Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SEVEN JUMP

PENERAPAN INISIASI MENYUSU DINI

DISUSUN OLEH :

Desi Irawanti 202106002


Riza Dian Anggraeni 202106002
Vivi Virgianty Sumaji 202106002
Medzelia Efenti Lestari 202106003

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN REGULER B


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Penerapan Inisiasi
Menyusu Dini”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem
Reproduksi pada Selama proses penyusunan laporan ini kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang berupa bimbingan, saran dan petunjuk baik berupa moril, spiritual
maupun materi yang berharga dalam mengatasi hambatan yang ditemukan. Oleh karena itu,
sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Dyah Puji, MPH selaku dosen pengampu mata kuliah evidence based kebidanan yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan laporan ini.
2. Orangtua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril maupun materi lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di UNIMUGO, khususnya Program Studi S1 kebidanan yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Semoga Allah swt. membalas baik budi dari semua pihak yang telah berpartisipasi
membantu kami dalam menyusun laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan penyusunan selanjutnya.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin...
Wassalamu’alaikum wr.wb.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
LAPORAN SEVEN JUMP.......................................................................................1
Step 1 Kata Kunci .....................................................................................................3
Step 2 Pertanyaan Kasus............................................................................................3
Step 3 Jawaban Kasus................................................................................................3
Step 4 Mind Mapping................................................................................................9
Step 5 Learning Objektif............................................................................................10
Step 6 Informasi Tambahan.......................................................................................10
Step 7 Hasil Riset ......................................................................................................11
Daftar Pustaka ...........................................................................................................12
SEVEN JUMP
Mata kuliah : Sistem Reproduksi
Tingkat/ semester : Genap
Hari/ tanggal : Rabu, 20 April 2022

SKENARIO KASUS
Seorang perempuan umur 30 tahun P1A0 telah melahirkan bayinya namun plasenta
belum lahir, pasien tersebut menginginkan untuk dilakukan IMD.
A. Tugas mahasiswa
1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas mahasiswa membahas kasus tersebut
dengan kelompok, dipimpin oleh ketua dan sekretaris.
2. Melakukan aktifitas pembelajaran individual di kelas dengan menggunakan buku ajar,
jurnal dan internet untuk mencari informasi tambahan.
3. Melakukan diskusi kelompok mandiri (tanpa dihadiri fasilitator) untuk melakukan
curah pendapat bebas antar anggota kelompok untuk menganalisa informasi dalam
menyelesaikan masalah.
4. Berkonsultasi pada narasumber yang telah ditetapkan oleh fasilitator.
5. Mengikuti kuliah khusus dalam kelas untuk masalah yang belum jelas atau tidak
ditemukan jawabannya untuk konsultasi masalah yang belum jelas
6. Melakukan praktikum penerapan IMD.

B. Proses pemecahan masalah


Dalam diskusi kelompok mahasiswa diharapkan dapat memecahkan problem yang
terdapat dalam scenario dengan mengikuti 7 langkah penyelesaian masalah di bawah ini:
1. Klarifikasi istilah yang tidak jelas dalam skenario di atas, dan tentukan kata / kalimat
kunci skenario di atas.
2. Identifikasi problem dasar skenario, dengan membuat beberapa pertanyaan penting.
3. Analisa problem-problem tersebut dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan di atas.
4. Klarifikasikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas kasus di atas.
Langkah 1 sampai 5 dilakukan dalam diskusi tutorial pertama dengan fasilitator.

1
6. Cari informasi tambahan informasi tentang kasus di atas di luar kelompok tatap
muka; dilakukan dengan belajar mandiri.
7. Laporkan hasil diskusi dan sintetis informasi-informasi yang baru ditemukan;
dilakukan dalam kelompok diskusi dengan fasilitator.
8. Seminar; untuk kegiatan diskusi panel dan semua pakar duduk bersama untuk
memberikan penjelasan atas hal-hal yang belum jelas.
Penjelasan
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang
diperlukan untuk sampai pada kesimpilan akhir, maka proses 6 bisa diulangi dan
selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial dan setelah informasi
dirasa cukup dilakukan langkah nomor 8.

