Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PBL MODUL 1

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Ketua : M. Aksa Arsyad 16120200021


Sekretaris : Besse Nurfitriana 16120200020
Anggota :
1. Anastasya Anwar 16120200002
2. Cindy Eva Amalia 16120200019
3. Qatrun Nada A.Daaly 16120200023
4. Milanthy Rahakbauw 16120200056
5. Annisa Cikal Musdalifa 16120200057
6. Wa Ode Dana Ayu Swastika 16120200058
7. Fardika Laras Ningrum 16120200085
8. Nuraini Ayidah Fatimah 16120180086

BLOK TUMBUH KEMBANG DENTOKRANIOFASIAL


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Makalah PBL Modul 1” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah BLOK TUMBUH KEMBANG DENTOKRANIOFASIAL. Selain
itu, Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang proses tumbuh
kembang prenatal dan postnatal, faktor yang mempengarhi tumbuh kembang
orocraniumfacial, patogenesisdari serta dampak dari celah bibir dan celah palatum
dan seputar tumbuh kembang dentokraniofasial lainnya dengan baik dan benar.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada drg. Kurniaty, Sp.KGA
dan drg. Yustisia Puspitasari, Sp.Ort selaku Dosen Penanggung Jawab pada Blok
Tumbuh Kembang Dentokraniofacial , yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami pelajari saat ini dan kedepannya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga dapat
dapat menyelesaikan tugas makalah PBL Modul 1 ini.
Kami menyadari, tugas yang kami kerja ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan Makalah
PBL Modul 1 ini.

Makassar, 06 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

MAKALAH PBL MODUL 1................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

2.1 Proses Tumbuh Kembang Prenatal ............................................................ 3

2.2 Proses Tumbuh Kembang Postnatal .......................................................... 5

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Orocraniumfacial .......... 8

2.4 Pathogenesis Celah Bibir dan Celah Palatum .......................................... 10

2.5 Dampak dari Celah Bibir dan Celah Palatum .......................................... 12

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak,
maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel – sel serta
bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan kembang
atau berkembang adalah proses pematangan fungsi atau organ tubuh termasuk
perkembangan kemampuan mental dan kecerdasan serta perilaku anak . Pada
kenyataannya tumbuh kembang secara eksplitsit bisa dipisahkan satu sama lain.
Proses tumbuh kembang ini berlangsung sejak awal pembuahan (konsepsi)
sampai akhir masa remaja dengan melewati masa – masa atau periode prenatal,
bayi baru lahir, prasekolah, sekolah dini dan remaja .
Proses tumbuh kembang kraniofasial dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
genetika, stimulasi atau lingkungan dan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi
memiliki peran penting dalam pertumbuhan tulang manusia. Nutrisi merupakan
salah satu mekanisme yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial.Nutrisi seperti protein, vitamin A atau D, mineral seperti yodium,
kalsium dan fosfor yang seimbang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
tulang wajah dan gigi yang baik
Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan
suatu proses yang sangat kompleks. Kelainan yang sering terjadi pada wajah
adalah celah bibir dan langit-langit.1 Celah bibir dan langit-langit adalah kelainan
kraniofasial kongenital yang paling umum terjadi dengan penyebab multifaktorial.
Celah bibir terbentuk saat jaringan bibir yang sedang berkembang tidak
menyatu secara sempurna. Bibir terbagi menjadi dua bagian dan menghasilkan
susunan otot bibir orbicularis oris yang tidak normal.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Jelaskan proses tumbuh kembang prenatal.
2. Jelaskan proses tumbuh kembang postnatal.
3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi yang berperan dalam tumbuh
kembang orocraniumfacial .
4. Jelaskan pathogenesis dari celah bibir dan celah palatum.
5. Jelaskan dampak dari celah bibir dan celah palatm terhadap proses tumbuh
kembang postnatal.

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan dari makalah
adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui proses tumbuh kembang prenatal.
2. Mahasiswa mampu mengetahui proses tumbuh kembang postnatal.
3. Mahasiswa mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi yang berperan
dalam tumbuh kembang orocraniumfacial .
4. Mahasiswa mampu mengetahui pathogenesis dari celah bibir dan celah
palatum.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dampak dari celah bibir dan celah palatm
terhadap proses tumbuh kembang postnatal.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Proses Tumbuh Kembang Prenatal


Perkembangan pranatal adalah perkembangan awal dari manusia. Dimulai
dari pembuahan yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel telur
yang telah matang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang akhirnya akan
menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot. Dalam pembuahan ada beberapa
kondisi yang ditentukan:
a. Bawaan lahir
b. Penentuan jenis kelamin
c. Jumlah anak
d. Urutan dalam keluarga
Perkembangan prenatal terjadi dalam 3 tahap, yaitu germinal, embrionik dan fetal.
a. Tahap Germinal
Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot
membelah diri dan menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada dinding
rahim menjadi tanda awal masa kehamilan. Dalam waktu 36 jam setelah
pembuahan, zigot memasuki masa pembelahan dan duplikasi sel cepat
(mitosis). 72 jam setelah pembuahan, zigot membelah diri menjadi 16 dan
kemudian 32 sel, sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini terus
berlangsung sampai satu sel pertama berkembang menjadi 800 juta atau lebih
sel khusus yang membentuk tubuh manusia.
b. Tahapan Embrionik
Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ dan
sistem tubuh utama berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio
paling rentan terhadap pengaruh destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem
atau struktur organ yang masih berkembang pada saat terpapar lebih mungkin
untuk terkena efeknya. Cacat yang terjadi pada saat kehamilan tahapan
selanjutnya tidak lebih serius.
c. Tahapan Fetal
Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai dengan
masa kelahiran. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar 20 kali
lebih besar daripada ukuran panjangnya dan organ sekaligus sistem tubuh
menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir seperti kuku jari tangan dan kaki
tumbuh serta kelopak mata terbuka.
Perkembangan wajah terjadi pada periode masa embrio yang dimulai minggu
ke 4-10 IUL. pada saat ini panjang embrio kurang lebih 3.5 mm dan daerah wajah
terdiri dari 5 buah tonjolan ( facial processes / swelling) kelima tonjolan tersebut
adalah prosesuf frontals, 2 buah prosesuf maksilaris kanan dari kiri, 2 buah
prosesuf mandi bularis kanan dan kiri. Pada minggu KE-8 IUL muka telah
terbentuk lengkap, panjang embrio kurang dan 30 Mm.
Pada minggu ke-5 IUL, Proliferasi dari mesenkim fronrunasalis
disekeliling pembukaan lubang hidung yang menghasilkan prosesus nasal media
dan lateral. Prosesus maksilaris tumbuh ke arah medial dari posisi lateral untuk
membentuk bagian lateral rahang atas. Pada minggu ke-6 IUL, dari prosesus
maksilaris akan terbentuk dua shelflike, yang disebut bilah-bilah palatum.
Pada minggu ke-7 IUL, bilah-bilah palatum akan naik ke posisi Horizontal
diatas lidah dan befusi satu sama lain membentuk palatum sekunder.
Perkembangan wajah seorang manusia terlihat. Bibir atas telah menyatu, dan telah
Filtrum.
Mandibula berasal dari lengkung brankial muncul membentuk prosesus
bilateral, pertama yaitu tulang rawan Mackel membentuk rahang bawah. Disaat
minggu ke 6 IUL, perkembangan tulang kartilago ini meluas sebagai batang
hyline Cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroseluler, dari tempat perkembangan
telinga hingga midline dimana mandibula berada. Pertumbuhan dan
perkembangan tulang Rawan Mackel ini berada dekat dengan pembentukan di
bentuk mencapai ⅓ dorsal tulang rawan meckel n. Mandibularis ini kemudian
becabang menjadi n. Alveolaris infenrior dan n. alveularis lingualis.
2.2 Proses Tumbuh Kembang Postnatal
Masa Postnatal (Sesudah Kelahiran)
Post-natal yaitu disebut sebagai masa setelah kelahiran atau masa di mana
bayi lahir dari rahim seorang ibu. Setelah bayi lahir, bayi akan mengalami
perkembangan yang meliputi masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan
dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa akhir dewasa dan
sampai masa tua (Papalia, 2010)
Bentuk kepala bayi merupakan bentuk mini dari bentuk kepala orang
dewasa. Pada bayi dan dewasa proporsi wajah, tengkorak, serta pola
perkembangan dan fusi tulang memiliki perbedaan yang signifikan. Pada bayi
terdapat tulang-tulang yang terpisah sewaktu lahir sedangkan disaat dewasa
tulang-tulang tersebut akan menyatu melalui sistem perlekatan sutura. Ketika lahir
sutura bentuknya lebih lebar dibandingkan saat dewasa dan sutura menjadi tempat
pembentukan tulang yang aktif
Tengkorak Bayi Baru Lahir
Saat lahir, tulang pipih tengkorak terpisah satu sama lain oleh suatu
anyaman sempit jaringan ikat, sutura, yang juga berasal dari dua sumber: sel krista
neuralis (sutura sagitalis) dan mesoderm paraksial (sutura koronalis). Di titik
tempat lebih dari dua tulang bertemu, suturanya melebar dan disebut fontanel
(Gambar 10.5). Fontanel yang paling menonjol adalah fontanel anterior, yang
terletak di tempat pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontal. Sutura dan
fontanel memungkinkan tulang-tulang tengkorak untuk saling tumpang tindih
(molase) sewaktu dilahirkan. Segera setelah lahir, tulang-tulang membranosa
bergerak kembali ke posisi semula, dan tengkorak tampak besar dan bulat.
Bahkan, ukuran kubah lebih besar dibandingkan dengan regio wajah yang kecil
Beberapa sutura dan fontanel tetap membranosa selama beberapa waktu
sesudah lahir. Tulang- tulang kubah tengkorak terus tumbuh sesudah lahir,
terutama karena otak tumbuh. Walaupun seorang anak berusia 5-7 tahun memiliki
hampir seluruh kapasitas kraniumnya, beberapa sutura tetap terbuka hingga masa
dewasa. Pada beberapa tahun pertama sesudah lahir, palpasi fontanel anterior
dapat memberikan informasi yang bermanfaat seperti apakah osifikasi tengkorak
berjalan normal dan apakah tekanan intrakranial normal. Pada sebagian besar
kasus, fontanel anterior menutup pada usia 18 bulan dan fontanel posterior
menutup pada usia 1-2 bulan.
Neurokranium Kartilaginosa atau Kondrokranium
Neurokranium kartilaginosa atau kondrokranium tengkorak mula-mula
terdiri dari sejumlah kartilago yang terpisah. Tulang-tulang yang terletak di depan
batas rostral notokorda, yang berakhir setinggi hipofisis di tengah sela tursika,
berasal dari sel krista neuralis. Tulang-tulang ini membentuk kondrokranium
prekorda. Tulang- tulang yang terletak di posterior hingga batas ini berasal dari
sklerotom oksipital yang dibentuk oleh mesoderm paraksial dan membentuk
kondrokranium korda. Dasar tengkorak dibentuk ketika kartilago-kartilago ini
menyatu dan mengalami penulangan oleh osifikasi endokondral (Gambar 10.6).

