Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 5 MODUL 2
“TUMBUH KEMBANG OROFACIAL POSTNATAL”

Kelompok 2
Tutor : Drg. Rahmi Khairani Aulia

Ketua : Aisya dalvi


Sekretaris Meja : Almira Ulfa Harda
Sekretaris Papan : Nazifa Khairunnisa

Anggota :

Atika rahmayeni
Elsa Febri Hanesty
Hanifa Safira
Putri Amelia
Rahma Fuaddiah
Ulfa Rizalni
M. iqbal

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2016
MODUL 2
SKENARIO 2
“Wajah adek mirip siapa ya? ”

Melati mahasiswa baru FKG, senang dengan kehadiran adiknya yang baru dilahirkan 1
minggu yang lalu di rumah sakit. Tapi melati takut untuk menggendongnya karena adiknya
masih tampak lemah,banyak diam dan hanya terdengar suara tangisan.
Tiga bulan kemudian sewaktu libur melati bertemu adiknya. Ia terkejut melihat wajah
adiknya yang jauh berbeda sewaktu baru lahir. Sekarang wajah adiknya mirip sekali dengan
ayahnya. Bibirnya akan memberi repon bila disentuh,reflek menghisapnya juga kuat sewaktu
menyusu,tangan dan kakinya pun sudah lincah bergerak serta adik akan tenang jika melati
mengelus elus dahinya. Melati bertanya kepada ibu apakah secepat ini pertumbuhan dan
perkembangan bayi setelah lahir? Ibu menjawab sesuai penjelasan dokter bahwa pertumbuhan
dan perkembangan postnatal pada facial dan cavum oris sangat cepat. Untuk itu ibu harus
menjaganya dan memberikan nutrisi yang cukup dan sesuai dengan bertambahnya usia
sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan baik dan tidak terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Bagaimana saudara menjelaskan keadaan adiknya melati?

I. TERMINOLOGI

Postnatal : Masa pasca kelahiran yang berhubungan dengan pertumbuhan dan


perkembangan dari pasca kelahiran hingga maturitas

orofasial : Bagian mulut dan wajah


Cavum Oris : Rongga mulut atau jalan masuknya makanan menuju organ pencernaan dan
berisi bagian acsesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja tahap tumbuh kembang postnatal?
2. Bagaimana perkembangan fasial pada masa postntal?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang pada masa postnatal?
4. Apa hubungan keterkaitan waktu dengan tumbuh kembang postnatal?
5. Bagaimana respon rangsang pada masa postnatal?
6. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan pada masa postnatal?
7. Apa saja gangguan tumbuh kembang pada masa postnatal?
III. ANALISIS MASALAH
1. TAHAP TUMBUH KEMBANG POST NATAL
 Ukuran kepala relatif lebih besar dengan perbandingan 1/3 dari tebal tubuh
 Lebar wajah 2/3 dari wajah orang dewasa
 Sinus ethmoid masih kecil
 Cranial umur 4-5 tahun sudah mencapai 90% otak dewasa
- Ruang cranial : membentuk tutup kepala
Untuk melindungi otak
- Basis cranium : Dasar cranium,dibawah otak.
Untuk menjaga dan meindungi otak dan tulang spinal serta
juga berguna untuk menegakkan tubuh

Maksila

 Bersatu dengan basis cranium


 Pertumbuhannya tergantung sutura dan aposisi cranium
 Berkembang secara vertical
 Faktor yang mempengaruhi perkembangannya adalah fungsi, sinus, dan erupsi gigi
 Panjangnya maksila karena tuberositas maxilla

Cavum oris
 Terbentuk dari proc maxillaris
 Dikelilingi oleh labium oris, pipi, dan palatum molle
 Terdapat lingua dan gigi geligi

Mandibula
 Pertumbuhannya ada 2 macam:
 Pola pertama : bagian posterior mandibula dan basis cranium tetap, sementara dagu
bergerak kearah bawah dan kedepan
 Pola kedua : dagu dan korpus mandibula hanya berubah sediit sementara
pertumbuhan sebagian besar terjadii pada tepi post ramus, kronoid dan kondilus
mandibula

2. PERKEMBANGAN FACIAL
 Cranial ( ruang cranial & basis cranial)
 Ruang cranial
Pembentukannya langsung mengalami klasifikasi berdasarkan sutura-sutura
Fasial lebih besar dari cranium.
 Basis cranial
Terletak dibawah otak dan merupakan batas cranium dan wajah
 Maxilla
 Mandibula

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBANG POST NATAL


 Nutrisi : ASI
 Budaya : ras dan suku
 Lingkungan fisik
 Status sosial ekonomi
 Pengetahuan ibu
 Faktor psikologis
 Lingkungan biologis
 Hormon :
- Growth Hormone (GH)
- Paratiroid
- Tiroid

4. KETERKAITAN WAKTU TERHADAP TUMBANG POST NATAL

Sangat berpengaruh karna setiap bagian dari tubuh akan mengalami waktu untuk tumbuh
(penyempurnaan bentuk) dan waktu untuk menyusut.

