Anda di halaman 1dari 86

PERAN KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA DESA DALAM

MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN


DI DES MALAJU KECAMATAN KILO KABUPATEN DOMPU

SKRIPSI

Diajukan guna untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program studi ilmu administrasi negara dan mencapai gelar sarjana
sosial

Oleh:

FAUJIAH
NIM. 1801071

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS MBOJO BIMA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul skripsi : Peran Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Desa Dalam Mendorong Partisipatif masyarakat

Dalam Pembangunan Di Desa Malaju Kecamatan

Kilo Kabupaten Dompu.

Nama Mahasiswa : Faujiah

Nomor Induk Mahasiswa : 1801071

Menyetujui ;

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. AHMAD USMAN, M.Si ARIF BUDIMAN, S.Pd, M.Pd


NIDN. 0805116203 NIDN. 0811018701

Mengetahui :
Rektor Universitas Mbojo Bima

Dr. Rifai, S.Sos., M.Si


NIP. 196901011992031032

Tanggal Pengesahan : ___________________________________

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari ini, Rabu 09 Agustus Tahun 2023

Nama : Faujiah

NIM : 1801071

Telah Diterima Oleh Panitia Ujian Skripsi

Universitas Mbojo Bima

Sebagai Saran Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Dalam Bidang

Ilmu Administrasi Negara.

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. Mukhlis Ishaka, M.AP

Sekretaris : Drs. Ahmad Usman, M.Si

Anggota : 1 : Drs. Mukhlis Ishaka, M.AP

2 : Drs. Ahmad Usman, M.Si

3 : Hendra, S.Sos, M.A

4 : Haerun Yasin, SH, M.Ec. Dev

iii
MOTTO

Apabila Sesuatu Yang Kau Senangi Tidak Terjadi,

Maka Senangilah Apa Yang Terjadi.

(FAUJIAH)

iv
PERSEMBAHAN

1. Skripsi ini sebagai tanda bakti buat, kedua orang tua tuaku Ayahanda dan

Ibunda tercinta yang selalu menjadi kebanggaan dan kebahagiaanku

selamanya, yang setia menuntun setiap langkah kakiku dengan aliran do’a

kasih sayang, ketulusan dan kepercayaan dalam meraih cita-cita. Adalah

sepantasnya Ananda mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk

keiklasan mendidik Ananda.

2. Penghormatan dan penghargaan buat saudara-saudaraku tersayang dan

tercinta atas dukungannya.

3. Kepada teman-teman seangkatanku yang selalu memberi motivasi bagi saya,

baik dalam suka terutama dalam duka.

v
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Faujiah

Program studi : Ilmu Administrasi Negara

Nomor induk mahasiswa : 1801071

Alamat : Desa Malaju Kecamatan Kilo Kabupaten

Dompu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil

penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah laporan

maupun kegiatan programing yang tercantum sebagai bagian dari Skipsi ini. Jika

terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa prncabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku

di Universitas Mbojo Bima.

Bima , 10 Agustus 2023

Faujiah
NIM. 1801071

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian yang

berjudul : “Peran Kepemimpinan partisipatif Kepala Desa Dalam

Mendorong Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Malaju

Kecamatan Kilo kabupaten Dompu” ini dapat di selesaikan walau diinsyafi

bahwa disana sini terdapat ketidak sempurnaan. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada sang pelita kehidupan, penyibak kabut kegulitaan

hati, penerang jalan menuju Ilahi, Nabi Muhammad SAW juga kepada

keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.

Dalam penelitian ini tidak sedikit rintangan yang peneliti hadapi,

terutama karena keterbatasan pengetahuan yang peneliti miliki, terutama

dalam keterbatasan kemampuan Ilmiah. Namun, semuanya itu dapat peneliti

atasi, berkat usaha, harapan, bantuan, bimbingan, kritik dan saran dari

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesemlatan ini peneliti menyampaikan

khaturan terima kasih yang tiada terhingga kepada :

1. Bapak Drs. H. Mukhtar Yasin, M.Ap Selaku Dekan Universitas Mbojo

Bima (UMBO), dengan segala komitmennya membangun pendidikan di

dana Mbojo, khususnya mempersiapkan sarana dan prasarana kampus

STISIP yang sangat representatif.

vii
2. Bapak Dr. Rifai, S.Sos., M.Si Selaku Rektor Universitas Mbojo Bima

(UMBO).

3. Bapak Drs. Ahmad Usman, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Arif Budiman S.Pd, M.Pd selaku Dosen pembimbing II yang tidak kenal

lelah dalam meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis.

4. Bapak Sulhan Usman sebagai kepala desa Malaju Kecamatan Kilo yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian

kepada instansi yang dimaksud,dan memberikan data dan informasi yang

dibutuhkan penulis dalam penulisan Skripsi ini, sekaligus sebagai

informan dalam penelitian ini.

5. Segenap staf/pegawai, pengurus lembaga-lembaga desa, segenap warga

masyarakat Desa Malaju Kecamatan Kilo, dan pihak-pihak lain yang telah

bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

6. Bapak/ibu Dosen dan seluruh staf Universitas Mbojo Bima (UMBO) yang

telah memberikan dan menuangkan ilmu pengetahuan, dan memberikan

pelayanan selama peneliti mengikuti perkuliahan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua, saudara-saudaraku tercinta dan

tersayang, yang untaian cinta dan kasih sayangnya tiada dan tak akan

pernah berakhir, yang selalu memberikan dorongan moril yang tiada henti.

8. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis tuliskan namanya satu

persatu pada kata pengantar ini. Semoga budi baik semua pihak yang turut

terlibat dalam penyelesaian Skripsi ini penulis serahkan sepenuhnya

viii
kepada Allah SWT yang mempunyai hak prerogatif membalasnya sebagai

ibadah.

Akhirnya, semoga Allah SWT berkenan membalas amal kebaikan kita

semua Aamiin.

Bima , 10 Agustus 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HYALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.................................................. iii

HALAMAN MOTO................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... vi

KATA PENGANTAR................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................... x

ABSTRAKSI............................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 5

D. Fokus Penelitian......................................................................... 5

E. Sistematika Pembahasan ........................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Beberapa Pengertian................................................................... 7

1. Pengertian Peran................................................................... 7

2. Pengertian Kepemimpinan................................................... 10

3. Kemepimpinan partisipatif………………………………... 13

4. Pengertian Desa.................................................................... 17

x
5. Pengertian Kepala Desa........................................................ 18

6. Pengertian Partisipasi Masyrakat Dalam Pembangunan...... 23

B. Penelitian Yang Relevan............................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian........................................................................... 33

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian..................................................... 34

C. Informan Penelitian.................................................................... 34

D. Instrumen Penelitian................................................................... 37

E. Jenis Dan Sumber Data.............................................................. 38

F. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 38

G. Analisis Data.............................................................................. 40

H. Teknik Keabsahan Data.............................................................. 41

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan hasil penelitian ........................ 44

B. Pembahasan.................................................................................. 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 68

B. Saran .................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
ABSTRAKSI

Dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa


diperlukan peranan kepemimpinan yang sangat penting dari kepala desa.
Kepemimpinan kepala desa sangat berpengaruh di dalam mewujudkan adanya
partisipasi masyarakat di dalam pembangunan desa. Partisipasi masyarakat memiliki
banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam
program pemerintah maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan
dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Di
Desa Malaju Kecamatan Kilo yang secara umum dapat dilihat dari keanekaragaman
sosial maupun ekonomi. Dilihat dari kepemimpinan kepala desa malaju, beberapa
dari program pembangunan desa ini telah terlaksana. Namun masalah yang belum
dapat dituntaskan adalah mengenai pembangunan saluran air atau parit-parit jalan di
setiap rumah penduduk yang belum menyeluruh. Selain itu ada beberapa jalan yang
masih rusak dan perlu perbaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peranan
Kepemimpinan Kepala Desa dalam Menigkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
pembangunan desa Malaju Kecamatan Kilo. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah melalui wawancara, kuesioner, observasi, studi dokumentasi dan
studi kepustakaan. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data
deskriptif yaitu teknik analisis yang akan dilakukan dengan reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penyajian data dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan
kepala desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di
desa Malaju Kecamatan Kilo sudah berjalan dengan baik, namun peranan kepala desa
dalam menggerakan usaha-usaha partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan desa perlu ditingkatkan dan mensosialisasikan kegiatan-kegiatan
pembangunan perdesaan agar masyarakat dapat dan mau berpartisipasi dalam
pelaksanaannya.

Kata kunci : Peran Kepemimpinan Kepala Desa, Mendorong Partisipasi


Masyarakat, Pembangunan Desa

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan di era globalisasi saat ini menuntut pembangunan di segala

bidang, baik dari segi ekonomi, sosial, pendidikan, budaya dan aspek

kehidupan yang lain harus terus dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat

menghadapi persaingan tersebut. Dengan adanya pembangunan di segala

bidang tersebut maka akan terjadi perbaikan dan perubahan dari titik tertentu

menjadi lebih baik. Oleh karena itu pembangunan harus dilakukan dengan

adanya kerjasama yang baik dari semua lapisan, antara masyarakat dengan

penyelenggaraan pemerintahan yang dalam hal ini adalah pemerintah yang

sudah memperoleh legitimasi dari rakyat.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

otonomi merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Daerah otonom

selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

1
Berdasarkan konsep otonomi daerah maka akan lebih terbuka

kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan karena masyarakat bisa

langsung menyuarakan pada pemerintah daerah tanpa perlu datang ke

pemerintahan pusat.

Pemerintah daerah yang dimaksud dalam UU No.32 Tahun 2004

adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah terdiri dari

kepala daerah dan perangkat administrasi negara dalam lingkungan

pemerintahan daerah yang lainnya. Pemerintah harus melakukan kegiatan-

kegiatan pembangunan baik secara bertahap maupun berencana. Strategi

pembangunan indonesia adalah peningkatan pemerataan pembangunan

beserta hasil-hasilnya melalui arah kebijakan pembangunan sektoral dan

pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan . pembangunan desa bersifat

multisektoral dalam arti pertama sebagai metode pembangunan masyarakat

sebagai subyek pembangunan; kedua sebagai program dan ketiga sebagai

gerakan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dilandasi oleh

kesadaran untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik, Setyono

(2002:34).