Viserokraium
Viserokranium, yang terdiri dari tulang-tulang wajah, dibentuk terutama
dari dua arkus faring yang pertama . Arkus pertama membentuk bagian dorsal,
prosesus maksilaris, yang membentang ke depan di bawah regio mata dan
membentuk maksila, os zigomatikum, dan bagian os temporale (Gambar 10.7).
Bagian ventral, prosesus mandibularis, berisi kartilago Meckel. Mesenkim di
sekitar kartilago Meckel memadat dan mengalami penulangan oleh osifikasi
intramembranosa untuk membentuk mandibula. Kartilago Meckel menghilang
kecuali di ligamentum sfenomandibulare. Ujung dorsal prosesus mandibularis,
bersama dengan bagian arkus faring kedua, kemudian membentuk inkus, maleus
dan stapes (Gambar 10.7). Osifikasi ketiga osikula tersebut dimulai di bulan
keempat, membuat ketiga tulang itu menjadi tulang-tulang pertama yang
terosifikasi sepenuhnya. Mesenkim untuk pembentukan tulang- tulang wajah
berasal dari sel krista neuralis, termasuk os nasale dan os lakrimale.
Pada awalnya, wajah berukuran kecil dibandingkan dengan neurokranium.
Penampakan ini disebabkan oleh (1) hampir tidak adanya sinus udara paranasal
dan (2) kecilnya ukuran tulang, khususnya rahang. Dengan munculnya gigi dan
berkembangnya sinus-sinus udara, wajah kehilangan karakteristik bayinya.
Perubahan maksilla
Saat Lahir :
1. Diameter transversal dan antero-posterior tulang lebih banyak dari pada
vertikal.
2. Prosesus frontalis terbentuk dengan baik dan komposisi tulang prosesus
frontalis lebih banyak dari prosesus alveolaris.
3. Soket gigi mencapai hampir ke dasar orbital.
4. Sinus maksilaris menampilkan alur pada dinding lateral hidung.
Saat Dewasa :
Pada dewasa diameter vertikal mencapai maksimal.
Saat Usia Tua :
Dalam usia tua tulang beralih dalam beberapa ukuran dengan kondisi
degeneratif, sebagai:
1. Ketinggian maksila berkurang.
2. Setelah hilangnya gigi, prosesus alveolaris mengalami resorpsi dan tulang
bagian bawah berkurang ketebalannya.
Pertumbuhan mandibula ada dua macam yaitu:
1. Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara
dagu bergerak ke bawah dan depan.
2. Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara
pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoideus dan
kondilus mandibula.
Pertumbuhan mendibula terjadi oleh proses remodelling tulang.
Pertumbuhan panjangnya ukuran mandibula terjadi karena adanya deposisi tulang
dipermukaan posterior (ramus) dengan pengimbangan absorbsi pada permukaan
anterior. Hal ini menyebabkan pertumbuhan mandibula memanjang ke belakang.
Pertumbuhan lebar mandibula terjadi karena adanya deposisi tulang pada
permukaan luar mandibula dan absorbsi pada permukaan dalam. Walaupun
mendibula merupakan tulang utama (singel Bone), namun mandibula merupakan
sebuah skeletal unit yang masing-masing berhubungan dengan jaringan-jaringan
halus disekitar yang di sebut dengan functional matrices. Functional matrices
merupakan penentu utama pertumbuhan skeletal unit.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Orocraniumfacial


