Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 5 MODUL 1

TUMBUH KEMBANG OROFASIAL PRENATAL

INSISIVUS 2

Tutor : drg. Dedi Sumantri, M.DSc

Ketua : Lussy Putri Azmi 1911413008


Sekre Papan : Rossyqoh Durrotul Hikmah 1911412019
Sekre Meja : Flori Fatiannisa 1911412009
Anggota : Amelia Putri 1911411005
Fathan Alif Abdani 1911412016
Fira Nurlaila Auliana 1911413019
Ghina Whahyuni 1911413012
Puti Aquira Saida 1911411012
Razanah Mudia 1911413018
Syafitra Ade Erman 1911412012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2019/2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, sungguh banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita,
tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas hasil
laporan Tutorial Skenario modul 1 ini.
Dalam penyusunannya kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing tutor kita
drg. Dedi Sumantri, M.DSc, yang telah memberikan dukungan, kasih dan kepercayaan yang
begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga laporan ini bisa bermanfaat
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi bagi kami.
Meskipun kami berharap isi dari laporan tutor kami ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun pasti selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar laporan tutorial ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan tutorial kami ini dapat
bermanfaat.

Wassalam

Padang, 9 Maret 2020

Penyusun
MODUL 1
TUMBUH KEMBANG OROFASIAL PRENATAL

Skenario
Perkembangan Janin

Rani (25 th) baru pulang dari Rumah Sakit setelah melakukan pemeriksaan janinnya ke
dokter spesialis kandungan. Karena ingin tahu perkembangan janin dalam kandungan istrinya,
Yoga melihat hasil USG kehamilan istrinya yang sudah berusia 16 minggu. Yoga merasa
cemas karena terlihat pertumbuhan janin yang seperti tidak normal, kepala besar dan badan
tidak seimbang dengan kepala. Rani menjelaskan kalau hal ini wajar sesuai penjelasan dokter.
Bahwa pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sesuai umur kandungan
tersebut. Dokter menjelaskan bahwa pada usia kehamilan saat ini pertumbuhan dan
perkembangan orofasial secara embriologis belum sempurna tapi hal tersebut normal, karena
dengan bertambahnya usia kehamilan makin sempurna pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam kandungan. Dokter menyarankan agar Rani harus menjaga kehamilannya dengan control
secara periodik dan makan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
serta menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Bagaimana saudara menjelaskan perkembangan janin dalam kandungan Rani?
Langkah Seven Jumps :
1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah.
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi .
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

URAIAN
Langkah I : Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
1. Prenatal : Pre : sebelum; Natal : Kelahiran; Keadaan sebelum kelahiran
2. USG : Prosedur pencitraan menggunakan teknologi gelombang suara berfrekuensi
tinggi untuk memproduksi gambar tubuh bagian dalam

Langkah II : Menentukan rumusan masalah


1. Apa saja fase pada prenatal?
2. Bagaimana perkembangan orofasial pada janin?
3. Bagaimana perkembangan cavum oris pada prenatal?
4. Apa saja fase pada prenatal?
5. Apa saja hal yang mempengaruhi pertumbuhan janin?
6. Apa saja aspek genetik pada perkembangan orofasial?
7. Bagaimana kebutuhan zat gizi untuk oertumbuhan janin?
8. Mengapa bagian kepala janin lebih dahulu besar daripada bagian lain?
9. Apa saja kelainan yang dapat dilihat dalam janin?
10. Bagaimana cara kerja USG?

Langkah III : Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan Prior
Knowledge.
1) Trisemester I :
a. Fase Germinal : Pada 2 minggu pertama. Terjadi pemecahan zigot.
b. Fase Embrionik : Pada 2-8 minggu sejak fertilisasi. Terjadi inisiasi, proliferasi,
morfodiferensiasi dan prodeposisi.
Trisemester II – III
a. Fase Fetal/Janin : Pada 2 bulan setelah fertilisasi. Terjadi proses perkembangan
bentuk organ, dan lain-lain selama 7 bulan kedepan.
2) Perkembangan orofasial pada janin :
a. Lengkung faring terbentuk pada minggu ke-4. Tiap lengkung membawa darah.
• Lengkung I untuk pembentukan wajah.
• Lengkung II untuk pembentukan os. Hyoid.
• Lengkung III untuk epiglotis.
b. Janin yang berusia 8 minggu usia embrioniknya telah berakhir. Orofasialnya
90% berukuran manusia normal.

3. Perkembangan cavum oris pada prenatal :


a. Gigi, mulai terbentuk pada saat 2 bulan kehamilan. Dibentuk karena
mineralisasi matriks protein yang dimulai pada bulan ke-4.
b. Bibir, terbentuk dari 2 tonjolan maksila dan 2 tonjolan mandibula yang pada
bulan-bulan berikutnya menyatu menjadi maksila dan mandibula utuh.

4. Fase pada prenatal :


a. Mesenkim lengkung I faringeal disarafi oleh nervus V. merupakan bagian
pertama yang terbentuk pada saat janin berusia 16 minggu.
b. Lengkung II faringeal dibentuk oleh lengkung hyoid, disyarafi oleh nervus VII.
Pada saat ini, otot dan tulang mulai terbentuk.
c. Vena pada embrio, vertalina.
d. Cardinalis → mengembalikan darah dari tubuh ke jantung.