2
Ruang lingkup terkecil pembangunan dimulai dari tingkat desa.

Pembangunan desa sebagai integral dari pembangunan nasional merupakan

pembangunan yang paling menyentuh terhadap kehidupan masyarakat.

pedesaan. Pelaksanaan pembangunan desa diharapkan akan

menciptakan landasan yang kokoh bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

berkembang diatas kemampuan sendiri. Keberhasilan pembangunan desa

memungkinkan adanya pemerataan pembangunan nasional yang kemudian

hasil-hasil dari pembangunan tersebut akan dipergunakan sepenuhnya bagi

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Didalam garis-garis besar haluan

Negara Tahun 1999 dijelaskan bahwa: “pembangunan desa dan masyarakat

pedesaan terus didorong melalui peningkatan pembangunan sektoral.

Kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan

pertumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya

masyarakat sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa swadaya

dan swakarsa menjadi desa swasembada.”

Didalam kegiatan pembangunan desa tidak akan dapat terlaksana

apabila dilakukan hanya oleh pemerintah semata, harus ada partisipasi dari

masyarakat yang menyadari bahwa pembangunan yang dilakukan merupakan

bentuk dari usaha bersama guna meningkatkan kesejahteraan. Pembangunan

desa hendaknya didukung oleh semua lapisan masyarakat sebab pembangunan

tersebut tidak hanya membutuhkan dana, tenaga, dan teknologi akan tetapi

juga membutuhkan kesadaran, pengertian dan dukungan yang kuat dari

3
masyarakat itu sendiri. Dalam mewujudkan pembangunan desa yang baik

seperti yang diharapkan oleh pemerintah maupun masyarakat desa pada

tempat tertentu, maka diperlukan sosok pemimpin di suatu desa yang pada

umunya disebut sebagai kepala desa.

Kepala desa dalam keabsahannya mempunyai legalitas yang kuat

ditengah-tengah masyarakat secara langsung. Proses pemilihan dan pergantian

kepala desa sangatlah demokratis dan sangatlah terbuka sehingga wajar saja

jika dalam suatu desa yang terpilih menjadi kepala desa adalah tokoh

masyarakat setempat. Salah satu fungsi kepala desa adalah sebagai mediator

sekaligus administrator atas kepentingan pemerintah maupun masyarakat di

dalam pembangunan, sehingga apa yang menjadi program pemerintah dapat

didukung oleh masyarakat dan begitu pula sebaliknya apa yang menjadi

keinginan masyarakat dapat ditanggapi oleh pemerintah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul

“Peran Kepemimpinan partisipatif Kepala Desa Dalam Mendorong

Partisipasi Masyrakat Dalam Pembangunan Di Desa Malaju Kecamatan

Kilo Kabupaten Dompu.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis menentukan

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Partisipatif

Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mendorong Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan Di Desa Malaju Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu.”

4
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan penelitian

1) Untuk mengetahui bagaimana peran kepemimpinan kepala desa dalam

memimpin desanya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

2. Manfaat penelitian

1) Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna untuk :

Dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti, kaitannya tentang ilmu

Administrasi Negara, khususnya tentang peran kepemimpinan

partisipatif kepala desa dan partisipasi masyarakat.

D. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif perlu dibuat batasan masalah yang berisi fokus

atau pokok permasalahan yang diteliti. Hal ini bertujuan untuk memperjelas

dan mempertajam pembahasan. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui

dan mendeskripsikan peran kepemimpinan Kepala Desa dalam Mendorong

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Desa Malaju Kecamatan Kilo.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk menjelaskan gambaran yang dikemukakan dalam skripsi yang berjudul

“Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mendorong Partisipasi Masyarakat

Dalam Pembangunan Di Desa Malaju Kecamatan Kilo” ini menyajikan sebagai

berikut :

5
BAB PERTAMA : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, fokus Penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB KEDUA : Yakni bab yang mengupas tentang tinjauan teoritis atau

tinjauan pustaka tentang : pengertian peran

kepemimpinan Kepala Desa, pengertian partisipasi

masyarakat, dan pengertian pembangunan Desa.

BAB KETIGA : Merupakan bab yang membahas tentang metode

penelitian yang terdiri atas : jenis penelitian, tempat dan

waktu penelitian, informan penelitian, metode

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB KEEMPAT : Merupakan bab yang membahas tentang gambaran

umum lokasi penelitian yang terdiri atas, sejarah singkat

lokasi penelitian, organisasi dan tata kerja, keadaan

sumber daya manusia dan keadaan sarana dan prasarana

dan pembahasan hasil penelitian.

BAB KELIMA : Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan hasil

penelitian dan saran-saran.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Beberapa Pengertian

1. Pengertian Peran

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan, maka ia menjalankan

suatu peranan. Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai

macam karakteristik dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung

jawab yang telah diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga.

Sedangkan menurut Gibson Invancevich dan Donelly (2002) peran adalah

seseorang yang harus berhubungan dengan 2 sistem yang berbeda,

biasanya organisasi.

Kemudian menurut Riyadi (2002:138) peran dapat diartikan sebagai

orientasi dan konsep dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam

oposisi sosial. Dengan peran tersebut, sang pelaku baik itu individu

maupun organisasi akan berprilaku sesuai harapan orang atau

lingkungannya. Peran juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan

secara struktural (norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab dan

lainnya). Dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan

kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan mendukung fungsinya

7
dalam mengorganisasi. Peran merupakan seperangkat perilaku dengan

kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuanya menjalankan

berbagai peran.

Hakekat peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian

perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.

Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus

dijalankan. Peran yang dimainkan/diperankan pimpinan tingkat atas,

menengah maupun bawah akan mempunyai peran yang sama.

Sutarto (2009:138-139) mengemukakan bahwa peran itu terdiri dari

tiga komponen, yaitu:

a. Konsepsi peran, yaitu: kepercayaan seseorang tentang apa yang

dilakukan dengan suatu situasi tertentu.

b. Harapan peran, yaitu: harapan orang lain terhadap seseorang yang

menduduki posisi tertentu mengenai bagaimana ia seharusnya

bertindak.

c. Pelaksanaan peran, yaitu: perilaku sesungguhnya dari seseorang yang

berada pada suatu posisi tertentu. Kalau ketiga komponen tersebut

berlangsung serasi, maka interaksi sosial akan terjalin kesinambungan

dan kelancarannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan peran sebagai

berikut:

8
a. Peran adalah pengaruh yang diharapkan dari seseorang dalam dan

antar hubungan sosial tertentu.

b. Peran adalah pengaruh yang berhubungan dengan status atau

kedudukan sosial tertentu.

c. Peran berlangsung bilamana seseorang melaksanakan hak-hak dan

kewajiban-kewajibannya sesuai dengan statusnya.

d. Peran terjadi bila ada suatu tindakan dan bilamana ada kesempatan

yang diberikan.

Adapun pembagian peran menurut Soekanto (2001:242) peran dibagi

menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

a. Peran aktif,

Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena

kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti

pengurus, pejabat, dan lain sebagainya.

b. Peran partisipatif

Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok

kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat

berguna bagi kelompok itu sendiri.

9
c. Peran pasif

Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif,

dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan kesempatan

kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan baik.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran

merupakan suatu tindakan yang membatasi seseorang maupun suatu

organisasi untuk melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan

yang telah disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

2. Kepemimpinan

a. Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan menurut istilah dapat diartikan sebagai suatu proses

ketika seorang memimpin (directs), membimbing (guides), mengaruhi

(influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah

laku orang lain. Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami bahwa

kepemimpinan merupakan tindakan mempengaruhi orang lain untuk

melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu.

Farland (dalam wijaya, 2012:7) mengemukakan kepemimpinan adalah

suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau

pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain

dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

10
Definisi kepemimpinan menurut Fahmi Irham, (2013:15)

kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara konprehensif

tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan mengawasi orang

lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan.

Menurut House dalam Gary Yulk, (2010:4) mengatakan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi,

memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya

demi efektivitas dan keberhasilan organisasi. Jadi dari pendapat House

dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan cara mempengaruhi dan

memotivasi orang lain agar orang tersebut mau berkontribusi untuk

keberhasilan organisasi.

Menurut Kartini, Kartono (2011:55) pemimpin ialah seorang yang

membimbing dan memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas

persuasifnya, dan penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

Pengertian kepemimpinan merupakan suatu deskripsi tentang kegiatan

seseorang yang dinilai sebagai pemimpin, dan terdapat aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Posisi sebagai pusat

b. Peranannya sebagai pemberi arah

c. Sebagai penggerak atau stimulator dari aktivitas atau kegiatan.

11
Mustakim (2015:11) tipe kepemimpinan kepala desa dibagi menjadi

tiga tipe kepemimpinan, yakni kepemimpinan regresif, kepemimpinan

konservatif-involutif dan kepemimpinan Inovatif-progresif.

a. Kepemimpinan regresif

Pada kepemimpinan regresif dapat dimaknai sebagai kepemimpinan

yang berwatak otokratis, secara teori otokratis berarti pemerintahan

yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang. Salah satu

cirinya adalah anti perubahan, terkait dengan perubahan tata kelola

baru tentang Desa baik itu musyawarah Desa, usaha ekonomi bersama

desa dan lain-lain sudah pasti akan ditolak. Desa yang parochial (hidup

bersama berdasarkan garis kekerabatan, agama, etnis atau yang lain)

serta Desa-Desa korporatis (tunduk pada kebijakan regulasi negara)

biasanya melahirkan kepemimpinan seperti ini.

b. Kepemimpinan Konservatif-Involutif

Kepemimpinan model ini merupakan kepemimpinan yang ditandai

dengan hadirnya Kepala Desa yang bekerja apa adanya (taken for

granted), menikmati kekuasaan dan kekayaan, serta tidak berupaya

melakukan inovasi (perubahan) yang mengarah pada demokratisasi

dan kesejahteraan rakyat. Kepemimpinan tipe ini pada umunya hanya

melaksanakan arahan dari atas, melaksanakan fungsi Kepala Desa

secara tekstual sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) kepala Desa.

12
c. Kepemimpinan Inovatif-progresif

Kepemimpinan tipe ini ditandai dengan adanya kesadaran baru

mengelola kekuasaan untuk kepentingan masyarakat banyak. Model

kepemimpinan ini tidak anti terhadap perubahan, membuka seluas-

luasnya ruang partisipasi masyarakat, transparan serta akuntabel. Pada

pola kepemimpinan yang demikian kepala desa tersebut justru akan

mendapatkan legitimasi yang lebih besar dari masyarakatnya. Aspek

paling fundamental dalam menjalankan kepemimpinan Desa adalah

Legitimasi, hal ini terkait erat dengan keabsahan, kepercayaan dan hak

berkuasa. Legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap

kewenangan. Kewenangan untuk memimpin, memerintah, serta

menjadi wakil atau representatif dari masyarakatnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka kepemimpinan

adalah suatu individu yang dapat mempengaruhi kelompok (Kepala

Desa mempengaruhi masyarakat) dalam memperoleh dukungan dari

masyarakat dalam tujuan pembangunan desa. Kepemimpinan kepala

desa dalam mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi perangkat

desa serta masyarakat dalam pembangunan desa.