Terdapat beberapa metode klasfikasi faktor, yaitu: Klasifikasi Von Limborgh;
klasifikasi Enlow dan Moyers; dan klasifikasi Goose dan Appleton..
1. Klasifikasi Von Limborgh
Beberapa faktor pada klasifikasi Von Limborg ini, antara lain genetik
intrinsik, genetik lokal, epigenetik umum, lingkungan lokal, dan
lingkungan umum
2. Klasifikasi Enlow dan Moyers
Menurut Enlow dan Moyers terdapat lima faktor yang mengontrol
pertumbuhan kraniofasial, yaitu: natural (alamiah), genetik; fungsi;
pertumbuhan tubuh; dan neutrophism.
Terdapat pula līma faktor yang menghambat pertumbuhan antara lain:
gaya ortodontik; bedah, malnutrisi; malfungsi dan anomali kraniofasial.
3. Klasifikasi Goose dan Appleton
Menurut Goose dan Appleton yang mengontrol pertumbuhan kraniofasial
adabeberapa faktor, yaitu: Endokrin; bawaan yang bersifat multifaktorial;
perbedaan ras; nutrisi; penyakit; fiktor sosio-ekonomi; dan tren sekuler.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi tumbuh kembang orocraniumfacial
yaitu :
1. Faktor Genetik
2. Faktor lingkungan
- Gizi ibu saat hamil
Gizi buruk yang dialami ibu dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, serta infeksi
pada bayi
- Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
- Toksin / zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat –
zat teratogen misalnya obat – obatan.
- Endokrin
Cacat bawaan sering terjadi pada ibu penderita diabetes
- Radiasi
Radiasi pada ibu hamil < 18 minggu dapat menyebabkan kematian
atau kecacatan janin.
- Infeksi
- Stress pada ibu hamil

2.4 Pathogenesis Celah Bibir dan Celah Palatum


Biasanya, sumbing bibir dan palatum disertai kelainan bawaan lain, misal
Hedrosefalus (peninggian tekanan intra-kranial) , sindaktilia (jari-jari saling
melekat) atau polidaktilia (jari-jari berlebih).