5. Hal yang mempengaruhi pertumbuhan janin :


a. Faktor internal : ras, bangsa, kelainan kromosom dan jenis kelamin.
b. Faktor eksternal :
• Prenatal : Gizi, posisi bayi, infeksi dan kelainan imunologi.
• Persalinan : Komplikasi persalinan (trauma kepala, asphyksia).
• Pascapersalinan : Lingkungan, fisik, kimia dan psikologis, kelainan
kongenital, pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.
• Teratogen : Chemical → Penggunaan bahan kimia saat hamil.
Radiasi → Berasal dari barang elektronik.

6. Aspek genetik pada perkembangan orofasial :


a. Orang tua pintar → anak pintar (jika diberi gizi yang cukup).
b. Lingkungan.
c. Bentuk wajah, tinggi badan dan ukuran rahang.

7. Kebutuhan zat gizi untuk petumbuhan dan perkembangan janin :


a. Gizi mayor : Karbohidrat, protein dan lemak.
b. Gizi minor :
• Larut dalam air, seperti vitamin B dan vitamin C.
• Larut dalam lemak, seperti vitamin A, D, E dan K.
c. Kebutuhan vitamin A berguna untuk membentuk keratin pada email gigi.
d. Vitamin C, D dan fosfor berguna untuk pembentukan kolagen pada gigi.
e. Asam folat dapat mengurangi cacat pada bayi.
f. Lemak omega 3 untuk perkembangan sistem syaraf pada bayi.
g. Jika kekurangan kalsium, karies pada ibu lebih cepat.
h. Jika kekurangan vitamin K akan mengakibatkan bibir sumbing pada bayi.

8. Bagian kepala janin lebih dahulu besar daripada bagian lain karena tumbuh kembang
kepala pada masa prenatal lebih cepat, kurang lebih mendominasi 50% dari semua
tumbuh kembang. Sedangkan untuk perkembangan ekstermitas yang lain,
pertumbuhannya lebih cepat pada postnatal.

9. Kelainan yang dapat dilihat dalam janin :


a. Kekurangan protein : Gigi yang tumbuh lebih kecil dari ukuran normal,
mengurangi email dan terjadi gangguan erupsi.
b. Kekurangan vitamin K : Bibir sumbing.
c. Kekurangan vitamin B : Berkurangnya kekuatan gigi.
d. Kekurangan vitamin D : Dentin tidak beraturan dan mengalami gangguan pada
pulpa.

10. Cara kerja USG :


Menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara yang diarahkan ke tubuh dengan alat
ultrasonograf. Hasil pemeriksaan dengan alat tersebut adalah sonogram. Pada alat USG
ini terdapat transduser yang menghasilkan echo sehingga meghasilkan sonogram.

Langkah IV : Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan


mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi.

Rani (25 tahun)

Memeriksa janinnya ke dokter spesialis kandungan

Dokter menjelaskan tentang tumbuh kembang


orofasial prenatal

Tumbuh kembang Tumbuh kembang Kebutuhan gizi


wajah prenatal sistem vaskuler pada masa
dan neuromuscular prenatal
Tumbuh kembang orofasial prenatal
Aspek genetik
cavum oris perkembangan
prenatal wajah dan rahang
Langkah V : Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives .
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tumbuh kembang wajah prenatal.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tumbuh kembang cavum oris prenatal.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tumbuh kembang sistem vaskuler dan
neuromuscular orofasial prenatal.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan aspek genetik perkembangan wajah dan
rahang.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kebutuhan gizi pada masa prenatal.

Langkah VI : Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.

1. TUMBUH KEMBANG WAJAH PRENATAL


A. Pertumbuhan dan Perkembangan Orofasial
Embriologi wajah diawali dengan perkembangan kepala dan leher, gambaran
yang paling khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah terbentuknya lengkung
brankialis atau lengkung faring. Lengkung-lengkung ini tampak dalam perkembangan
minggu ke-4 dan ke-5. Lengkung faring tidak ikut membentuk leher, tetapi memiliki
peranan penting dalam pembentukan kepala. Pada akhir minggu ke-4, bagian pusat
wajah terbentuk oleh stomodeum, yang dikelilingi oleh pasangan pertama lengkung
faring. Ketiga embrio berusia 4½ minggu, dapat dikenali lima buah tonjolan mesenkim
yaitu :
• Lengkung faring pertama (tonjolan-tonjolan mandibula), disebelah kaudal stomodeum.
• Lengkung faring kedua (tonjolan-tonjolan maksila), terletak disebelah lateral
stomodeum.
• Lengkung faring ketiga (tonjolan-tonjolan frontonasal), suatu tonjolan yang agak
memebulat d isebelah kaudal stomodeum.
• Lengkung faring keempat dan kelima yang unsur rawannya bersatu membentuk tulang
rawan thyroidea, cricoidea, corniculata, dan cuneiforme dari laring.