Cth : gigi geligi (mempunyahi tahun atau umur tertentu untuk tumbuh dan mengalami erupsi)

5. RESPON RANGSANG TERHADAP POSTNATAL


- Jaringan syaraf : ujung ujung syarafnya ada repon mekanik ,termal, kimia
- Repon imun : hormon timosin, sel limfosit
Organ limfosit bayi (pertahanan pada bayi)

Orang dewasa (mengalami athrofi)

Respon ada karena adanya resptor, yaitu resptor taktil yang terdapat pada bagian kulit dan
jaringan dibawah kulit. Respon ini berperan dalam memahami dan mengetahui kemungkinan
kelainan patologis sejak dini, dinilai dari tahap pematangan dan repo neurologik dengan
memperhatikan jenis refleks tubuh bayi terhadap rangsangan

6. NUTRISI YANG DIBUTUHKAN PADA MASA POSTNATAL


- CA : untuk pertumbuhan tulang
- Lemak : untuk tumbuh kembang otak, terbagi atas lemak essensial dan non essensial
- Vitamin (A,B,C,D,E,K)
- Zat besi : untuk pembentukan sel sel darah merah
- ASI ekslusif
- Iodium
- Air

7. GANGGUAN TUMBANG OROFASIAL PADA POSTNATAL


- Labio palato
- Anodonsia (kehilangan gigi seluruh atau sebagian)
- Mikrodonsia (ukuran gigi kecil)
- Makrodonsia (ukuran gigi besar)
- Trauma
- Bad habbit (menghisap jempol/ postur tubuh)
- Kelainan pada gigi (gigi Hatinson)
- Gangguan celah wajah
 Unilateral : proc. Nasalis medialis dan proc. maxilaris gagal bergabung pada salah
satu gigi
 Bilateral : tidak sempurnanya pertemuan pembentukan kedua proc. Nasalis
IV. SKEMA

Adik melati

Tampak lemah,
Saat umur 1 minggu
banyak diam,tangisan

Wajah miri ayah,


Saat umur 3
reflek menghisap,
bulan
tangan kaki lincah

Pertumbuhan dan
perkembangan postnatal

Tahap tumbang Faktor yang Kebutuha Respon kelainan


orofasial mempengaruhi n nutrisi terhadap
rangsang

V. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Tumbang orofasial pada masa
postnatal
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Respon sistem orofasial terhadap
rangsangan
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Faktor yang mempengaruhi tumbang
postnatal
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Gangguan Tumbang postnatal
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Kebutuhan gizi pada masa postnatal

VI. KUMPULAN INFORMASI

1. Tumbuh Kembang Orofacial Postnatal

Tumbuh kembang
wajah postnatal
 Tumbuh kembang wajah postnatal
Lebar wajah ketika bayi lahir adalah dua pertiga besar wajah dewasa, tinggi wajah
adalah setengahnya dan kedalaman wajah adalah sepertiga kedalaman dewasa. Bagian rangka
wajah yang terletak di bawah bidang Frankfort adalah kira-kira seperdelapan besar cranium
ketika bayi lahir. Pada saat dewasa besarnya meningkat menjadi sepertiga besar cranium, atau
dengan kata lain regio infraorbitalis atau bagian rangka wajah yg berhubungan dengan
mastikasi, tumbuh lebih besar setelah bayi lahir dari pada cranium, regio olfactoris, dan regio
orbitalis dari wajah. Kecepatan pertumbuhan dari lahir hingga dewasa sewaktu lahir, kepala
membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala
membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu antara lahir sampai
maturitas, tubuh tentunya tumbuh lebih pesat baik pada proporsi maupun ukuran
dibandingkan dengan kepala. Pada waktu lahir, lengan terlihat sepertiga dari panjang badan,
namun setelah dewasa hamper setengahnya. Terlihat ada pertumbuhan yang lebih pada
tungkai bawah daripada yang atas selama kehidupan postnatal. Perubahan ini merupakan
pola pertumbuhan normal, yang menunjukkan pertumbuhan sefalokaudal. Ada wajah dan
kepala, tingkat pertumbuhan sefalokaudal sangat mempengaruhi proporsi dan menyebabkan
perubahan proporsi melalui pertumbuhan. Proffit dan Fields(1993, 2007) membagi
kraniofasial menjadi empat daerah pertumbuhan karena cara pertumbuhan masing-masing
daerah berbeda yaitu :
 Kranial vault
 Basis kranium
 Maksila
 Mandibula
Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan kedua setelah
lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada anak usia 4-5 tahun, besar kranium
sudah mencapai 90% kranium dewasa. Kranium terbagi dua yaitu :
 Ruang kranial (kranial vault)
Ruang kranial adalah bagian kranium yang membentuk tutup kepala atau
menutupi otak terdiri dari sejumlah tulang pipih yang terbentuk langsung melalui
pembentukan tulang intramembranus, tanpa didahului pembentukan cartilago. Fungsi utama
ruang kranial adalah melindungi otak. Pertumbuhan kranial vault akan sejalan dan seiring
dengan pertumbuhan otak itu sendiri. Kebanyakan pertumbuhan pada daerah ini sudah
selesai seluruhnya pada usia 7 tahun.