STEP 1
KATA KUNCI
1. Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2012). Persalinan adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Saifuddin, 2013).
2. IMD
Proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam
pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibunya,
bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai bayi menyusu sendiri
(Depkes, 2018).
3. Plasenta
Plasenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan fetus dan mengirim
oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Placenta berbentuk cakram dan pada masa

2
sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh inches dalam diameternya (garis tengahnya)
( Prawirohardjo, 2016)
STEP 2
PERTANYAAN KASUS
1. Apa saja yang perlu dilakukan sebelum proses pelaksanaan IMD?
2. Apakah pelaksanaan IMD penting untuk dilakukan?
3. Bagaimana proses pelaksanaan IMD pada kasus tersebut?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD pada kasus diatas?
5. Apa saja manfaat dilakukannya IMD?
6. Apakah IMD harus dihentikan jika pasien akan dilakukan manual plasenta?
7. Apa saja prinsip pelaksanaan IMD?
STEP 3
JAWABAN KASUS
1. Persiapan Melakukan Inisiasi Menyusui Dini
Roesli (2018) menjabarkan, berikut ini persiapan yang harus dilakukan sebelum
pelaksanakan IMD IMD termasuk langkah ke-4 dari 10 langkah keberhasilan menyusui
a. Pertemuan pimpinan Rumah Sakit, dokter kebidanan, dokter anak, dokter anastesi,
bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi, kamar
perawatan ibu melahirkan untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi.
b. Melatih tenaga kesehatan terkait yang menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk
menolong IMD yang benar.
c. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan tenaga kesehatan bersama orang
tua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, IMD
termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat –obatan atau tindakan.
2. Menurut Maryunani (2019), alasan penting melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
adalah karena suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal (thermogulator) yang
diperlukan bayi. Kulit dada ibu yang melahirkan 1² C lebih panas dari ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu tubuh ibu otomatis naik 2 ² C untuk
menghangatkan bayi, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan
kematian bayi akibat kedinginan. Kehangatan dada ibu saat bayi diletakkan didada ibu,
akan membuat bayi merasakan getaran cinta sehingga merasakan ketenangan, merasa

3
dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang, karena dengan mendengar
pernapasan dan detak jantung ibu dapat menenangkan bayi, menurunkan stress akibat
proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Bayi yang dibiarkan merayap
diperut ibu dan menemukan puting susu ibunya sendiri, akan tercemar bakteri yang tidak
berbahaya terlebih dahulu sebagai anti ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membentuk
koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas
dari lingkungan. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin
cepat keluar sehingga bayi akan lebih cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan
pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan
ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.
3. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini
Secara umum menurut Maryunani(2012), tatalaksana IMD adalah sebagai berikut:
a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
b. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan.
Dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya, pijat,aroma terapi,gerakan atau
hypnobirthing.
c. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya melahirkan tidak
normal di dalam air atau dengan jongkok.
d. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya,kecuali kedua tangannya.
Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
e. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu.
Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah
menyusuawal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi bayi
f. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu
g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, dukungan
ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Jika bayi belum menemukan puting
payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan
kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
h. Dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang

4
melahirkan dengan tindakan
i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,diukur dan dicap setelah satu jam
j. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD


Roesli (2008) menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan IMD
diantaranya:
a. Kesiapan fisik dan psikologis ibu
Fisik dan psikologi ibu harus sudah dipersiapkan dari awal kehamilannya, konseling
dalam pemberian informasi mengenai IMD bisa diberikan selama pemeriksaan
kehamilan. Pemeliharaan puting payudara dan cara massase payudara juga perlu di
ajarkan agar ibu lebih siap menghadapi persalinan dan dapat langsung memberikan
ASI pada bayinya, rasa cemas, tidak nyaman dan nyeri selama proses persalinan
sangat mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya untuk itu perlu adanya
konseling.
b. Tenaga atau pelayan kesehatan
Untuk keberhasilan pelaksanaan IMD, konsultasi dengan dokter ahli kandungan di
perlukan untuk membantu proses IMD. Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang mendukung pemberian ASI.
c. Bayi akan kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu.
Suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi
diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasilpenelitian Dr. Niels Bergman (2005)
ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas dari suhu
dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan,
suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat
2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi
bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.
d. Ibu kelelahan
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan keluarnya
oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu

5
menenangkan ibu.
e. Kurang dukungan suami dan keluarga
Penolongpersalinan dapat melanjutkan tugasnya.Bayi yang masih di dada ibu dapat
menemukan sendiri payudara ibu.Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk
menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
f. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan dengan bayi masih di
dada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai
payudara dan menyusu dini.
g. Ibu harus di jahit.
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan lokasi yang
dijahit adalah bagian bawah ibu.
h. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur. Menunda
memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu,
kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar.
Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat
ditunda sampai menyusu awal selesai.
i. mengantuk akibat obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi
karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.
j. Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga diperlukan
cairan lain. Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan .dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
k. Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom sangat diperlukan
untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi
kuning pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus
yang masih muda.
5. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Menurut Roesli (2008), menyampaikan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan bayi baik
secara fisiologis maupun psikologis, yaitu sebagai berikut:
a. Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin.Oksitoksin

6
menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan
mencegah perdarahan.Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang
menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar.
b. Bayi
Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga napas dan
denyut jantung bayi menjadi teratur.Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung
antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga
mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif,
sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh
bayi
c. Manfaat secara Psikologis :
1) Adanya Ikatan Emosi (Emotional Bonding) :
a) Hubungan ibu-bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.
b) Ibu merasa lebih bahagia.
c) Bayi lebih jarang menangis.
d) Ibu berperilaku lebih peka (affectionately).

e) Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).


6. Jika ada kontraindikasi baik pada Ibu maupun bayi, maka proses IMD dapat dihentikan
7. Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada
ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam
satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu
dan mulai menyusu.(Rosita, 2008) Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD
adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk
tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian meletakkannya ke
dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya
beri kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran

7
STEP 4
MIND MAPPING

8
Persiapan
sebelum IMD

Faktor yang Perlunya


mempengaruhi penerapan IMD

IMD
Prinsip IMD Manfaat

Syarat
pelaksanaan
IMD

STEP 5

9
LEARNING OBJEKTIF
1. Mahasiswa mampu memahami Cara pelaksanaan IMD
2. Mahasiswa mampu memahami Tahapan perilaku bayi saat IMD
3. Mahasiswa mampu memahami Prinsip dasar IMD
4. Mahasiswa mampu memahami Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
5. Mahasiswa mampu memahami Manfaat IMD
6. Mahasiswa mampu mengetahui persiapan sebelum IMD
7. Mahasiswa mampu mengetahui syarat pelaksanaan IMD

STEP 6
INFORMASI TAMBAHAN
Judul Jurnal : PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI PADA BAYI BARU LAHIR

Penulis : Arlin Adam, Andi Alim, Novi Purnama Sari

PENDAHULUAN
Inisiasi Menyusu Dini atau Permulaan Menyusu Dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia juga seperti mamalia lain mempunyai
kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit
ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara melakukan inisiasi menyusu
dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri (Irawan,
2013).
Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan, tetapi
pada usia 30 menit harus di susukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi
untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna
mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap puting
susu pada setengah jam setelah persalinan, Prolaktin (hormon pembuat ASI) akan turun dan
sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih dan
memperlambat pengeluaran kolostrum (Roesli, 2018).
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini, bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres, pernafasan
dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi. Sentuhan,
emutan dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oxytosin
yang menyebabkan rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahaan ibu dan membantu
pelepasan plasenta. Bayi juga akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi
kesulitan posisi menyusu dan mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (JNKPK-KR,
2013).
Dengan adanya upaya kesehatan ibu bersalin maka peran tenaga kesehatan sangatlah
penting, karena bisa memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada ibu bersalin. Tenaga
10
kesehatan akan sangat berpengaruh dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan sesaat setelah
bayi lahir (Notoatmodjo 2016).

