal, yang serabut
kolagennya, tertanam di dalam sementum akar dan di dalam prosesus alveolar, mengikatkan
akar pada jaringan di sekelilingnya. Pada daerah ini terletak jalan masuk dan keluar antara
saluran akar dan jaringan disekitarnya dan muncul reaksi patologik terhadap penyakit pulpa
(Grossman, 1995).
A. GINGIVA
Gingiva disebut juga sebagai mukosa oral dan dibagi menjadi 3 tipe :
 Mukosa mastikasi : bagian yang menempel pada batasan bawah tulang dan
diselimuti parakeratin atau epitelium keratin. Contoh : gingiva yang menutupi
jaringan palatum durum.
 Mukosa dasar : komposisi jaringan lunak dengan bagian yang tidak menempel
dengan struktur batasan bawah dan diselimuti oleh epitelium keratin. Contoh :
bibir, pipi, dasar mulut, permukaan inferior dari lidah, palatum mole, uvula dan
mukosa alveolar.
 Mukosa special : mukosa ini menutupi dorsal lidah dan beradaptasi dengan
memiliki sensasi perasa

Pada orang dewasa, gingiva normal menutupi tulang alveolar dan akar gigi kearah koronal
dari hubungan sementum enamel. Secara anatomis, gingiva dibagi menjadi marginal,
attached, dan area interdental. Meskipun masing-masing gingiva memiliki perbedaan
kekerasan dan struktur histologi, tetapi secara umum gingiva berperan untuk melindungi
kerusakan mekanik maupun bacterial. Karena itu, spesifisitas dari struktur gingiva
menunjukkan efektivitasnya untuk menjadi tameng dari penetrasi mikroba maupun agen
berbahaya untuk masuk ke jaringan yang lebih dalam (Carranza, 2006).

Marginal Gingiva. Marginal gingiva merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti gigi
seperti kerah pada baju. Pada 50% kasus, Lapisan ini terletak pada daerah koronal dari
bagian gingiva yang lain, batas marginal gingiva dengan attached gingiva ditandai dengan
adanya cerukan dangkal yang disebut free gingival groove. Marginal gingiva umumnya
memiliki lebar 1mm, membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva. Marginal
gingiva dapat dipisahkan dengan permukaan gigi dengan menggunakan probe periodontal.

Marginal ginggiva berbatasan dengan gingiva cekat oleh suatu indentasi (lekukan) yang
dinamakan alur gusi bebas (free gingival groove). Alur gusi bebas berada pada level yang
setentang dengan tepi apikal epitel penyatu, tetapi tidak berarti bahwa level-nya setentang
dengan dasar sulkus gingiva. Alur gusi bebas hanya dijumpai pada 50% individu, dan ada
atau tidaknya alur tersebut pada individu tidak dapat dikaitkan dengan terinflamasi atau
tidaknya gingiva. (Carranza, 2006).

Attached gingiva. Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan
padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari
attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat
digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival junction (Carranza, 2006).

Interdental gingiva. Interdental gingiva mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang
interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk
piramidal atau berbentuk seperti lembah. Gingiva interdental merupakan bagian gingival
yang mengisi daerah interdental, umumnya berbentuk konkaf, menghubungkan papilla fasial
dan papilla lingual. Bila gigi – geligi berkontak, struktur ini akan menyesuaikan terhadap
bentuk gigi – geligi di apical daerah kontak. Bila gigi – gigi yang berdekatan tidak saling
berkontak, tidak ada terlihat bentukan konkaf / “col” dan gingival interdental kelihatan
berbentuk datar atau konveks. Epithelium col biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan
terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Strukturnya mungkin merefleksikan posisinya yang
terlindung. Pertukaran sel – sel epithelial sama seperti pada daerah gingival lainnya. Region
interdental berperan sangat penting karena merupakan daerah stagnasi bakteri yang paling
persisten dan strukturnya menyebabkan daerah ini sangat peka. Di daerah inilah biasanya
timbul lesi awal pada gingivitis(Carranza, 2006).