 Basis Kranium
Basis kranium merupakan dasar kranium. Terletak di bawah otak dan
merupakan batas antara kranium dan wajah. Fungsinya selain mendukung dan melindungi
otak dan tulang spinal, juga berguna untuk menegakan tubuh, melindungi persendian
tengkorak, kolumna vertebrata, mandibula dan sebagian maksila. Fungsi terpenting lainnya
adalah sebagai daerah penjaga di antara otak, wajah dan region faringeal, dimana
pertumbuhan berjalan dengan cara berlainan. Pertumbuhan basis kranium dipengaruhi oleh
suatu keseimbangan yang kompleks antara pertumbuhan sutura, perpanjangan sinkondrosis,
perpanjangan sikondrosis, pergerakan kortikal yang luas serta remodeling. Basis kranium
terbagi dua yaitu : basis kranium anterior dan basis kranium posterior. Basis kranium anterior
dimulai dari sela tursika sampai nasion, sedangkan basis cranial posterior dimulai dari basis
osipital sampai sela tursika. Pertumbuhan basis kranium anterior lebih cepat selesai
dibandingkan basis kranium posterior. Basis kranium posterior akan terus akan terus meluas
karena adanya speno osipital sinkondrosis. Speno osipital sinkondrosis adalah suatu kartilago
yang menghubungkan tulang sphenoid dengan tulang osipital. Pertumbuhan basis kranial
kearah antero – posterior terjadi dengan adanya pertumbuhan endokondral pada speno
osipital sinkondrosis, pertumbuhan sutura pheno ethmoidalis dan sutura fronto ethmoidalis.
Pertumbuhan basis kranium mempunyai efek langsung terhadap pertumbuhan muka bagian
tengah dan mandibula. Kranium yang tumbuh dengan cepat sebelum lahir, akan terus tumbuh
dengan cepat sampai usia 1 tahun, untuk tempat otak. Setelah itu laju pertumbuhan menurun
dan pada usia 7 tahun, kranium sudah mencapai 90%. Sejak usia ini, kranium akan membesar
dengan perlahan sampai maturitas. Wajah berkembang kearah depan dan bawah dalam
kaitannya dengan kranium. Bertambah lebarnya rangka wajah postnatal terutama dipengaruhi
oleh deposisi permukaan dan resorbsi internal pada cavitas orbitalis, cavum nasi, cavitas
paranasalis, dan cavum oris.

Maksila
Pertumbuhan postnatal maksila seluruhnya terjadi dengan osifikasi intramembran
karena tidak terdapat kartilago. Pertumbuhan maksila terjadi melaui 2 cara yaitu aposisi
sutura-sutura yang menghubungkan maksila dengan kranium dan basis cranial serta
remodeling tulang. Sementara maksila tumbuh ke bawah dan depan, permukaan anteriornya
mengalami remodeling. Hampir seluruh permukaan anterior maksila mengalami resorpsi,
kecuali daerah kecil di sekitar spina nasalis anterior. Sementara terjadi pertumbuhan maksila
ke bawah dan depan, ruangan antara sutura yang terbuka diisi oleh proliferasi tulang. Aposisi
terjadi pada kedua sisi sutura sehingga tulang-tulang tempat perlekatan maksila bertambah
besar. Tepi posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas mengalami aposisi sehingga
menambah ruangan untuk tempat erupsi gigi molar tetap. Panjang maksila bertambah setelah
umur dua tahun yang terjadi akibat dari tuberositas maksila dan dengan pertumbuhan sutura
sepanjang tulang palatal. Aposisi permukaan terjadi sebelah anterior lengkung tulang maksila.

Mandibula
Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat mobil dan merupakan tulang
yang sangat penting karena terlibat dalam fungsi-fungsi vital antara lain : pengunyahan,
pemiliharaan jalan udara, berbicara, dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih
berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan
aposisi periosteal ( osifikasi intramembranous ) dan padanya melekat otot-otot dan gigi.
Pertumbuhan mandibula ada 2 macam :

 Pola pertama
Bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara dagu
bergerak ke bawah dan depan
 Pola kedua
Dagu dan Korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara pertumbuhan
sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid, dan kondilus mandibula. Gerakan
pertumbuhan mandibula pada umumnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi
dimaksila. Dagu bergerak kebawah dan depan hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus
dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus mandibula bertambah panjang melalui aposisi
tepi posteriornya, sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondral pada
kondilus dan remodeling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan depan, mandibula juga tumbuh
ke lateral melalui aposisi permukaan lateral korpus, ramus dan alveolaris mandibula. Untuk
mengimbangi aposisi lateral, terjadi resorpsi pada permukaan lingualnya. Processus alveolaris
pembentukannya dikontrol oleh erupsi gigi dan diresorpsi bila gigi tanggal dan diekstraksi. Gigi
pada kedua lengkung tidak menjadi protusif ketika maksila dan mandibula tumbuh dan
berpindah tempat, karena adanya relasi intercuspal gigi. Pertumbuhan processus alveolaris
sangat aktif selama erupsi dan berperan sangat penting selama erupsi awal hubungan antar
tonjol dan terus memelihara hubungan oklusal selama pertumbuhan vertical maksila dan
mandibula.