STEP 7

LITERATUR REVIEW: FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA


CAKUPAN INISIASI MENYUSU DINI DAN PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF
(Literature Review: The affecting factors of low coverage of early initiation
breastfeeding and exclusive breastfeeeding)
Abstract

Secara global cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif masih rendah. Indonesia mempunyai
cakupan IMD yaitu 58,2% dan ASI eksklusif sebesar 37,3%. Tujuan penelitian untuk mengkaji faktor yang
mempengaruhi pencapaian IMD dan ASI eksklusif. Desain studi menggunakan kajian kepustakaan, yaitu
mereview 11 artikel berdasarkan tujuan, metode dan hasil yang disajikan pada artikel. Semua artikel ditulis
oleh penulis Indonesia dan dipublikasi pada jurnal nasional terindeks dari tahun 2015-2020. Pencarian
artikel menggunakan tiga database yaitu SINTA, Google scholar, dan Perpustakaan Nasional menggunakan
kata kunci IMD dan ASI eksklusif. Data dianalisa secara kualitatif dengan menyajikan data berdasarkan
persamaan dan perbedaan serta memberikan kritik dan pendapat. Hasil, berdasarkan sebelas artikel yang
direview, 3 diantaranya studi kualitatif dengan jumlah responden masing-masing 22 ibu, 28 ibu dan 81 ibu.
Terdapat delapan artikel penelitian kuantitatif dengan jumlah responden 110 ibu hingga 300.000 ibu Rumah
Tangga. Enam faktor penyebab rendahnya cakupan IMD dan ASI eksklusif yaitu 1) pelaksanaan peraturan
pemerintah, 2) dukungan keluarga, 3) pendidikan rendah, ibu bekerja, 4) konseling ASI, 5 bayi tidak cukup
bulan dan

6) faktor budaya. Kesimpulan, faktor utama penyebab rendanya cakupan IMD dan ASI eksklusif yaitu
lemahnya komitmen pemerintah, dukungan keluarga, pendidikan dan pekerjaan ibu, tidak aktifnya konseling
ASI, bayi lahir tidak cukup bulan serta faktor budaya.

Kata Kunci: ASI eksklusif, cakupan, dukungan keluarga, IMD

1. PENDAHULUAN

Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan sekitar dua per tiga
kematian bayi usia 0-12 bulan terjadi pada saat bayi masih usia neonatal (0-28 hari).
Tindakan tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada satu jam pertama dan tidak
melanjutkan pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan menjadi penyebab utamanya.1
Secara global, hanya terdapat sebesar 42% bayi yang mendapat IMD sekitar 1 jam. Hasil
Riskesdas tahun 2018 melaporkan bahwa cakupan ASI dan IMD meningkat dari 34,5%
(2013) menjadi 58,2% (2018) sedangkan prevalensi ASI eksklusif tahun 2018 hanya
37,3%.3 Pada tahun 2019, Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI mengtargetkan 50% dan 80%
untuk cakupan IMD dan ASI eksklusif. Kenyataannya, kesenjangan antara cakupan IMD
dan ASI eksklusif semakin tinggi. Dampak dari rendahnya cakupan IMD akan berlanjut
kepada rendahnya cakupan ASI eksklusif dan meningkatkan kejadian diare, penyakit
infeksi saluran pernafasan (ISPA) dan juga gangguan pertumbuhan disertai gizi kurang

11
pada masa balita4,5 dan kematian balita.6
Penelitian telah membuktikan bahwa mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan
dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Sebuah studi meta analysis yang dilakukan
oleh Smith et al, menyimpulkan bahwa 85% bayi memiliki resiko kematian pada usia
neonatal apabila mendapat ASI setelah 24 jam kelahiran.7 Selain itu, beberapa studi kajian
pustaka mengemukakan bahwa penyebab rendahnya IMD adalah faktor penolong
persalinan, usia dan pekerjaan ibu, dukungan keluarga, pengalaman menyusui8, dan bayi
lahir tidak cukup bulan serta pemisahan ibu dan bayi.9
Secara umum terdapat berbagai faktor penyebab kegagalan praktek IMD dan ASI
eksklusif seperti ibu bekerja, tidak dukungan keluarga, tidak adanya pendampingan dari
bidan, rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, budaya yang turun temurun, gencarnya
promosi susu formula, kelainan puting susu ibu, dan lainnya. Namun, urutan faktor
penyebabnya belum dapat ditentukan. Studi ini adalah kajian pustaka (literature review)
bertujuan untuk mencari faktor penyebab rendahnya cakupan IMD dan ASI Eksklusif
berdasarkan hasil penelusuran pustaka yang terbit pada jurnal nasional terindeks. Rumusan
masalah adalah faktor apa yang mempengaruhi pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif.

