Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1 : PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN WAJAH

SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BLOK STOMATOGNASI 1
OLEH KELOMPOK 6 :

Kanwangwang Dwi N.A


Novia Fisca Liliany
Najla Irhamni P.

Indah Putri A. D
Aisha Rahma F.
Zakiyya Ulpiyah
Anisa Hilda B.
M. Nadhir A.
Citrayuli N.
Grace Valencia H.

141610101036
141610101042
141610101056
141610101057
141610101058
141610101061
141610101063
141610101064
141610101065
141610101066

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nyalah laporan skenario 1 blok Stomatognasi 1 yang
berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil
dari diskusi kelompok tutorial.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1.

drg. Izzata Barid, M.Kes selaku tutor kelompok 6 yang telah


membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok tutorial di
blok Stomatognasi 1 skenario 1.

2.

Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami,


sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan tutorial ini.

3.

Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan


tenaganya sehingga laporan tutorial ini dapat berjalan dengan baik dan
laporan ini dapat terselesaikan pada waktunya.

4.

Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember angkatan


2014 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat
berguna baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca dikemudian hari. Laporan
ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi
laporan hasil tutorial ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
1.2 Skenario ............................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 STEP 1 : Mendefinisikan Istilah ........................................................ 3
2.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah ........................................................... 3
2.3 STEP 3 : Rumusan Masalah .............................................................. 3
2.4 STEP 4 : Kerangka Konsep ............................................................... 8
2.5 STEP 5 : Learning Objective ............................................................. 8
2.6 STEP 6 : Belajar Mandiri ................................................................... 8
2..7 STEP 7 : Pembahasan ...................................................................... 9
A.

Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah ........................... 9

B.

Kelainan Pada Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah ............. 15

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan wajah dimulai pada minggu

ke empat setelah ovulasi, pada saat masih berupa embrio. Terbentuk


dari lapisan ektoderm sewaktu sel blastula menjadilapisan trilaminar
(endoderm, mesoderm, ektoderm). Penyatuan tonjolan tonjolan pada
wajah kemudian akan membentuk wajah seutuhnya, sehingga kelainan
pada masa ini akan menyebabkan kelainan wajah saat lahir. Kelainan
ini sebagian besar akan mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan,
dan bahkan kelainan pada pembentukancalvaria merupakan salah satu
ciri pernderita syndrom tertentu.
Pembentukan wajah saat embrio dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal. Hormon dari ibu dan gen yang dibawa ibu.
Hormon yang dihasilkan ibu saat mengandung dapat berpengaruh
pada janin. Hormon tersebut ada untuk mempertahankan keberadaan
dan kelangsungan hidup janin. Faktor ekstenalnya adalah nutrisi dari
makanan yang dikonsumsi ibu. Protein, vitamin, lemak, mineral yang
adadalam makanan yang dikonsumsi ibu dapat mempercepat dan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan wajah. Pertumbuhan
yang normal akan semakin bagus bila ditunjang dengan nutrisi yang
tepat. Karenanya, pada ibu hamil, dokter seringmenyarankan untuk
lebih banyak mengkonsumsi makanan bergizi.

1.2

Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami

tentang pertumbuhan dan perkembangan wajah pada manusia, serta hal yang
dapat menimbulkan kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan wajah.

1.3

Skenario

SKENARIO 1 :
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik, volume, bobot
dan jumlah sel yang bersifat irreversible, sedangkan perkembangan adalah
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan
perkembangan memiliki arti dan fungsi yang sangat penting bagi mahluk hidup.
Salah satu tahap dari proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut adalah
pertumbuhan dan perkembangan orofasial. Perkembangan orofasial adalah
perkembangan embrio yang dimulai dari pembentukan mulut dan sekaligus
mendasari pembentukan wajah.

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1

STEP 1

Mendefinisikan Istilah
1. Diferensiasi sel : Proses pematangan dari sel primitif menjadi sel yang lebih
dewasa/lebih khusus. Diferensiasi terjadi beberapa kali
selama perkembangan organisme

multiselular

ketika

organisme berubah dari zigot sederhana menjadi suatu


2. Orofacial
3. Embrio

sistem jaringan dan jenis sel yang rumit.


: Derah yang meliputi mulut dan wajah secara keseluruhan.
: tahapan awal dari pertumbuhan vertebrata (hewan bertulang
punggung). Pada manusia, embrio adalah organisme yang
berkembang dari waktu fertilisasi sampai akhir minggu
kedelapan kehamilan.

