Disusun Oleh :
Kelompok 02 (Kelas A)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang
berjudul “Perawatan Payudara Ibu Post Partum” ini dapat terselesaikan
pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan
kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang besifat
konstruktif dan membangun demi kesempurnaan penyusunan ke
depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
izinkan kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat berguna bagi penulis, pembaca, serta pihak-pihak yang
telah membantu.
Kelompok 02
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Calon orang tua terutama calon ibu perlu memiliki pengetahuan dan
kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui anak. Dukungan dari
perawat atau petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat sangat dibutuhkan
terutama pada ibu yang pertama kali hamil. Perawatan payudara selama
kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai
persiapan dalam pemberian air susu ibu (ASI). Banyak ibu yang mengeluh
bayinya tidak mau menyusu, biasanya ini disebabkan oleh faktor teknis
seperti puting susu yang masuk atau posisi menyusui yang salah. Dalam
meningkatkan pemberian ASI pada bayi, ibu-ibu membutuhkan bantuan dan
informasi serta dukungan agar merawat payudara pada saat hamil untuk
mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehingga menambah keyakinan
bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan mengetahui manfaat
perawatan payudara pada saat hamil maupun pada saat nifas (Nurhati, 2009).
Salah satu masalah yang sering terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu
tentang perawatan payudara pada masa kehamilan dan masa nifas adalah
bendungan ASI dimana payudara terasa berat, panas dan keras, yang terjadi
1
karena terlambat menyusukan atau perlekatan pada waktu menyusui yang
kurang baik, jika bendungan ASI tidak ditangani dengan tepat dapat terjadi
mastitis, sehingga dapat menyebabkan kesakitan (morbiditas) pada ibu nifas
(Sulistyawati, 2009)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahas latin yaitu "puer" yang berarti bayi dan "parous" yang berarti
melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti kedaan sebelum hamil. Post partum
merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali
dalam keadaan membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Masa nifas pada ibu
dapat diuraikan menjadi tiga tahapan. Berikut merupakan tahapan masa nifas
menurut (Nugroho, 2014):
2.2 Tujuan
3
2. Melancarkan kelenjar-kelenjar air susu, sehingga produksi ASI lancar.
3. Untuk menjaga kebersihan payudara terutama putting susu sehingga
terhindar dari infeksi.
4. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet,
5. Untuk menonjolkan puting susu,
6. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus,
7. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan,
8. Untuk mengetahui adanya kelainan
4
ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi
lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat menghisap ASI
sisanya dikeluarkan dengan tangan letakkan kain dingin pada payudara
setelah menyusui.
6. Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui, menyusui tetap
dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
7. Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
8. Lakukan perawatan payudara secara teratur
9. Pelihara kebersihan sehari-hari
10. Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi
produksi ASI
11. Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
12. Ibu harus merasa nyaman dan santai
13. Hindari rasa cemas dan stres karena akan menghambat oksitosin
14. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin,
yaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan dua kali sehari
1. Mencuci tangan
4. Mengompres putting susu dengan kapas atau washlap yang dibasahi air
hangat selama 2-3 menit
5
7. Membasahi kedua telapak tangan dengan baby oil
8. Mengeluarkan putting susu dengan cara memutar payudara dari daerah
areola ke puting susu searah jarum jam dan menariknya keluar
(diajarkan dan dianjurkan untuk dilakukan pada pagi hari) sebanyak 20
– 30 kali gerakan memutar.
9. Melakukan pengurutan Gerakkan I: telapak tangan berada di tengah-
tengah diantara kedua payudara, kemudian melakukkan gerakkan
melingkar dari atas, samping, bawah, sambil dihentikan kemudian
kembali ketengah dan dilakukkan berulang-ulang sampai 20-30 kali.
6
12. Melakukan Gerakan IV: memegang kedua payudara kemudian
menggoyang goyangkan secara bersama- sama sebanyak 5 kali. (Jika
diperlukan)
2.5 Penatalaksanaan
7
gerakan memutar puting ke satu arah. Ulangi sampai beberapa kali dan
dilakukan secara rutin.
2. Jika ASI Belum Keluar
Walaupun asi belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera
menyusui sejak bayi barulahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini,
Dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayipada saat menyusu ke
ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang
akan membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan bayi terus menghisap
maka akan keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni menunggu ASI
keluar baru menyusui.
3. Penanganan puting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa
mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lecet dan memerah ASI
secara manual dan ditampung pada botol steril lalu di suapkan
menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang
lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.
4. Penanganan Pada Payudara Yang Terasa Keras Sekali Dan Nyeri, ASI
Menetes Pelan Dan Badan Terasa Demam.
Pada hari ke empat masa nifas kadang payudara terasa penuh dan keras,
juga sedikit nyeri. Justru ini pertanda baik. Berarti kelenjar air susu ibu
mulai berproduksi. Tak jarang diikuti pembesaran kelenjar di ketiak,
jangan cemas ini bukan penyakit dan masih dalam batas wajar. Dengan
adanya reaksi alamiah tubuh seorang ibu dalam masa menyusui untuk
meningkatkan produksi ASI, maka tubuh memerlukan cairan lebih
banyak. Inilah pentingnya minum air putih 8 sampai dengan 10 gelas
sehari.
8
bisa membuat puting susu kering dan iritasi.
b. Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat
abortus, perawatnnya dapat dimulai pada usia kehamilan 6 bulan atas.
c. Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat abortus,
perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 8 bulan.
d. Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya
harus dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila
ada riwayat abortus dilakukan setelah usia kehamilan setelah 6 bulan.
Cara perawatan puting susu datar atau masuk Ke dalam Antara Lain:
a) Puting susu diberi minyak atau baby oil.
b) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting.
Pegangkan daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari
kearah atas dan kebawah ± 20 kali (gerakannya kearah luar)
c) Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan kanan puting susu
d) Pegang daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah
kiri dan kekanan ± 20 kali( Saiffudin, 2010).
2. Penyumbatan Kelenjar Payudara
Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-
hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan
jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit
jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa mengeringkannya
dengan efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu ibu dari
payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar
menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus
yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari atau mandi dengan air hangat beberapa kali,
lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah
puting susu (Prawirohardjo, 2010).
9
3. Pengerasan Payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa membantu
mengurangi pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui dengan baik
dan sudah mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan
sesuatu untuk mengurangi tekanan pada payudara. Sebagai contoh,
merendam kain dalam air hangat dan kemudian di tempelkan pada
payudara atau mandi dengan air hangat sebelum menyuusi bayi.
Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil ASI sebelum
menyusui, baik secara manual atau dengan menggunakan pompa
payudara. Untuk pengerasan yang parah, gunakan kompres dingin atau
es kemasan ketika tidak sedang menyusui untuk mengurangi rasa tidak
nyaman dan mengurangi pembengkakan (Manuaba, 2010).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Khasanah, Nurun Ayati, and Wiwit Sulistyawati. 2017. "Asuhan Nifas dan
Menyusui." Mojokerto. CV Kekata Group.
12