2. Metode

Desain penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah kajian pustaka (Literature review),
yaitu melakukan penelusuran terhadap artikel ilmiah dengan cara membaca, meringkas,
membandingkan dan melakukan kritik serta memberikan pendapat. Data yang digunakan
bersumber dari artikel ilmiah. Pencarian artikel menggunakan data base jurnal yaitu Google
scholar, SINTA, Perpustakaan Nasional. Pencarian menggunakan kata kunci (key words)
“Inisiasi Menyusu Dini”, “ASI Eksklusif”. Pencarian menggunakan SINTA: Pada saat
muncul pilihan, Peneliti mencari jurnal GARUDA kemudian mengisi kolom search dengan
kata kunci “inisiasi menyusu dini”. Setelah muncul 193 judul artikel kemudian peneliti
mengamati satu per satu judul sambil memperhatikan konten abstrak. Jika topik dan abstrak
sesuai dengan judul penelitian, selanjutnya peneliti mencari full text dari 4 artikel yang
relevan dan membacanya. Sedangkan pencarian menggunakan Google scholar, peneliti
mengetik kata kunci lengkap “faktor penyebab rendahnya inisiasi menyusu dini dan ASI
eksklusif” pada kolom pencarian kemudian muncul 816 judul, yang ternyata sebagian besar
tidak relevan dengan tujuan. Setelah melakukans seleski secara ketat hanya 99 artikel yang
sesuai kemudian diseleksi lagi berdasarkan metode dan dan hasil hanya 6 artikel yang layak.
Pencarian dengan Perpustakaan Nasional menemukan 119 artikel namun hanya 1 artikel
yang layak untuk direview, sehingga jumlah artikel yang direview sebanyak 11 artikel
seperti bagan dibawah.

12
Sinta: Google Scholar: Perpustakaan
193 artikel 816 artikel Nasional:
diidentifikasi 117 memenuhi
diidentifikasi 119 artikel
Seleksi kriteria sesuai
duplikasi tujuan

11 artikel memenuhi
kriteria iklusi dan eklusi
sesuai tujuan penelitian

Gambar 1. Prosedur seleksi artikel

Sebagaimana disajikan pada gambar 1, bahwa kriteria artikel dan jurnal yang masuk

dalam kriteria studi ini yaitu dengan kriterian inklusi sebagai berikut: 1) Terbit dijurnal
terindeks Sinta, Google Schoolar, DOAJ, Crossref, EBSCO, dan lainnya; 2) Artikel terbit
pada tahun 2015 hingga 2020; 3) Disain penelitian kuantitatif dan kualitatif dan 4) scope
penelitian Nasional dan lokal dan 5) Lokasi penelitian dari berbagai daerah di Indonesia.
Dari 170 artikel yang ditemukan, 11 artikel yang memenuhi kriteria untuk dikaji.
Data yang diperoleh dikompilasi dengan cara meringkas, dianalis menggunakan
narasi dan disimpulkan sehingga menjadi kesimpulan dari seluruh artikel yang dikaji.
Analisa data dilakukan dengan melakukan kajian terhadap seluruh artikel dalam dua tahap
yaitu meringkas dan memberikan kritik atau pendapat. Tahap pertama yaitu meringkas
artikel (summary). Pada tahap ini peneliti meringkas isi dari sepuluh artikel tersebut
meliputi judul artikel/nama penulis, jurnal/tahun terbit/indeks, rancangan penelitian, tujuan
dan hasil. Tahap kedua memberikan kritik dan pendapat terhadap masing-masing artikel.
Pada tahap ini peneliti terlebih dahlu secara detail isi artikel kemudian melakukan kritik
atau memberikan pendapat. Pada bagian pembahasan, peneliti mengawali pembahasan
dengan memberikan komentar tentang penilaiaian persamaan dan perbedaan antara artikel
kemudian pembahasan dilanjutkan dengan membandingkan hasil temuan tentang IMD dan
ASI eksklusif dengan hasil penelitian orang lain.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Ringkasan Artikel Review