2.2
STEP 2
Identifikasi Masalah:
1. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan orofacial prenatal?
2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan orofacial postnatal?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
orofacial?
4. Apa saja kelainan yang terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan orofacial?
2.3
STEP 3
Membahas Masalah
1. Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Orofacial Prenatal:
a) Minggu ke-3 : Pada minggu ketiga, embrio masih berbentuk tabung.
b) Minggu ke-4 : Pada akhir minggu ke-4 terdapat 5 tonjolan. Tonjolan
maxilla terdapat di sebelah lateral, sedangkan tonjolan mandibula
c)

terdapat di sebelah caudal stomodeum.


Minggu ke-5 : Pada awal minggu ke-5, prosesus maksilaris membesar
dan tumbuh ke arah ventral dan medial. Bagian ektodermal menebal
(nasal placodes) pada prominentia frontonasalis dan mulai melebar. Pada
akhir minggu ke-5, ektoderm pada bagian tengah nasal placodes
mengalami invaginasi untuk membentuk lubang oral dari lubang nasal,
membelah rima placode menjadi prominentia nasalis lateralis dan

prominentia nasalis medialis.


d) Minggu ke-6 : Permulaan minggu ke-6, nasal bergeser menuju posisi
yang lebih ventral, posisi sentral; tampak enam tonjolan aurikular yang

akan menjadi daun telinga, pembentuk mandibula, dan arcus hyoideus.


Akhir minggu ke-6, prominentia nasalis medialis dan lateralis menyatu,
prominentia maxillaris mulai membentuk rahang atas, garis tengah dari
prominentia nasalis medialis membentuk septum nasal. Tonjolan
mandibula telah bergabung membentuk bibir bawah primordial. Rongga
nasal menjadi lebih dalam dan menyatu menjadi bentukan tunggal yang
e)

lebih luas, saccus nasalis ectodermal.


Minggu ke-7 : Awal minggu ke-7: penyatuan prominentia nasalis
medialis meluas ke lateral dan ke inferior membentuk prominentia
intermaxillaris, ujung hidung terangkat di antara prominentia nasalis
medialis, penonjolan kelopak mata, daun telinga mulai berbentuk. Akhir
minggu ke-7: pola wajah sudah tampak seperti manusia, proporsi wajah
akan berkembang pada masa fetal, penyatuan prominentia nasalis
medialis (prominentia intermaxillaris) akan membentuk aksis sentral

f)

hidung dan philtrum pada bibir hingga lengkap.


Minggu ke-10 : Ektoderm dan mesoderm dari prominentia frontalis dan
masing-masing prominentia nasalis medialis berproliferasi membentuk
garis tengah septum nasalis. Cavitas nasal terbagi menjadi dua lintasan
yang terbuka sampai pharynx di belakang palatum sekunder, melalui
choana. Philtrum telah terbentuk, sisi lateral tonjolan maxilla dan
mandibula bergabung membentuk pipi dan mengurangi lebar mulut
sampai pada ukuran akhir.

2. Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Orofacial Postnatal:


a. Pertumbuhan Maksila
Pertumbuhan maksila pada post natal terjadi dengan osifikasi intramembran.
Pertumbuhan maksila terjadi melalui 2 cara yaitu aposisi sutura-sutura yang
menghubungkan maksila dengan kranium dan basis kranial serta remodeling
tulang. Seluruh permukaan anterior maksila mengalami resorpsi, kecuali
daerah

kecil

disekitar

spina

nasalis

anterior.

Sementara

terjadi

pertumbuhan maksila ke bawah dan depan , ruangan antara sutura yang


terbuka diisi oleh proliferasi tulang. Aposisi terjadi pada kedua sisi sutura

sehingga tulang - tulang tempat perlekatan maksila bertambah besar. Tepi


posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas mengalami aposisi
sehingga menambah ruangan untuk tempat erupsi gigi molar tetap.
b. Pertumbuhan Mandibula
Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme
pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondarial dan aposisi periosteal
(osifikasi intramembranous) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Terapat
2 pola pertumbuhan:
- Posterior dan basis cranii tetap, dagu bergerak ke bawah dan depan.
- Dagu dan corpus mandibula berubah sedikit, pertumbuhan besar terjadi
pada tepi posterior ramus, koronoid dan kondilus mandibula.
c. Perkembangan Cavum Oris
- Labium oris
Labium oris terbentuk dari procesuss maksilaris. Mesoderma maksilaris
meluas ke bagian bawah procesuss frontonasalis sampai kedua perluasan
dari setiap sisi saling bertemu pada garis median. Pipi terbentuk
dari jaringan yang