Lengkung pertama terdiri atas satu bagian dorsal, yang dikenal sebagai
prominensia maksilaris, yang meluas dibawah daerah mata, dan satu bagian ventral,
prominensia mandibularis atau tulang rawan Meckel. Pada perkembangan selanjutnya,
tulang rawan Meckel menghilang, kecuali dua bagian kecil diujung dorsal dan masing-
masing memebentuk inkus dam maleus. Mesenkim prominensia maksilaris selanjutnya
membentuk premaksila, maksila, os. zigomatikus, dan bagian os temporalis melalui
penulangan membranosa. Mandibula juga terbentuk melalui penulangan membranosa
jaringan mesenkim yang mengelilingi tulang rawan Meckel.
Pada akhir minggu ke-4 , mulai tampak tonjolan-tonjolan wajah yang terutama
dibentuk oleh mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan terutama dibentuk oleh
pasangan lengkung faring pertama. Tonjolan maksila dapat dikenali disebelah lateral
stomodeum dan tonjolan mandibula disebelah kaudal stomodeum. Prominensia
frontonasalis, yang dibentuk oleh proloferasi mesenkim disebelah ventral vesikel otak,
merupakan tepi atas stomodeum. Di sisi kanan dan kiri prominensia frontonalis, muncul
penebalan-penebalan setempat dari ektoderm permukaan, yaitu plakoda nasal
(olfaktorius), di bawah pengaruh induksi bagian ventral otak depan.
Mesenkim untuk pembentukan regio kepala berasal dari mesoderm paraksial, dan
mesoderm lempeng lateral, krista neuralis dan regio ektoderm yang menebal yang
dikenal sebagai plakoda ektoderm. Mesoderm paraksial membentuk sebagian besar
komponen membranosa dan kartilaginosa neurokranium.
Mesoderm lempeng lateral membentuk kartilago laring dan jaringan ikat di regio
ini. Sel krista neuralis berasal dari neuroktoderm regio otak depan, otak tengah, dan otak
belakang. Sel-sel krista juga membentuk seluruh jaringannya di regio ini, termasuk
kartilago, tulang, dentin, tendon, dermis dan araknoid, neuron sensorik, dan jaringan ikat
glandularis. sel-sel dari plakoda ektoderm, bersama dengan krista neuralis, membentuk
neuron ganglion sensorik saraf kranial kelima, ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh.
Selama minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung tersebut mengalami invaginasi
membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini membentuk suatu rigi
jaringan yang mengelilingi masing-masing lobang dan memebentuk tonjolan hidung.
Tonjolan yang berada ditepi luar lubang adalah tonjolan hidung lateral dan yang berada
ditepi dalam adalah tonjolan hidung medial.

(Permukaan frontal wajah. A. Embrio lima minggu. B. Embrio enam minggu tonjol-tonjol hidung berangsur-angsur
terpisah dari tonjol maksila oleh alur yang dalam)
Selama dua minggu selanjutnya, tonjolan maksila terus bertambah besar
ukurannya. Serentak dengan itu, tonjolan ini tumbuh kearah medial, sehingga mendesak
tonjol hidung ke medial ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah antara tonjol hidung
medial dan tonjol maksial hilang, dan keduanya bersatu. Oleh karena itu bibir atas
dibentuk oleh tonjolan hidung medial dan kedua tonjol maksila itu. Tonjol hidung lateral
tidak ikut dalam pembentukan bibir atas. Bibir bawah dan rahang bawah dibentuk dari
tonjolan mandibula yang menyatu digaris tengah.

A B
(Aspek frontal wajah A. Embrio yang berusia delapan minggu. Tonjol maksila telah bersatu dengan tonjol medial B.
Embrio yang berusia sepuluh minggu)

Mula-mula, tonjol maksila dan tonjol hidung lateral terpisah oleh sebuah alur
yang dalam, alur nasolacrimal. Ektoderm ditantai alur ini membentuk sebuah tali epitel
padat yang melepaskan diri dari ektoderm dibawahnya. Setelah terjadi kanalisasi, tali ini
membentuk ductus nasolacrimalis ujung atasnya melebar untuk membentuk sacus
lacrimalis. Setelah lepasnya tali tersebut, tonjolan maksila dan tonjolan hidung lateral
saling menyatu. Ductus lacrimalis kemudian berjalan dari tepi medial ke meatus inferior
rongga hidung.
Tulang pipi merupakan artikulasi dari tulang zigomatikus dan prosesus
zigomatikus dari tulang temporal. Pusat penulangan tersebut berasal dari membran lateral
dan mengikuti perkembangan dari mata pada akhir bulan kedua. Bentuk wajah orang
dewasa dipengaruhi oleh perkembangan sinus paranasale, conchae nasalis dan gigi-
geligi.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Mata


o Waktu Pertumbuhan :
Minggu 3-4 : Pembentukan daerah mata dan vesikel optik.
Minggu 5-6 : Optic cup, lens vesicle, choroid dan artery hyaloid.
Minggu 7-8 : Kornea, anterior chamber, membran pupil, lensa mata dan retina.
Minggu 8-10 : Kelopak mata.
Minggu 9-15 : Iris.

Placode adalah suatu lapisan ectoderm embrionik yang datar dan tebal,
merupakan asal mula terbentuknya organ indera. Mata terbentuk dari dua buah lensa
placode, masing-masing di bagian lateral Processus frontonasal.
Perkembangan mata dimulai pada minggu keempat embrio, dimulai dari
pembentukan vesikel optik yang berinvaginasi dari daerah otak dan mengontak lapisan
ektoderm diatasnya untuk menginduksi lens placode. Kemudian lapisan ektoderm
berdiferensiasi menjadi lens cells dan vesikel optik mulai melipat ke dalam dengan
sendirinya. Lens placode yang telah terbentuk menjadi lens vesicle. Vesikel optik akan
berkembang menjadi optic cup dan membentuk retina. Lens vesicle juga akan
menginduksi lapisan ektoderm menjadi kornea.