Tabel 1 menjelaskan bahwa dari sebelas artikel yang direview, sembilan diantaranya
terbit pada jurnal nasional terindeks yaitu Jurnal MAKARA Kesehatan, Jurnal MADANI
MEDIKA, Jurnal JUMANTIK, Indonesia Journal of Human Nutrition, Sari Pediatri,

13
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Public Health and Preventive Medicine, satu artikel
merupakan Skripsi Sarjana yang dipublikasi oleh Universitas Semarang dan satu artikel
yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

Tabel 1. Ringkasan artikel yang telah memenuhi kriteria menurut tujuan


penelitian
Penulis/Judul Jurnal (Vol, No, Tahun) Rancangan Penelitian Hasil
Fikawati & Syafiq.10 Kajian Jurnal: Makara, Kesehatan, Disain: Kualitatif Program IMD belum secara eksplisit
kebijakan dan implementasi Vol. 14, NO. 1, Juni 2010 Menggunakan pendekatan konten, dalam kebijakan dan peraturan yang ada
IMD dan ASI eksklusif di konteks, proses dan aktor serta belum lengkap dan komprehensif.
Indonesia. kerangka kerja koalisi advokasi Cakupan ASI eksklusif di Indonesia
dan
masih kurang optimalnya fasilitasi IMD.
Deslima, et al.11 Analisis Jurnal: Jurnal JUMANTIK, Disain: Cross Sectional Terdapat hubungan signifikan antara
hubungan inisiasi menyusu Vol. 4 No. 2019 Sampel:110 ibu yang memiliki bayi IMD dan ASI eksklusif.
dini terhadap pemberian ASI berusia >7 bulan Pendidikan dan Family support
eksklusif di wilayah kerja Analisa: Analisis univariat, bivariat merupakan faktor positif terhadap ASI
Puskesmas Makrayu Kota dengan uji chi-square Eksklusif. IMD merupakan faktor yang
Palembang sangat mempengaruhi ASI Eksklusif.
Lutfiyati, et al.12 Hubungan Jurnal: Kesehatan Madani Disain: Deskriptif Kasus Kontrol Terdapat kaitan antara IMD dengan ASI
inisiasi menyusui dini dengan Medika, Vol. 6 No.1. 2015 Sampel: 204 ibu menyusui bayi 6-8 eksklusif.
pemberian ASI eksklusif. bulan Pekerjaan ibu merupakan hal sangat
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
adalah pekerjaan ibu.
Sirajuddin et al.13 Determinan Jurnal Kesehatan Disain: Observasional analitis Tiga faktor determinan; Dukungan
pelaksanaan inisiasi menyusui Masyarakat Nasional, Vol. Sampel: 215 ibu bersalin dipilih secara keluarga (OR:6,8),
dini di Puskesmas Tilamuta. 8, No. 3, Oktober 2013 acak sederhana. Analisis: univariat, Pendidikan tinggi (OR:5,9) Tindakan
bivariat dengan uji kai kuadrat dan bidan (OR:2,6).
analisis multivariat dengan regresi linier
ganda.
Hervilia & Munifa.14 Jurnal: Indonesia Journal of Disain: Studi Kualitatif Ibu yakin ASI paling baik tetapi tidak
Pandangan sosial budaya Human Nutrition. Juni 2016, Triangulasi: Observasi, Wawancara semua memberikan eksklusif. Ibu yakin
terhadap ASI eksklusif di Vol. 3 No. 1 mendalam, FGD dan Dokumentasi bahwa sayuran hijau memperlancar
Wilayah Panarung Sampel: 28 ibu bayi dan balita dan 1 ASI. Makanan pre-lakteal madu hutan,
Palangkaraya orang Bidan air kopi, santa kental sudah dipercaya
secara turun temurun
Habiba.15 Faktor-faktor yang SKRIPSI: Sarjana Kesehatan Disain: Kuantitatif, Cross sectional dan Empat variable, hanya faktor kesehatan
mempengaruhi pemberian ASI Masyarakat, Fakultas Ilmu Kualitatif . Triangulasi ibu yang tidak berpengaruh terhadap
eksklusif di wilayah Puskesmas Keolahragaan. Universitas pemberian ASI Eksklusif.
Kebakkramat II Kabupaten Negeri Semarang. Tahun
Karang Anyar, Jawa Tengah 2016