berasal baik dari procesuss

mandibularis

maupun

procesuss maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat
adanya kantung kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak
tidak terlalu jauh antara procesuss maksilaris di bagian atas dan
procesuss mandibularis dibagian bawah. Batas luar dari kantung tsb
terletak pada epitelium cavum oris, meluas dari procesuss maksilaris ke
procesuss mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi
- Lingua
Lingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum
lingua, terutama bagian dua pertiga anterior dan facies ventral atau
inferior. Selama masa kehidupan fetus dan tahun pertama kelahiran,
lingua umumnya relatif besar dalam cavum oris dan sering meluas di
antara gingiva, terutama di bagian depan sehingga berkontak dengan
labium oris dan pipi.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Orofacial:
a) Sebelum kelahiran :
Hormon: hormon yang dihasilkan ibu saaat mengandung dapat
berpengaruh pada janin. Hormon tersebut ada untuk mempertahankan
keberadaan dan kelangsungan hidup janin.
Gen : gen yang berasal dari parental ayah dan ibu berperan besar bagi
pertumbuhan orofacial janin.

Nutrisi : nutrisi dari makanan yang dikonsumsi ibu seperti protein,


vitamin,

lemak,

mineral

dapat

mempercepat

dan

mendukung

pertumbuhan dan perkembangan orofacial.


Obat-obatan dan zat kimia : Peranan zat-zat kimiawi dan obat-obatan
farmasi dalam pembentukan kelainan pada manusia sulit ditafsirkan
karena sebagian besar penelitian adalah retrospektif dan sejumlah besar
obat-obatan farmasi digunakan oleh wanita hamil.
Radiasi : Efek yang berbahaya dari radiasi dapat terjadi secara langsung
dan tidak langsung yaitu : kematian sel yang mempengaruhi
embryogenesis; karsinogenesis; efek terhadap generasi selanjutnya dan
mutasi sel germinal.
Penyakit : Pemyakit yang diderita oleh ibu juga dapat mempengaruhi
janin, contoh penyakit yang dapat mempengaruhi janin adalah penyakit
infeksi yang dapat ditularkan ibu kepada janin melalui plasenta.
Psikologis ibu : keadaan psikologis (mental) ibu akan berpengaruh pada
pembentukan

hormon-hormon

tertentu

yang

mempengaruhi

perkembangan janin.
b) Sesudah kelahiran :
Fraktur rahang : Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik
yang bersifat total maupun parsial. Fraktur rahang atau patah rahang
dapat terjadi pada maxilla maupun mandibula.
Kebiasaan buruk : Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku serta
menghisap jari pada anak kecil yang dilakukan terus menerus dapat
mempengaruhi pertumbuhan struktur sekitar mulut.
Makanan : Makanan yang bergizi seimbang akan membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan.
4. Kelainan Yang Terjadi Pada Pertumbuhan Dan Perkembangan Orofacial:
a. Cleft lip (sumbing bibir)
Sumbing bibir / Cleft Lip dapat terjadi bilateral pada regio insisif lateral dan
kaninus. Lebih sering terjadi unilateral, sisi kiri lebih sering dari sisi kanan.
Umumnya terjadi pada minggu ke 6-7 intrauterin, sesuai dengan waktu
perkembangan bibir normal dengan terjadinya kegagalan penetrasi dari sel
mesodermal pada groove epitel di antara prosesus nasalis medialis dan

lateralis. Lebih sering terjadi pada bayi laki-laki dan lebih sering pada bagian
kiri. Sumbing pada bibir bawah selalu di bagian tengah akibat gagalnya
perpaduan prosesus mandibularis.
b. Cleft Palate (Sumbing Palatum)
Sumbing palatum terjadi pada minggu ke-8 akibat kegagalan fusi prosesus
palatinus dan prosesus premaksila. Sumbing bibir dan palatum biasa
disebabkan oleh kesalahan nutrisi pada ibu hamil seperti kekurangan
vitamin K dan pengaruh obat-obatan.
c. Mikrognatia
Keadaan dimana mandibula mempunyai ukuran yang kecil sehingga dagu
menjadi retrusif, hidung dan bibir atas menonjol sehingga muka seperti
burung. Keadaan yang demikian dapat menyebabkan perkembangan rahang
yang tidak bagus, gigi geligi menjadi berdesakan dan rahang gagal
menyesuaikan diri sehingga gigi tidak dapat beroklusi dengan baik atau tidak
daat berfungsi dengan baik serta mengganggu estetik. Kelainan ini
disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan kepala sendi. Kemungkinan
lain adalah trauma atau infeksi. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan bedah.
d. Makrognatia
Kelainan yang terjadi apabila rahang tumbuh besar. Jika terjadi pada rahang
bawah dapat menyebabkan protrusi dengan dagu menonjol. Kelainan ini
dapat bersifat kongenital dan juga daoat bersifat dapatan. Pada penderita
akromegali, penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang mendorong
pertumbuhan terus menerus, dalam hal ini terjadi oada mandibula.
2.4
STEP 4
Kerangka Konsep
Proses Pembentukan
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Orofacial

Gangguan

Akibat
2.5

STEP 5

Learning Objective (LO) :


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan
perkembangan orofacial.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami gangguan yang terjadi pada
proses pertumbuhan dan perkembangan orofacial serta akibatnya.
2.6

STEP 6

Belajar Mandiri

2.7

STEP 7

Pembahasan
A. PROSES PEMBENTUKAN WAJAH
Pembentukan kepala diatur oleh gen-gen tertentu dengan tanda mekanisme dan
proses morfogenetik. Struktur wajah pertama berkembang pada minggu ke-4
setelah fertilisasi dari lima prominensia yang mengelilingi stomodeum. Lima
prominensia ini terdiri dari sebuah prominensia frontonasalis, sepasang
prominensia maxillaris, dan sepasang prominensia mandibularis. Prominensia ini
diinduksi oleh migrasi sel neural crest yang berasal dari puncak dari pelipatan
saraf sebelum proses neurulasi selesai. Sel saraf ini berpotensi membentuk
jaringan ikat dan rangka.
Tulang wajah berkembang dari diferensiasi mesenkim yang berasal dari
sel saraf, ektomesenkim, dan mesoderm. Mereka tidak berkembang dengan
pembelahan sel tetapi dengan osifikasi matriks organik. Kalsifikasi ini
berlangsung secara langsung dan tidak langsung. Hasil dari osifikasi secara
langsung adalah pembentukan tulang membranosa sedangkan osifikasi secara
tidak langsung menghasilkan pembentukan tulang endokondral.
Diantara jaringan penyokong kepala seperti tulang dan jaringan ikat hampir
semuanya berasal dari crista neuralis yang bersifat neurogenik. Crista neuralis
tidah hanya menjadi asal perkembangan ganglion , melainkan keseluruhan sistem
saraf perifer. Pada bagian kepala , crista neuralis juga membentuk mesenkim

spesifik yang kemudian menjadi asal sel-sel jaringan ikat , osteoblas , sel-sel
tulang rawan , odontoblas dan sebagainya. Karena itu , jaringan ini disebut
mesektoderm atau ektomesenkim.

Perkembangan wajah terjadi pada minggu keempat setelah fertilisasi,


dengan penampakan 5 tonjoloan atau swelling yang mengelilingi stomodeum.
Tonjolan ini disebut sebagai facial processes yaitu hasil akumulasi sel mesenkim
yang ada di bawah permukaan epitel (merupakan proliferasi sel crista neuralis
yang bermigrasi menuju lengkung crista neuralis) . Mesenkim ini merupakan
ektomesenkimal dan berkontribusi terhadap perkembangan struktur orofasial
seperti saraf , gigi , tulang serta mukosa mulut .
5 penonjolan pembentuk wajah yang mengelilingi stomodeum yaitu ;
Frontonasal process : tonjolan yang berada di atas stomodeum , dimana
tonjolan ini akan berkontribusi terhadap
perkembangan perkembangan hidung dan bibir
atas .
Mandibular processes : terdapat dua buah tonjolan yang terletak di bagian
bawah dan lateral stomodeum , dimana tonjolan ini
akan memberikan kontribusi pada perkembangan
rahang bawah serta bibir.
Maxillary processes : terdapat dua buah tonjolan yang berada di atas
mandibular processes , dimana bagian ini akan
berkontribusi dalam perkembangan rahang atas dan
bibir .

c. scan gambar embrio pada akhir minggu ke 4 , posisi dari pharyngeal arches

Sel-sel miogenik otot berasal dari mesoderm paraksial yang bermigrasi


menuju facial primordia. sel crista neuralis yang membentuk massa pada daerah
frontonasal akan bermigrasi menuju regio prosencephalic (otak depan) kemudian
bergabung dengan sel migrasi lainnya, terutama yang berasal dari daerah
mesencephalic anterior (otak tengah). Sel-sel maxilla berasal dari regio
mesencephalic posterior, sedangkan sel-sel primordial mandibula berasal dari
regio rhombencephalon (otak belakang). Sel yang bertumbuh pada mesencephalon
posterior juga berkontribusi.