 Tumbuh kembang cavum oris postnatal

Labium Oris
Menurut penelitian dari Frazer, labium oris terbentuk dari processus maksilaris.
Mesoderma maksilaris tampak meluas ke bagian bawah processus frontonasalis sampai kedua
perluasan dari setiap sisi saling bertemu pada garis median.

Pipi
Pipi terbentuk dari jaringan yang berasal dari processus mandibularis maupun
processus maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada region pipi terlihat adanya kantung kecil
dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak jauh antara processus maksilaris dibagian
atas dan processus mandibularis dibagian bawah. Batas luar dari kantung tersebut terletak
pada epithelium cavum oris, meluas dari processus maksilaris ke processus mandibularis dan
mengelilingi permukaan dalam pipi.

Lingua
Lingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum lingua,
2
terutama bagian anterior dan facies ventral atau inferior. Selama masa kehidupan vetus
3
dan tahun pertama kelahiran, lingua umumnya relatif besar dalam cavum oris dan sering
meluas diantara gingival, terutama dibagian depan sehingga berkontak dengan labium oris
dan pipi. Lingua berperan dalam proses pengunyahan, menelan, mengisap, dan bicara. Pada
keadaan istirahat dan ketika cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak
bersandar terhadap permukaan lingual geligi dibalik permukaan inferior palatum molle dan
palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum dibalik incisivus
atas.

Gigi geligi
Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh proc alveolaris tempat terletaknya soket
gigi. Umumnya membentuk arcus yang sesuai denga bentuk lengkung. Tiap gigi terbentuk dari
jaringan kalsifikasi, enamel, dentin, cementum, dan cavum pulpa yang terdiri dari jaringan
ikat, pembuluh darah, dan saraf. Tiap gigi melekat padad proc alveolaris melalu ligamentum
periodontal.

Gingiva
Gingiva pada tepi bebasnya membentuk penggabungan antara epitel cavum oris
dengan epitel yang menutupi sebagian enamel gigi yang tidak terlihat damlam cavum oris.
Gingiva melekat erat pada leher masing-masing gigi. Perlekatan gusi ini mempunyai sifat
ganda. Epithelial attachment, terdiri dari penggabungan epithelium gingiva dan epithelium
enamel dari mahkota gigi. Berperan penting dalam proses pembentukan penyakit-penyakit
gingiva. Subepithelial attachment, dibawah epithelium gingiva terdapat serabut kolagen yang
melintas dari cementum gigi didekat pertemuan enamel – cementum dan dari proc alveolaris
ke gusi, membentuk mucoperiosteum yang melekat erat disekitar leher gigi.

2. Respon Orofacial Posnatal terhadap Rangsang

Aktifitas motorik sistem orofacial


 Aktifitas motorik = aktifitas refleks = jawaban atas rangsangan
 Refleks sederhana menggunakan satu nukleus motorik saraf otak, jalur aferen
dan interneuron yang terletak disatu nukleus motorik ( reflek rahang dan refleks
lidah)
 Refleks lebih komplek berhubungan dengan sekelompok motoneron pada lebih
dari satu nukleus motorik. Maka refleks yang terjadi disebut reflek sinergis

Indra somatik :
o Mekanisme syaraf yang mengumpulkan informasi sensorik dari tubuh.

o Diklasifikasikan menjadi 3 tipe fisiologis

 Indera somatik Mekanoreseptif


- meliputi sensasi taktil dan posisi
- Dirangsang Pemindahan secara mekanis beberapa jaringan tubuh
 Indera termoreseptif
- Guna : Mengetahui perubahan suhu panas dan dingin
 Indera rasa nyeri
- dapat diaktifkan oleh setiap faktor yang merusak jaringan.

Walaupun sensasi raba, tekan dan getaran sering digolongkan secara terpisah, tetapi semua
dideteksi oleh reseptor yang sama.
Terdapat 3 prinsip yang berbeda antara mereka:

 Sensasi Raba disebabkan perangsangan reseptor taktil yang terdapat di kulit dan jaringan
tepat dibawah kulit.
 Sensasi tekan disebabkan adanya perubahan yang lebih dalam
 Sensasi getaran disebabkan sinyal sensorik yang datang berulang – ulang

1) RESEPTOR TAKTIL
a) Ujung saraf bebas.
dapat dijumpai disemua bagian kulit dan jaringan-jaringan lainya, dapat mendeteksi
rabaan dan tekanan
b) Badan Meissner.
Juluran ujung saraf bermielin yang dapat merangsang serabut saraf sensorik besar
bermielin( Jenis Aβ ). reseptor ini dapat dijumpai pada bagian kulit yang tidak
berambut seperti: Ujung jari, bibir dan daerah kulit lainya.

 Serabut bermyelin:
- Kecepatan hantar tinggi
- Ambang rangsang rendah
- Menghantarkan impuls sensorik yang tajam.