Berdasarkan tahun terbit, artikel yang terbit pada tahun 2010, 2014, 2015 dan tahun
2019 masing-masing satu artikel, pada tahun 2013 dan 2018 masing-masing dua artikel dan
tiga artikel terbit tahun 2016.
Disain penelitian bervariasi dan jumlah sampel bervariasi. Dari 3 judul penelitian
kualitatif jumlah responden masing-masing 22 ibu, 28 ibu 81 orang, sedangkan penelitian
kuantitatif jumlah responden mulai dari 110 ibu hingga 300.000 rumah tangga. Hampir
semua penelitian bertujuan untuk mengetahui proporsi IMD dan ASI eksklusif dan faktor
yang mempengaruhinya. Berdasarkan sebaran angka diperoleh, cakupan IMD sekitar 50-
60% dan prevalensi pemberian ASI Eksklusif 29% - 75%. Menurut hasil Riskesdas 2018
terjadi kenaikan cakupan IMD sebesar 23,7% yaitu dari 34,5% (2013) menjadi 58,2%
(2018) dan cakupan ASI eksklusif pada tahun 2018 hanya 37,3%.Sedangkan faktor yang
mempengaruhinya bervariasi menurut lokasi dan tujuan penelitian, laporan dari Padang
Pariaman menemukan faktor kebijakan pemerintah, Kabupaten Tabanan, Bali melaporkan
faktor berubahnya bentuk payudara dan ASI tidak keluar, RS St. Carolus faktor konseling
14
ASI sangat mempengaruhi kelangsungan ASI eksklusif, di Tanah Merah Kabupaten
Tangerang faktor peran keluarga, sedangkan di Karang Anyer Jateng menemukan faktor
kesehatan ibu tidak mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, di Tilamuta Kabupaten
Boalemo, Gorontalo faktor tindakan bidan dan di Kabupaten Bantul pekerjaan ibu sangat
mempengaruhi pemberian ASI dan di Puskesmas Makrayu Kota Palembang faktor
pendidikan tinggi dan family support mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Hasil kajian artikel menyimpulkan bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)
dan ASI eksklusif di beberapa daerah di Indonesia masih rendah, bahkan jauh dari target
yang ditetapkan oleh pemerintah. Situasi seperti ini juga terjadi secara global, dimana hanya
42% bayi baru lahir dapat IMD dibawah 1 jam.18,19 Beberapa penelitian di negara
berkembang juga melaporkan bahwa cakupan IMD dan ASI Eksklusif masih rendah, seperti
di Ghana 27,7%20, bahkan ibu-ibu India hanya sekitar 1% yang memberikan ASI eksklusif
pada usia 0-6 bulan21, di Nigeria dari 83% ibu yang mempunyai pandanga positif terhadap
ASI tetapi hanya 14,6% yang memberikan ASI eksklusif.. Sebenarnya, Indonesia telah sangat
memungkinkan mampu untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI eksklusif karena sudah
didukung oleh peraturan pemerintah seperti Peraturan Menteri Kesehatan23 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 33/2012.24 Tetapi kenyataan dilapangan masih ditemukan kendala.
Seperti yang dilaporkan oleh Fikawati & Syafiq bahwa bentuk pelaksanaan IMD belum
eksplisit sebagaimana telah dijelaskan dalam Kepmenkes nomor 450/2004.10
Faktor penyebab rendahnya cakupan IMD dan ASI eksklusif bervariasi, mulai dari
kebijakan pemerintah, dukungan keluarga, faktor karakteristik ibu seperti pendidikan,
pekerjaan, usia dan juga bayi sakit dan takut payudara kendor. Peran suami dan orang tua
sangat berpengaruh positif terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif. Namun
penelitian di Libanon melaporkan bahwa faktor dukungan sebaya (peer support), izin cuti
melahirkan (maternity leave) termasuk faktor penentu berhasil tidak pemberian ASI
eksklusif hingga usia 6 bulan.25
Terkait dengan kemampuan masyarakat Indonesia dalam meningkatkan cakupan
IMD dan ASI eksklusif karena didukung tenaga kesehatan yaitu bidan desa yang tersedia
hampir dipelosok negeri26, begitu juga dengan ketersediaan kader serta kelas ibu hamil27,
program pekan ASI, dukungan pemerintah dengan Kepmenkes dan Permenkes dan
program Rooming-in di rumah sakit, terbukti dari hasil Riskesdas 2018 terjadi kenaikan
prevalensi IMD dari 34,5% tahun 2013 menjadi 58,2%.3 Namun, jika cakupan IMD di
Indonesia terus rendah, maka bayi yang baru lahir di Indonesia memiliki resiko tinggi
mengalami kematian pada usia neonatal.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Pencapaian IMD dan ASI eksklusif masih rendah dan angkanya dibawah target nasional.
Terdapat enam faktor utama yang menyebabkan rendahnya cakupan IMD dan ASI eksklusif
yaitu komitemen untuk melaksanaan peraturan pemerintah Kepmenkes Nomor 450/2004
masih belum maksimal khususnya di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik
persalinan, rendahnya dukungan keluarga, pendidikan ibu rendah dan ibu bekerja diluar
rumah, tidak berjalannya konseling ASI, bayi lahir tidak cukup bulan dan faktor budaya.

Saran, untuk meningkatkan cakupan IMD dan ASI eksklusif, diperlukan komitemen yang
serius dari pemerintah khususnya dibidang kesehatan, serta kerjasama yang baik secara
lintas sektor, dan yang paling penting adalah dukungan keluarga serta dukungan tenaga
15
kesehatan dalam meningkatkan konseling ASI.

DAFTAR PUSTAKA
1. Irawan J. Hubungan inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian air susu ibu (ASI)
eksklusif di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Jurnal Skala Husada: The Journal of
Health. 2018;15(1):1-7.
2. Edmond K, Newton S, Hurt L, Shannon CS, Kirkwood BR, Mazumder S, Taneja S,
Bhandari N, Smith ER, Honorati M, Fawzi W, Piwoz E, Bahl R, Yoshida S, Martines
JC. Timing of initiation, patterns of breastfeeding, and infant survival: Prospective
analysis of pooled data from three randomised trials. The Lancet Global Health.
2016;4(4):e266-e275. doi:10.1016/S2214-109X(16)00040-1.
3. Kemenkes RI. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2018.
Jakarta; 2018.
4. Arifeen S, Black RE, Antelman G, Baqui A, Caulfield L, Becker
S.
Exclusive breastfeeding reduces acute respiratory infection and diarrhea deaths
among infants in Dhaka slums. Pediatrics. 2001;108(4):e67-e67.
doi:10.1542/peds.108.4.e67.
5. Al-Rahmad AH, Fadillah I. Psychomotor of infant growth age 6-9 months based on
exclusive breastfeeding. Aceh Nutrition Journal. 2016;1(2):99-104.
doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v1i2.1 8.
6. Lamberti LM, Fischer Walker CL, Noiman A, Victora C, Black RE. Breastfeeding
and the risk for diarrhea morbidity and mortality. BMC Public Health.
2011;11(3):1-12. doi:https://doi.org/10.1186/1471-2458-11- S3-S15.

7. Wang Y, Briere CE, Xu W, Cong X. Factors affecting breastfeeding outcomes at six


months in preterm infants. Journal of Human Lactation. 2019;35(1):80-89.
doi:10.1177/0890334418771307.
8. Fikawati S, Syafiq A. Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu eksklusif dan
inisiasi menyusui dini di Indonesia. Makara Kesehatan. 2010;14(1):17-24.
doi:https://doi/org/10.7454/msk.v14i1.642.
9. Deslima N, Misnaniarti M, Zulkarnain H. Analisis hubungan inisiasi menyusu dini
(IMD) terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Makrayu Kota
Palembang. JUMANTIK (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan). 2019;4(1):1-14.
doi:10.30829/jumantik.v4i1.2947.

16

Anda mungkin juga menyukai