B. SEMENTUM

Sementum adalah jaringan mengapur menyerupai tulang yang menutup akar gigi.
Sebagai yang telah diuraikan, sementum berasal dari sel mesenkimal folikel gigi yang
berkembang menjadi sementoblas. Sementoblas menimbun suatu matrik, disebut
sementoid, yang mengalami pertambahan pengapuran dan menghasilkan dua jenis
sementum: aselular pertama-tama ditimbun pada dentin membentuk pertemuan
sementum-dentin, dan biasanya, menutupi sepertiga servikal dan sepertiga tengah akar.
Sementum selular biasanya ditumpuk pada sementum aselular pada sepertiga apical akar
dan bergantian dengan lapisan sementum aselular. Sementum selular ditumpuk pada
kecepatan yang lebih besar daripada sementum aselular dan dengan demikian menjebak
sementoblas di dalam matriks. Sel-sel yang terjebak ini disebut sementosit. Sementosit
terletak pada kripta sementum dan dikenal sebagai lacuna. Dari lacuna, kanal-kanal,
disebut kanalikuli, yang berisi perpanjangan protoplasmic sementosit dan berfungsi
sebagai jalan mengangkut nutrient ke sementosit, menjalin dengan kanalikuli lain dari
lakuna lain untuk membentuk suatu sistem yang dapat dipersamakan dengan sistem
Havers (haversian sistem) tulang. Oleh sebab sementum adalah avaskular, nutrisinya
berasal dari ligament periodontal. Karena lapisan incremental sementum ditumpuk,
ligamen periodontal dapat berpindah tempat lebih jauh, dan akibatnya beberapa
sementosit mungkin mati dan meninggalkan lakuna kosong (Grossman, 1995).

Ketebalan sementum menggambarkan salah satu fungsinya. Tebal sementum

sekitar 20 sampai 50 碌 m pada hubungan sementum-email dan tebal sementum adalah

sekitar akar. Sementum yang lebih tebal pada apeks disebabkan karena penumpukannya
yang terus menerus selama kehidupan eruptif gigi untuk mempertahankan tingginya pada
bidang oklusal. Penumpukan sementum yang terus-menerus juga memberi bentuk pada
foramen apical dewasa. Foramen bila menjadi dewasa, menjadi konis, dengan aspek
kerucut, disebut diameter minor (konstriktur), menghadap pulpa dan dasar, disebut
diameter mayor, menghadap ligament periodontal. Penumpukan sementum yang terus
menerus menaikkan diameter mayor dan menghasilkan suatu deviasi rata-rata foramen
apical sebesar 0,2 sampai 0,5 mm dari pusat apeks akar. Diameter minor menentukan
penghentian apical instrumentasi dan obturasi saluran akar dan rata-rata terletak 0,5 mm
dari permukaan semental pada gigi-gigi muda dan 0,75 mm dari permukaan pada gigi-
gigi dewasa. Meskipun hubungan sementum-sementum bertepatan dengan diameter
minor, sementum dapat tumbuh tidak rata dan dapat mengubah hubungan ini (Grossman,
1995).

Memperbaiki adalah fungsi lain sementum. Fraktur akar dan resorpsi biasanya
diperbaiki oleh sementum. Penutupan akar yang belum dewasa pada prosedur
apeksifikasi disempurnakan oleh deposisi sementum atau jaringan yang menyerupai
sementum. Sementum juga mempunyai fungsi protektif. Lebih resisten terhadap rasorpsi
daripada tulang. Mungkin disebabkan avaskularitasnya. Akibatnya, gerakan ortodontik
akar biasanya dapat dilakukan dengan kerusakan resorptif minimum. Fungsi-fungsi lain
adalah deposisi sementum yang terus menerus dan penyumbatan foramina aksesori dan
apical setelah perawatan saluran akar (Grossman, 1995).

C.LIGAMEN PERIODONTAL

Ligament periodontal adalah suatu jaringan konektif, padat dan berserabut yang menempati
ruang di antara sementum dan tulang alveolar. Mengelilingi leher dan akar gigi serta
berkesinambungan dengan pulpa dan gusi. Ligament periodontal tersusun dari substansi
dasar, jaringan instertisial, pembuluh darah dan limfa, saraf, sel-sel dan bundle serabut
(Carranza, 2006).

Lebar ligament periodontal bervariasi dari 0,15 sampai 0,38 mm. Variasi dalam lebar
dijumpai dari gigi ke gigi dan pada daerah ligament yang berbeda pada akar yang sama.
Ligament periodontal lebih tipis pada tumpu/fulcrum pemutaran gigi. Gigi-gigi dengan
beban oklusal yang berat mempunyai ligament periodontal lebih lebat daripada gigi-gigi
dengan beban oklusal minimal yang ligament periodontalnya lebih tipis. Dengan
bertambahnya umur, lebar ligamen periodontal berkurang (Carranza, 2006).

Jaringan Interstisial

Jaringan interstisial adalah jaringan penghubung longgar yang mengelilingi


pembuluh darah dan limfatik, saraf, dan bundle serabut. Jaringan ini berisi serabut
kolagen, lepas dari ikatan serabut ligament periodontal. Perubahan di dalam bundle
serabut yang terus menerus. Ruang ini dalam ligament periodontal, terisi dengan jaringan
interstisial, pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf, disebut ruang interstisial
(Grossman, 1995).

