Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA


DAN MENGAJARKAN CARA MENYUSUI
DENGAN BENAR

Disusun oleh : Kelompok IV

1. Jumratin Nim: 062401S22025


2. Nurlita julianti Nim:062401S22042
3. Reni anggriani Nim: 062401S22046

PROGRAM STUDY DIPLOMA III


KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN BUNDA BIMA TAHUN
AKADEMIK2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan
kami rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menjalankan aktivitas sebagaimana
biasanya. Taklupa salawat serta salam kita junjungkan kepada baginda nabi tercinta yakni, nabi
Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang telah memperjuangkan
agama yang di ridahi Allah SWT., yakni agama Islam.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan kami tugas kelompok
yang berjudul “Cara Menyusui yang Benar”. Dengan tugas ini kami bisa memperoleh tambahan
ilmu. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah transplantasi yang
sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam membantu kita untuk
selalu memantau keadaan anak balita dan pemberi imunisasi campak untuk menghindari
terjadinya penyakit campak di dalam masyarakat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi
tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini.
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami akan berharap mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kamimengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya yang dapat kami sampaikan.
Maklah ini di susun sesuai dengan kemampuan tim, insya Allah makah ini dapat di terima
dengan baik, dan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu

Bima, 04 Oktober 2023

Kelompok 9 dan 10

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ..........................................................................................................................................3
2. Rumusan masalah ...................................................................................................................................3
3. Tujuan .......................................................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. melakukan perawatan payudara ibu menyusui............................................................................
B. mengajarkan cara menyusui yang benar ........................................................................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................................................................................. 19
2. Saran .......................................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa nifas, ibu akan melewati fase menyusui yaitu salah satu cara yang dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat.
Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu
mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena
pengeluaran ASI yang tidak lancar atau pengisapan yang kurang baik oleh bayi (Yanti,
2017). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di Amerika Serikat
persentase perempuan menyusui yang mengalami pembengkakan payudara (bendungan
ASI) rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2015 ibu yang
mengalami pembengkakan payudara (bendungan ASI) sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764
ibu nifas dan pada tahun 2016 terdapat ibu yang mengalami pembengkakan payudara
(bendungan ASI) sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO,
2017)
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan
anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal
anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga
terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada
puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika
menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi
susu yang cukup.Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan
menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu
formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik
pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan
tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi
lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak.
Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan
lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam
menyusui. Masalah-masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui
dan bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah melakukan perawatan payudara ibu menyusui?
2. Bagaimana mengajarkan cara menyusui yang benar ?

3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui melakukan perawatan payudara ibu menyusui
2. Untuk mengetahui Untuk mengetahui.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Melakukan perawatan payudara ibu menyusui


1. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI (Kumalasari, 2015).
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah sumbatan saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI (Roito H and Mardiah, 2008).

2. Tujuan perawatan payudara pada ibu Menyusui


Menurut (Maryunani, 2015), tujuan perawatan payudara diantaranya:
1) Memperbaiki sirkulasi darah.
2) Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari
infeksi.
3) Menguatkan alat payudara, memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi menyusui
dengan baik.
4) Dapat merangsang kelenjar air susu, sehingga produksi ASI menjadi lancar.
5) Untuk mengetahui secara dini kelainan pada puting susu ibu dan melakukan usaha
untuk mengatasinya.
6) Mempersiapkan psikologis ibu untuk menyusui.
7) Mencegah pembendungan ASI.
3. Manfaat perawatan payudara bagi ibu menyusui
Menurut (Kumalasari, 2015) manfaat perawatan payudara diantaranya:
1) Memelihara kebersihan payudara ibu sehingga bayi mudah menyusui.
2) Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga bayi mudah menyusu
3) Mengurangi resiko luka saat bayi menyusu.
4) Dapat merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancar.
5) Persiapan pisikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara.
6) Mencegah penyumbatan pada payudara.
c. Akibat yang timbul jika tidak melakukan perawatan payudara
Menurut (Kumalasari, 2015) akibat yang timbul jika tidak melakukan perawatan

5
payudara diantaranya:
1) Anak susah menyusu karena payudara yang kotor.
2) Puting susu tenggelam sehingga bayi susah menyusu.
3) ASI akan lama keluar sehingga berdampak bayi.
4) Produksi ASI terbatas karena kurang dirangsang melalui pemijatan dan
pengurutan.
5) Terjadinya pembengkakan, peradangan pada payudara dan kulit payudara
terutama pada bagian puting mudah lecet.
d. Langkah-langkah perawatan payudara

Menurut (Kumalasari, 2015) langkah Melakukan perawatan payudara diantaranya:


1) Persiapkan ibu
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
b) Buka pakian
2) Persiapkan alat
a) Handuk
b) Kapas yang dibentuk bulat
c) Minyak kelapa atau baby oil
d) Waslap atau handuk kecil untuk kompres
e) Baskom dua yang masing-masing berisi air hangat dan air dingin
3) Pelaksanaan
a) Buka pakian ibu, lalu letakkan handuk di atas panggkuan ibu tutuplah payudara
dengan handuk
b) Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak ibu
c) Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit
agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada puting
susu
d) Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu ibu datar
e) Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari
4) Teknik Pengurutan Payudara
a) Pengurutan I
13
(1) Licinkan kedua tangan dengan baby oil
(2) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan
6
dua atau tiga jari tangan, mulai dari pangkal payudara dengan gerakan memutar
berakhir pada daerah puting ( dilakukan 20-30 kali)
b) Pengurutan II
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara.
c) Pengurutan III
Meletakkkan kedua tangan di antara payudara, mengurut dari tengah ke atas
sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya berlahan.
d) Pengurutan IV
(1) Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah putting.
(2) Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara bergantian kira-kira
lima menit.
(3) Keringkan dengan handuk dan pakailah BH khusus yang dapat menopang dan
menyanggga payud

B. Cara Menyusui yang Benar


Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005)
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

7
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher
dan lengan bayi.
6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005)
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah
(bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah
(bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke
bawah
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang
bayi bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan
hidung bayi.
6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga
puting susu berada diantarapertemuan langit- langit yang keras (palatum durum)
dan langit- langit lunak (palatum molle).

8
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang
payudara.
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak
perlu dipegang atau disangga lagi.

10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi
12) Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan
diusap punggung belakang sampai bersendawa.
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan
keluar dengan sendirinya.
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1) Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2) Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung
kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola
sekitarnya
4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak pada lengan
5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi
dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
8) Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui

9
9) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui
11) Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah.
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.
12) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan, atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk
perlahan-lahan.
13) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on
demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004)
1) Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan
setiap saat bayi membutuhkan.
2) Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3) Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005)
1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara
bagian bawah).
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6) Sebagian besar areola tidak tampak
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
C. Masalah Menyusui Pada Ibu
C.1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering
terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement

10
(payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah
bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan
nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan
tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena
sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi
perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi
dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi
menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang
melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh
bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara
akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam
seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan
antara lain sebagai berikut :
a. menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.
b. Menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).
c. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
e. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah
payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis
di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudar
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara
bengkakadalah sebagai berikut :
a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih
atu dengan daun pepaya basah
b. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga
puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
c. Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d. Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
e. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara,
dankompres hangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting
susu.
f. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.

11
g. Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran asi.
h. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks
i. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbanyak minum.
j. Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek, usahakan tetap
memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.
C.2. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun
demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat
kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu
terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula
kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.

a. Puting Susu Datar


Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting,
puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika
menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit
ditangkap/diisap oleh mulut bayi.

b. Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)


Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke
dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang
menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu.
Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau
sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke
arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas
dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk

12
mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan
pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
C.3. Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab
sebagai berikut:
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam
mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu
saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi
puting susu
c. Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan
bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik
menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi
menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di
antara gusi atas dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-
obat yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu
bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut
bayi.
c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
C.4. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana
terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari
waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi

13
karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan
ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.
Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan
yang lunak pada perabaannya.

Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada


beberapa hal yang dianjurkan, antara lain.
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan
teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya
radang payudara (mastitis).
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi
radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada
payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum
menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres
dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
C.5. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik
(seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah
melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya
diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang
payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan
berbenjol-benjol (merongkol).

14
Keadaan ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau dikeluarkan
penghisapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudarah
dengan jari atau karena tekanan baju atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang
baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang
menggantung.
Ada 2 jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non infective
mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective mastitis. Lecet pada kulit yang
mengundang infeksi bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui
bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan
terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika,
antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan
istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu
dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan
secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan
demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah
payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan
terjadinya abses payudara.
C.6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini
disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan
ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak
sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak
berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli
supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan
tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui
sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali.