3. kepemimpinan partisipatif

Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu

keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang atau

sebuah organisasi untuk “memimpin”atau membimbing orang lain,

13
tim, atau selurh organisasi.menurut Dubrin dalam Setiawan (2016)

mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola khas dari

perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin saat berhadapan dengan

anggota kelompok. Gaya dideskripsikan dengan istilah seperti

otokratik, partisipatif, berorientasi tugas dan berorientasi manusia.

Dessler (2002:27) mengatakan bahwa menjadi pemimpin yang

partisipatif berarti melibatkan anggota tim dalam pembuatan

keputusan. Hal ini terutama penting manakala pemikiran kreatif

diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat

keputusan yang akan berdampak pada anggota tim adapun definisi

kepemimpinan partisipatif menurut Yuki (dalam Husein 2011:12)

terdapat empat poin penting yaitu:

1. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan

2. Memperoleh dan memberi informasi

3. Membuat keputusan

4. Mempengaruhi orang.

Kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya

dukungan dalam pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit

pengarahan. Pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan

dirujuk sebagai “partisipatif” karena posisi kontrol atas emecahan

masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian.

Dengan penggunaan gaya partisipatif ini pemimpin dan bahawan

14
saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan

keputusan. Dalam aktivitas menjalankan organisasi, pemimpin yang

menerapkan gaya ini cenderung berorientasi kepada bawahan dengan

mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi

mereka dengan ketat. Mereka mendorong para anggota untuk

melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan

untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan

suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai

dan menghormati dengan para anggota kelompok.

Selain itu kepemimpinan partisipatif berupaya untuk meningkatkan

kesadaran bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi

bawahan untuk melihat perspektif baru. Melalui gaya ini pemimpin

terus merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk

menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah

lama. Bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara,

sistem nilai, kepercayaan, harapan, dan bentuk organisasi yang

ada.bawahan di dorong untuk melakukan inovasi dalam

menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan

kemampuan diri, didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang

menantang dengan kata lain bawaghan diberi kesempatan untuk

mengekspresikan dan mengembangkan dirinya melalui tugas-tugas

yang dihadapinya. Pemimpin gaya partisipatif menunjukkan perilaku

15
dan perhatian terhadap anak buah yang sifatnya individual. Artinya dia

bisa memahami dan peka terhadap masalah dan kebutuhan tiap-tiap

anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buah yang merasa

bahwa sang pemimin mampu memahami dirinya sebagai individu.

Setiap anak buah merasa dekat dengan pemimpinya dan merasa

mendapat perhatian khusus.

a. Manfaat kepemimpinan partisipatif

partisipatif melibatkan aspek-aspek yang sering disebut sebagai

pengambil keputusan bersama, konsultasi, pembagian

kekuasaan,desentralisasi, dan menejenen demokratis. Danang dan

Burhanudin (2015:94-95), mengatakan kepemimpinan partisipatif

memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat kepemimpinan partisipatif

antara lain:

1. Kualitas keputusan tinggi. Melibatkan orang lain dalam proses

pengambilan keputusan akan lebih meningkatkan kualitas

keputusan dari pada dilakukan sendiri.

2. Penerima keputusan tinggi. Keputusan yang dibuat bersama

dengan melibatkan partisipasi orang lain, membuat oranr-orang

terlibat dengan keputusan tersebut merasa bahwa itu adalah

keputusan mereka.

16
3. Kepuasan. Orangyang dilibatkan dalam pengambilan keputusan

merasa dihargai dan dihormati yang pada gilirannya akan

berpengaruh terhadap kepuasan kerja mereka.

4. Pengembangan keterampilan partisipan. Orang-orang yang terlibat

banyak aspek dalam proses pengambilan keputusan akan belajar

lebih banyak dari pada orang-orang yang terlibat hanya pada satu

atau beberapa aspek saja.

b. Ciri-ciri kepemimpinan partisipatif.

Raja Bambang (2007:24) mengemukakan ciri-ciri kepemiminan

partisipatif:

1. Setiap keputusan diambil melalui diskusi bersama pihak-pihak

yang terkait.

2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas, karyawan diberi wewenang,

hak dan tanggung jawab secukupnya untuk menerapkan caranya

sendiri yang dianggap efisien.

3. Menilai bawahan secara rasional, dengan melihat data dan fakta.

4. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengajukan

pendapat sejauh hal itu sejalan dengan tujuan organisasi.

5. Tidak kaku dalam mengawasi pekerjaan bawahan.

17
4.Pengertian desa

Menurut H.A.W. Widjaja (2003:3) desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang

bersifat istimewa.

Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya diartikan sebagai

komunitas. Dalam kesatuan geografis tertentu yang antar mereka saling

mengenal dengan baik menurut corak kehidupan yang relatif homogen

dan banyak bergantung secara langsung pada alam. Oleh karena itu, desa

sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris,

mempunyai ikatan sosial, adat istiadat dan tradisi yang kuat, bersahaja,

serta tingkat pendidikan yang dikatakan sangat rendah. Sedangkan dilihat

dari sudut pandang politik dan hukum, desa sering diidentikkan sebagai

organisasi kekuasaan. Melalui kacamata ini, desa dipahami sebagai

organisasi pemerintah atau organisasi kekuasaan yang secara politis

mempunyai wewenang tertentu dalam struktur pemerintah Negara,

Juliantara (2004:8).

5. Kepala Desa

Menurut pendapat Bayu Suriningrat (2001:64) Kepala Desa adalah

penguasa tunggal didalam pemerintahan desa, bersama-sama dengan

pembantunya dan ia merupakan pamong desa dalam pelaksanaan

18
penyelenggaraan urusan rumah tangga desa, disamping itu dia

menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahan.

Dalam undang-undang No.32 tahun 2004 disebutkan bahwa desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas yurisdiksi,

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat yang diakui dari atau dibentuk

dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten atau kota,

sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar Negara republik

Indonesia tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai

desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.

Dalam pemerintahan daerah kabupaten atau kota dibentuk

pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintahan desa dan badan

permusyawaratan Desa (BPD). Pembentukan, penghapusan, dan

penggabungan desa dengan memperhatikan asal usulnya atau prakarsa

masyarakat. Desa di kabupaten atau kota secara bertahap dapat diubah atau

disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa

pemerintah desa bersama Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan

dengan perda.

Pemerintah desa terdiri dari atas kepala desa dan perangkat desa,

perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

Sekretaris desa diisi dari pegawai negri sipil yang memenuhi syarat. Kepala

19
desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa Warga Negara Republik

Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan

perda yang berpedoman kepada peraturan pemerintah. Calon kepala desa

yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan

sebagai kepala desa.

Kepala desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa

yang didalam tata cara prosedur pertanggung jawabnya disampaikan

kepada Bupati atau Walikota melalui Camat. Kepada Badan

Permusyawaratan Desa, kepala desa wajib memberikan keterangan laporan

pertanggung jawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi

pokok-pokok pertanggung jawabannya namun tetap harus memberi

peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk

menanyakan atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan pertanggung jawaban yang dimaksud.

Sesuai dengan undang-undang Desa No. 06 Tahun 2014 maka

dikatakan pasal 26 sebagai berikut:

1. Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,

dan pemberdayaan masyarakat desa.

2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

kepala desa berwenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.

20
b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.

c. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa.

d. Menetapkan peraturan desa.

e. Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa.

f. Membina kehidupan masyarakat desa.

g. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

h. Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif

untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa.

i.Mengembangkan sumber pendapatan desa.

j.Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa.

l.Memanfaatkan teknologi tepat guna.

m. Mengkoordinasi pembangunan desa secara partisipatif.

n. Mewakili desa didalam dan diluar pengasilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan dan;

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Setelah mengetahui tugas dan wewenang kepala desadan berbagai

perangkat desa sebagaimana yang telah disebutkan di atas, kepemimpinan

21
kepala desa pada dasarnya adalah bagaimana kepala desa dapat

mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat desa dalam setiap

pengambilankeputusan. Kepala desa dalam proses membangun desanya

harus menyadari bahwa hal tersebut bukanlah tanggung jawab kepala desa

saja melainkan terhadap elemen lain yang harus diberdayakan baik para

aparat desa maupun pemberdayaan masyarakat setempat. Oleh sebab itu,

kepala desa harus mampu melimpahkan wewenang kepada semua tingkat

pimpinan sesuai dengan struktur dan lembaga yang ada.

Kepala desa akan berhasil apabila dalam kepemimpinanya

memperhatikan suara masyarakat yang dipimpin secara demokratis yaitu

mencerminkan keterbukaan, bertanggungjawab dalam mengambil

keputusan yang berdasarkan hasil kesepakatan bersama.

Demikian pula dengan masyarakat yang dipimpin, selaku bawahan

juga harus mengetahui apa yang harus dikerjakan atas dasar kesadarannya

bukan keterpaksaan dengan tanpa ragu-ragu dan melakukannya dengan

baik, sekalipun kepala desa tidak berada di tempat, misalnya dalam hal

tolong menolong dan gotong royong sehingga menimbulkan sifat

kemandirian di tengah-tengah masyarakat.

Untuk itu berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan,

maka penekanan dan perhatian khusus penulis skripsi ini akan ditujukkan

pada kemampuan kepala desa yang berkenaan dengan penyelenggaraan

22
administrasi pemerintahan desa yang mengutamakan pelayanan dan

kepentingan masyarakat, pemberdayaan masyarakat yakni menyangkut

peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelaksanaan kehidupan

masyarakat dan kemampuan kepala desa selaku pimpinan desa dalam

mengayomi warganya.

6. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan

a. Partisipasi masyarakat

H.A.R. Tilaar (2009:287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai

wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses

desentralisasi dimana diupayakan amtara lain perlunya perencanaan dari

bawah (button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Menurut Isbandi (2010:27) , partisipasi masyarakat adalah

keikutsertaan masyarakat baik dalam proses mengidentifikasi

permasalahan, maupun potensi yang ada disekitar masyarakat. Meliputi

proses memilih dan mengambil sebuah keputusan, baik alternatif solusi

untuk menangani masalah, maupun proses pelaksanaan mengatasi

masalah, serta keterlibatan dalam hal mengevaluasi perubahan yang

terjadi.