C. Pembentukan Hidung
Pada minggu keempat, frontonasal prominence yang merupakan pembentukan
awal wajah bagian atas membentuk placode yang disebut nasal placode. Jaringan
disekitar nasal placode di frontal prosesus inilah yang melakukan perkembangan
hidung. Placode kemudian disintegrasi dan membentuk lubang nasal atau disebut
juga olfactory pits. Nasal pits ini yang kemudian menjadi rongga hidung.
Di minggu keenam, lubang hidung bagian dalam akan menghasilkan nasal sac
yang tumbuh secara internal menuju otak yang berkembang. Awalnya, nasal sac
dipisahkan oleh membran oronasal. Kemudian membran sementara ini lenyap,
beriringan dengan pembentukan daerah choncae primitif, bagian posterior dari
primary palate. Pada perkembangan selanjutnya choanae primitive ini akan
berpindah ke belakang primary palate. Dengan adanya pertumbuhan
secondary palate dan primitive nasal chambers, choancae definitif sekarang
berada diperbatasan rongga hidung dan faring. Di waktu yang sama , superior,
middle, dan inferior chonchae berkembang di dinding lateral dari rongga nasal.
Di bagian tengah jaringan sekitar nasal placodes akan membentuk dua
bentuk sabit yang membesar di antara nasal pits. Bagian tengah ini dinamakan
medial nasal prosesus. Selanjutnya medial nasal prosesus akan berfusi secara
eksternal untuk membentuk bagian tengah dari hidung, mulai dari pangkal sampai
apex dan bagian tengah bibir atas serta viltrum.
Bagian luar nasal pits juga membentuk dua bentuk bulan sabit bernama lateral
nasal prosesus. Lateral nasal processus akan membentuk alae, atau sisi dari
hidung. Paranasal sinus akan berkembang sebagai diverticula dari
lateral nasal wall,dan memanjang menjadi tulang maxilla, ethmoid, frontal,
dan sphenoid.

D. Pembentukan dan Perkembangan Lidah


Lidah berasal dari beberapa lengkung brankial. Pada 2/3 anterior lidah berasal
dari lengkung brankial I, berkembang dari dinding orofaring ventral. Kemudian 2/3
anterior lidah dibentuk dari tonjolan lingual yang berasal dari lengkung brankial I.
Sedangkan 1/3 posterior lidah berasal dari lengkung brankial II, III dan IV yang
dibentuk oleh hypobrachial eminence. Bagian anterior dan posterior lidah
dihubungkan oleh sulkus terminalis.
Lidah berkembang pada minggu ke-4 sampai ke-8, yang membesar ke dalam,
di atas dasar pharynx. Tubuh lidah berkembang dari lengkung brankial I dan dasar
lidah berasal dari lengkung brankial II, III dan IV. Perkembangan lidah dimulai
dengan tonjolan triangular di median (tuberculum impar). Tuberculum impar terletak
di garis tengah, pada dasar pharynx. Kemudian, dua tonjolan lidah lateral yang
berbentuk oval, berkembang di sebelah tuberculum impar. Semua tonjolan ini berasal
dari pertumbuhan mesenkim dari lengkung brankial I.

E. Pembentukan Palatum
Palatum terbentuk selama 5 minggu saat perkembangan janin.
Proses pembentukan palatum terdiri dari 3 tahap :
1. Pembentukan palatum primer
Pada minggu ke-5 saat perkembangan prenatal terbentuk intermaxillary
segment, yang terbentuk sebagai hasil dari fusi 2 medial saat perkembangan embrio.
Intermaxillary segment berbentuk irisan baji yang meluas secara inferior dan
berhubungan dengan lubang hidung dan nasal septum. Intermaxillary segment
berfungsi sebagai pemisah parsial antar perkembangan hidung dengan
perkembangan rongga mulut. Nantinya bentuk primer langit-langit mulut akan
terbentuk menjadi bagian premaxilari.

2. Pembentukan palatum sekunder


Saat memasuki minggu ke-6 prenatal,maksilari bilateral menimbulkan 2
palatal shelves atau proses lateral palatina. Shelves tumbuh secara inferior dan
proses berhubungan dengan stomedium dengan arah vertikal, keduanya merupakan
proses pembentukan lidah. Pada saat itu lidah mulai terbentuk dibawah faring dan
tumbuh yang tersambung dengan hidung dan rongga mulut. Selama perkembangan
pembentukan lidah, lidah kemudian tidak termasuk ke dalam perkembangan palatal
shelves. Lidah perlahan berpindah secara anterior dan posterior. Proses ini dibantu
oleh pertumbuhan rahang bawah. Setelah palatal shelves tumbuh secara vertikal,
kemudian membalik ke arah superior selama beberapa jam. Setelah shelves
berpindah menjadi horizontal, superior terlibat dalam perkembangan lidah.
Selanjutnya, kedua shelves palatal memanjang dan berpindah secara medial satu
sama lain, hal itu merupakan bentuk fusi dalam pembentukan langit-langit mulut
sekunder. Langit mulut sekunder akan menaikkan posterior yang bersifat keras yang
berisi maxillary canines dan gigi posterior kemudian juga akan menaikkan langit-
langit mulut yang tidak keras dan ovulanya.

3. Penyelesaian palatum mulut


Sebagai proses akhir dari pembentukan palatum, palatum sekunder bertemu
dengan bagian posterior. Langit-langit primer yang kemudian berfusi. Ketiga proses
ini pada akhirnya membentuk langit-langit mulut yang telah lengkap
(penggambungan bentuk keras dan tidak keras) saat 12 minggu prenatal.
Pembentukan tulanh telah dimulai pada bagian anterior langit-langit mulut sejak
penggabungan palatal telah selesai.
F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Wajah
Menurut Mudiyah Mockhtar (2002), pertumbuhan wajah dapat dipengaruhi oleh :
1) Faktor keturunan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat
dipelajari pada data – data anak kembar baik monozigot maupun dizigot. Gen dapat
mempengaruhi sifat–sifat pertumbuhan, ukuran, kecepatan, kapan mulai terjadinya
perubahan erupsi gigi dan sebagainya. Penyelidikan pada anak kambar bahwa
ukuran gigi, lebar kepala dan lebar mandibula sangat dipengaruhi oleh faktor
keturunan dibandingkan dengan ukuran antero posterior.