10

Pembentukan wajah dimulai pada minggu ke 5 . Dimana 5 penonjolan


yang disebutkan diatas akan tampak pada akhir minggu ke 4 . Pada awal minggu
ke-5 kehamilan, lateral processes (maxillary swelling) membesar dan tumbuh ke
arah ventral dan medial. Bagian ektodermal menebal (disebut juga sebagai nasal
placodes) pada frontonasal process (median nasal swelling) dan mulai melebar.
Pada akhir minggu ke-5, ektoderm pada bagian tengah nasal placodes mengalami
invaginasi untuk membentuk lubang oral dari lubang nasal, membelah rima
placode menjadi prominentia nasalis lateralis dan prominentia nasalis medialis.
Mandibula berkembang dari sepasang prominensia mandibular dari branchial arch
I. Kartilago Mackle yang ada pada bagian medial mesenkim adalah struktur yang
berperan dalam perkembangan mandibula. Osifikasi dari mesenkim berawal pada
minggu ke-4 intra uterin.

Permulaan minggu ke-6: nasal bergeser menuju posisi yang lebih ventral,
posisi sentral; tampak enam tonjolan aurikular yang akan menjadi daun telinga,
pembentuk mandibula, dan arcus hyoideus.Akhir minggu ke-6: prominentia
nasalis medialis dan lateralis menyatu, prominentia maxillaris mulai membentuk
rahang atas, garis tengah dari prominentia nasalis medialis membentuk septum
nasal. Tonjolan

mandibula

telah

bergabung

membentuk

bibir

bawah

11

primordial. Rongga nasal menjadi lebih dalam dan menyatu menjadi bentukan
tunggal yang lebih luas, saccus nasalis ectodermal.
Awal minggu ke-7: penyatuan prominentia nasalis medialis meluas ke
lateral dan ke inferior membentuk prominentia intermaxillaris, ujung hidung
terangkat di antara prominentia nasalis medialis, penonjolan kelopak mata, daun
telinga mulai berbentuk. Akhir minggu ke-7: pola wajah sudah tampak seperti
manusia, proporsi wajah akan berkembang pada masa fetal, penyatuan
prominentia nasalis medialis (prominentia intermaxillaris) akan membentuk aksis
sentral hidung dan philtrum pada bibir hingga lengkap.

12

a.

Embrio 7 minggu nampak depan , b. Embrio 10 minggu nampak depan ,c. Scanning
electron micrograph dari gambar a

Minggu ke-10: Ektoderm dan mesoderm dari prominentia frontalis dan masingmasing prominentia nasalis medialis berproliferasi membentuk garis tengah
septum nasalis. Cavitas nasal terbagi menjadi dua lintasan yang terbuka sampai
pharynx di belakang palatum sekunder, melalui choana. Philtrum telah terbentuk,
sisi lateral tonjolan maxilla dan mandibula bergabung membentuk pipi dan
mengurangi lebar mulut sampai pada ukuran akhir.

Pembentukan palatum
Seperti yang dikatakan pada minggu ke-4 kehamilan , menunjukkan
adanya pertumbuhan pada 2 penonjolan yaitu lateral processes (maxillary
swelling) dan frontonasal processes (median nasal swelling) . Kemudian pada 2
minggu selanjutnya maxillary processus akan terus tumbuh ke arah tengah dan
menekan frontonasal process kearah midline. Dua tonjolan ini akan menyatu dan
membentuk bibir.

13

Dari maxillary processes akan tumbuh palatine shelves yang terbentuk


pada minggu ke-6 mengarah ke bawah miring di salah satu sisi lidah.
Selanjutnya , pada minggi ke 7 , bagian ini (palatine shelves) akan naik ke posisi
horizontal diatas lidah dan berfusi satu sama lain membentuk palatum sekunder.
Penyatuan 2 shelves di bagian anterior bersama dengan triangular palatum primer
akan membentuk foramen insisif. Di minggu ke 7-10 , palatine shelves bergabung
satu sama lain dengan palatum primer.