Marshall Wolfe dalam (Goulet, 2009:135) mendefinisikan partisipasi

masyarakat sebagai kerja terorganisir yang tujuannya meningkatkan

23
peranan pengendalian sumber daya dan lembaga regulatif di dalam

masyarakat tertentu, khususnya bagi berbagai kelompok atau organisasi

yang sampai sekarang tidak pernah diikutsertakan dalam proses

pengendalian.

Mikkelsen (2008:64) menjelaskan pengertian partisipasi dengan

membagi ke dalam enam bagian yaitu:

1. Partisipasi merupakan kontribusi sukarela masyarakat kepada

sebuah proyek tanpa ikut terlibat dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah proses membuat “peka” masyarakat yang

tujuannya meningkatkan keinginan untuk menerima serta

menanggapi proyek-proyek pembangunan.

3. Partisipasi merupakan keikutsertaan bhu sukarela masyarakat dalam

sebuah proses perubahan yang ditentukan oleh mereka sendiri.

4. Partisipasi juga berarti proses aktif yang terbuka dimana tiap orang

atau kelompok yang terkkait agar mengambil inisiatif serta

mendayagunakan kebebasannya untuk ikut terlibat.

5. Partisipasi masyarakat yang diartikan sebagai sosialisasi yaitu dialog

antar masyarakat setempat dengan para pelaku pembangunan yang

melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek. Yang

tujuannya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan

dampak-dampak sosial.

24
6. Partisipasi adalah keterlibatan langsung masyarakat dalam upaya

pembangunan diri, kehidupan, serta lingkungan mereka.

Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh ahli.

Menurut Sundariningrum (Sugiyah, 2010:38) mengklarifikasikan

partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

a. Partisipasi langsung, partisipasi yang terjadi apabila individu

menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi

ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan,

membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap

keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung, partisipasi yang terjadi apabila individu

mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.

Lebih rincih Cohen dan Uphoff (Siti Irene Astuti Dwiningrum.

2011:61) membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu pertama,

partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam

pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Dan

keempat, partisipasi dalam evaluasi.

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi

ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat

yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan

bersama. Dalam partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut

25
menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini

antara lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran,

tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. Kedua,

partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi dan

menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan adcministrasi, koordinasi

dan penjabaran program. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan

manfaat, partisipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan. Program yang

telah dicapai baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas.

Dari segi kualitas, dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari

segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan

program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi, partisipasi masyarakat

dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program

secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui

ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.

a. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan macam partisipasi, yaitu:

Partisipasi dalam proses perencanaan atau pembuatan keputusan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan

c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil

d. Partisipasi dalam evaluasi

Menurut Pariatra Westra (Widi Astuti, 2008:14) manfaat partisipasi

adalah:

a. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar

26
b. Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya

c. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta

membangun kepentingan bersama

d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab

e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger

(Widi Astuti, 2008:14) bahwa manfaat dari partisipasi adalah:

a. Lebih banyak komunikasi dua arah

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan

c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif,

diakui dalam derajat lebih tinggi.

Dari pendapat diatas tentang manfaat partisipasi, dapat

disimpulkan bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting

bagi keberhasilan organisasi yaitu, lebih memungkinkan diperolehnya

keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan yang berarti dan

positif, mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan

maupun atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan

pemikiran dan mendorong kemampuan berpikir kreatif demi

kepentingan bersama.

b. Pembangunan

27
Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha perubahan untuk

mengembangkan diri pada suatu keadaan dan sifat tradisional menuju

kearah yang lebih baik, hal ini umumnya dikenal di Negara-Negara

berkembang sebagai suatu proses perubahan sosial yang besar. Menurut

Siagian, (2006) bahwa proses pelaksanaan rangkaian kegiatan yang

bersifat pertumbuhan dari perubahan berencana menuju mudernitas dalam

berbagai aspek kehidupan bangsa. Bahwa sesuai dengan Undang-Undang

no 6 tahun 2014 tentang desa dan peraturan pemerintah no 43 tahun 2014,

maka desa diwajibkan memiliki perencanaan yang di susun secara

berjangka meliputi rencana pembangunan jangka menengah kampung

(RPJMK) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan rencana kerja

pemerintah kampung (RKPK) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Dari pengertian tersebut terkandung suatu maksud adanya usaha untuk

mengembangkan dan memperbaharui yang sudah ada menjadi lebih baik,

baik secara lahiria maupun secara bathinia kita ingin menikmati dan

mengenyam hidup yang lebih baik di masa yang akan datang.

Pembangunan merupakan cakupan yang luas dimana terdapat berbagai

hambatan dan bukan dengan cara otomatis berjalan dengan sendirinya.

Dalam bidang ekonomi harus ada kesempatan usaha yang dilakukan oleh

pemerintah, koperasi dan swasta sebagai mana yang tertera dalam pasal 33

ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. Dengan usaha yang baik, diharapkan

akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang

28
menunjang pembangunan dibidang lainnya serta menciptakan lapangan

kerja yang luas.

Pembangunan ke seluruh wilayah pada Negara Republik Indonesia

maka perlu dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan daerah dan

pembangunan kelurahan yang lebih diarahkan pada perluasan kesempatan

kerja serta peningkatan kemampuan penduduk untuk memanfaatkan

sumber daya alam yang tersedia dan menanggulangi masalah yang ada.

Pembangunan meliputi peningkatan pada kesejahteraan rakyat dimana

pembangunan dilanjutkan pada kebijaksanaan yang berdasarkan Triologi

pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya serta stabilitas yang sehat dan dinamis.

Dengan demikian pembangunan diprioritaskan pada bidang ekonomi yang

harus didukung oleh ketertiban dengan kapasitas hukum, peningkatan

kemampuan dan juga kewibawaan dari pada aparatur negara, pertumbuhan

pada kreatifitas dan juga kegairahan kerja, partisipasi masyarakat,

keamanan dan ketertiban umum, masalah pajak dan pola hidup sederhana.

Dari uraian tersebut di atas, Suryadi (2002:2) menyebutkan bahwa

pembangunan masyarakat desa adalah suatu gerakan untuk menciptakan

kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat dengan partisipasi

aktif dan apabila mungkin didasarkan atas inisiatif masyarakat tetapi

apabila inisiatif ini tidak datang maka dipergunakan teknik untuk

29
menimbulkan dan mendorongnya keluar supaya kegiatan dan respon yang

antusias terjamin.

Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa hal ini pembangunan itu meliputi

pembangunan dalam arti material dan spritual menyangkut berbagai

dimensi hidup dan kehidupan masyarakat desa. Sering orang mengartikan

pembangunan adalah sebagai keseluruhan usaha-usaha masyarakat tertentu

yang menyangkut bidang fisik saja, misalnya mendirikan gedung,

membuat jembatan dan sebagainya. Dan hal ini tidak disalahkan juga

tetapi bagi suatu Negara seperti Indonesia, pembangunan dibidang fisik

hanyalah merupakan salah satu sisi atau bagian dari pembangunan

Nasional. Sebab pembangunan Nasional beda hakekatnya pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan

penghidupan baik yang menyangkut fisik maupun spritual. Untuk

menghindari adanya penafsiran yang keliru mengenai pembangunan, maka

peneliti akan mengemukakan pendapat beberapa ahli antara lain Siagian

(2000:2) mengartikan pembangunan ialah sebagai suatu usaha atau

rangkaian usaha atau pertumbuhan dan perubahan yang sederhana yang

dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara, dan pemerintah menuju

modernitas dalam rangka pembinaan Bangsa. Tjokroamidjojo (2001:113)

bahwa pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang

30
kontiniue dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu

keadaan yang lebih baik.

Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental atau pikiran dan

emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam

usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap usaha yang

bersangkutan.

B. Penelitian Yang Relevan

Mengenai peran kepemimpinan kepala desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Malaju Kecamatan Kilo,

ini bukanlah yang pertama yang dilakukan, ada banyak karya ilmiah yang

meneliti tentang peran kepemimpinan kepala desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Berikut penelitian terdahulu yang

berhubung dengan peneliti yang akan peneliti lakukan.

1. Eka Apriati Rati, Umi chotima, Alfiandra (2017) dengan jurnalnya

berjudul, “pengaruk kepemimpinan kepala desa dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa Soko Makmur Kecatan

Sembawa Kabupaten Banyuasin” dan mendapatkan hasil dari penelitian

mereka tersebut penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh yang

signifikan antara kepemimpinan kepala terhadap partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa di Desa Soko Makmur Kecamatan Sembawa

31
Kabupaten Banyuasin dapat terbukti atau Ha di terima Ho ditolak.

Sehingga apabila kepemimpinan kepala desa yang demokratis

ditingkatkan, maka partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa akan

meningkat.

2. Ernawati purwaningsih (2008) dengan jurnalnya yang berjudul

“partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa” dan mendapatkan hasil

dari penelitian mereka tersebut penguatan organisasi yang berkembang di

tengah masyarakat pedesaan yang kiranya merupa strategi yang tepat

untuk lebih mendorong dalam meningkatkan partisipasi masyarakat

pedesaan.

Dari kedua penelitian tersebut serupa dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan yaitu tentang peran kepemimpinan kepala desa dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa

Malaju kecamatan Kilo hanya saja yang membedakan objek kajian penelitian

kedua penelitian tersebut semuannya meneliti tentang, pengaruh

kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa di desa Sako Makmur Kecamatan Sembawa Kabupaten

Banyuasin, ada yang meneliti efektivitas kepemimpinan kepala desa dalam

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ilmiah perlu diketahui dan dipelajari metode

penelitian. Metode penelitian dapat juga dikatakan sebagai strategi dalam

pemecahan masalah, karena pada tahap ini dapat memberikan gambaran

bagaimana suatu masalah dalam penelitian dapat dipecahkan dan di temukan

jawabannya. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah tahap-tahap dari

penelitian.

Jenis peneli tian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

deskriptif, yang mencoba menggambarkan secara mendalam suatu obyek

penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam. Secara teoritis,

menurut Bogdam dan Taylor dalam darmadi (2013:286) penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

Dengan penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif, peneliti akan dapat

menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada secara

aktual serta mengembangkan konsep dari menghimpun fakta tetapi tidak

melakukan pengujian hipotesa.

33
Bungin (2010:48) dalam penelitian kualitatif seorang peneliti tidak

diharapkan dan tidak dianjurkan memelihara asumsi dan kekayaan bahwa

dirinya sangat tahu tentang fenomena yang hendak dikaji. Seorang peneliti

lebih berada pada posisi sebagai “orang belajar dari masyarakat bukan belajar

tentang masyarakat”.

Rancangan penelitian kualitatif sesungguhnya bersifat fleksibel, luwes dan

terbuka kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuain ketika proses

penelitian berjalan. Dengan demikian, meskipun tetap menjadi awal yang

cukup penting untuk masuk ke lapangan tetapi rancangan penelitian yang

disusun tidak perlu membelenngu peneliti, manakala kenyataan dilapangan

menujukkan kecenderungan yang berbeda dengan yang dipikirkan

sebelumnya. Jadi kenyataan dilapanganlah akhirnya memang harus ditunduki.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu penelitian ini dilaksanakan di Desa Malaju Kecamatan Kilo yaitu

dimulai bulan Mei 2023.

b. Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti itu akan dilaksanakan.

Adapun lokasi pada penelitian ini adalah di Desa Malaju Kecamatan Kilo.

C. Informan Penelitian

Informan merupakan berbagai sumber informasi yang dapat

memberikan data yang diperlukan dalam penelitian, penentuan informan

34
penelitian harus disesuaikan dengan jenis data atau informasi yang ingin

didapatkan.

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi

hasil dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak

dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin

dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini

menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan

Suyanto (2015:171-172).

Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah

penelitian yang sedang dibahas, maka diperlukan teknik informan. Informan

adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan/permasalahan

tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat terpercaya

baik berupa pertanyaan-pertanyaan, keterangan atau data-data yang dapat

membantu persoalan/permasalahan tersebut.

Berapa jumlah informan dalam penelitian kualitatif belum dapat

diketahui sebelum peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data di

lapangan. Yang demikian dimaksud untuk tercapainya kualitas data yang

memadai sehingga sampai ke informan keberapa data tidak berkualitas lagi

atau sudah mencapai titik jenuh karena tidak memperoleh informasi baru lagi

Hamidi (2005:75). Sumber informan terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai

berikut:

35
1. Informan kunci, yaitu informan yang dapat membukakan pintu untuk

mengenali keseluruhan medan secara luas, dalam hal ini Admin dalam

pembangunan di Desa Malaju Kecamatan Kilo.

2. Informan ahli, yaitu informan yang terlibat secara langsung dalam suatu

kegiatan atau interaksi, dalam hal ini Kepala Desa dan Aparat Desa yang

terlibat dalam pembangunan di Desa Malaju Kecamatan Kilo.

3. Informan biasa, yaitu informan yang mengetahui suatu program atau

kegiatan namun ia tidak berpartisipasi secara langsung dalam aktivitas

tersebut, dalam hal ini masyarakat adapun kriteria yang dijadikan sebagai

informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

NO Kriteria Informan Jumlah

1 Kepala Desa Malaju Kecamatan Kilo 1

(orang )

2 Aparat Desa Yang Bersangkutan Dalam Pembangunan 3


di Desa Malaju Kecamatan Kilo
(orang )

3 Masyarakat Desa Malaju Kecamatan Kilo 4

(orang )

36
D. Instrumen Penelitian

Ukmadinata dalam Nana Syaodih (2010-230) instrumen penelitian adalah

merupakan alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk

keperluan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Pedoman observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap

sesuatu objek untuk mengetahui keadaan sebenarnya mengenai objek

tersebut.

2. Pedoman wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan kualitatif dengan

melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

E. Jenis dan Sumber Data

37
Sugiyono (2012:13) jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data kualitatif sedangkan untuk sumber data yang dikumpulkan dan

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan data yang dapat secara langsung dan bersumber pertama baik dari

individu maupun dari kelompok.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

pengumpulan data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dari penelitian ini

penulis dapatkan dari mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan laporan-

laporan ilmiah terdahulu.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Sugiyono (2012:13) teknik pengumpulan data primer yaitu data yang

diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk

mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang

diteliti teknik ini dilakukan melalui:

a. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-

gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang

diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian.

38
b. Wawancara adalah dengan cara wawancara mendalam untuk

memperoleh data yang lengkap dari data informan. Metode ini

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung

dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan

mempunyai relevansi tehadap masalah yang berhubungan dengan

penelitian.

c. Dokumentasi yang merupakan proses pengambilan data dengan

melihat dokumen-dokumen. Dokumen bisa berbentuk surat-surat,

catatan harian, foto dan sebagainya. Dokumentasi merupakan

pelengkap dari wawancara dan observasi, karena dokumentasi

dilakukan pada saat melakukan observasi dan wawancara terhadap

informasi penelitian berlangsung dilapangan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun

telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini

data-data sekunder yang diperlukan antara lain literature yang relevan dengan

judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, jadwal, waktu, yang

memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

G. Teknik Analisis Data

Bogdam dalam sugiyono (2013:334) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

39
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,

memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis

data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013:337-345)

mencakup tiga kriteria yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan merangkum, dan memilih hal-hal yang pokok

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian,data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan dari awal sampai akhir

penelitian.

2. Penyajian data

Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan selanjutnya. Bentuk

penyajiannya antara lain berupa naratif, grafik, dan bagan.

3. Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Tindakan yang dilakukan setelah pengumpulan data berakhir adalah

penarikan kesimpulan dengan verifikasi berdasarkan semua hal yang

terdapat dalam reduksi data dan sajian data.

40
H. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada

perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya

terjadi pada obyek penelitian.Menurut Sugiyono (2013:368-375) untuk

menguji kreadibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan: dengan perpanjangan pengamatan berarti

peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi

dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini akan

membentuk hubugan peneliti dengan narasumber akan semakin baik dan

kehadiran peneliti tidak lagi dianggap sebagai orang asing yang

menggangguperilaku masyarakat yang sedang dipelajari.

2. Meningkatkan ketekunan: yaitumelakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat melakukan pengecekan kembali apakah data

yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

3. Triangulasi: yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi

waktu. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber, triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

41
teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum

banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan

lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya.

4. Analisis kasus negatif: yaitu kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan

hasil penelitian hingga saat tertentu. Disini peneliti mencari data yang

telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

ditemukan maka data tersebut sudah dapat dipercaya.

5. Menggunakan bahan referensi: yaitu adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya data hasil

wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data

tentang interaksi manusia atau suatu keadaan perlu didukung oleh foto-

foto.

6. Mengadakan memeberchek: yaitu suatu proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data, maka data tersebut akan dikatakan valid,

sehingga semakin kredibel data tersebut.

42
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Hasil penelitian

1. Sejarah Desa Malaju

Nama Desa Malaju konon berasal dari kata Laju (pohon rumbia).pada

zaman dulu pohon laju merupakan kebutuhan masyarakat diwilayah ini pada

umumnya karena daun dari pohon laju dapat digunakan sebagai atap rumah,

dinding rumah, tali ikat, bahkan batangnya diyakini sebagai penawar racun.

Mengingat fungsi pohon laju yangcukup besar dalam kehidupan masyarakat

saat itu dan banyak terdapat pohon laju sehingga wilayah ini dinamakan

Malaju yang pada akhirnya menjadi Desa Malaju.

Desa Malaju merupakan salah satu desa dari 6 desa yang ada di wilayah

Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu, yang merupakan desa tertua dan menjadi

Ibu Kota Kecamatan Kilo. Desa Malaju terdiri dari 8 dusun dengan letak yang

berdekatan satu sama lainnya, penduduk desanya kebanyakan masyarakatnya

asli orang malaju, disamping itu juga ada orang pendatang seperti dari sape,

Bima bahkan ada yang dari Bugis. Sebagian besar masyarakat Desa Malaju

bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Hasil dari pertanian dan

nelayan yang terkenal di Desa Malaju selain padi dan kacang kedelai ada juga

bawang merah, jagung, dan berbagai macam ikan. Masyarakat Malaju mampu

menjalankan kehidupan perekonomiannya sehingga masyarakatnya hidup

43
dalam kecukupan namun masih juga ada yang hidup dalam taraf kurang

mampu.

Sejak reformasi tahun 1998 kegiatan masyarakatnya dalam berdemokrasi

sudah mulai nampak, otonomi yang menjadi keinginan dan tuntutan

masyarakat sudah mulai diterapkan di desa ini sehingga setiap terjadi

perubahan kepemimpinan desa dan dusun selalu dikembangkan musyawarah

untuk mencapai mufakat, dan pemilihan langsung kades maupun kadusnya.

Kepemimpinan Desa Malaju secara berturut-turut adalah sebagai berikut:

1. H. Hasbullah

2. H. Arifin

3. Muhammad Baharuddin

4. Huban Anwar

5. Syahrul MK

6. H. Syukur H

7. Kaharuddin H

8. Nurdin H. Muhtar

9. Muliaddin Muhammad

10. Sulhan Usman

Secara geografis Wilayah Desa Malaju terletak dipusat wilayah

Kecamatan Kilo dengan batas-batas wilayah:

44
Sebelah Utara : Desa lasi

Sebelah Selatan : Desa Kramat

Sebelah Barat : Laut Flores

Sebelah Timur : Hamparan hutan pegunungan dan tanah

Negara.

2. Keadaan Penduduk Desa Malaju Secara Umum

Penduduk merupakan potensi utama dalam setiap pembangunan selain

dari potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh negara, daerah secara

khusus. Pengaruh penduduk baik secara prilaku maupun status sosialnya

menjadi tolak ukur dalam setiap perencanaan pembangunan. Demikian halnya

yang terjadi pada wilayah desa, efektif atau tidaknya pembangunan di desa

dapat diukur dari kacamata partisipasi masyarakat yang sedikit banyaknya

dipengaruhi oleh peranan kepala desa dalam menjalankan fungsinya sebagai

pemimpin dalam desa tersebut.

Jumlah penduduk Desa Malaju berdasarkan sensus penduduk yang

dilakukan pihak pemerintah desa berkisar 3.381 jiwa, dapat dirinci sebagai

berikut:

1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

 Laki-laki : 1720

 Perempuan : 1661

45
Jumlah tersebut tersebar di dusun yang terdiri dari 849 Kepala

Keluarga yang ada di Desa Malaju. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 1: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH (JIWA)


1 LAKI- LAKI 1720
2 PEREMPUAN 1661
JUMLAH 3381

3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian berkaitan dengan distribusi

atau penyebaran tenaga kerja, penyediaan lapangan pekerjaan, serta

penyediaan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis-

jenis mata pencaharian diwilayah tersebut. Jumlah penduduk berdasarkan

mata pencaharian digunakan untuk mengatahui mata pencaharian mana yang

mendominasi serta menjadi ketergantungan daerah tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Desa Malaju, dapat

disimpulkan mata pencaharian masyarakat Desa Malaju mayoritas adalah

petani dan sebagian lagi mata pencaharian masyarakat Desa Malaju adalah

PNS, pedagang, peternak dan lain-lain. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

46
Tabel 2 : jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH JIWA

1 PETANI 470

2 PNS 200

3 PENGUSAHA/ PEDAGANG 469

4 PETERNAK 369

5 TUKANG 157

6 DAN LAIN-LAIN 2190

JUMLAH 3855

4. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana

Sukses atau tidaknya suatu pembangunan baik secara fisik maupun

administrasi seperti partisipasi masyarakat dalam mempotensikan lembaga-

lembaga desa pada hakekatnya dapat dilihat dari sejumlah sarana dan

prasarana yang ada.

Desa yang memiliki sarana dan prasarana yang baik merupakan salah satu

penentu bahwasannya pemerintah memiliki keseriusan dalam pembangunan

masyarakat. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup baik, sangat

dibutuhkan setiap desa dimanapun dalam menyelenggarakan kegiatannya

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Sarana kesehatan

47
Upaya kesehatan hanya dapat diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan

kesehatan. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan.

Sarana kesehatan yang ada di Desa Malaju adalah sarana yang digunakan

untuk menunjang kesehatan masyarakat. Beberapa sarana kesehatan yang ada

terdapat di Desa Malaju yaitu puskesmas dan apotik. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3: Jenis Sarana Kesehatan

NO JENIS SARANA KESEHATAN JUMLAH

1 PUSKESMAS 1 UNIT

2 APOTIK 1 UNIT

6. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan salah satu objek yang sangat vital dalam

mendukung tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar mengajar.

Berbagai macam cara telah dilakukan praktisi pendidikan untuk meningkatkan

mutu pendidikan adalah dengan pemenuhan sarana pendidikan.Sarana

pendidikan di Desa Malaju terdiri dari tingkat PAUD sampai tingkat SMA

sederajat. Untuk mengetahui secara terperincih dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

48
Tabel 4: Jenis Sarana Pendidikan

N JENIS SARANA PENDIDIKAN JUMLAH


O
1 TK 6 UNIT
2 SD SEDERAJAT 5 UNIT
3 SMP SEDERAJAT 2 UNIT
4 SMA SEDERAJAT 2 UNIT

7. Prasarana Umum Lainnya

Adanya prasaranan umum lainnya yang mendukung pembangunan

desa Malaju Kecamatan Kilo berguna untuk menggerakkan, memotivasi

masyarakat agar berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan yang ada di

desa.

Jenis prasaranan umum lainnya yang terdapat di desa malaju seperti

kantor desa, kantor camat, kantor urusan agama, kantor pos, kantor

pertanian, dan tempat pemakaman umum. Untuk mengetahui lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 : Jenis Prasarana Umum

NO JENIS PRASARANA UMUM JUMLAH

1 KANTOR CAMAT 1 UNIT

2 KANTOR DESA 1 UNIT

3 KANTOR KUA 1 UNIT

49
4 KANTOR POS 1 UNIT

5 KANTOR PERTANIAN 1 UNIT

6 TEMPAT PEMAKAMAN 3 TPU


UMUM

8. Kelembagaan Desa

Desa malaju sebagai organisasi pemerintah di pimpin oleh kepala

desa yang dibantu oleh sekretaris desa dan kepela-kepala urusan. Kepala desa

malaju dipilih dan diangkat menjadi kepala pemerintah desa malaju hasil

pilkades 2020.

Secara administratif desa malaju terdiri dari sepuluh dusun yang

masing-masing dipimpin oleh kepala dusun. Struktur organisasi desa malaju

digambarkan sebagai berikut.

9. Lembaga-Lembaga Masyarakat

Lembaga-lembaga masyarakat desa juga tidak kalah pentingnya dalam

rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja aparat desa dalam

melaksanakan tugas-tugasnya khususnya bidang pembangunan masyarakat

desa. Lembaga ini harus digunakan dan didukung oleh masyarakat sehingga

mampu melaksanakan tugas dan fungsinya. Lembaga-lembaga masyarakat di

desa malaju dapat dilihat dibawah ini.

1. PEMDES

2. BPD

3. LPM

50
4. PKK

5. KARANG TARUNA

6. KLP SPP

7. BUMDES

8. KLP BANJAR

9. GAPOKTAN

10. KPR/BANK KELILING

11. REMAJA MESJID

12. BKM

13. PNPM

14. FMA

15. KUD

Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara langsung

terhadap 8 narasumber kunci, utama dan tambahan yang dilakukan di Desa

Malaju Kecamatan Kilo. Nara sumber yang berhasil diwawancara secara intensif

dengan nama, yaitu bapak Sulhan Usman selaku Kepala Desa Malaju, Mulyadin

selaku kaur pembangunan desa, Guntur selaku kepala dusun patula timur,

Muhidin selaku tokoh masyarakat patula timur, ibrahim selaku masyarakat patula

timur, Subhan selaku kepala dusun Ncoha, Ikraman selaku tokoh masyarakat

Ncoha, saharudin selaku masyarakat Ncoha.

51
Untuk memperkuat data dari hasil wawancara dan observasi dilakukan

penelusuran terhadap dokumen dan arsip yang ada. Kemudian data yang

diperoleh tersebut dianalisa agar dapat diketahui bagaimana efektifitas

kepemimpinan kepala desa dalam pembangunan dan mengetahui partisipasi

masyarakat dalam pembangunan di Desa Malaju Kecamatan Kilo. Dari semua

data hasil penelitian kemudian diuraikan berdasarkan garis besar pertanyaan

penelitian.

1. Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi

Pembangunan Di Desa Malaju Kecamatan Kilo.

Kepemimpinan menurut istilah dapat diartikan sebagai suatu proses

ketika seseorang memimpin, membimbing, atau mengontrol pikiran,

perasaan, atau tingkah laku orang lain. Berdasarkan definisi diatas dapat

dipahami bahwa kepemimpinan merupakan tindakan mempengaruhi orang

lain untuk melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu.

Farland (dalam Wijaya 2012:7) mengemukakan kepemimpinan adalah

suatu proses dimana pimpinan akan dilukiskn akan memberi perintah atau

pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam

memilih danmencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat

ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah seseorang mampu

mempengaruhi setiap tindakan orang lain dengan tujuan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

52
Dalam rangkaian proses penelitian ini diamana salah satunya adalah

kegiatan observasi lapangan dengan didasarkan pada pengamatan. Observasi

dilapangan dilakukan di tempat penelitian yaitu di kantor Desa Malaju terlihat

bahwa kepemimpinan kepala desa dalam pembangunan desa terlihat dengan

kemauan masyarakat untuk mengikuti setiap perintah dari kepala desa dengan

tidak terlepas saling bekerja sama untuk kemajuan desa.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama bapak muhidin selaku

tokoh masyarakat dusun patula timur.

“kepala desa malaju memperlihatkan kerja sama terhadap masyarakat dengan


mampu membangun hubungan kerja sama yang baik dengan masyarakat
seperti setiap kegiatan yang dilakukan yaitu melibatkan masyarakat sehingga
masyarakat yang ada di setiap dusun dengan semangat terlibat dalam rencana
pembangunan yang ada di pemerintah desa”

Berdasarkan hasil observasi diatas sesuai dengan pendapatnya HAW.

Widjaja (2010:3) bahwa pemerintah desa adalah merupakan ubsistem dari

sistem penyelenggaraan pemerintah, sehingga desa memiliki kewenangan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa

bertanggung jawab kepada badab permusyawaratan desa dan menyampaikan

laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati.

Dari hasil observasi dan dokumen diatas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan desa dalam pemerintah sangat memberi pengaruh yang besar

dalam kelancaran setiap pembangunan desa karena dengan kemampuan

53
kepala desa merangkul semua masyarakat dalam membangun desa maka akan

menciptakan pembangunan untuk kepentingan masyarakat.

Dari hasil observasi lapangan diatas berkaitan dengan hasil wawancara

yang dilakukan dengan kaur pembangunan desa yang diungkapkan oleh bapak

yang bernama Mulyadin menanggapi mengenai peran pemerintah kepala desa

dalam pembangunan Desa Malaju adalah debagai berikut.

“Desa Malaju adalah desa yang selalu mengutamakan gotong royong dan
kerja sama semua masyarakat dan para aparat desa dalam setiap kegiatan
desa. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat desa malaju.setiap ingin
melaksanakan program di desa, kepala desa akan memberitahukan kepada
masyarakat untuk rapat sebelum memutuskan apa yang menjadi keputusan
bersama, sehingga masyarakat bisa memberikan masukan-masukan apa yang
terbaik untuk desa.

Selain itu diungkapkan oleh bapak Sulhan Usman selaku

Kepala Desa Malaju Kecamatan Kilo.

“Saya selaku kepala desa memberikan setiap masyarakat berhak dan


berkesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi dan pendapat apabila
ada suatu kegiatan atau program yang direncanakan, oleh karena itu
dibutuhkan kerja sama yang baik dari masyarakat sehingga setiap masyarakat
bisa dengan bebas untuk berpendapat dan mengeluarkan ide-ide yang
bertujuan untuk membangun desa malaju menjadi desa yang unggul dan
berprestasi”

Dari keterangan bapak “Mulyadin dan bapak Sulhan Usman” maka

disimpulkan bahwa setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk

memberikan kontribusi dan partisipasi mereka dalam setiap kegiatan atau

program pembangunan desa kedepannya dengan mampu membangun kerja

54
sama yang baik, oleh karena itu setiap masyarakat diharapkan mampu

memberikan gagasan, ide dan pendapat mereka mengenai program yang

membangun Desa Malaju kedepannya.

Dengan demikian dari hasil kedua informan dalam penelitian ini

sangat berkaitan dengan teori pembangunan menurut Arthur W. Lewis

(Sjafarizal, 2014: 24-25) mendefinisikan perencanaan pembangunan adalah

suatu kumpulan kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang

masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumber daya yang tersedia secara

lebih produktif.

Dimana menurut teori ini bahwa setiap pembangunan adalah suatu

proses perubahan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang lebih baik

bagi masyarakat, dan dilakukan dengan norma-norma atau nilai-nilai tertentu.

Dengan demikian disebutkan bahwa perencanaan pembangunan desa adalah

proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan

melibatkan badan permusyawaratan desa dan unsur masyarakat secara

partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam

rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

Untuk mendapat informasi mendalam terkait dengan aparat Desa

Malaju mengenai keikutsertaan masyarakat dalam setiap pembangunan Desa

Ikraman selaku tokoh masyarakat Dusun Ncoha yaitu sebagai berikut.

“Setiap rapat yang diadakan masyarakat ikut memberikan sumbangsi dan ide
atau pendapat mereka yang meminta untuk melakukan perbaikan, dalam rapat

55
ini tidak ketinggalan partisipasi semua masyarakat dalam mengambil bagian
dalam setiap perencanaan program yang akan dilaksanakan”

Berdasarkan hasil wawancara diatas menerangkan bahwa kemampuan

kepala pemerintah desa mampu merangkul semua masyarakatnya dalam

setiap pembangunan yaitu kehadiran masyarakat dalam kegiatan musyawarah

atau rapat dengan memberikan sumbangan pemikiran, memberikan

sumbangan tenaga dalam kegiatan gotong royong dan mengenai rapat

perencanaan program yang akan dilaksanakan.

Beberapa hasil wawancara dari beberapa informan di atas juga

berkaitan dengan unsur-unsur pemerintah desa menurut Hanif Nurchlois

(2011:73), yang terdiri atas.

a. Unsur pimpinan yaitu kepala desa

b. Unsur pembantu kepala desa, yang terdiri atas, sekretaris

desa,unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa

yang melaksanakan urusan teknis dilapangan seperti urusan

pengairan, keamanaan dan unsur kewilayaan, yaitu pembantu

kepala desa diwilayahnya seperti kepala dusun.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan

oleh kepala dusun Ncoha yang bernama bapak Subhan mengungkapkan

sebagai berikut.

“Bahwa kepemimpinan memiliki unsur penting dalam setiap


pemerintahan yang bertugas untuk bekerja sama dengan aparat desa
lainnya, dan setiap unsur atau pembagian kerja memiliki tugas dan

56
bagian kerjanya masing-masing. Hal ini sangat penting disadari oleh
setiap aparat desa supaya mampu bekerja secara efektif karena sudah
memahami setiap pembagian kerja mereka”

Adapun hasil wawancara dari bapak Guntur selaku Kepala Dusun

Patula timur mengatakan bahwa.

“menurut saya kepala desa sangat bagus dalam melimpahkan


wewenang kepada bawahannya. Contohnya dalam masalah pekerjaan
yang ada didesa seharusnya diberikan kepada yang lebih mengerti
tentang pekerjaan tersebut misalkan dalam hal pembangunan
sebenarnya sudah ada kaur pembangunan itu sendiri jadi lebih baik
diberikan tanggung jawab itu kepada kaurnya saja kepala desa hanya
memberikan sarannya saja. Dalam hal ini dimana bawahan lebih
mengetahui keadaannya., akan mendorong hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut menjadi lebih baik karenakan pekerjaan diberikan
dan dilimpahkan kebagian yang lebih mengerti”

Berdasarkan hasil wawancara diatas sesuai dengan teori yaitu

pemerintahan Desa menurut HAW. Widjaja (2010:3), merupakan ubsistem

dari sistem penyelenggaraan pemerintah. Sehingga desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.

Kepala desa bertanggung jawab kepada badan permusyawaratan desa dan

menyampaikan laporan pelaksanaan tersebut kepada Bupati.

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Malaju

Kecamatan Kilo

Menurut Isbandi (2010:27), partisipasi masyarakat adalah

keikutsertaan masyarakat baik dalam proses mengidentifikasi permasalahan,

57
maupun proses pelaksanaan mengatasi masalah, serta keterlibatan dalam hal

mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Keberhasilan setiap program dalam pembangunan adalah salah satu

tujuan dari perencanaan program desa dengan baik. Oleh karena itu

masyarakat dalam hal ini keterlibatan setiap masyarakat sangat menentukan

keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu setiap masyarakat bukan hanya

sebagai orang yang menikmati setiap pembangunan desa tetapi mereka

dianjurkan untuk terus ikut serta dalam pembangunan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai tahap pengawasan dan evaluasi pembangunan supaya

masyarakat mampu melihat apa-apa yang menjadi kekurangan dari

pembangunan desa.

Seperti yang diutarakan oleh bapak Sulhan Usman selaku Kepala Desa

Malaju sebagai berikut.

“salah satu keberhasilan suatu program yang akan dilaksanakan adalah


apabila setiap masyarakat mampu menjaga kerja sama mereka, dengan
terus menjalin komunikasi. Saya selaku Kepala Desa Malaju sangat
bersyukur atas kerja sama yang baik dari para masyarakat yang selalu
memperlihatkan partisipasi mereka dalam melaksanakan setiap
program pembangunan dan juga partisipasi dari setiap aparat desa
termasuk kepala dusun dan aparat lainnya terus membangun kerja
sama agar setiap program yang akan dilaksanakan bisa dicapai dengan
baik.

Dari jawaban bapak Sulhan Usman dapat disimpulkan bahwa

keberhasilan suatu program dan dilaksanakannya program tersebut

membutuhkan kerja sama yang baik dan menjaga komunikasi. Oleh karena itu

58
sudah tugas dari pemerintah desa untuk merangkul semua masyarakat untuk

bisa berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang yang akan

dilaksanakan, dengan kerja sama yang baik setiap program akan dilaksanakan

dengan baik.

Ditambahkan oleh bapak Guntur selaku kepala Dusun patula timur

mengatakan sebagai berikut.

“partisipasi masyarakat Desa Malaju sudah baik pada setiap


pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan jika ada
musyawarah desa dilakukan oleh perangkat desa malaju kepada
masyarakat pada setiap akan ada program pembangunan desa
masyarakat selalu ikut berpartisipasi dalam musyawarah”

Demikian juga pendapat dari salah satu masyarakat dusun Ncoha yang

ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan di Desa Malaju yang

bernama Sahrudin mengatakan bahwa.

“alasan kami ikut berpartisipasi karna kami masih memiliki rasa


solidaritas yang tinggi sesama warga masyarakat untuk saling
membantu dan kita selalu lakukan pertemuan dan menghadirkan
masyarakat. Kami juga memang terbiasa akan kerja gotong royang”

Berdasarkan hasil wawancara dari bapak Guntur dan bapak Sahrudin

dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Desa Malaju

khususnya dalam perencanaan pembangunan Desa Malaju yaitu kehadiran

dalam kegiatan musyawarah memberikan sumbangan pemikiran, dan

memberikan sumbangan tenaga dalam kegiatan kerja baktia atau gotong

royong di Desa Malaju.

59
Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh bapak Ikraman

selaku tokoh masyarakat dusun Ncoha mengatakan bahwa.

“yang memotivasi untuk terus memberikan partisipasi dalam setiap


program yang direncanakan dalam pembangunan di Desa Malaju,
salah satunya adalah kemampuan Kepala Desa Malaju untuk
merangkul semua masyarakat untuk terus bekerja sama dalam
menjalankan setiap program pembangunan. Hal ini juga membuat saya
untuk terus memberikan partisipasi yang membangun untuk Desa
Malaju”

Hal senada yang dikatakan oleh bapak Sahrudin selaku masyarakat

dusun Ncoha mengatakan bahwa.

“sangat baik sehingga kami selaku masyarakat sangatlah antusias


berpartisipasi dalam pembangunan yang ada di Desa Malaju karena
kami selalu bekerja samadengan pemerintah desa saat ada program-
program pembangunan yang sudah direncanakan”

Kemudian ditambahkan pernyataan dari bapak Sulhan Usman selaku

Kepala Desa Malaju yaitu sebagai berikut:

“keberhasilan suatu pembangunan akan terlihat dengan banyaknya


prestasi yang kita dapatkan, hal ini tidak terlepas dari partisipasi dan
kerja sama antara semua aparat desa dan masyarakat, hal ini akan
mempengaruhi masyarakat yang lain karena kita memberikan
kebebasan untuk semua masyarakat memberikan ide-ide dan gagasan
mereka mengenai pembangunan apa saja yang bagus untuk
direncanakan kedepannya untuk membangun desa yang lebih baik.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa berhasilnya

pembangunan tidak lepas dari partisipasi masyarakat.

60
Hal ini sesuai dengan teori menurut menurut sundariningrum

(sugiyah, 2010:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi partisipasi menjadi

dua berdasarkan cara keterlibatannya yaitu:

a. Partisipsi langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu

dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat

mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan

keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak

partisipasinya pada orang lain.

Denada dengan pendapat Rinci Cohen dan Uphoff (Siti Irene Astuti

Dwiningrum, 2011:61) membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu p,

pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kedua, partisipasi dalam

pelaksanaan, ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat, dan keempat

partisipasi dalam evaluasi.

Dari hasil wawancara dan teori yang berkaitan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa partisipasi yang pertama adalah masyarakat dan aparat

desa ikut serta dalam pengambilan keputusan yaitu berkaitan dengan gagasan

atau ide yang menyangkut kepentingan bersama, kedua partisipasi ini

menuntut masyarakat untuk ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan

61
serta yang paling penting juga adalah sebagai wujud dari partisipasi ini antara

lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau

penolakan terhadap program yang ditawarkan hal ini bertujuan untuk

mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya.

B. Pembahasan

1. Adanya pengambilan keputusan bersama dalam pengambilan

keputusan.

Menurut Danang dan Burhanudin (2015:94-95) melibatkan orang

lain dalam proses pengambilan keputusan akan lebih meningkatkan

kualitas kepustakaan dari pada dilakukan sendiri. Keputusan yang dibuat

bersama dengan melibatkan partisipasi orang lain, membuat orang-orang

yang terlibat dengan keputusan tersebut merasa bahwa itu adalah

keputusan mereka.

Keputusan lahir dari suatu proses, dimana didalamnya terjadi

diskusi yang intensif dan saling tukang pikiran. Pengambilan keputusan

sangat penting dalam pengelolaan dan merupakan tugas utama dari

seorang pemimpin. Peran pemimpin sangat besar dalam pengambilan

keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya. Keputusan

harus dibuat oleh pemimpin agar anggota dapat melaksanakan berbagai

kegiatan.

62
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pengambilan

keputusan di Desa Malaju pada rapat musyawarah perencanaan

pembangunan desa (musrembangdes) dilakukan secara partisipatif.

Dimana keputusan diambil berdasarkan musyawarah.

2. Adanya pendelegasian wewenang kepada bawahan dalam pengambilan

keputusan dan pelaksanaan kebijakan.

Raja Bambang (2007:24) mengemukakan dan menyelesaikan

tugas-tugas, karyawan diberi wewenang, hak, dan tanggung jawab

secukupnya untuk menerapkan caranya sendiri yang dianggap efisien.

Membagi kekuasaan ialah pembagian tugas dan tanggung jawab yang

diberikan oleh atasan kepada bawahan, yang dimana pembagian tugas

tersebut harus dilaksanakan secara adil dan sesuai kompetensi masing-

masing bawahannya.

Kepela desa memberikan kekuasaan kepada bawahannya atau

masyarakat sehingga bawahan itu dapat melksanakan tugas itu sebaik-

baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal-hal yang telah

didelegasikan. Pendelegasian wewenang oleh kepala desa kepada

bawahan adalah perlu demi tercapainya efisiensi dari fungsi-fungsi dalam

organisasi, karena itu ada seorang atasan manapun yang dapat secara

pribadi merampungkan secara penuh melaksanakan dan mengawasi semua

63
tugas organisasi. Pendelegasian wewenang mempunyai pengaruh yang

sangat besar didalam suatu organisasi. Tanpa adanya pendelegasiaan

wewenang akan mengakibatkan tersendatnya kegiatan dalam pencapaian

tujuan organisasi.

Berdasarkan hal tersebut bila dikaitkan dengan wawancara dengan

bapak Sulhan Usman Selaku Kepala Desa Malaju adanya pendelegasian

wewenang kepada bawahan dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kebijakan bahwa Kepala Desa memberikan pendelegasian

wewenang kepada bawahan dan bawahan sudah menjalankan wewenang

yang diberikan dengan baik.

3. Adanya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan.

Toman (Davis dan Newstrom, 2015:50), kepemimpinan yang

berusaha untuk melibatkan, mengikutsertakan, memberdayakan semua

anggota organisasi didalam mendukung peran dan tanggung jawab

seorang pemimpin. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mendorong

masyarakat untuk mandiri serta memiliki kemampuan untuk mengambil

keputusan sendiri, prakarsa sendiri, dan memperbaiki kehidupan

sendiri.keterlibatan dapat berupa aktivitas dalam wujud sumbangan

pemikiran, pendapat, tindakan, ataupun sumbangan biaya untuk perbaikan

64
lingkungan. Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari

keikutsertaanya dalam 5 tahap kegiatan yaitu kegiatan dalam pengambilan

inisiatif, perencanaan, pelaksanaa, pengawasan dan evaluasi serta

pengelolaan dan pemeliharaan.

4. Adanya penilaian secara objektif kepada bawahan.

Raja Bambang (2007:24) mengemukakan ciri-ciri kepemimpinan

partisipatif yaitu menilai bawahan secara rasional, dengan melihat data

dan fakta. Penilaian kepada pegawai merupakan upaya melakukan

penilaian terhadap kinerja personil dengan melakukan penilaian secara

objektif kepada bawahan, menilai harus dengan melihat data secara aktual,

menilai perilaku pegawai baik perilaku positif dan negatif.

5. Adanya reward dan punishment yang diberikan kepala desa kepada

bawahan.

Danang dan Burhanudin (2015:94-95), orang yang dilibatkan

dalam proses pengambilan keputusan merasa dihargai dan dihormati yang

pada gilirannya akan berpengaryh terhadap kepuasan kerja mereka.

Penghargaan atau reward akan menimbulkan efek memberi motifasi dan

semangat bagi para personil untuk bekerja lebih baik mendapatkan

prestasi kerja yang lebih juga dapat meningkat kepercayaan diri bagi

65
personil, karena salah satu fungsi dari reward memberikan tanda personil

atau pegawai yang memiliki kemampuan lebih.

Sedangkan pemberian sanksi atau punishment juga hal yang wajar

bila adanya kesalahan yang dilakukan bawahan dalam bekerja. Dalam ini

sanksi yang diberikan oleh kepala desa ialah berupa sanksi teguran, bila

kesalahan berlanjut akan diberikan sanksi secara administrasi. Sanksi juga

berkaitan dengan keberhasilan sesuatu, jika didalam lembaga atau instansi

tidak diberlakukan sanksi maka para pegawai diinstansi tersebut akan

bekerja dengan bersantai-santai atau hanya sesuai dengan kehendak

mereka saja yang akan membuat mereka sering melakukan kesalahan dan

melanggar peraturan karena tidak takut sama sekali mendapat hukuman

66
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Peran Kepemimpinan Partisipatif Kepala Desa Dalam

Mendorong Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Desa Malaju

Kecamatan Kilo sudah memiliki gaya kepemimpinan partisipatif. Kepala

Desa juga selalu bermusyawarah dengan masyarakat terutama dalam hal

pembangunan dan mengambil keputusan secara bersama-sama. Pendelegasian

wewenang yang diberikan kepala desa kepada bawahan atau masyarakat

sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawab

masing-masing bawahan serta sesuai dengan kompetensi masing-masing

bawahan.

Dalam pelaksanaan pembangunan Kepala Desa Malaju sudah

melibatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dengan

mengikutsertakan masyarakat dalam rapat musyawarah desa dan

musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrembangdes). Kepala

desa juga menilai bawahan secara objektif sesuai dengan tugas-tugas

yang diberikan. Kepala Desa memberikan reward kepada bawahan yang

sudah melaksanakan tugas dengan baik dan memberikan punishment

kepada yang melanggar dari tugas dan tanggung jawab . sarana dan

67
prasarana di Desa Malaju sudah mulai membaik tetapi masih ada sarana

dan prasarana yang belum dilakukan pembangunan yang penyebabnya

adalah kurangnya dana desa.

B. Saran

Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah keplala desa

diharapkan untuk dapat mempertahankan gaya kepemimpinan partisipatif.

Serta masyarakat atau aparatur desa diharapkan lebih bertanggung jawab

atas wewenang yang diberikan kepala desa. Dan kepala desa diharapkan

lebih meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat agar

pembangunan di desa MAlaju lebih meningkat.

68
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. (2010), metodelogi penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja

Grafindo persada.

Bayu Suriningrat, (2001), pemerintah dan adminisrtasi. Bandung: PT. Mekar

Djaya.

Bogdam Dan Taylor, Darmadi, (2013), metode penelitian pendidikan dan sosial
Bandung: Alfabeta.

Darmadi, Hamid. (2013). Metode penelitian pendidikan dan sosial. Bandung:

Alfabeta.

Dessler, Gary, (2002), manajemen sumber daya manusia. Jilid 2. PT.

Prenhalindo, Jakarta.

Fahmi, Irham, (2013), analisis laporan keuangan. Cetakan ketiga. Bandung:

Alfabeta.

H.A.R.Tilaar ( 2009), kekuasaan dan pendidikan, kajian manajemen pendidikan

nasional dalam pusaran kekuasaan, Jakarta: Rinika Cipta.

Hamidi, (2005), metode penelitian kualitatif, aplikasi praktis pembuatan proposal

Dan laporan penelitian. Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.

Husain, Walidun, (2011), partisipative leadership. Bandung: MQS Publishing.

69
Hanif, Nurcholis, (2011), pertumbuhan dan penyelenggaraan pemerintahan

Desa. Jakarta: Erlangga

Juliantara, Wijaya. (2004), pembaharuan kabupaten arah realisasi di erah

Otonomi daerah. Jogyakarta.

Kartono, kartini, (2011), pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Mikkelsen, B, (2008), metode penelitian partisipatoris upaya-upaya

Pemberdayan. Sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan

Jakarta: yayasan Obor Indonesia.

Mustakim, Mochammad Zaini, (2015), kepemimpinan desa. Jakarta: kementrian

Desa. Pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik indonesia.

Nawawi, Hadari, (2004), manajemen sumber daya manusia untuk bisnis yang

Kompetitif, cetakan ke empat. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Nana Syaodih Sukmadinata, (2010), metode penelitian pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tjokroamidjojo, (2006), pengantar administrasi pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Rivai, Veithzal (2004), kepemimpinan dan prilaku organisas, Jakarta: Raja

Grapindo persada.

Riyadi, (2002), perencanaan pembangunan daerah strategis mengendalikan

Potensi dalam mewujudkan otonomi daerah,Gramefia, Jakarta.

Ranu pandojo,H, Suad Husnah, (2000), manajemen sumber daya manusia.

Yogyakarta: BPFE-UGM.

Soekanto, soerjono, (2002), Teori perana, Jakarta: Bumi Aksara.

70
Sutarto, (2009), Dasar-dasar organisasi, Gajah Mada Iniversity press,

Yogyakarta.

Soejono, Sukanto, (2001), penelitian hukum normatif, suatu tujuan singkat,

Jakarta: Rajawali press.

Sundariningrum, sugiyah, (2010), partisipasi komite sekolah dalam

Penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional di sekolah

Dasar Negeri IV wates kabupaten kulen progo, Tesis, pps, UNY.

Siagiang, sondang p, (2006), manajemen sumber daya manusia, cetakan ketiga

Belas, Bumi Aksara Jakarta.

Suryadi, (2002), pendidikan, investasi SDM. Dan pembangunan: isu teori dan

Aplikasi, jakarta: Balai pustaka.

Siagian, sondang p, (2002), kiat meningkatkan produktivitas kerja, Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Suparyonon dan Setyono, A, (2002). Padi. Jakarta: penebar swadaya.

Sugiyono, (2012), metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, CV.

Sugiyono, (2013), metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, CV.

Suriningrat, Bayu, (2001), pemerintah dan administrasi. PT. Djaya. Bandung.

Sjafarijal. (2014), perencanaan pembangunan daerah dalam era otonomi.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Siti Irene Astuti Dwiningrum, (2011), Desentralisasi dan partisipasi

71
Masyarakat dalam pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Thoha, Miftah, (2004), perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya.

Jakarta: Rajawali pers.

Widjaja, HAW, (2003), Otonomi desa. Jakarta: Grafindo Persada.

Undang-undang

UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentan Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah.

Peraturan Dalam Negeri No.114 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan

Desa.

72
Dokumentasi

73
74

Anda mungkin juga menyukai