Sirkulasi dan Sistem Limfatik

Ligament sangat dipenuhi oleh pembuluh darah yang menyediakan bahan gizi
untuk aktivitas osteogenik, sementogenik, dan fibrogenik. Arteri alveolar bercabang
menjadi arteri gigi dan arteri interalveolar. Pada gigi-gigi belakang juga bercabang
menjadi arteri interadikular. Arteri gigi masuk ke dasar kripta tulang ,dan sebelum
menembus foramen apikal, bercabang menjadi arteriola dan kapiler-kapiler untuk
membentuk suatu anyaman (pleksus) yang mensuplai daerah apikal ligamen periodontal
(Grossman, 1995).

Arteri interalveolar bercabang dari arteri alveolar dari sebelah koronal melintas
tulang kanselus dinding lateral kripta tulang; cabang-cabang lateralnya, disebut arteri
perforating, masuk melalui plat kribriform ke dalam ligamen periodontal lateral. Ateri
menjadi arteriola dan kapiler-kapiler membentuk anyaman yang subur. Pleksus arterial
gigi dan interal veolar lebih mencolok pada sisi tulang ligamen karena aktifitas
mengubah bentuk tulang yang konstan. Arteri interal veolar keluar melalui krista
presassus alveolar dan membentuk cabang-cabang gingival. Cabang-cabang gingival ini
mensuplai gingiva dan bagian koronal ligamen peridontal (Grossman, 1995).

Gigi-gigi posterior juga mempunyai arteri interadikular yang melintas tulang


kanselus sementum interadikular. Arteri-arteri ini membentuk cabang yang mensuplai
ligamen periodontal pada furkasi akar (Grossman, 1995).

Vena intrdental, vena interadikular dan vena gigi mengalir ke dalam vena alveolar.
Juga dijumpai anyaman pembuluh limfatik yang mengikuti drainase vena ke dalam
saluran limfe alveolar (Grossman, 1995).

Pembuluh darah ligamen periodontal memberikan dua fungsi penting: fungsi


nutritif bagi sel-sel ligamen periodontal; dan fungsi protektif. Anasmotisis arteri-vena
dan struktur menyerupai gromeruli antara arteri dan vena dijumpai pada vaskulatur
peridontal dan mengatur tekanan darah dan tekanan jaringan; disamping itu memberikan
mekanisme hidrolik untuk menyokong gigi waktu berfungsi(Grossman, 1995).

Inervasi

Saraf alveolar yang dimulai pada saraf trigeminal, menginervasi ligamen


peridontal dan dibagi dalam saraf peridontal mendaki (ascending) atau saraf gigi, saraf
interalveola dan saraf intraradikular. Saraf ligamen periodontal, seperti pada jaringan
konektif lainnya, mengikuti distribusi arteri. Cabang –cabang alveolar menginervasi
daerah apikal, cabang interalveolar menginervasi ligamen peridontal lateral, dan cabang-
cabang saraf interadikular menginervasi ligamen periodontal furkasi gigi posterior
(Grossman, 1995).

Saraf berakhir sebagai serabut dengan diameter kecil atau besar. Serabut
berdiameter kecil, baik yang bermielin atapun yang tidak bermielin, berakhir sebagai
ujung bebas pada ruang interstisial dan berhubungan dengan rasa sakit. Serabut
berdiameter besar bermielin, berakhir sebagai ujung khusus berupa tombol atau
kumparan dekat serabut utama ligamen peridontal, dan merupakan mekanoseptor yang
berhubungan dengan sentuhan, tekanan dan propriosepsi (Grossman, 1995).
Saraf simpapetik mengikuti pembuluh darah arterial dalam ligamen periodontal.
Saraf-saraf itu berhubungan dengan kontrol vasomotor aliran darah di dalam arteri dan
kapiler (Grossman, 1995).

Ujung saraf ligamen peridontal memungkinkan seseorang merasakan sakit,


sentuhan, tekanan, propriosepsi. Propiosepsi, yang memberikan informasi pada gerakan
dan posisi dalam ruang, memungkinkan seseorang merasakan kekuatan yang diberikan
pada gigi-gigi, gerakan gigi dan tempat benda asing pada atau diantara permukaan gigi.
Rasa propioseptif ini dapat menggerakkan mekanisme refleks protektif yang membuka
rahang bawah untuk mencegah injuri pada gigi atau ligamen periodontal bila seseorang
menggigit suatu benda keras. Propiosepsi memungkinkan lokalisasi daerah inflamasi
pada ligamen periodontal. Reaksi inflamasi semacam itu pada ligamen peridontal dapat
diketahui dengan ujian perkusi dan palpasi (Grossman, 1995).

Sel-sel Ligamen Periodontal

Sel-sel aktif ligamen periodontal adalah fibroblas, osteoblas, dan sementoblas.