Sumber : langmans medical embryology edisi 12


B. KELAINAN PADA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH
1.

Malformasi Wajah
Malformasi terjadi selama pembentukan struktur sebagai contoh selama
organogenesis. Kelainan ini dapat menyebabkan ketiadaan suatu struktur
secara total atau parsial atau perubahan konfigurasi normal suatu struktur.
Malformasi disebabkan oleh faktor

lingkungan dan / atau genetik yang

bekerja secara independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi berawal


pada minggu ke 3 sampai ke 8 kehamilan. Beberapa contoh dari
malformasi :
a)

Hemangioma kapilaris, adalah kumpulan pembuluh darah kapiler


yang abnormal padat yang merupakan tumor tersering pada masa
bayi. Tumor ini paling sering berkaitan dengan struktur kraniofasial.
Lesi di wajah dapat bersifat fokal atau difus, dengan lesi difus lebih
sering

menimbulkan

penyulit

sekunder,

termasuk

ulserasi,

14

pembentukan

jaringan

parut,

dan

obstruksi

saluran

nafas

(Hemangioma mandibula).

(A) Hemangioma kapilaris fokal, (B) Hemangioma kapilaris difus yang


mengenai rongga mulut

b) Kelainan pada Pembentukan Palatum


Sumbing wajah, bibir sumbing dan langit-langit smbing adalah cacat yang
sering ditemukan dan menyebabkan kelainan penampakan wajah dan
gangguan bicara. Cacat cacat ini disebabkan oleh tidak menyatunya
sebagian atau seluruh prominensia maksilaris dengan prominensia nasalis
mediana di satu atau kedua sisi. Langit langit sumbing terjadi karena
gagalnya penyatuan bilah-bilah yang mungkin disebabkan oleh ukuranya
yang terlalu kecil, kegagalan bilah-bilah palatum yang meninggi,
hambatan terhadap proses penyatuan itu sendiri, atau kegagalan lidah
untuk turun dari antara kedua bilah palatum karena mikrognatia
(Langman, 2012). Mikrognatia adalah kerdilnya rahang terutama pada
bagian mandibula (Sperber, 1991). Faktor yang mempengaruhi kegagalan
penyatuan bilah-bilah palatum ini adalah bahan kimia, yaitu ibu yang
menggunakan diazepam selama kehamilan. Sumbing yang hanya
mengenai bibir dinamakan cheiloschisis. Sumbing bibir umumnya terjadi
pada minggu 6-7 intrauterin, sesuai dengan waktu perkembangan bibir

15

normal dengan terjadinya kegagalan penetrasi dari sel mesodrmal pada


groove epitel di antara processus nasalis medialis dan lateralis. Lebih
sering terjadi pada bayi laki-laki dan lebih sering pada bagian kiri dari
pada kanan (2:1). Sumbing pada bibir bawah selalu di bagian tengah
akibat gagalnya perpaduan kedua processus mandibularis (Janti, 2008).
Berikut beberapa klasifikasi dari Sumbing wajah, bibir sumbing dan
langit-langit smbing ;
a) Celah bibir atas unilateral,berasal dari penggabungan tonjolan
nasal medial dengan tonjolan maksila pada kedua sisi garis tengah.
b) Celah bibir bilateral,menimbulkan celah garis tengah yang lebar
dari bibir atas dan proboscis protuberantia.
c) Celah bibir median,disebabkan oleh penggabungan tidak sempurna
dari kedua tonjolan nasal medial dari arena itu,pada sebagian besar
kasus

terlihat

groove

garis

tengah

hidung

yang

dalam

menimbulkan berbagai bentuk hidung.


(A) Bibir
sumbing

inkomplit, (B) Bibir sumbing bilateral, (C) Sumbing di bibir, rahang, dan
palatum, (D) Sumbing pada palatum, (E) Sumbing wajah oblik
2.

Kelainan Pada Pertumbuhan Lidah

Kelainan pada lidah antara lain adalah makroglosia, mikroglosia dan ankyloglosia.
a.