2) Nutrisi
Malnutrisi yang terjadi pada anak–anak yang sedang tumbuh akan
memperlambat pertumbuhan. Malnutrisi dapat dipengaruhi ukuran bagian badan,
sehingga terjadi perbandingan ukuran badan yang berbeda–beda dan kualitas
jaringan yang berbeda seperti kualitas gigi dan tulang.

3) Penyakit
Penyakit sistemik yang berlangsung lama dan berat dapat mempengaruhi
pertumbuhan anak. Gangguan kelenjar endokrin yang ikut berperan pada
pertumbuhan seperti: hipofise, tiroidea, suprarenalis dan gonad dapat
menyebabkan kemunduran pertumbuhan.

4) Perbedaan ras dan Etnik


Pada ras dan Etnik yang berbeda–beda terlihat adanya perbedaan kongenital,
kecepatan tinggi dan berat badan, pertumbuhan pada masing–masing ras dan etnik
juga berbeda, begitu juga waktu maturasi, pembentukan tulang, kalsifikasi gigi,
dan waktu erupsi gigi.

5) Pengaruh hormon
Pertumbuhan badan manusia prinsipnya dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Pada masa pubertas dimana hormon sex
mulai aktif, maka hormon ini juga mempengaruhi perkembangan wajah.

2. TUMBUH KEMBANG CAVUM ORIS PRENATAL


Sekitar hari ke-25 setelah pembuahan, cavum oris primitivum (stomatodeum)
akan berkembang sebagai suatu celah sempit yg dikelilingi oleh kapsul otak di bagian
atas, pericardium di bagian bawah, prosesus mandibula dan prosesus maksila di bagian
samping.
Prosesus mandibula meluas ke medial untuk membentuk mandibula primitiv
dan memisahkan stomatodeum dari pericardium. Pada saat bersamaan, kapsul otak
akan terpisah dari cavum oris primitivum melalui pembentukan prosesus frontonasalis.
Prosesus frontonasalis atau septum nasi primer, pada tahap ini akan membentuk
sebagian besar tepi atas orifisium cavum oris.
Prosesus mandibula akan berkontak pada garis median, untuk membentuk batas
bawah cavum oris. Prosesus maksilaris terbentuk dari prosesus mandibularis pada regio
sudut mulut dan akan tumbuh kebawah pada kedua sisi wajah di balik mata yang sedang
berkembang, untuk berkontak dgn prosesus nasalis lateralis, selanjutnya akan
berkontak dengan ujung bawah prosesus nasalis medial.
Pertumbuhan mandibula biasanya didahului dengan pertumbuhan cartilago
Meckel. Pada embrio manusia cartilago Meckel akan berkembang ke bentuk sempurna
pada minggu ke-6. Cartilago Meckel pada tahap perkembangan ini berhubungan erat
terhadap n. mandibularis, saraf arcus pharyngeus prismus dan cabang-cabangnya akan
berfungsi sebagai pendukung skeletal. Riwayat perkembangan selanjutnya dari
cartilago Meckel umumnya berhubungan dengan perkembang corpus mandibular.
Pada mandibula terdapat 3 daerah pembentukan kartilago sekunder yang
utama.Yang pertama dan terbesar adalah cartilago condylaris berperan penting pada
pertumbuhan mandibula. Kartilago ini muncul pertama kali pada minggu ke-12. Pada
tahap ini terlihat berupa potongan kartilago pada aspek superior dan lateral tulang pada
prosesus condylaris. Pada bulan ke-5 masa kehidupan fetus, semua kartilago sudah
digantikan sebagian besar oleh trabekula tulang. Selama periode ini penebalan zona
kartilago akan berkurang perlahan-lahan karena aktifitas proliferasi dari sel sel
fibrosellular tumbuh lebih lambat, sampai akhirnya kartilago menghilang dan tulang
pengganti membentuk seluruh bagian prosesus condylaris tersebut.
Kartilago sekunder lainnya yaitu cartilago processus coronoideus membentuk
lembaran di sepanjang tepi anterior membentuk processus coronoideus. Kartilago ini
muncul pada tahap perkembangan minggu ke-18. Kartilago ini tertutup di superfisial
oleh lapisan fibrosellular yg tebal, bersandar pada membran tulang dibawahnya. Semua
sisa kartilago sudah menghilang sebelum bayi lahir.
Kartilago yg ke-3 dari mandibula yaitu cartilago symphyseal, yang muncul pada
tahap perkembangan minggu ke-22 pada ujung symphisis dari ½ korpus mandibular.
Kedua kartilago symphyseal saling terpisah satu sama lain oleh adanya jaringan ikat
symphysis, dimana sel-selnya akan ikut membentuk kartilago. Penggabungan
berlangsung pada symphysis antara ke-2 paruh mandibula segera setelah bayi
dilahirkan, kartilago ini tidak mempunyai peranan pada proses pertumbuhan
mandibula.
Maksila propium terbentuk berupa prosesus maksilaris dari arkus mandibularis.
Seperti mandibula, maksila muncul melalui penulangan membranosus, tetapi berbeda
dengan mandibula. Proses perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya kurang
dipengaruhi oleh terbentuknya kartilago sekunder. Penulangan pada maksila
berlangsung pada minggu ke-9.
3. TUMBUH KEMBANG SISTEM VASKULER DAN NEUROMUSCULAR
OROFASIAL PRENATAL
Tonjolan eksternal di
daerah leher masa depan
dikenal sebagai lengkung
faring. Depresi pada permukaan
leher dikenal sebagai celah
groovesor faring, dan depresi di
bagian dalam dikenal sebagai
kantong faring. Pada gambar
disamping, Anda dapat melihat
setiap lengkungan bernomor. Di setiap lengkung terdapat batang tulang rawan, arteri,
saraf kranial, dan jaringan mesodermal.
Selain itu, tulang spesifik, tulang rawan dan struktur otot akan berkembang dari
masing-masing lengkungan ini. Misalnya, saraf kranial dari lengkungan pertama adalah
saraf kranial kelima atau saraf trigeminal, dan saraf kranial dari lengkung kedua adalah
saraf kranial ketujuh atau saraf wajah. Pada bab-bab selanjutnya tentang otot kepala
dan leher, Anda akan belajar bahwa otot-otot pengunyahan dipersarafi oleh saraf
kranial kelima dan otot-otot ekspresi faal oleh saraf kranial ketujuh. Ini memberitahu
Anda bahwa otot pengunyahan muncul dari lengkungan pertama dan otot-otot ekspresi
wajah muncul dari lengkungan kedua. Tabel dibawah ini mencantumkan lengkungan
faring, saraf kranial yang terlibat dengan masing-masing lengkung, dan otot, tulang,
dan tulang rawan yang muncul dari lengkungan ini.

1) Perkembangan Arteri
▪ Embrio mempunyai aorta dorsalis kiri dan kanan
▪ Aorta ini bergabung membentuk aorta dorsalis komunis
▪ A.umbilicalis pada permulaan berhubungan dengan aorta dorsalis komunis
▪ Selama minggu ke-4 trunkus arteriosus jantung berhubungan dengan aorta dorsalis kiri
dan kanan melalui arkus aortikus
▪ Arkus aortikus (lengkung aorta)
✓ Berasal dari sakus aortikus
✓ Banyaknya 6 pasang

2) Perkembangan Vena
Sistem vena pada perkembangan embrio meliputi :
▪ Sistem Vitelina (vena omphalo mesenterica) : Mengangkut darah dari kandung kuning
telur ke sinus venosus.
▪ Sistem Umbilikalis : Mengangkut darah yang mengandung oksigen dari plasenta.
▪ Sistem Kardinalis :Mengembalikan darah dari tubuh mudigah ke jantungnya

Sistem Vitelina
▪ Terdiri atas vena vitelina kiri dan kanan.
▪ Muncul pada minggu ke-4 dan selesai pada minggu ke-12.
▪ V.vitelina kiri berdegenerasi.
▪ V.vitelina kanan berkembang membentuk :
✓ Sistem vena porta hepatis
✓ Sinusoid hati
✓ Bagian v. cava inferior
✓ Duktus venosus (menghubungkan v.umbilikalis ke v.cava inferior dan jantung)

Sistem Umbilikalis
▪ Pada permulaan embrio, telah terbentuk vena umbilikalis kiri dan kanan.
▪ Pada bulan ke-2, vena umbilikalis kanan berdegenerasi, vena umbilikalis kiri
berhubungan langsung dengan ductus venosus.
▪ Setelah lahir vena umbilikalis kiri dan duktus venosus menutup, masing-masing
membentuk lig. teres hepatis dan lig. Venosum.

Sistem Kardinalis
Terdiri atas sepasang vena :
▪ V. kardinalis anterior
Akan berkembang menjadi:
o Vv. Leher dan kepala
o V. cava superior
▪ V. kardinalis posterior
Pada minggu ke-8 berdegenerasi dan ditempati oleh vena supra kardinalis dan vena
subkardinalis yang membentuk susunan asimetris.
▪ V. supra kardinalis membentuk :
o Vena hemiazygos
o Vena azygos
▪ V. Subkardinalis membentuk :
Vena-vena yang membawa darah dari dinding posterior abdomen.
▪ V. cava inferior dibentuk oleh :
o Sebagian vena vitelina kanan
o Vena subkardinalis
o Vena kardinalis posterior
Vena-vena ini telah terbentuk sempurna sebelum lahir.

4. ASPEK GENETIK PERKEMBANGAN WAJAH DAN RAHANG


A. Faktor Penyebab Celah Bibir Dan Langit- Langit
Penyebab celah bibir dan langit-langit tidak diketahui dengan pasti. Sebagian
besar kasus celah bibir atau celah langit- langit atau keduanya dapat dijelaskan
dengan hipotesis multifaktor. Menurut Fraser, celah bibir dengan atau tanpa celah
langit- langit disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan dari orangtua dan
dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. Fraser menggolongkan menjadi empat
faktor penyebab, yaitu:
1) Mutasi gen. Berhubungan erat dengan beberapa sindrom atau gejala yang
diturunkan, baik secara autosomal dominan, resesif, maupun x-linked.
2) Aberasi kromosom (penyimpangan kromosom). Celah bibir merupakan gambaran
klinis dari beberapa sindrom yang dihasilkan dari penyimpangan kromosom,
seperti sindrom D- Trisomi.
3) Lingkungan. Contohnya seperti faktor usia Ibu pada saat kehamilan, agen virus
rubella, yang dapat merusak embrio, defisiensi metabolik dan radiasi.
4) Zat teratogen lainnya. Seperti: phenytoin dan rokok.

Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir
dan langit-langit dibagi dalam 2 kelompok, yaitu faktor gen/herediter dan
lingkungan. Celah bibir dan langit- langit dapat disebabkan oleh faktor multipel
genetik dan lingkungan selama proses palatogenesis. Hal ini dapat menyebabkan
perubahan lokal pada faktor pertumbuhan, matriks ekstraseluler dan molekul
adhesi sel.
1) Faktor gen/herediter
Faktor gen/herediter merupakan salah satu dari multifaktor penyebab dari celah
bibir dan atau celah langit-langit, keturunan keluarga baik celah bibir atau langit-
langit terjadi dengan frekuensi yang bervariasi tergantung apakah orangtua atau
saudara berpengaruh. Untuk celah bibir dengan atau tanpa celah langit- langit
faktor terjadinya adalah 2% dengan satu orang tua terpengaruh, 4% dengan hanya
satu saudara sekandung, 9% dengan 2 saudara sekandung dan 10-17% dengan satu
orang tua dan satu saudara sekandung. Celah langit-langit, 7% dengan satu orang
tua terpengaruh, 2% dengan satu saudara sekandung, 1% dengan dua saudara
sekandung. Penyimpangan kromosom seperti trisomi D dan E terlihat meningkat
apabila terjadi celah. 15-60% dari celah bibir dan atau langit-langit disebabkan
oleh sindrom sebagai manifestasi dari celah. Brophy (1971) mencatat beberapa
kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan langit-langit yang
terdapat pada beberapa generasi. Kelainan tidak selalu sama tetapi bervariasi
antara celah bibir satu sisi dan dua sisi. Schroder mengatakan bahwa 75% dari
faktor herediter yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25%
bersifat dominan.
Patten mengatakan bahwa pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :
• Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma/gejala menurut hukum Mendel secara
autosomal dominan, resesif dan X-Linked. Pada autosomal dominan, orangtua
yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama
sedangkan pada autosomal resesif adalah kedua orangtua normal tetapi sebagai
pembawa gen abnormal. Pada X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen
abnormal menunjukkan kelainan ini.
Menurut hukum Mendel bahwa gen yang sama berperan pada celah non
sindromik kemungkinan melalui penetrasi variabel ataupun peran dari
pemodifikasi yang berbeda. Gen yang berperan adalah TBX22 (T-box
transcription Factor), PVRL1 (Poliovirus receptor-related 1), TGF-β
(Transforming growth factor-β), IRF 6(Interferon regulating factor 6), P63
(Transformation related protein 63), MSX1(MSH Homeobox 1) dan beberapa
gen lainnya.

Gen yang dilaporkan berperan pada celah non sindromik yaitu :


1) TBX22 (T-box transcription Factor)
TBX22 adalah bagian dari T-Box yang mengandung faktor transkripsi
gen familial yang diperoleh dari evolusi metazoan. Gen-gen ini memegang
peranan penting dalam perkembangan awal dan pada spesifikasi mesoderm.
2) PVRL 1 (Poliovirus receptor-related 1)
PVRL 1 reseptor sel permukaan untuk virus α-herpes, frekuensi tinggi
heterozigot dihasilkan dari ketahanan terhadap infeksi virus seperti HSV1 dan
HSV2. Pada penduduk Venezuella, heterozigot ditemukan menjadi faktor
resiko terjadinya celah bibir dan langit-langit non-sindromik karena mutasi
PVRL1.
3) TGF-β (Transforming growth factor-β)
TGF-β menginduksi matriks ekstraseluler yang menyebabkan gangguan
elevasi dan penyatuan lengkung palatal, perlekatan, maupun fusi yang
mengakibatkan terjadinya celah.
4) IRF6 (Interferon regulating factor 6)
IRF6 juga merupakan peran kunci dalam pembentukan periderm oral,
spatio-temporal regulasi yang sangat penting dalam penyatuan palatum yang
tepat.
5) P63 (Transformation related protein 63)
Salah satu fenomena tak biasa dengan P63 adalah bahwa mutasi pada
bagian lain dari gen dapat mempengaruhi fenotip celah. Mutasi mesenkim
dari DNA binding domain yang terlibat menghasilkan celah bibir dan langit-
langit sementara mutasi C-terminal menghasilkan celah bibir atau celah
langit- langit.
6) MSX1 (MSH homeobox 1)
MSX1 memberi kode faktor transkripsi dan juga menunjukkan bentuk
ekspresi terbatas pada perkembangan kompleks dari kraniofasial termasuk
palatum. Gangguan fungsi pada MSX1 menunjukkan variasi gangguan
kraniofasial termasuk celah pada palatum sekunder, gangguan perkembangan
gigi pada bud stage, dan kelainan tulang wajah sebagian. Gen TGFα
merupakan gen pertama yang diidentifikasi dan diduga berperan jika
dikaitkan dengan kelainan celah bibir dan langit-langit. Protein gen TGFα
berikatan dengan reseptor Epidermal Growth Factors (EGF) yang berlokasi
di epitel palatum sebelum dan selama proses penutupan palatum.
5. KEBUTUHAN GIZI PADA MASA PRENATAL
A. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan ibu dan janin. Ibu hamil
memerlukan 40% peningkatan berat badan untuk petumbuhan janin, plasenta dan
cairan ketuban. Selain itu, nutrisi diperlukan untuk pertumbuhan uterus, payudara,
lemak tubuh, darah dan cairan interstisial.