Fibroblas adalah sel-sel membentuk kumparan dengan nuklei oval dan prosesus
sitoplasmik yang panjang. Biasanya sejajar dengan serabut kolagen, dengan prosesusnya
terbungkus di sekitar bundel serabut. Fibroblas mensintesis kolagen dan matriks dan
terlibat dalam degradasi kolagen untuk pengubahan bentuknya. Hasilnya adalah suatu
pengubahan bentuk serabut utama yang konstan dan pemeliharaan suatu ligamen
periodontal yang sehat. Karena fungsi yang penting ini, maka fibroblas merupakn sel-sel
ligamen periodontal yang paling penting (Grossman, 1995).

Osteoblas atau sel pembentuk tulang ditemukan di pinggir ligamen periodontal


melapisi soket tulang. Biasanya terlihat dalam berbagai tingkat diferensiasi. Dalam
keadaan aktif berbentuk kuboidal dan dapat menimbun suatu lapisan materiks, disebut
osteoid diantaranya dan tulang dewasa. Bila tidak aktif kelihatan seperti sel gepeng dan
dapat menyerupai fibroblas. Fungsi osteoblas adalah deposisi kolagen dan matriks yang
ditumpuk pada permukaan tulang dimana terikat serabut sharpey. Kalsifikasi osteoid
menjangkar serabut-serabut Sharpey. Pengubahan bentuk tulang yang konstan
memberikan perubahan ikatan ligamen periodontal pada tulang yang terus menerus
(Grossman, 1995).
Osteoklas atau sel peresorpsi-tulang ditemukan di pinggir tulang pada masa
pengubahan bentuk tulang. Osteoklas adalah sel bernuklei banyak dengan batas suatu
kerut atau garis-garis ke arah daerah resorpsi tulang. Bila osteoklas mengalami
demeneralisasi dan menghancurkan matriks maka akan terbentuk daerah berlubang
lubang pada tulang yang disebut Lakuna Howship (Grossman, 1995).

Sementoblas sebagai yang dibicarakan sebelumnya terletak di garis pinggir


ligamen peridontal berhadapan dengan sementum. Sementoblas dengan prosesus
sitoplasmik, terlihat kuboidal bila pada suatu lapisan tunggal, atau skuamus bila pada
lapisan multipel. Fungsinya adalah menimbun suatu matrik terdiri dari fibril kolagen dan
substansi dasar yang disebut sementoid. Sementoid ditemukan diantara sementum yang
mengapur dan lapisan sementoblas yang menebal pada masa aktifitas. Serabut ligamen
periodontal ditemukan diantara sementoblas dan terjebak di dalam sementoid. Bila
sementoid mengapur, serabut ligamen periodontal terkait di dalam sementum yang baru
terbentuk dan disebut serabut sharpey, sama seperti terkaitnya serabut periodontal dalam
tulang. Sementoid mungkin melindungi sementum terhadap erosi (Grossman, 1995).

Sementoklas, atau sel yang meresorpsi sementum, tidak ditemukan pada ligamen
peiodontal normal.karena umumnya sementum tidak mengubah bentuk dan hanya
ditemukan pada pasien dengan kondisi patologik tertentu (Grossman, 1995).

Sel-sel lain yang terdapat pada ligamen periodontal normal adalah sisa-sisa sel
epitelial Malasses, sel-sel mesenkimal tidak berkembang, sel mast dan makrofag. Sisa-
sisa sel epitelial Malasses adalah sisa selubung akar epitelial Hertwig. Sel-sel ini
berlokasi pada sisi sementum ligamen periodontal. Fungsinya tidak diketahui teteapi
dapat berkembang biak untuk membentuk kista pada stimulinoksius (Grossman, 1995).

Sel Massenkimal yang tidak berkembang biasanya adalah sel stelat dengan nuklei
besar yang terlek dekat dengan pembuluh darah. Sel ini mungkin berkembang menjadi
fibroblas, odontoblas atau sementoblas (Grossman, 1995).

Sel-sel mast, ditemukan dekat pembuluh darah adalah sel-sel besar, bulat/oval
dengan nuklei bulat yang terletak di tengah. Sitoplasmanya mempunyai banyak granula
merah yang dapat mengaburkan nuklei. Granula ini mengandung heparin, koagulan
darah dan histamin yang dapat menuingkatkan permeabilitas kapiler. Histamin, yang
dilepaskan melalui degranelasi sel mast yang disebabkan oleh reaksi inflamasi akut,
mengerutkan sel endotelial pada dinding pembuluh yang menghasilkan ruang
interselulair dan permeabilitas vaskular (Grossman, 1995).

Makrofag juga dijumpai di dekat pembuluh darah. Dalam bentuknya, makrofag


menyerupai fibroblast, tetapi dengan prosesus yang lebih pendek dan kecil dan nuclei
yang berwarna agak gelap. Fungsinya adalah memfagositosis debris selular dan benda
asing. Makrofag mempunyai vakuola digestif berisi enzim lisosomal yang memproses
bahan yang dimakan (Grossman, 1995).

Kalsifikasi

Sementikel dapat ditemukan di dalam ligament periondontal. Kalsifikasi ini


terikat pada sementum, tertanam didalamnya, atau bebas dalam ligament periodontal
dekat dengan batas sementum. Sel epithelial mungkin membentuk nodus untuk
kalsifikasi ini (Grossman, 1995).

Penyakit pulpa bermanifestasi pada ligament periodontal. Reaksi inflamasi


berkisar dari abses sampai granuloma dan kista, dan dapat merusak dan mengganti
ligament periodontal (Grossman, 1995).

Fungsi Ligamen Periodontal

Fungsi fisikal, yaitu sebagai penghantar tekanan oklusal ke tulang alveolar,


mencekatkan gigi ke tulang alveolar mempertahankan hubungan jaringan gingival ke
gigi dan menahan tekanan oklusal pada gigi untuk melindungi pembuluh darah, saraf dan
tekanan mekanis(Grossman, 1995)..

Fungsi formatif, berperan dalam pembentukan dan resorpsi dari struktur jaringan
pendukung gigi (Grossman, 1995).

Fungsi nutrisi dan sensori, yaitu untuk memasok nutrient ke sementum, tulang
alveolar dan gingival melalui pembuluh darah oleh ligament periodontal. Persyarafan
ligament periodontal memiliki sensitivitas yang dapat mendeteksi dan melokalisir
tekanan eksternal terhadap gigi (Grossman, 1995).
D. TULANG ALVEOLAR
Prosesus alveolar dibagi menjadi tulang alveolar yang sebenarnya dan tulang alveolar
pendukung.

Tulang Alveolar Sebenarnya

Tulang alveolar yang sebenarnya adalah tulang yang membatasi alveolus atau
soket tulang yang berisi akar gigi. Tulang alveolar sebenarnya adalah bagian dari
jaringan periradikular. Pembentukannya dimulai oleh osifikasi intra-membran pada
tingkat awal pembentukan akar. Osteoblas pada tepi ligament periodontal menumpuk
suatu matriks organic yang disebut osteoid, yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi
dasar yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi dasar yang terdiri dari glikoprotein,
fosfoprotein, lipid dan proteoglikan. Pada waktu ostetoblas menumpuk matriks, beberapa
terjebak di dalamnya; sel-sel ini disebut osteosit. Matriks mengapur karena deposisi
kristal hidroksiapatit yang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat (Grossman, 1995).

Osteosit dalam tulang yang mengapur terletak dalam ruang oval yang disebut
lakuna, yang saling berhubungan dengan melalui kanalikuli. Sistem kanal ini membawa
nutrient ke dalam osteoid dan membuang hasil metaboliknya yang tidak berguna. Tulang
yang ditimbun bagian demi bagian selama aktivitas osteoblastik membentuk lembaran-
lembaran tulang yang disebut lamella. Masa istirahat dibatasi oleh garis-garis gelap yang
disebut garis-garis istirahat, yang berjalan sejajar dengan permukaan tulang. Osteosit di
dalam lakunya disebarkan secara rata pada seluruh permukaan lamela. Lamela, garis-
garis istirahat, lakuna dengan osteositnya, dan kanalikuli memberikan tulang sifat
histologiknya (Grossman, 1995).

Tulang alveolar yang sebenarnya terdiri dari bundel tulang di tepi alveoli dan
tulang yang berlamela ke daeah pusat prosesus alveolar. Tulang disebelah tepi disebut
bundel tulang karena serabut Sharpey ligament periodontal tertanam didalamnya. Karena
serabut Sharpey di sebelah tepi dapat mengapur dan karena lamela hampir tidak jelas,
tulang ini tebal dan mempunyai penampilan yang lebih radiopak dalam radiograf
daripada tulang kanselus atau ruang ligament periodontal. Gambaran radiogfrafik
tulang alveolar sebenarnya disebut lamina dura (Grossman, 1995).
Tulang alveolar yang sebenarnya dapat juga dianggap sebagai plat kribriform.
Istilah ini timbul karena banyaknya foramina yang melubangi tulang. Foramina ini berisi
pembuluh darah dan saraf yang mensuplai gigi-gigi, ligament periodontal dan tulang
(Grossman, 1995).

Tulang Alveolar Pendukung

Berdekatan dengan tulang alveolar yang sebenarnya terdapat suatu diploe tulang
kanselus ditutup oleh dua lamina eksterna tulang padat. Salah satu dari lamina eksterna
tulang padat adalah disebelah vestibular, dan yang lain adalah di sebelah lingual atau
palatal. Tulang kanselus terdiri dari tulang yang berlamela tersusun dalam cabang-cabang
disebut trabekula. Diantara trabekula terdapat ruang meduler, terisi dengan sumsum.
Sumsum dapat seperti lemak atau hematopoitik. Pada orang dewasa, sumsum pada
rahang bawah dan rahang atas biasanya berlemak, tetapi jaringan hematopoitik
ditemukan pada tempat tertentu misalnya seperti tubersositas rahang bawah dan rahang
atas biasanya berlemak, tetapi jaringan hematopoitik ditemukan pada tempat tertentu
misalnya seperti tuberositas rahang atas, daerah periradikular gigi molar rahang atas dan
rahang bawah, dan daerah periradikular gigi premolar. Ruang sumsum hematopoitik
kelihatan radiolusen pada radiograf (Grossman, 1995).

Dalam tulang kanselus juga dijumpai kanal nutrient. Kanal-kanal ini berisi
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf. Kanal biasanya berakhir pada krista alveolar pada
foramina kecil-kecil dan dengan melalui foramina tersebut pembuluh dan saraf masuk ke
dalam gingiva (Grossman, 1995).

Jumlah tulang kanselus bervariasi di antara daerah rahang atas dan rahang bawah
dan tergantung pada lebar prosesus alveolar serta ukuran dan bentuk akar gigi (Grossman,
1995).

Tulang kortikal (padat) menutupi tulang kanselus dan dibentuk oleh tulang
berlamela. Tulang berlamela ini mempunyai lakuna yang tersusun dalam lingkaran
konsentrik lakuna yang tersusun dalam lingkaran konsentrik disekeliling kanal sentral
yang disebut sistem Havers. Tulang kortikal bergabung dengan tulang alveolar yang
sebenarnya untuk membentuk Krista alveolar di sekeliling leher gigi (Grossman, 1995).
Tulang digunakan sebagai reservoir kalsium badan. Badan, dibawah kontrol
hormonal, mengatur dan memelihara metabolisme kalsium. Untuk itu, terjadi
pengubahan tulang secara fisiologik dan konstan oleh aktivitas osteoklastik dan
osteoblastik. Aktivitas ini dapat lebih mudah dilihat pada trabekula. Pola trabekular
secara konstan diubah sebagai reaksi terhadap tekanan oklusal. Pada trabekula didapati
garis-garis istirahat, yang merupakan ciri masa aktivitas osteoblastik, dan garis resorptif,
yang merupakan ciri masa aktivitas osteoklastik. Garis-garis istirahat mempunyai ciri
garis-garis resorpsi tepinya belekuk-lekuk (scalloped) dan mengarah pada daerah resorpsi
yang dikenal sebagai lakuna Howship (Grossman, 1995).

Penyakit pulpa dapat mempengaruhi jaringan daerah periradikular. Perubahan


radang akut pada ligament periodontal yang dimulai dalam pulpa menyebabkan ekstrusi
gigi. Perubahan radang kronis yang berasal dari pulpa pada ligamen periodontal dapat
menyebabkan resopsi lamina dura, resorpsi akar eksternal, daerah resopsi tulang, atau
daerah pemadatan tulang. Penyakit sistemik dapat juga menyebabkan perubahan tulang
pada daerah peradikular (Grossman, 1995).

2. Histologi Gigi

Manusia dewasa mempunyai 32 gigi permanen


Didahului oleh 20 gigi susu (decidiuous teeth) secara bertahap diganti oleh 4 incisor, 2
canine, 4 premolar dan 6 molar
Struktur gigi sesuai dengan fungsinya :
Incisor : memotong
Canine : menusuk
Molar :menghancurkan
Bagian gigi yg diatas ginggiva disebut mahkota
Bagian bawah disebut akar (root) yang tertanam dalam socket
Bagian terbesar gigi disusun oleh dentin, yang dilapisi enamel pada bagian mahkota dan
cementum pada akar.
Pada bagian dalam mahkota terdapat pulp cavity yang berlanjut menjadi root canal

Gambar Gigi
Mineralized Component
1. Email
Melapisi dentin pada bagian mahkota.
Tersusun oleh :
99 % kristal hidroksiapatit
1 % materi organik (Enamelin) dan air
Merupakan Struktur paling keras pada tubuh
Disusun oleh enamel rods (prisma email) yang dibungkus oleh matriks organik (selubung
batang prisma)
Enamel bersifat transparan

Gambar Email

Pembentukan Email
Email diproduksi oleh sel ameloblast pada bagian luar dentin ( sebelum erupsi ).
Process pada apex ameloblasts ( Tome’s process ) mensekresikan matriks enamel rod
sehingga mengalami kalsifikasi.
Enamel diproduksi secara bertahap (4-8µm/hari) striae of Retriuz
Setelah pembentukan enamel lengkap, ameloblast degenerasi maka enamel merupakan
struktur non vital