15
Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal
(sesuka bayi).
C.7. Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI
untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan
tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis/bayi menolak menyusu, tinja
bayi keras kering atau berwarna hijau, payudara tidak membesar selama kehamilan
atau asi tidak keluar pasca kelahiran, berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500
gram perbulan, berat badan bayi dalam waktu 2 minggu belum kembali, mengompol
rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat bau berwarna kuning.
pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi
terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara
menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan
untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan
terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini dapat dilihat
dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu.
Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal
ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan
sumber gizi yang lain.
4. Masalah Menyusui Pada Bayi
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan
kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan
lidah pendek(lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
3.1. Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah
hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling
sering karena kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut :
 Bayi merasa tidak aman
 Bayi merasa sakit
 Bayi basah (seperti mengompol)
 Bayi kurang gizi

16
Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain : ibu tidak boleh cemas
karen akanmengganggu proses laktasi, perbaiki posisimenyusui, periksa pakai
bayi( apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama).
3.2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting(Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu
pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu padabotol. Menyusu pada
ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan
menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu
kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayibingung puting antara lain:
a. Bayi menolak menyusu.
b. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
c. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
3.3. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu,
harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh
dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
Pada bayi prematur susui dengan sering walau pendek-pendek, rangsang
dengan sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat
menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut :
1. bayi umur kehamilan <30 minggu : BBL <1250 gr. Biasanya diberi cairan infus
selama 24-28 jam lalu diberikan asi menggunakan pipa nasogastrik.
2. Usia 30-32 minggu : BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi dari sendok 2 kali
sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namu lama kelamaan
makanan pipa makin berkurang dan asi ditingkatkan.
3. Usia 32-34 minggu : BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui langsung dari
payudara namun perlu kesabaran.
4. Usia kurang >34 minggu : BBL > 1800 gr mendapatkan semua kebutuhn dari
payudara.
3.4. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI.
Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh

17
kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
a. Segeralah menyusuibayi setelah lahir.
b. Menyusuibayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium,bilirubin
dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
3.5. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayidengan bibir
sumbingpallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit
keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan.
Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena
dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Memperbaiki
perkembangan bicara mengurangi resiko terjadinya otitis media.
Anjuran menyusuiuntuk bayi palatoskisis pada keadaan ini dengan cara:
a. Posisi bayiduduk
b. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
c. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
d. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan
langit-langit).
Sedangkan bayi yang mengalami labiopalatoskisis diberikan asi dengan sendok,
pipet, dan dot panjang.
3.6. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar adalah dengan
posisi memegang bola (football position). Susuilah bayi sesering mungkin Pada
saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian dan kemampuan
mengisap mungkin berbeda. Yakin kan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu
bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Apabila bayi ada yang dirawat di
rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu
dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau
orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
3.7. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan
mendapatkanmakanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan
maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit denganmuntah-
muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah

18
timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering
kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau
miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
3.8. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut”
puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik,
maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu
dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat
“menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua
bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
3.9. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu,
sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas,
maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun
juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
4. Ibu Menyusui dengan Penyakit
4.1. Ibu dengan Penyakit HIV
Padatahun 2001, PersatuanKesehatanDunia (the World Health Assembly)
mengeluarkanrekomendasibahwabayiharusdiberikan ASI secaraeksklusifselama 6
bulanpertamadalamkehidupannyauntukmendapatkantingkatpertumbuhan,
perkembangansertakesehatan yang optimal. Setelahitu,
bayijugaharusmendapatkanmakananpendamping yang bergizidanjugaamanselain
ASI yang diberikansampaiusia 24 bulan (WHO, 2007).
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi dikaitkan
dengan risiko penularan HIV yang justru tiga hingga empat kali lipat lebih rendah
dibandingkan bayi yang mendapat ASI namun juga mengasup susu lain atau makanan
lain.
Ibu dengan HIV positif dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui belum
mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi MTCT (Mother-to-Child
Transmission), tidak menyusui dan tidak AFASS sehingga bayi menjadi kurang gizi,
diare, atau pneumonia. Konseling pemberian makan bayi pada ibu HIV dapat
membantu ibu HIV menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya.

19
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
PemberianAsi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan
anak.Dalampelaksanaannya proses menyusuitidakselalulancarkarenaterdapatmasalah-
masalahdalampemberian ASI baikdariibumaupunbayi.
Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting
Susu, Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple), Saluran
Susu Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air Susu
Kurang.
Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting
(Nipple Confusion),Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi dengan
Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum),
Bayi yang Memerlukan Perawatan.

2. SARAN
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang
terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena dengan demikian kita
dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih
dini dan dapat dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.co.id/2014/12/kelompok-10-masalah-dalam-pemberian-asi.html

21

Anda mungkin juga menyukai