 Serabut tak bermyelin:


- kecepatan hantar relatif rendah.
- ambang rangsang tinggi.
- menghantar impuls nyeri yang tumpul dan lama.

c) Diskus merkel
bagian kulit yang berambut banyak mengandung ujung saraf yang melebar .
Reseptor ini menjalarkan sinyal yang mulanya kuat namun daya adaptasinya lambat.
d) Organ ujung rambut ( hair end organ )
reseptor ini mendeteksi terutama pergerakan objek pada permukaan tubuh atau
kontak awal dengan tubuh.
e) Ujung Organ Ruffini
Adaptasi ujung organ ini sangat kecil, sehingga reseptor ini berguna untuk
menjalarkan sinyal perubahan bentuk kulit dan jaringan yang lebih dalam.
f) Badan Paccini,
dibawah kulit. Hanya dapat dirangsang oleh pergerakan jaringan yang cepat karena
reseptor ini dapat beradaptasi dalam waktu sepersekian ratus detik.

Gag Reflex
merupakan sensasi subjektif yang berawal dari tingkat cortical.
Gag reflex

 merupakan suatu reflex bawaan yang bertujuan untuk melindungi sistem


pernafasan dan sistem pencernaan dari benda asing yang dapat merusaknya.

 Walaupun bisa juga reflex yang didapat yang dikondisikan oleh berbagai
rangsangan seperti : visual, olfaktori, akustik, fisik, kimia atau racun yang
disebarkan lewat aliran darah atau cairan serebrospinal
2) SENSASI TERMAL

 Gradasi termal dapat dibedakan 3 macam reseptor:

 Reseptor dingin

 reseptor hangat

 reseptor rasa nyeri : hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang
ekstrem.
RESEPTOR SENSORIK PADA GIGI
o Satu-satunya sensasi yang timbul pada rangsangan gigi adalah NYERI

o Satu-satunya reseptor = Nosiseptor

o Nosiseptor = Ujung saraf bebas serabut saraf bermielin dan tanpa mielin.

o Nosiseptor terminalnya terletak pada dentin, predentin dan pulpodentinal junction.


Nyeri Orofasial
 Yaitu nyeri - manifestasi di daerah oral- fasial, walau fokusnya bukan di oral-fasial.

 daerah pemicu (trigger zone) di oralfasial, walau manifestasinya bukan di


oral fasial.

 Faktor pemicu ( reseptor nyeri) terdapat di :


- Otot-otot pengunyahan
- Persendian gigi.
- Jaringan sekitar gigi.

 Nyeri Orofasial nyeri wajah dan rongga mulut.


 Jenisnya :
a. Superficial pain.
- biasa muncul pada karies superficialis
- kerusakan pada email tubuli dentinalis terbuka dan pulpa belum ada kelainan sensasi
nyeri nyeri hilang bila rangsangan hilang.
- Rangsangan termal ( Panas atau dingin) akan memberikan reaksi positif.

b. Deep pain = nyeri dalam


- biasa timbul karena pulpitis totalis akut radang menyebar keseluruh pulpa.
- dengan gejala :
o Sakit berdenyut
o terus menerus siang malam
o Periodontitis ( Sakit ketika disentuh)

JALUR NYERI ORO-FASIAL


o Dari daerah rongga mulut

impuls nyeri  oleh saraf trigeminus ke ganglion gasseri ke nukleus spinalis saraf trigeminus
dihantarkan oleh traktus trigeminotalamik sampai ke hipotalmus akirnya berproyeksi menjadi
nyeri di korteks serebri.
o Dari daerah wajah.

impuls nyeri  oleh saraf facial di sampaikan ke nukleus kaudalis saraf trigeminus selanjutnya
dihantarkan oleh traktus trigeminotalamik ke hipotalamus akhirnya sampai ke pusat nyeri di
sentral serebri.
3) RANGSANG KIMIA

 Sensasi pengecapan

 Pengecapan adalah fungsi utama dari test bud/kuncup pengecap yang terdapat
dimukosa lidah, palatum, laring dan faring.
 Penelitian yang bersifat psikofisiologik dan neurofisiologik mengenali sedikitnya
13 reseptor kimia yang ada pada sel-sel pengecap.
- 2 reseptor natrium
- 2 reseptor kalium
- 1 reseptor klorida
- 1 reseptor adenosin
- 1 reseptor ionosin
- 2 reseptor manis
- 2 reseptor pahit
- 1 reseptor glutamat
- 1 reseptor ion hidrogen
 Dari analisa pengecapan praktis kemampuan reseptor diatas dikelompokkan
menjadi 4 kategori umum yang disebut Sensasi utama pengecapan yaitu :
1. Asam
2. Asin
3. Manis
4. Pahit

3. Faktor yang mempengaruhi tumbang postnatal


1) Faktor heriditer/ genetik

Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu
secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual. Merupakan
faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat berubah
sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karkteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti
temperamen. Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.

2) Faktor Status Sosial ekonomi


Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat tercukupi
kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi
yang rendah.

3) Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses tumbuh
kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka
proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.

4) Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak dengan
kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun
sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.
Perkembangan Postnatal

Sebelum lahir Setelah lahir


Lingkungan fisik Cairan Udara
Suhu luar Tetap Berubah – ubah
Terutama kinestetik / Bermacam – macam
Stimulasi sensoris
vibrasi stimuli
Tergantung pada
Tergantung pada zat – ketersedianya bahan
Gizi zat gizi yang terdapat makanan dan
dalam darah ibu kemampuan saluran
cerna
Berasal dari paru-paru
Berasal dari ibu ke janin
Penyediaan oksigen ke pembuluh darah
melalui plasenta
paru – paru
Dikeluarkan melalui
Pengeluaran hasil Dikeluarkan ke sistem
paru – paru, kulit, ginjal,
metabolisme peredaran darah ibu
dan saluran pencernaan

5) Faktor lingkungan /eksternal

Digolongkan menjadi :

a. Lingkungan Biologis

1. Ras / Suku bangsa : Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras / suku bangsa.
Bangsa kulit putih / ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa
Asia.
2. Jenis kelamin : Dikatakan anak laki - laki lebih sering sakit dibandungkan anak
perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian.
3. Umur : Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak
mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar
pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus.
4. Gizi : Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pada
masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang
anak, seperti : protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang
kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpenuhi, maka dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.
5. Perawatan kesehatan : Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit,
tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang
pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif, yang mencakup aspek - aspek promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
6. Kepekaan terhadap penyakit : Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Dianjurkan
sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio 3 kali, DPT 3 kali.
Hepatitis – B 3 kali, dan campak. Disamping itu imunisasi, gizi juga memegang peranan penting
dalam kepekaan terhadap penyakit.
7. Penyakit kronis : Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh
kembanganya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres yang
berkepanjangan akibat dari penyakitnya.
8. Fungsi metabolisme : Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar
dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrient harus
didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak - tidaknya memadai.
9. Obat – obatan : Beberapa obat - obatan dikenal dapat menyebabkan terlambatnya
pertumbuhan, seperti kortikosteroid, antibiotik golongan quinolon, pemakaian obat perangsang
susunan saraf pusat. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
10. Hormon
 Somatotropin atau "Growth Hormone" (GH = hormon pertumbuhan) : Merupakan
pengatur utama pada pertumbuhan somatik terutama pertumbuhan kerangka. Pertambahan
tinggi badan sangat dipengaruhi hormon ini. GH merangsang terbentuknya somatomedin yang
kemudian berefek pada tulang rawan. GH mempunyai "circadian variation" dimana aktivitasnya
meningkat pada malam hari pada waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik, perubahan
kadar gula darah dan sebagainya.
 Homon tiroid : Hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak karena
mempunyai fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Maturasi tulang juga
dibawah pengaruh hormon ini. Demikian pula dengan pertumbuhan dan fungsi otak sangat
tergantung pada tersedianya hormon tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi hormon tiroid
mengakibatkan retardasi fisik dan mental yang kalau berlangsung lama dapat menjadi
permanen. Sebaliknya pada hipertiroidisme dapat mengakibatkan gangguan pada
kardiovaskular, metabolisme, otak, mata, seksual, dll. Hormon ini mempunyai interaksi dengan
hormon - hormon lain seperti somatotropin.
 Glukokortikoid : Mempunyai fungsi yang bertentangan dengan somatotropin, tiroksin
serta androgen, karena kortison berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat /
terhenti dan terjadinya osteoporosis.
 Hormon – hormon seks : Terutama mempunyai peranan dalam fertilitas dan reproduksi.
Pada permulaan pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan, tetapi sesudah beberapa
lama justru menghambat pertumbuhan. Androgen disekresi kelenjar adrenal
(dehidroandrosteron) dan testis (testosteron), sedangkan estrogen terutama diproduksi oleh
ovarium.
 Insulin like growth factors (IGFs) Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai
mediator GH dan kerjanya mirip dengan insulin. Fungsinya selain sebgaai mediator GH
aktifitasnya mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosir, osteoblas dan jaringan lainnya.
IGFs diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh, tetapi IGFs yang beredar dalam sirkulasi terutama
diproduksi di hepar.

b. Lingkungan fisik

1. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah : Musim kemarau yang panjang /
adanya bencana alam lainnya, dapat berdapak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai
akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi. Demikian pula gondok endemik
banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung
yodium.
2. Sanitasi : Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan
lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan, baik
kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya
penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, maka anak akan sering sakit, misalnya diare,
kecacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria, demam berdarah, dan sebagainya. Demikian
pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok, dapat
berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Kalau
anak sering menderita sakit, maka tumbuh kembangnya pasti terganggu.
3. Keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian) :
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan
penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.
4. Radiasi : Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi tinggi.