2. Dentin
Merupakan penyusun terbesar gigi
Komposisi kimia~tulang :
80% anorganik (kristal hidroksiapatit)
20 organik (kolagen type I)
Struktur terkeras no 2 dalam tubuh
Warna semitranslusen agak kekuningan
Dentin dihasilkan oleh odontoblas

Dentinogenesis
Dentin diproduksi oleh odontoblas.
Predentin disekresikan disekitar processes odontoblas mengakibatkan deposisi hidroksiapati
hinggaa terbentuk tubuli dentis.
Dentin diproduksi bertahap 4 – 8 µm/hari (lines of Owen).
Setelah dentinogenesis odontoblast masih hidup yang menyebabkan dentin dapat
memperbaiki diri.
Dentin diproduksi terus selama hidup karenanya cavum pulpa menyempit.

3. Pulpa
Terdiri dari jaringan ikat longgar : pembuluh darah dan saraf
Pulpa terhubung dengan periodontal ligamen melalui foramen apical (tempat keluar masuk
pembuluh darah/ limfe dan saraf)
Terbagi menjadi tiga area :
Odontoblastic zone : bagian terluar pulpa terdiri dari selapis odontoblasts
Cell-free zone : terletak pada bagian dalam odontoblastic zone. Pada area ini
tidak ada sel
Cell-rich zone : bagian paling dalam dari pulpa, banyak terdapat fibroblasts
dan sel mesensim
Struktur histologis pulpa

Odontogenesis
Dimulai saat kehamilan 6-7 minggu.
Oral epithelium (ectoderm) berproliferasi menghasilkan bentukan seperti tapal kuda pda tiap
rahang (dental lamina) diselubungi oleh ectomesenchyme
Ada beberapa tahap :
Bud stage
Setelah terbentuk dental lamina, aktivitas mitosis epitel meningkat menhasilkan 10 tooth
Buds pd tiap rahang.
10 tooth buds : decidious tooth (gigi susu)
Pertumbuhan tooth buds selanjutnya hampir sama tetapi tidak sinkron.
Gambar bud stage
Cap stage
Proliferasi sel pada tooth bud menghasilkan tiga lapis sel :
Outer enamel epithelium
Stellate reticulum
Inner enamel epitjelium
Enamel organ : membentuk enamel
Enamel knot : pengaruhi bentuk gigi
Bagian konkaf enamel organ diisi oleh dental pappila (ectomesenchym) membentuk dentin
dan pulpa
Enamel organ + dental papilla = tooth germ

Gambar Cup tage

Bell Stage
Sel pada tooth germ terus berproliferasi
Muncul lapisan sel stratum intermedium diantara stellate reticulum dan inner enamel
epithelium
Terjadi histodiferensiasi
Stratum intermedium menginduksi inner enamel epithelium ameloblasts enamel
Ameloblasts memicu sel pada dental pappila -- odontoblasts -- dentin
Gambar Bell stage
3. Histologi Jaringan Periodontal

A. Ligamen Periodontal

Ligamen periodontal terdiri atas pembuluh darah yang kompleks dan serabut jaringan ikat
(kolagen) yang mengelilingi akar gigi dan melekat ke prosesus alveolar (inner wall of the
alveolar bone).

Periodontal Fibers

Elemen terpenting dari ligamen periodontal adalah principal fibers (serabut2 dasar) terdiri
atas kolagen, tersusun dlm bundles dan mengikuti alur gelombang (longitudinal section)

Fibers pada sambungan antara principal fibers dengan sementum dan tulang serabut
Sharpey’s (sharpey’s fibers)

The principal fibers – 6 group : transeptal, alveolar crest, horizontal, oblique, apical dan
interradicular

Group Transeptal Serat transisi antara serat gingiva dan serat utama ligamen periodontal.
Meluas pd permukaan interproksimal, di atas puncak septum interdental.

Group Alveolar Crest Serat meluas dan berjalan miring dari sementum (tepat di bawah
junctional epithelial) menuju puncak tulang alveolar.

Fungsi: menahan gigi di dalam soket jika ada tekanan ke apikal dan lateral.

Group Horizontal Serat meluas tegak lurus dengan sumbu gigi dari sementum ke tulang
alveolar.

Fungsi: idem atas


Group Oblique Merupakan group yang paling besar. Serat meluas dari sementum ke arah
koronal secara oblique dan melekat ke tulang alveolar.

Menerima tekanan vertikal yang besar

Group Interradikular Serat meluas dari sementum percabangan akar gigi ke puncak
septum interradikular.

Group Apical Serat menyebar dari regio apikal gigi ke tulang pada soket gigi.

3. Immune system cells

4. Cells ~ with neurovascular elements

Connective tissue cells : fibroblasts, cementoblasts, osteoblasts. (osteoclasts dan


cementoclasts di permukaan osseus dan cementum pd ligamen periodontal ).