B. Kebutuhan Kalori/Energi
Dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Kalori sangat pentung untuk mencegah
hipoglikemia dan ketosis. Karbohidrat kompleks yang diperlukan selama trimester
I sebanyak ±50-100 kal/hari. Sedangkan pada trimester II dan III diperlukan ±200-
300 kal/hari.

C. Kebutuhan Protein
Penting untuk mencegah gangguan pertumbuhan janin. Pada ibu hamil
diperlukan 85% protein hewani dan 15% protein nabati.

D. Kebutuhan Mineral
1) Zat Besi (Fe)
Kebutuhan zat besi ±1000 mg selama kehamilan yang berguna untuk
eritripoesis, janin, plasenta dan persiapan persalinan. Kebutuhan zat besi perhari
sekitar 30-60 mg.
2) Kalsium
Dibutuhkan 25-30 g/hari pada ibu hamil dalam bentuk kalsium karbonat,
kalsium glukonat dan kalsium laktat.
3) Sodium
Kebutuhan sodium perhari sebesar 2-3 gram.
4) Zinc
Kebutuhan zinc sebesar 20 mg perhari.
5) Asam Folat
Asam folat digunakan untuk sintesis DNA dan eritropoesis. Selain itu, asam
folat berguna untuk mengurangi peluang cacat pada bayi, prematuritas dan abortus
spontan.
6) Kebutuhan Vitamin
a. Vitamin C
Kebutuhan perhari sebesar 85 mg dan tidak boleh dikonsumsi
berlebihan.
b. Vitamin D
Bermanfaat untuk penyerapan kalsium. Kebutuhan vitamin D ini sama
dengan wanita yang tidak hamil. Jika kekurangan vitamin D pada ibu hamil,
berdampak pula pada janinnya sehingga menyebabkan hipokalsemia.
7) Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak sebesar 25% dari total kalori. Kebutuhan lemak pada
ibu hamil sangat penting, terutama asam lemak esensial yang berasal dari ikan-
ikanan, bermanfaat untuk pertumbuhan otak pada janin.

Asupan konsumsi zat energi, protein, lemak dan karbohidrat yang kurang dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin didalam kandungan dan dapat mempengaruhi berat
bedan lahir bayi. Hal ini disebabkan oleh sosial ekonomi yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah serta kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang asupan
konsumsi makanan yang mengandung zat gizi makronutrien yang penting selama
kehamilan.
Konsumsi ibu hamil dapat berupa makanan dan minuman yang mengandung zat
energi, karbohidrat, protein dan lemak. Kebutuhan akan makronutrien selama
kehamilan diperlukan akibat meningkatnya kebutuhan gizi ibu selama hamil untuk
memenuhi kebutuhan metabolik, fisiologi selama kehamilan dan pertumbuhan janin
didalam kandungan.
Energi merupakan sumber utama untuk tubuh. Energi berfungsi untuk
mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan sintesis protein. Selain
itum, protein juga merupakan komponen utama dari semua sel tubuh yang berfungsi
sebagai enzim, operator membran dan hormon. Aktivitas fisik dan metabolism tubuh
juga memerlukan energi yang cukup.
Konsumsi gula yang berlebih selama masa kehamilan dapat dikaitkan dengan
kejadian kecil usia kehamilan yang berdampak pada lahirnya bayi dengan BBLR.
Meningkatnya usia kehamilan dapat mempengaruhi metabolisme tubuh dan
peningkatan kebutuhan kalori. Jika terjadi pembatasan kalori atau energi pada ibu hamil
trimester kedua dan ketiga maka akan dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah.
Asupan protein selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan
janin dan proses embriogenesis agar bayi yang dilahirkan dapat dilahirkan dengan
normal. Asupan protein kurang selama kehamilan dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan janin didalam kandungan yang mengakibatkan bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah, begitu juga sebaliknya. Kelebihan gizi juga dapat diperoleh karena
asupan energi dan protein yang terlalu banyak sehingga dapat menghambat plasenta
dan pertumbuhan janin dan juga dapat meningkatkan kematian janin.
Kekurangan nutrisi pada zat gizi protein dan energi pada ibu hamil dapat
mengurangi inti dari DNA dan RNA dan dapat mengganggu profil asam lemak
sehingga transfer zat gizi ibu ke janin menjadi terganggu. Ukuran otak juga berkurang
pada mekanisme ini sebagai akibat dari perubahan struktur protein, konsentrasi factor
pertumbuhan dan produksi neurotransmitter. Malnutrisi pada protein dan energy terjadi
pada minggu ke 24-44 pasca konsepsi dapat terjadi didalam uterus maupun diluar
uterus, hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.
DAFTAR PUSTAKA

Ameta Primasari. 2018. Embriologi dan Tumbuh Kembang Rongga Mulut. Medan (ID) :
Universitas Sumatera Utara
Digilib.unila.ac.id/5649/12/13.%20BAB%202.pdf
Sadler, Thomas W. 2018. Langman’s Medical Anatomy
Unud.ac.id/
Brand, Richard W. 2007. Anatomy of Orofacial Structures 7th. Elsivier Mosby
Muhammad Syarifful Hidayah. 2014. Student Log Book Fakultas Kedokteran Gigi. Depok
(ID): Universitas Indonesia
Staff.ui.ac.id/
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/355/310

Anda mungkin juga menyukai