c. Faktor psikososial

1. Stimulasi : Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
anak yang kurang / tidak mendapat stimulasi.
2. Motivasi belajar : Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku -
buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
3. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar : Kalau anak berbuat benar, maka kita wajib
memberinya ganjaran, misalnya pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dan sebagainya.
Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah
lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara - cara yang wajar kalau anak berbuat salah masih
dibenarkan. Yang penting hukuman dilakukan secara objektif disertai pengertian dan maksud
dari hukuman tersebut. Bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan
terhadap anak. Sehingga anak tahu, mana yang baik dan mana yang tidak baik, akibatnya akan
menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk kepribadian anak kelak di
kemudian hari.
4. Kelompok sebaya : Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak memerlukan
teman sebaya. Tetatpi perhatian dari orangtua tetap diperlukan untuk memantau dengan siapa
anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek lingkungan sebaya menjadi sangat penting
dengan makin meningkatnya kasus-kasus penyalahan obat-obatan dan narkotika.
5. Stress : Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak
akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun, dan sebagainya.
6. Sekolah : Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini diharapkan setiap anak
mendapatkan kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehingga dengan
mendapatkan pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat menaikkan taraf hidup anak - anak
tersebut. Yang masih menjadi masalah sosial sekarang ini adalah masih banyaknya anak - anak
yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk
keluarganya.
7. Cinta dan kasih sayang : Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.
Anak memerlukan kasih saying dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar kelak kemudian
hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula terhadap
sesamanya.Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus ke arah
memanjakan akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak.
Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong, dan kurang bisa
menerima kenyataan.
8. Kualitas interaksi anak – orang tua : Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua,
akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka terhadap orangtuanya,
sehingga komunikasi bisa 2 arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena
adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak. Interaksi tidak ditentukan
dengan seberapa lama kita bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas interaksi
tersebut, yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing - masing dan upaya optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.

d. Faktor keluarga dan adat istiadat

1. Pekerjaan / pendapatan keluarga : Pendapatan keluarga yang memadai akan


menunjang tumbuh kemabang anak karena orangtua dapat menyediakan semua keperluan
anak, baik yang primer maupun yang sekunder.
2. Pendidikan ayah / ibu : Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat
menerima semua informasi terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya.
3. Jumlah saudara : Jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima
anak. Lebih - lebih kalau jarak umur anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan
keadaan sosial ekonominya kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain
kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan,
sandang dan perumahan pun belum terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap
diperlukan.
4. Jenis kelamin dalam keluarga : Pada masyarakat tradisional, wanita memiliki status yang
lebih rendah dibandingkan laki - laki. Sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi
pada wanita, demikian pula dengan pendidikan, masih banyak ditemukan wanita yang buta
huruf.
5. Stabilitas rumah tangga : Stabilitas keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis
dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.
6. Kepribadian ayah / ibu : Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka untuk pengaruhnya
berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan dengan mereka yang
kepribadiannya tertutup.
7. Adat istiadat, norma – norma, tabu – tabu : Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah
akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Misalnya di Bali karena seringnya upacara
agama yang diadakan oleh suatu keluarga, dimana harus disediakan berbagai makanan dan
buah-buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena makanan dan buah-
buahan tersebut akan dimakan bersama setelah selesai upacara. Demikian pula dengan norma-
norma dan tabu-tabu yang berlaku di masyarakat, berpengaruh pula terhadap tumbuh kembang
anak.
8. Agama : Pengajaran agama harus ditanamkan pada anak - anak sedini mungkin, karena
dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
9. Urbanisasi.
10. Kehidupan politik dalam masarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak,
anggaran, dll.

4. Kelainan orofasial pada masa postnatal

1) Protruded Maxilla (upper jaw)


Yang dimaksud dengan protruded maxilla adalah rahang bagian atas bersama dengan gigi atas
terletak terlalu ke depan. Dengan keadaan seperti ini, seseorang mengalami kesulitan untuk
menutup bibir. Gigi selalu terlihat dan dalam kebanyakan kasus seluruh gusi terlihat sewaktu
tersenyum (gummy smile). Gummy smile terjadi akibat pertumbuhan vertikal rahang atas yang
berlebihan.
2) Retruded Maxilla
Kelainan bentuk ini terjadi akibat perkembangan rahang bawah yang kurang. Biasanya terlihat
pada orang dengan celah bibir atau langit-langit. Setelah bedah koreksi celah bibir atau langit-
langit di usia muda, pertumbuhan dari rahang atas terhambat dan terjadi perpindahan atau
kerusakan benih gigi. Akibatnya muka terlihat seperti dish shape face dengan hidung yang lebar
dan gigi tidak pada tempatnya, rotasi atau missing.
3) Protruded Mandible (lower jaw)
Pada beberapa orang, perkembangan rahang bawah berlebihan sehingga menyebabkan rahang
terlalu panjang. Wajah menjadi sangat panjang dengan gigi pada rahang bawah lebih ke depan
dan bibir tebal. Normalnya, gigi-gigi rahang bawah berada di bagian dalam dari gigi-gigi rahang
atas sewaktu posisi menggigit. Sedangkan pada kasus ini, posisi gigi rahang bawah berada di
bagian depan daripada gigi rahang atas.
4) Asimetri wajah

Kadang-kadang beberapa bagian wajah lebih berkembang atau kurang berkembang sehingga
salah satu bagian wajah menjadi lebih besar atau lebih kecil.
5) Cleft Lip

Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada
bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir
yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir memanjang dari bibir ke
hidung.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
MACAM-MACAM CLEFT LIP DAN PALATE
o Klasifikasi celah bibir
- Unilateral Incomplete : Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan
tidak memanjang hingga ke hidung.
- Unilateral complete : Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan
memanjang hingga ke hidung.

o Klasifikasi celah palatum :


Menurut sistem Veau, sumbing palatum dibagi menjadi empat tipe klinis, yaitu
1) Sumbing dari palatum mole saja
2) Sumbing dari palatum mole dan durum, meluas kedepan ke foramen insisivus
3) Sumbing langit-langit unilateral komplit, biasanya bersamaan dengan sumbing bibir
unilateral
4) Sumbing langit-langit bilateral komplit, biasanya bersamaan dengan sumbing bibir
bilateral.
5. Kebutuhan Gizi pada Tumbuh Kembang Postnatal

 ASI
Secara alami, ASI mengandung zat-zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk menunjang
proses tumbuh kembang otak. Zat-zat gizi tersebut antara lain:
- Asam lemak esensial
ASI merupakan sumber asam lemak esensial (asam lemak yang harus dipenuhi kebutuhannya
dari luar tubuh) , yaitu asam linoleat dan asam alfa-linolenat. Kedua asam lemak esensial ini di
dalam tubuh bayi diubah menjadi DHA (asam dokosaheksanoat) dan AA (asam arakhidonat).
Perlu diketahui, lipid (lemak) di dalam ASI terutama terdapat dalam bentuk trigeliserida (98-
99%). Sedangkan sisanya, sebanyak 1-2%, adalah fosfolipid dan kolesterol. Komposisi dan
kandungan lipid ASI sangat bervariasi bergantung dari tahapan laktasi dan asupan diet ibu. Lipid
di dalam ASI berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu, sebagian kecil lipid (lipid minor)
berfungsi sebagai mikronutrien yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Lipid
sebagai mikronutrien terutama terdapat dalam bentuk fosfolipid.
Apabila tubuh bayi mendapat DHA dalam jumlah yang mencukupi melalui ASI ibunya, maka
proses pembentukan otak serta pematangan sel-sel saraf di dalam otaknya akan berjalan
dengan baik. Semua proses itu terjadi pada waktu bayi tidur nyenyak.
Dengan demikian, proses tumbuh kembang dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kedekatan
dan hubungan batin yang terjalin kuat antara ibu dan bayi ketika memberi ASI merangsang
perkembangan kemampuan kognitif bayi. Sedangkan kadar DHA di dalam ASI yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh bayi, memungkinkan proses plastisitas (proses pembentukan
hubungan baru di antara sel-sel saraf) berjalan denganoptimal. Hal ini antara lain ditunjukkan
dengan kecerdasan berbahasa yang baik serta IQ ( Intelegence Quotient ) yang tinggi.
- Protein
Komponen dasar dari protein, yakni asam amino, terutama berfungsi sebagai pembentuk
struktur otak. Beberapa jenis asam amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin
merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau penyampaipesan
( neurotransmitter ). Di dalam ASI terkandung protein sekitar 1,2 gram per 100 ml.
- Vitamin B kompleks
Beberapa jenis vitamin B yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang otak adalah vitamin B1,
vitamin B6, dan asam folat (vitamin B9). Bila kebutuhannya tidak terpenuhi, maka akan timbul
gangguan terhadap pertumbuhan dan fungsi otak dan sistem saraf.
- Kholin
Senyawa ini merupakan pembentuk sejenis neurotransmitter yang disebut asetilkolin. Kholin
juga merupakan bagian dari lesitin, yaitu suatu fosfolipid yang banyak terdapat di otak sebagai
pembentuk membran (dinding) sel saraf.
- Yodium, zat besi, dan zat seng
Yodium dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin (sejenis hormon yang diperlukan
dalam pembentukan protein yang membantu proses tumbuh kembang otak). Zat besi
dibutuhkan dalam proses pembentukan mielin. Zat besi disimpan di dalam berbagai jaringan
otak selama 12 bulan pertama sejak bayi lahir. Seng merupakan bagian darai sekitar 300 jenis
enzim yang membantu pembelahan sel.
18
Kekurangan zat seng di dalam otak dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang disebut
ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder).

 Protein

Protein berfungsi untuk membentuk sel – sel baru yang akan menunjang proses
pertumbuhan seluruh organ tubuh, juga pertumbuhan, dan perkembangan otak anak.

 Lemak

Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel – sel saraf otak untuk
kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam linoleat/ omega
6, asam linoleat/ omega 3) dan asam lemak non esensial (asam oleat/ omega 9, EPA, DHA,
AA).

 Vitamin A

Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan kulit dan
pertumbuhan optimal anak.

 Vitamin C

Vitamin C berfungsi untuk pembentukkan kolagen (tulang rawan), meningkatkan daya


tahan tubuh dan penyerapan kalsium yang diperlukan untuk pembentukkan tulang dan gigi
yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai