Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

“ PAYUDARA YANG BERUBAH MENJADI MERAH”

DISUSUN OLEH :
Kelas 2.B
Kelompok 6
1. AULIA PUTRI (PO 7224218 1827)
2. SITI MIRNA APRILIANI (PO 7224218 1854)
3. SITI NUR ANISA (PO 7224218 1855)
4. YOLA ASTARI (PO 7224218 1865)
5. WAN LIZA LIPIA (PO 7224218 1863)

DOSEN PENGAMPU:
MARDIAH, SKM, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah asuhan kebidanan nifas tentang payudara yang berubah
menjadi merah.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah asuhan
kebidanan nifas yang berjudul payudara yang berubah menjadi merah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.

Tanjungpinang, 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembalialat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu.Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas
yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada
waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
ibu terjad isetelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebi hmenonjol sebagai
penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Dalam masa nifas, terdapat beberapa tanda-tanda komplikasi seperti
demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih, payudara yang berubah menjadi
merah, panas dan atona serba sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu
lama, rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki, dan merasa
sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya dan diri sendiri. Dalam makalah
ini, akan kami bahas mengenai penyebab dan cara mengatasinya payudara
yang berubah menjadi merah

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana cara mengatasi masalah payudara berubah menjadi merah.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyebab tentang masalah payudara berubah menjadi merah.
2. Mengetahui tanda gejala tentang masalah payudara yang berubah menjadi
merah.
3. Mengetahui penatalaksanaan dan peran bidan
BAB PEMBAHASAN
2.1. Masalah menyusui pada ibu
1. Puting susu nyeri (sore nipple)
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan
sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.
a. Cara menangani :
a) Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.
b) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit guna
membantu mengurangi sakit pada puting susu yang sakit.
c) Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di puting
susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu
sampai puting susu kering.

b. Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri puting


susu ketika menyusui :
a) Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui.
Hal ini akan membantu meningkatkan aliran air susu ibu.
Meletakkan kain basah yang hangat pada payudara atau
mengambil shower hangat untuk mengguyur payudara setelah
menyusui .

b) Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai


menetek, memastikan bayi tidak lagi menetek sebelum
melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan bayi dari anak
susuan, melalui sudut mulut bayi memasukkan jari ke dalam
mulutnya. Ini akan melepaskan isapan bayi dari payudara dan
dapat dengan mudah mengangkat atau menarik bayi dari puting
susu.

c) Mencari posisi yang nyaman saat menyusui, Karena tidak


nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan mengurangi
atau menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui yang
nyaman dan benar. Menggunakan salah satu jari dari posisi
tersebut setiap kali menyusui bayi. Jika bayi tidak dalam posisi
yang tepat ia mungkin memiliki masalah dalam penghisapan.
Bayi mungkin tidak mendapatkan cukup susu dan menyedit
dengan keras. Hal ini dapat menyebabkan sakit atau mengubah
bentuk puting untuk beberapa menit .

d) Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi


menyusu terlalu keras maka puting menjadi sakit, anda perlu
membuat santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu
memijat rahang bawah telinga bayi. Stroke adalah gerakan
untuk beristirahat dan melebarkan mulut bayi. Ibu dapat
menarik perlahan-lahan bayi ke bawah menggunakan jari. Hal
ini memungkinkan istirahatnya lidah, gusi dan puting susu.
Tarik kepala bayi sehingga rahangnya ada di belakang puting
susu, dengan cara ini susu dapat terjepit dan tidak akan cukup
susu mengalir keluar .

e) Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar,


membaca petunjuk yang ada pada saat menggunakan perangkat
dan menjaga selalu tetap bersih. Jika ada alat yang
menyebabkan cedera pada payudara, maka penggunaannya
harus dihentikan. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk
mempelajari bagaimana cara penggunaan alat. Cedera ini
meningkatkan risiko untuk kerusakan dan infeksi puting.

2. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferiatau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar,
1996).Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan
aliran darahvena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul
dalam payudara.Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan,
sementara kebutuhan bayi padahari pertama lahir masih sedikit.
1. Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan asi antara lain :
a. Faktor hormone
b. Hisapan bayi
c. Pengosongan payudara
d. Cara menyusui
e. Faktor gizi
f. Kelainan pada putting

2. Patofisiologi
a. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain
payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat
mengkilat meski tidak kemerahan
b. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara
yang terbendungmembesar, membengkak dan sangat nyeri,
puting susu teregang menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisapASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi
biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).

3. Penatalaksanaan dan peran bidan


a. Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30
menit) setelah dilahirkan.
2) Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand.
3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi
melebihi kebutuhan bayi.
4) Perawatan payudara pasca persalinan

b. Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :


1) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
2) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan
kompres dingin.
5) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah
bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai
dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004).

3. Mastitis
1. Pengertian mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Mastitis terjadi akibat infasi
jaringan payudara misalnya glandular, jaringan ikat, aerola, lemak oleh
mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara.Mastitis
hampir selalu terbatas pada satu payudara.Organisme yang umum
termasuk S.aureus, streptococci, dan H.parainfluenzae. Bakteri dapat
berasal dari beberapa sumber sebagai berikut
a. Tangan ibu
b. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
c. Bayi
d. Duktus laktiferus
e. Stres dan keletihan
f. Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi:
g. Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5-400C
h. Peningkatan kecepatan nadi
i. Menggigil
j. Sakit kepala
k. Nyeri hebat, bengkak, area payudara keras dan inflamasi.

2. Penanganan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan dilakukan
dengan cucitangan menggunakan sabun anti bakteri dengan cermat,
posisi yang tepat saat menyusui bayi, membersihkan payudara dengan
benar dan menghindari kontak langsung dengan orang yang menderita
infeksi atau lesi stafilococus.
Puttingsusu yang pecah atau pisura dapat menjadi jalan masuk
terjadinya infeksi S.aureus. Pengolesan beberapa tetes susu dapat
meningkatkan penyembuhan fisura tersebut. Jika di duga mastitis
interfensi dini dapat mencegah perburukan. Interfensi meliputi
beberapa tindakan hygiene dan kenyamanan sebagai berikut:
a. Bra yang cukup menyanggah tetapi tidak ketat
b. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan
payudara
c. Kompres hanagat pada area mastitis
d. Masase
e. Tingkatkan asupan cairan
f. Istirahat
g. Membantu ibu untuk mengurangi stres dan keletihan

A. Abses Payudara
Abses payudara adalah kelanjutan atau komplikasi dari mastitis hal ini
di sebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
1. Gejala
a. Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c. Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
d. Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
e. Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
f. Adanya pus/nanah.
2. Penanganan dan Peran Bidan
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI
harus tetap dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan
antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
B. Saluran Susu Tersumbat
Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan
khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih
ada, bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena
aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan
karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain. Saluran
tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika meneruskan menyusui pada
payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal ini
dapat dilakukan dengan :
1. Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik
2. Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap
mengalir.
3. Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu
sakit, tekan saat bayi sedang menyusui.
4. Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi
”mengarah” pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat
ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi
dengan posisi football dapat sangat membantu.
5. Hangatkan area yang terinfeksi.
6. Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi
air panas, tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan
menempelkan yang terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama.
7. Coba untuk beristrirahat.
8. Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk
beristirahat. Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat
tidur dan susui dia di sana.
C. Putting Susu Lecet
Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada
putting.
1. Penyebab
a. Kesalahan dalam teknik menyusui
b. Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
c. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya
untuk mencuci putting susu.
d. Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual).
e. Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
dengan kurang berhati – hati.
2. Penatalaksanaan
a. Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang
lecetnya lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan local pada
puting maka posisi menyusu harus sering diubah, untuk puting yang
sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di
samping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang
diguanakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang
payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI
dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan
sendok, gelas, dan pipet.
b. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi
diangin-anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus
sebagai anti-infeksi.
c. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan payudara.
d. Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa
yang telah dimasak terlebih dahulu.
e. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara
tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak
menyusu terlalu rakus.
f. Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala
moniliasis dapat diberikan nistatin.
3. Pencegahan
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau
zat-zat iritan lainnya.
b. Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi
selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi
dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang
bersih ke mulut bayi.
c. Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke
kalang payudara dan menggunakan kedua payudara.
D. Payudara Bengkak
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering
terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada
pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga
tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI
dan penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan
segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus.
1. Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit
disusui oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih
datar dan sulit diisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih
mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena
itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau
pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih
mudah menyusui.
2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya
bengkak adalah sebagai berikut:
a. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
b. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan
mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres
panas untuk melancarkan pembuluh darah.
c. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena
untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
3. Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
pembengkakan pada payudara adalah sebagai berikut:
a. Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
b. Susukan bayi tanpa jadwal.
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI
melebihi kebutuhan bayi.
d. Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai