Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERAWATAN PAYUDARA

“Diajukan untuk memenuhi tugas askeb pasca persalinan dan menyusui”

DISUSUN OLEH:
Hidayatul Awaliyah : 01220002

DOSEN PEMBIMBING:
Binti Lu’lu Muthoharoh, S.Tr. Keb., M.Keb

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN BUNGA BANGSAKU
KEPAYANG, KEC. LEMPUING, KAB. OKI, PROVINSI SUMATERA SELATAN
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Semesta Alam yang telah
memberikan kami rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menjalankan
aktivitas sebagaimana biasanya. Tak lupa salawat serta salam kita junjungkan
kepada baginda nabi tercinta yakni, nabi Muhammad SAW., beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya yang telah memperjuangkan agama yang di ridahi Allah
SWT., yakni agama Islam.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan kami tugas
yang berjudul “Perawatan payudara”. Dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekanrekan
semuanya demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabbarokattu

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Melakukan Perawatan Payudara Ibu Menyusui................................. 3
B. Mengajarkan Cara Menyusui Yang Benar......................................... 6
C. Masalah - Masalah dalam Pemberian ASI......................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................... 22
A. Kesimpulan......................................................................................... 22
B. Saran................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa nifas, ibu akan melewati fase menyusui yaitu salah satu cara
yang dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang sehat. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat
berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu mengeluh seperti adanya
pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI
yang tidak lancar atau pengisapan yang kurang baik oleh bayi (Yanti, 2017).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di Amerika Serikat
persentase perempuan menyusui yang mengalami pembengkakan payudara
(bendungan ASI) rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas,
pada tahun 2015 ibu yang mengalami pembengkakan payudara (bendungan
ASI) sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2016
terdapat ibu yang mengalami pembengkakan payudara (bendungan ASI)
sebanyak 6543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2017).
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian
ibu dan anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan
anatomi orofaringeal anak. Seringkali ketidak cukupan jumlah susu sering
dinilai sebagai suatu masalah, sehingga terjadi pemberhentian pemberian
ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada puting susu, dimana
hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika menyusui.
Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi
susu yang cukup. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat
ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih
kepada susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta
kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan
rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih
tinggi.

1
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara
ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas
menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-
hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang
sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana
mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah melakukan perawatan payudara ibu menyusui?
2. Bagaimana mengajarkan cara menyusui yang benar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui melakukan perawatan payudara ibu menyusui
2. Untuk mengetahui cara menyusui yang benar.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Melakukan Perawatan Payudara Ibu Menyusui


1. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran
ASI (Kumalasari, 2015). Perawatan payudara tidak hanya dilakukan
sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah melahirkan. Perawatan
yang dilakukan terhadap payudara bertujuan melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah sumbatan saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI (Roito H and Mardiah, 2008).
2. Tujuan Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui
Menurut (Maryunani, 2015), tujuan perawatan payudara diantaranya:
a. Memperbaiki sirkulasi darah.
b. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar
terhindar dari infeksi.
c. Menguatkan alat payudara, memperbaiki bentuk puting susu
sehingga bayi menyusui dengan baik.
d. Dapat merangsang kelenjar air susu, sehingga produksi ASI menjadi
lancar.
e. Untuk mengetahui secara dini kelainan pada puting susu ibu dan
melakukan usaha untuk mengatasinya.
f. Mempersiapkan psikologis ibu untuk menyusui.
g. Mencegah pembendungan ASI.
3. Manfaat Perawatan Payudara bagi Ibu Menyusui
Menurut (Kumalasari, 2015) manfaat perawatan payudara
diantaranya:
a. Memelihara kebersihan payudara ibu sehingga bayi mudah
menyusui.
b. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga bayi mudah
menyusu.

3
c. Mengurangi resiko luka saat bayi menyusu.
d. Dapat merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi
lancar.
e. Persiapan pisikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara.
f. Mencegah penyumbatan pada payudara.
4. Akibat yang Timbul yika Tidak Melakukan Perawatan Payudara
Menurut (Kumalasari, 2015) akibat yang timbul jika tidak
melakukan perawatan payudara diantaranya:
a. Anak susah menyusu karena payudara yang kotor.
b. Puting susu tenggelam sehingga bayi susah menyusu.
c. ASI akan lama keluar sehingga berdampak bayi.
d. Produksi ASI terbatas karena kurang dirangsang melalui pemijatan
dan pengurutan.
e. Terjadinya pembengkakan, peradangan pada payudara dan kulit
payudara terutama pada bagian puting mudah lecet.
5. Langkah-langkah Perawatan Payudara
Menurut (Kumalasari, 2015) langkah Melakukan perawatan
payudara diantaranya:
a. Persiapkan ibu
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
2) Buka pakian.
b. Persiapkan alat
1) Handuk.
2) Kapas yang dibentuk bulat.
3) Minyak kelapa atau baby oil.
4) Waslap atau handuk kecil untuk kompres.
5) Baskom dua yang masing-masing berisi air hangat dan air
dingin.
c. Pelaksanaan
1) Buka pakian ibu, lalu letakkan handuk di atas pangkuan ibu
tutuplah payudara dengan handuk.
2) Buka handuk pada daerah payudara dan taruh di pundak ibu.

4
3) Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak
selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu
bersihkan kerak-kerak pada puting susu.
4) Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting
susu ibu datar.
5) Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari.
d. Teknik Pengurutan Payudara
1) Pengurutan 1
a) Licinkan kedua tangan dengan baby oil.
b) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan
gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan, mulai dari
pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada
daerah puting ( dilakukan 20-30 kali).
2) Pengurutan II
a) Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30
kali) pada kedua payudara.
3) Pengurutan III
a) Meletakkkan kedua tangan di antara payudara, mengurut
dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan
lepaskan keduanya berlahan.
4) Pengurutan IV
a) Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
pangkal ke arah puting.
b) Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara
bergantian kira-kira lima menit.
c) Keringkan dengan handuk dan pakailah BH khusus yang
dapat menopang dan menyanggga payudara

5
B. Cara Menyusui yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005)
1. Ibu duduk atau berbaring dengan santai

2. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

3. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.
4. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi.
6. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu.
b. Posisi Mulut Bayi dan Puting Susu Ibu (DepKes RI, 2005)
1. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang
dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari
telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang
payudara)

6
2. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

3. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan


lidah ke bawah
4. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan
bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
5. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan
dengan hidung bayi.
6. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut
bayi.
7. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantarapertemuan langit- langit yang
keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle).
8. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang
terletak dibawah kalang payudara.
9. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

7
10. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal
itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara
dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-
elus bayi
12. Cara Menyendawakan Bayi
a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan
perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa.
b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap.
Udara akan keluar dengan sendirinya.
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1. Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya.
2. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar
punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung.
3. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan
aerola sekitarnya.
4. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung
siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
5. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi
menghadap ke payudara.
6. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus.
7. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
8. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui.
9. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.
10. Ibu menatap bayi saat menyusui.

8
11. Pasca Menyusui
a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke
mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke
bawah.
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering
dengan sendirinya.
12. Menyendawakan bayi dengan:
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan, atau.
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya
di tepuk perlahan-lahan.
13. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan (on demand).
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004)
1. Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui
bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.
2. Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama
5-7 menit.
e. Tanda - Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005)
1. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu.
2. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
3. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara
(payudara bagian bawah).
4. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.
5. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.
6. Sebagian besar areola tidak tampak.
7. Bayi menghisap dalam dan perlahan.
8. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.
9. Terkadang terdengar suara bayi menelan.
10. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.

9
C. Masalah - Masalah dalam Pemberian ASI
1. Masalah Menyusui Pada Ibu
a. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan,
payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan
seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan
oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui
karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan
tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara
akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus
berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi
perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks
oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus
berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan
menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari
puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap
oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini,
kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa
nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara
yang dianjurkan antara lain sebagai berikut:
1) Menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan
memungkinkan.
2) Menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).
3) Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
5) Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari
puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan

10
peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan
pembuluh getah bening dalam payudara.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
payudara bengkakadalah sebagai berikut:
1) Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah
dengan lap bersih atu dengan daun pepaya basah
2) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih
lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh
bayi.
3) Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan
atau pompa dan berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
4) Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai
bendungan teratasi.
5) Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada
payudara, dankompres hangat untuk memudahkan bayi
mengisap (menangkap) puting susu.
6) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan
pengurang sakit.
7) Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak,
bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran asi.
8) Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks.
9) Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
dan memperbanyak minum.
10) Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti: pilek,
usahakan tetap memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung
dengan masker.
b. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara.
Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis
yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya
puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).

11
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting
yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.

1) Puting Susu Datar


Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di
belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila
tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi
lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar
akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
2) Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau
masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada
sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut
seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya
sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari
telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan
pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa
tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan
cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa
kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.

12
c. Puting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Puting Susu Lecet (Cracked
Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena
beberapa sebab sebagai berikut:
1) Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak
masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi
hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus
menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa
nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
2) Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang
dapat mengiritasi puting susu
3) Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan
hanya pada putingnya saja.
4) Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah
memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting
dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak
nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas
dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion,
cream, dan obat- obat yang dapat mengiritasi.
2) Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi,
tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari
kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
3) Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang
tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan
cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit
dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.

13
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri,
sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu
lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara
(mastitis).
d. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan
dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang
disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH
yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan
ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga
merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat
terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.

Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive


duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain.
1) Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah
melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam
payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara
(mastitis).
2) Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan
menekan payudara.
3) Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih
terasa penuh.

14
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat
berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi
rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres
hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan
tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres
dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak
pada payudara.
e. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan
reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi
pada 1-3 minggu setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran
susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara
antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta
nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).

Keadaan ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau


dikeluarkan penghisapan yang tidak efektif, dapat juga karena
kebiasaan menekan payudarah dengan jari atau karena tekanan baju
atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang baik pada payudara yang
besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada 2 jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non
infective mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri: infective mastitis.
Lecet pada kulit yang mengundang infeksi bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar
tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara

15
yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan
pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/
pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk
mengurangi reaksi sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu
dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu
menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut
bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu
memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara
sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi
kemungkinan terjadinya abses payudara.
f. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi
abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam
payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah
sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras
seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih
penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera
diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang
cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk
drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan
untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah
sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa
menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
g. Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai
cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk
menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis/bayi menolak
menyusu, tinja bayi keras kering atau berwarna hijau, payudara tidak
membesar selama kehamilan atau asi tidak keluar pasca kelahiran,
berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan, berat

16
badan bayi dalam waktu 2 minggu belum kembali, mengompol rata-
rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat bau berwarna
kuning. pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi
ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di
atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai
status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya
diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya
serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi
kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini dapat
dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali
penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat
badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh
jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan
sumber gizi yang lain.
2. Masalah Menyusui Pada Bayi
Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung
puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir
sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek(lingual
frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
a. Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara
ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber
penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut:
1) Bayi merasa tidak aman.
2) Bayi merasa sakit.
3) Bayi basah (seperti mengompol).
4) Bayi kurang gizi.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain : ibu tidak
boleh cemas karen akanmengganggu proses laktasi, perbaiki

17
posisimenyusui, periksa pakai bayi (apakah basah, jangan biarkan
bayi menangis terlalu lama).
b. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian
susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat
mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan
mekanisme menyusu padabotol. Menyusu pada ibu memerlukan
kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu
pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu
kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan
ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
1) Bayi menolak menyusu.
2) Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
3) Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
c. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun
bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk
menyusu. Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering
dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan
disusui. Pada bayi prematur susui dengan sering walau pendek-
pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu
yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa
nasogastrik, tangan dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut:
1) Bayi umur kehamilan <30 minggu: BBL <1250 gr. Biasanya
diberi cairan infus selama 24-28 jam lalu diberikan asi
menggunakan pipa nasogastrik.
2) Usia 30-32 minggu: BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi
dari sendok 2 kali sehari, namun masih menerima makanan

18
lewat pipa, namu lama kelamaan makanan pipa makin
berkurang dan asi ditingkatkan.
3) Usia 32-34 minggu: BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui
langsung dari payudara namun perlu kesabaran.
4) Usia kurang >34 minggu: BBL > 1800 gr mendapatkan semua
kebutuhn dari payudara.
d. Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang
mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang
disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi
maka:
1) Segeralah menyusuibayi setelah lahir.
2) Menyusuibayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karenaitu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan
mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga
mencegah bayi tidak kuning.
e. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada
bayidengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan
pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih
dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan,
ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih
kekuatan otot rahang dan lidah. Memperbaiki perkembangan bicara
mengurangi resiko terjadinya otitis media.
Anjuran menyusui untuk bayi palatoskisis pada keadaan ini
dengan cara:
1) Posisi bayiduduk
2) Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
3) Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.