Sumbing bibir dapat terjadi bilateral pada regio insisif lateral dan kaninus.
Lebih sering terjadi unilateral, sisi kiri lebih sering dari sisi kanan.Penyebab
sumbing bibir dan palatum tidka diketahui dengan pasti. Sebagian besar kasus
sumbing bibir atau sumbing palatum atau keduanya dapat dijelaskan dengan
hipotesis multifaktor. Teori multifaktor yang diturunkan menyatakan bahwa gen-
gen yang berisiko berinteraksi satu dengan lainnya dan dengan lingkungan,
menyebabkan cacat pada perkembangan janin.

Sumbing bibir dan palatum merupakan kegagalan bersatunya jaringan


selama perkembangan. Gangguan pola normal pertumbuhan muka dalam bentuk
defisiensi prosesus muka merupakan penyebab kesalahan perkembangan bibir dan
palatum. Sebagian besar ahli embriologi percaya bahwa defisiensi jaringan terjadi
pada semua deformitas sumbing sehingga struktur anatomi normal tidak terbentuk

Pembentukan bibir atas dan bawah

Selama minggu ke 4 bibir atas terbentuk ketika setiap prosesus maksilaris


menyatu dengan setiap prosesus nasal medial di kedua sisi stornodeum karena
pertumbuhan mesenkim yang membatasi.
Kegagalan penyatuan prosesus maksila dengan prosesus nadalus medial
dapat menyebabkan bibir sumbing (celah bibir) dengan berbagai tingkat
kerusakan dan kecacatan. Gangguan ini mungkin turun temurun atau terkait
dengan faktor lingkungan.

Bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langut terjadi pada sekitar 1
dari 1000 kasus, celah terjadi akibat kegagalan mesenkim tumbuh di bawah
ektoderm untuk menghilangkan alur di antara proses-proses ini atau tidak adanya
mesenkim di daerah tersebut. Celah ini dapat terletak di satu sisi/kedua sisi bibir
atas, mungkin unilateral atau bilateral dan dapat bervariasi dari lekukan
diperbatasan vemilion bibir atas (sumbing tidak lengkap) hingga kasus yang lebih
parah (sumbing lengkap) yang meluas dan melalui prosesus alveolar atas.

Saat usia kehamilan mencapai 6 minggu, bibir atas dan langit-langit


rongga mulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk dari jaringan yang
berada di kedua sisi dari lidah dan bersatu di tengah-tengah. Apabila jaringan-
jaringan ini gagal bersatu maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau langit-
langit rongga mulut (Anggarani, 2013).

Celah ini terjadi antara minggu keenam dan kesepuluh pada masa embrio.
Selama minggu keenam dan ketujuh, prosessus maksilaris dari lengkung brankial
pertama tumbuh ke depan dan bersatu dengan prosesus nasalis-lateralis lalu
berlanjut bersatu dengan prosessus nasalis medialis membentuk bibir bagian atas,
dasar hidung, dan palatum primer. Semua struktur ini berkembang cepat, lidah
membesar dan berdiferensiasi tumbuh vertikal mengisi kavum stomodealis
primitivum.

Pada minggu kedelapan sampai kesembilan, tulang palatum meluas ke


medial untuk berkontak pada midline menghubungkan anterior ke posterior
membentuk tulang palatum yang memisahkan hidung dan rongga mulut.
Perkembangan yang tidak sejalan dan kegagalan proliferasi dari mesoderm untuk
membentuk jaringan ikat penghubung yang melintasi garis fusi disebutkan
sebagai salah satu sebab dari bermacam-macam proses embrio dalam
pembentukan celah.