Ephitelial rest cell (Malassez) : Berada pd ligamen periodontal yg dekat sementum, apikal
dan servikal. Berkurang seiring usia.

Immune system cells : neutrophils, lymphocytes, macrophages, mast cells dan eosinophils.

B. SEMENTUM

Sementum adalah struktur terkalsifikasi (avaskuler mesenchymal) yang menutupi permukaan


luar anatomis akar, terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen

Komposisi

Organic matrix : 50%-55% Type I collagen (90%) Type III collagen (5%) Cementocytes
Proteoglycans* Glycoprotiens Phosphoprotiens Inorganic content: Hydroxyapetites (45-
50%)

Tipe Sementum

Ada 2 tipe sementum : Acellular (primer), Cellular (sekunder). Keduanya berisi matrix
interfibrilar terkalsifikasi dan fibril-fibril kolagen.

Tipe Acellular banyak ditemukan di daerah koronal akar, dan tipe Cellular banyak
ditemukan di daerah apikal dan bifurkasi akar gigi.

Klasifikasi Sementum
Menurut SCHROEDER :

1.AAC – Acellular afibrilar cementum

2.AEFC – Acellular Extrinsic Fiber Cementum

3.CMSC – Cellular Mixed Stratified Cementum

4.CIFC – Cellular Intrinsic Fiber Cementum

5.Intermediate cementum

CEJ – CEMENTOENAMEL JUNCTION

Terdapat 3 tipe :

60 % - 65 % kasus – cementum overlap dgn email

30 % - edge to edge – joints exist

5 % - 10 % - cementum and enamel fail to meet

CDJ – CEMENTODENTINAL JUNCTION

The terminal apical area of the cementum where it

joins the internal root canal dentin.

KETEBALAN SEMENTUM

½ coronal dr akar = 16-60μm ( se-rambut)

1/3 apikal & furkasi = 150-200μm

lebih tebal permukaan distal drpd mesial

Sementum memiliki permeabilitas, memungkinkan difusi cairan dr pulpa dan permukaan


luar akar. Pada cellular cementum, terdapat canaliculi yg berhubungan dgn tubulus dentin.
Permeabilitas berkurang seiring bertambahnya usia.

C. Tulang Alveolar
Tulang alveolar (prosesus alveolar) adalah bagian tulang rahang (maksila dan mandibula)
yang membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.

Prosesus alveolar terbentuk pada saat gigi erupsi dan menghilang bertahap (resorpsi) setelah
gigi tanggal tooth dependent bony structures

Prosesus alveolar tidak terlihat pada keadaan anodonsia.

Tulang dari prosesus alveolar tidak berbeda dengan tulang pada bagian tubuh lainnya.

Pembagian Tulang Alveolar

1. Alveolar bone proper

Lapisan tipis tulang yg mengelilingi akar dan memberikan tempat perlekatan bagi ligamen
periodontal. Nama lainnya adalah lamina dura (gambaran radiografis/ sinar X) atau disebut
juga plat kribriform (cribriform plate) / lamina kribosa.

2. Cancellous bone (trabeculare/ spongy)

Di antara tulang alveolar proprium dan tulang kortikal

Tulang kanselus berisi sumsum tulang.

3. Compact bone (cortical)

terbentuk dari tulang haversi (haversian bone) dan lamela tulang kompak (compacted bone
lamellae).

Komposisi tulang Alveolar

1.Cells of Alveolar Bone Osteoblas, osteoklas dan osteosit 2. Extra-cellular Matrix


Terdiri atas 2/3 bahan anorganik (calcium and phosphate) dan 1/3 bahan organik (collagen
type I, with small amounts of non collagenous proteins).

Osteoblas membentuk matrix organik yg mengandung kolagen disebut Osteoid (prebone),


yang kemudian terkalsifikasi membentuk tulang (bone). Osteoblas yg terjebak dlm matrix
tulang menjadi Osteosit, berlokasi dalam lakuna (ruang dalam tulang) yang berkoneksi
melalui celah kecil disebut canaliculi.

Resorpsi tulang terkait dengan sel bernama Osteoklas, yang merupakan sel berinti banyak
dan ditemukan pada permukaan tulang yang cekung (Howship’s lacunae).

Di dalam tulang alveolar, lakuna terdapat pada periosteal (outer), endosteal (marrow)
maupun permukaan ligamen periodontal pada tulang.

Daftar Pustaka
Histologi Jaringan Periodontal

https://dentosca.files.wordpress.com/2012/05/anantomihistologijaringanperiodontal.pdf

Histologi Gigi

https://app.box.com/shared/3mpet56ogx

Struktur Jaringan Periodontal

https://arifsanjaya45.wordpress.com/2011/11/02/struktur-jaringan-periodontal/

Anda mungkin juga menyukai