19
4) Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis
(sumbing pada bibir dan langit-langit).
Sedangkan bayi yang mengalami labiopalatoskisis diberikan asi
dengan sendok, pipet, dan dot panjang.
f. Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar
adalah dengan posisi memegang bola (football position). Susuilah
bayi sesering mungkin Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi
menyusu secara bergantian dan kemampuan mengisap mungkin
berbeda. Yakin kan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi
semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Apabila bayi ada yang
dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang
ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah
bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi
Anda.
g. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan
mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah
memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi
pada bayi sakit dengan muntah - muntah ataupun diare. Posisi
menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain
dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian
sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap
atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena
regurgitasi.
h. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku
tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat
menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola
dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan

20
sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan
kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting
dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi
dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
i. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi
masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI.
Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan
menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu
diperhatikan, agar tidak mudah basi.
3. Ibu Menyusui dengan Penyakit HIV
Padatahun 2001, PersatuanKesehatanDunia (the World Health
Assembly) mengeluarkan rekomendasi bahwa bayi harus diberikan ASI
secara eksklusif selama 6 bulan pertama dalam kehidupannya untuk
mendapatkan tingkat pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan yang
optimal. Setelah itu, bayi juga harus mendapatkan makanan pendamping
yang bergizi dan juga aman selain ASI yang diberikans ampai usia 24
bulan (WHO, 2007). Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama
kehidupan bayi dikaitkan dengan risiko penularan HIV yang justru tiga
hingga empat kali lipat lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat
ASI namun juga mengasup susu lain atau makanan lain.
Ibu dengan HIV positif dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui
belum mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi MTCT (Mother-
to-Child Transmission), tidak menyusui dan tidak AFASS sehingga bayi
menjadi kurang gizi, diare, atau pneumonia. Konseling pemberian makan
bayi pada ibu HIV dapat membantu ibu HIV menentukan pilihan yang
terbaik untuk bayinya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian ASI merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu
maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan
dekat antara ibu dan anak. Dalam pelaksanaannya proses menyusui tidak
selalu lancar karena terdapat masalah – masalah dalam pemberian ASI baik
dari ibu maupun bayi.
Masalah menyusui pada ibu yaitu payudara bengkak (engorgement),
kelainan puting susu, putting susu nyeri (sore nipple) dan putting susu lecet
(cracked nipple), saluran susu tersumbat (obstructive duct), radang payudara
(mastitis), abses payudara, air susu kurang.
Masalah menyusui pada bayi yaitu bayi sering menangis, bayi bingung
puting (nipple confusion), bayi dengan bblr dan bayi prematur, bayi dengan
ikterus, bayi dengan bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan
lidah pendek (lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.

B. Saran
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-
masalah yang terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi.
Karena dengan demikian kita dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu
agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih dini dan dapat dilakukannya
sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.co.id/2014/12/kelompok-10-masalah-dalam-
pemberian -asi.html
Chandranita M, Fajar M, Manuaba. 2009. Memahami kesehatan Reproduksi
Wanita Ed ke-2. Jakarta(ID):EGC
Fitriani. 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Payudara
Selama Kehamilan dan pada Masa Nifas di RB Mantiro Baji Gowa [Karya
Tulis Ilmiah]. Makasar (ID):Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Gertian A. 2010. Leafleat Perawatan payudara. .[diunduh 2018 Juli 13]: Tersedia
pada: https://dcol2.files.wordpress.com/2010/12/leafleat-perawatan-
payudara3.pdf
Meihartati. 2016. Perawatan Payudara.[diunduh 2018 Juli 13]: Tersedia pada :http
: idr.uinantasari.ac.id/6818/5/bab%202.pdf
Mellyna H. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat cetakan X. Jakarta (ID):
Perpustakaan Nasional RI, Katalog dalam terbitan (KDT)

23

Anda mungkin juga menyukai