Tidak terbentuknya komponen-komponen mesoderm menyebabkan


komponen- komponen bibir akan terpisah, sedangkan sisa jaringan epitel yang
belum ditembus oleh mesoderm dan tertinggal akan membentuk beberapa celah
pada bibir dan tepi alveo lus.

2.5 Dampak dari Celah Bibir dan Celah Palatum


Masalah gigi pada bibir sumbing dan langit-langit mulut
Berbagai kondisi gigi yang tidak normal meliputi:
1. Gigi natal dan neonatus:
Kehadiran gigi neonatal tampaknya tidak mempengaruhi gigi sulung atau gigi
sulung pada celah. Sebagian besar gigi natal di antara celah adalah terletak di
margin lateral premaxillary dan maxillary segmen tidak seperti pada neonatus
non-celah.
2. Mikrodonsia
Gigi kecil (microdonts) sering ditemukan dengan CL/P. Ini biasanya lebih
sering terjadi pada kasus di mana gigi seri lateral tidak hilang.
3. Taurodontisme
Taurodontisme telah dilaporkan terkait dengan sindrom dan gangguan
perkembangan gigi .
4. Erupsi ektopik
Celah juga berkontribusi pada erupsi ektopik lateral primer gigi insisivus yang
dapat erupsi secara palatal berdekatan atau di dalam sisi sumbing sementara
kaninus permanen di sisi celah alveolar mungkin meletus secara palatal. Erupsi
gigi seri permanen yang tertunda mungkinterlihat.
5. Hipoplasia email
Hipoplasia email ditemukan lebih sering terjadi pada Subyek CL/P
dibandingkan dengan populasi non-cleft, terutama melibatkan gigi seri tengah
rahang atas .
6. Keterlambatan pematangan gigi
Beberapa faktor pertumbuhan sangat penting selama perkembangan
kraniofasial, dan faktor-faktor ini mungkin diekspresikan secara berlebihan
atau diekspresikan ketika cacat sumbing terjadi. menyimpang ini ekspresi
dapat memodifikasi odontogenesis dan menyebabkan kelainan dari lamina
gigi.
Kondisi terkait lainnya
1. Kesulitan berbicara
Karena disfungsi m. otot levator veli palatini fonasi terpengaruh.
Perlambatan bunyi konsonan (p, b, t, d, k, g) adalah temuan yang paling
umum. Resonansi hidung abnormal dan kesulitan dalam artikulasi adalah ciri
khas lain dalam kebanyakan individu dengan celah bibir dan langit-langit
mulut.
2. Infeksi telinga:
Karena fungsi m yang tidak tepat. otot tensor veli palatini, yang membuka
tabung Eustachius, otitis media diamati di pasien ini. Dalam kasus di mana
infeksi sering terjadi, hasil yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
dapat terjadi. Namun, meningkat tajam ketika ada submukosa terkait langit-
langit mulut sumbing.
3. Masalah makan:
Seorang anak dengan langit-langit mulut sumbing dapat mengalami
kesulitan mengisap melalui puting biasa karena celah di langit-langit mulut.
Bayi Kemampuan menghisap berhubungan dengan dua faktor: kemampuan
dari luar bibir untuk melakukan gerakan mengisap yang diperlukan dan
kemampuan langit-langit untuk memungkinkan penumpukan yang diperlukan
tekanan di dalam mulut sehingga bahan makanan dapat didorong masuk ke
dalam mulut. Sebagian besar bayi membutuhkan puting yang dipersonalisasi
atau khusus untuk benar memberi makan. Mungkin perlu beberapa hari bagi
bayi dan orang tua untuk menyesuaikan menggunakan puting sebelum pulang.
Kebanyakan bayi belajar untuk memberi makan secara normal dengan puting
langit-langit mulut sumbing.
Celah bibir dan atau palatum merupakan bentuk kelainan bawaan yang terjadi
karena adanya gangguan selama pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan
wajah pada masa embrionik. Celah ini dapat terjadi bersamaan ataupun terpisah,
dan terjadi bervariasi.
Berbagai masalah yang menyertai celah bibir dan langit- langit, diantaranya:
1. Orang tua merasa malu, cemas, stres terhadap keadaan anaknya, dan
khawatir mengenai anak berikutnya.
2. Pada masa perkembangan bayi selanjutnya mungkin akan mengalami
gangguan organ bicara atau kerusakan struktur organ bicara sehingga tidak
atau kurang berfungsi. Selanjutnya, si anak menyadari bahwa dirinya
mempunyai kelainan di wajah dan suara yang sukar dimengerti orang.
3. Anak menjadi kurang percaya diri dan membatasi pergaulan, terutama
bagi yang sudah mulai sekolah kalau tidak dilakukan bedah rekonstruksi
celah bibir dan langit-langit.
4. Pada umumnya, bayi dengan celah bibir dan langit-langit akan sulit
mengkonsumsi makanan yang diawali dengan kesulitan menyusui pada
ibunya (karena sering tumpah atau masuk hidung).
5. Saliva dan atau susu masuk ke rongga hidung terjadi karena celah dalam
langit-langit sehingga bayi mudah tersedak dan mengalami gangguan
ketika bernafas. Hal ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran
pernafasan.
6. Adanya agenesis gigi insisivus lateral atas dan premolar kedua atas.
Namun apabila tidak terjadi agenesis, maka kemungkinan terjadi
perubahan bentuk dan ukuran gigi insisivus lateral atas serta gangguan
pertumbuhan dan perkembangan rahang serta erupsi gigi.
7. Perkembangan akar gigi geligi terlambat secara signifikan, terutama pada
sisi yang bercelah dan gigi insisivus lateral adalah yang paling lambat
perkembangannya.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan pranatal adalah perkembangan awal dari manusia. Dimulai
dari pembuahan yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel telur
yang telah matang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang akhirnya akan
menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot. Pertumbuhan tulang kraniofasial
postnatal dimana pola remodeling wajah yang sangat terprogram, selektif, dan
spesifik. Wajah bayi hampir bulat, panjang dan lebarnya hampir sama, dan rasio
kranium : wajah adalah sekitar 1:8. Seiring bertambahnya usia, peningkatan pada
panjang wajah lebih banyak dari dimensi lainnya (lebar dan kedalaman) yang
tampak pada rata-rata individu, tinggi wajah dua kali lipat dari yang sebelumnya
pada periode segera postnatal.
Beberapa factor yang mempengaruhi tumbuh kembang orocraniumfacial yaitu :
faktor genetik dan faktor lingkungan.