Makrognasia

Pembesaran

pada

lidah

merupakan

kelainan

perkembangan yang disebabkan oleh hipertrofi otot lidah. Lidah yang


besar akan mendorong gigi dan tapakan gigi akan terbentuk pada tepi
lateral lidah, seperti kerang. Makroglosia dapat terlihat pada sindrom

16

Down dan pada kretinisme kongenital akibat kekurangan hormon


kelenjar tiroid pada si ibu. Makroglosia juga dapat merupakan kelainan
yang didapat, selain karena faktor perkembangan misalnya, karena
kehilangan gigi-geligi rahang bawah dalam jumlah yang banyak.
Permbesaran lidah dapat pula disebabkan oleh tumor, radang, dan
perubahan hormonal. Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya
untuk menimbulkan problem dalam rongga mulut, pembesaran lidah
dapat dikurangi dengan tindakan bedah.

b.

Mikroglosia : lidah yang kecil. Kejadian ini sangat jarang ditemukan,


dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin yang merupakan kelainan
herediter. Pada hemiatrofi lidah, sebagian lidah mengecil. Penyebabnya
dapat berupa cacat pada saraf hipoglosus yang mempersarafi otot lidah.
Tanpa rangsangan, otot lidah menjadi atrofi dan tubuh lidah menjadi
mengecil.

c.

Ankiloglosia : Ankiloglosia merupakan perlekatan sebagian atau seluruh


lidah ke dasar mulut. Penyebab ankiloglosia belum diketahui secara pasti
namun diduga bahwa keadaan ini merupakan akibat terjadinya gangguan
perkembangan lidah dalam masa embrionik. Selama perkembangan awal,
lidah berfusi ke dasar mulut. Sel mati dan resorpsi membebaskan lidah,
dengan frenulum yang tinggal hanya sisa dari perlekatan awal. Dan
terjadinya ankiloglosia adalah hasil dari suatu feenulum lingualis fibrous
yang pendek atau suatu otot genioglosus yang sangat melekat. Frenulum
yang merupakan jaringan yang melekatkan lidah ke dasar mulut melekat
terlalu jauh ke depan terlihat pada posisi bervariasi, yang paling parah
terletak pada ujung anterior lidah. Pergerakan lidah dapat terhambat dan
penderita tidak dapat menyentuh palatum keras dalam posisi mulut
terbuka. Bicara dapat terganggu. Kasus ringan tidak membutuhkan

17

perawatan, sedangkan kasus berat berhasil diobati dengan bedah untuk


memperbaiki perlekatan frenulum.

3.

Kelainan pada Pertumbuhan Mandibula


a) Aganasia : Kesalahan pembentukan lengkung mandibula sering
dihubungkan dengan anomali fusi telinga luar pada dareah garis tengah
yang normalnya ditempati oleh mandibula sehingga telinga bertemu di
garis tengah. Agnesis absolut mandibula masih diragukan apakah bisa
terjadi. Pada keadaaan ini, lidah juga tidak terbentuk atau mengalami
reduksi ukuran. Meskipun astomia (tidak terbentuknya mulut) dapat
tejadi, mikrostomia(mulut yang kecil) lebih sering terjadi. Kadangkadang tidak ada hubungan dengan faring, yang tersisa hanya membran
bukofaringeal.
b) Mikrognasia : Mikrognasia merupakan pengecilan ukuran pada
mandibula atau maksila. Dagu dapat sangat retrusif atau absen sama
seklai. Hidung dan bibir atas menjadi menonjol sehingga muka seperti
burung. Keadaan ini disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan di
kepala sendi. Cedera pada kepala sendi oleh trauma pada saat lahir atau
infeksi pada telinga dapat menyerang pusat pertumbuhan kepala sendi.
Kemungkinan lain adalah trauma atau infeksi daerah kepala sendi yang
umumnya unilateral dan menyebabkan pengecilan ukuran rahang yang
unilateral.

Mikrognasia

rahang

atas

ditemukan

pada

disostosis

18

kraniofasial, sindrom akrosefalosindaktalia yang karakteristik ditemukan


pada oksisefalik, sindaktilia tangan dan kaki, dan pada sindrom Down.
Keadaan ini dapat dikoreksi dengan bedah. Bila perkembangan rahang
tidak bagus, gigi-geligi menjadi bersedakan dan rahang gagal untuk
menyesuaikan diri sehingga gigi tidak dapat beroklusi dengan baik dalam
posisi buruk untuk berfungsi atau mengganggu estetik.

c) Makrognasia : Makrognasia adalah rahang yang besar. Jika terjadi pada


rahang bawah, hal ini dapat menyebabkan protrusi dengan dagu
menonjol. Keadaan ini dapat bersifat konginental dan dapat pula bersifat
dapatan melalui penyakit serta dapat dikoreksi dengan tindakan bedah.
Pada akromegali, penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang
akan mendorong pertumbuhan terus-menerus pada tempat tertentu,
misalnya

jari

dan

tulang

mandibula.

Ada

beberapa

sindrom

perkembangan yang menunjukkan mikrognasia rahang atas sebagai


bagian suatu sindrom, misalnya sindrom Down atau sindrom Apet.
4.

Sindrom Treacher Collins (disostosis mandibulofasialis) ditandai oleh


hipoplasia maksila akibat kurang berkembangnya os zigomatikum, hipoplasia
mandibula, fisura palpebra miring ke bawah (down-slanting), koloboma
kelopak mata bawah, dan malformasi telinga luar. Sindrom Treacher Collins
diwariskan sebagai sifat dominan otosom, dengan 60% kasus timbul karena
mutasi baru. Namun, pada hewan laboratorium dapat diciptakan phenocopies
(fenotip serupa) dengan pemberian asam retinoat dosis teratogenik yang
mengisyaratkan bahwa sebagian kasus pada manusia mungkin disebabkan
oleh teratogen (Sadler, 2012).

19

5.

Sekuens Robin dapat timbul secara independen atau berkaitan dengan


sindrom dan malformasi lain. Seperti sindrom Treacher Collins, Sekuens
Robin mengubah struktur arkus pertama, dengan pembentukan mandibula
yang paling parah terkena. Bayi biasanya mengidap trias mikrognatia, langitlangit sumbing, dan glosoptosis (lidah terletak di posterior). Sekuens robin
dapat disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan. Kelainan ini juga dapat
terjaid sebagai suatu deformasi, misalnya ketika dagu tertekan ke dada pada
kasus oligohidramnion. Cacat primer mencakup gangguan pertumbuhan
mandibula, dan akibatnya, lidah yang terletak di posterior yang gagal turun di
antara bilah-bilah palatum (palatine shelves), menghambat penyatuannya.
Sekuens Robin terjadi pada sekitar 1/8.500 kelahiran (Sadler, 2012).

6.

Fistula Brankialis : kelainan ini terjadi apabila lengkuk faring kedua gagal
tumbuh ke kaudal melampaui lengkung ke 3 dan ke 4,sisa-sisa celah ke 2,ke
3,dan ke 4 tetap berhubungan dengan permukaan melalui sebuah saluran
sempit.

7.

Siklopia : kelainan ini terdiri etmosephali,sebosephali,agenesis pre maksila


(celah bibir dan palatum bilateral),bahkan sampai manifestasi dismorpik
paling ringan dari gigi incisivus pertama atas tunggal.Letak mata,hidung,dan
bagian tengah maksila terganggu menimbulkan berbagai sindrom dismorpik.

20

BAB 3 PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan wajah dimulai pada minggu ke

empat setelah ovulasi dan dibentuk oleh 5 buah penonjolan atau


swelling, yaitu sebuah frontonasal process, sepasang maxilary process dan

sepasang mandibular process yang merupakan hasil akumulasi sel mesenkim yang
ada di bawah permukaan epitel (merupakan proliferasi sel crista neuralis yang
bermigrasi menuju lengkung crista neuralis) . Penonjolan ke 5 process ini akan
menghasilkan suatu alur yang disebut stomodeum, stomodeum merupakan mulut
primitiv.
Pertumbuhan dan perkembangan wajah dimulai pada minggu kemepat
kehamilan dan akan sselesai pada minggu ke 12 kehamilan, apabila pada masa ini
mengalami gangguan, maka akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
wajah, sehingga akan menyebabkan beberapa kelainan contohnya adalah sumbing
wajah, bibir, dan langit-langit yang disebabkan gagalnya berfusi beberapa process
pembentuk wajah.

21

22

DAFTAR PUSTAKA
Abduljalil Adetola Adebesin. 2012. Pre and Post Natal Facial Development.
Johannesburg: Faculty of Health Sciences University of the Witwatersrand.
Balogh, M.B. & Fehrenbach, M.J. (2006). Dental Embriology, Histology and
Anatomy 2nd Edition. St.Louis : Elsevier Saunder.
Dixon, Andrew D. 2000. Anatomi untuk Kedokteran Gigi :Edisi 5. Jakarta:
Hipokrates
Sadler, T. W. 2012. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta : EGC.
Sudiono, Janti.2009.Gangguan tumbuh kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC

23

Anda mungkin juga menyukai