Celah bibir dan atau palatum merupakan bentuk kelainan bawaan yang terjadi
karena adanya gangguan selama pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan
wajah pada masa embrionik. Celah ini dapat terjadi bersamaan ataupun terpisah,
dan terjadi bervariasi. Seorang anak dengan langit-langit mulut sumbing dapat
mengalami kesulitan mengisap melalui puting biasa karena celah di langit-langit
mulut dan kesulitan berbicara.
DAFTAR PUSTAKA

1. T.W Sadler. LANGMAN Embriologi Kedokteran Edisi 12. Wolters


Kluwer health. 2012.Hal. 133-135
2. Primasuri A. Embriologi dan Tumbuh Kembang Rongga Mulut. Medan.
Usu Press:2018.
3. Bathbalofh, Marfarth S. Fehrenbach. Ilustrated by pat thomas. 3rd ed
2011
4. Gusti I A,W. Dasar Pertumbuhan Kraniofasial Setelah Kelahiran.
Kraniofasial Series 1. 2021. Hal 25-26
5. Suryandari Eka A. Hubungan Antara Umur Ibu Dengan Klasifikasi
Labioschisis Di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarj Purwokerto. Vol.1 No.1.
2019
6. Aprilia Wahyu. Perkembangan Pada Masa Pranatal dan Kelahiran. Vol.4
No. 1. Mei 2020
7. Vyas Tarun, dkk. “Cleft of Lip and Palate: A review”.Journal of Family
Medicine and Primary Care. Vol 9 No 6. Juni 2020
8. Drg Janti Sudiono. "EMBRIOLOGI DAN TUMBUH KEMBANG
DENTOKRIOFACIAL": penerbit buku kedokteran, EGC. 2009. Hal-6

Anda mungkin juga menyukai