MODUL 4
PENUAAN DAN PERUBAHAN RONGGA MULUT
PASIEN USIA LANJUT
1310015091
1310015103
1310015104
1310015107
1310015109
1310015114
1310015116
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil). Laporan ini dibuat
sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaanpertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami
berterima kasih kepada drg. Silvia Anitasari, M.Si selaku tutor kami yang telah
dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami
ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 1. Tidak lupa juga kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari
informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh
sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.
Samarinda , Mei 2016
Hormat kami,
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
1
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
1.2.
Belakang ........................................................................................
Tujuan ..............................................................................................
1.3.
.......
Manfaat ............................................................................................
........
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Step 1 : Identifikasi Istilah Asing ............................................................
2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah ...................................................................
2.3. Step 3 : Curah Pendapat ..........................................................................
2.4. Step 4 : Kerangka Konsep .......................................................................
2.5. Step 5 : Learning Objective .....................................................................
2.6. Step 6 : Belajar Mandiri ..........................................................................
2.7. Step 7 : Sintesis .......................................................................................
5
5
6
7
8
8
9
27
27
DAFTAR PUSTAKA
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh
setiap orang, dimana pada proses ini terjadi perubahan jaringan tubuh yang sangat
komplek demikian pula halnya pada jaringan rongga mulut. Perubahan terjadi
baik pada jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. Menurut WHO
yang disebut usia tua adalah orang-orang yang berumur 65 tahun keatas. Menurut
Pathy (1985) usia tua dibagi dua kelompok yaitu, young elderly (65-75 tahun),
olderly 75 tahun keatas, namun di Indonesia yang dimaksud usia lanjut dalam
program pemerintah adalah mereka yang berumur 55 tahun keatas (Dit Yankes
1991).
Dengan mengetahui perubahan-perubahan terjadi pada rongga mulut
khususnya pada jaringan lunak mulut. Hal ini sangat membantu kita dalam
mengidentifikasi suatu kelainan dan melakukan perawatan yang efisien terhadap
pasien usia lanjut. Untuk mendapatkan hasil pengobatan dan perawatan yang baik
diperlukan pendekatan yang manusiawi, pendekatan pribadi yang akrab disertai
perasaan untuk mengerti sikap dan perasaan manusia usia Ianjut, juga sangat
penting mengatasi rasa takut dan khawatir pasien usia lanjut tersebut.
1.2
TUJUAN
1.2.1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
1.2.2. Mengetahui proses penuaan pada rongga mulut (Gigi, Lidah,
Kelenjar saliva, Jaringan periodontal, TMJ, Mukosa)
1.2.3. Mengetahui perawatan rongga mulut pada orang lansia yang
berhubungan dengan penuaan
1.3
MANFAAT
Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses penuaan baik secara umum maupun faktor ekstrinsik dan faktor instrinsik,
proses penuaan pada rongga mulut baik jaringan keras rongga mulut maupun
jaringan lunak rongga mulut serta perawatan yang dapat dilakukan oleh dokter
gigi pada orang lansia yang berhubungan dengan proses penuaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO
Pak Handoko, pasien laki-laki 62 tahun datang ke klinik dengan keluhan ngilu
pada seluruh giginya dan sering cepat lelah pada akhir-akhir ini. Ia mengaku tidak
pernah menderita penyakit lainnya, tidak merokok dan selalu hidup sehat.
Sedangkan pada pemeriksaan intra oral, tidak ditemukan karies maupun kalkulus,
namun terdapat resesi gingiva. Diduga hal tersebut berkaitan dengan usia lanjut
dan proses menuanya.
2.1 STEP 1 (IDENTIFIKASI ISTILAH ASING)
1. Penunaan
2. Resesi gingiva
3. Kalkulus
4. Karies
dari plak.
: infeksi pada jaringan keras gigi akibat mikroorganisme
yang memfermentasi karbohidrat menjadi asam sehingga
Pemeriksaan
IO
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Middle age
Elderly
Old
Verry old
Menurut DEPKES RI :
1) Pra-lansia : 45- 59 tahun.
2) Lansia
: > 60 tahun.
3) Lansia resiko tinggi : > 70 tahun.
4) Lansia potensial : seseorang > 60 tahun tetapi dapat menghasilkan
barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial
menghasilkan barang/jasa.
3) Faktor yang mempengaruhi penuuan :
1) Genetik : diturunkan dari orang tua ke anak.
2) Endogenik : hormon wanita menurun
yaitu
esterogen
dapat
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERUBAHAN
PADA RONGGA
MULUT
DAMPAK
MUKOSA
JARINGAN
PERIODONTAL
LIDAH
GIGI
PERAWATAN
RONGGAMULUT
PADA LANSIA
TMJ
KELENJAR SALIVA
2.
3.
Mukosa
Jaringan Periodontal
Lidah
Gigi
Tmj
Kelenjar Saliva
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang perawatan rongga
mulut pada pasien lansia yang berhubungan dengan proses penuaan.
1)
2)
3)
4)
10
organ-organ
untuk
melepaskan
hormon
yang
akan
menstimulasikan pelepasan hormon lain, dan selanjutnya menstimulasikan fungsifungsi tubuh. Proses menua menyebabkan penurunan dalam produksi hormon,
sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengatur dan
memperbaiki bagian yang rusak.
FAKTOR EKSTRINSIK
Asupan Gizi
Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pembentukan kekebalan
tubuh berkurang sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Sehingga dapat
mengganggu fungsi organ dan dapat memicu terjadinya penuaan. Hal ini berlaku
bagi orang yang melakukan diet. Jika diet yang dilakukan tidak sehat maka dapat
mengurangi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat dapat memperlambat terjadinya penuaan. Seperti
contohnya olah raga, orang yang rajin berolah raga akan memiliki tubuh yang
sehat dan bugar dibanding dengan yang jarang berolah raga. Olah raga tidak
hanya membuat tubuh sehat dan bugar, tapi juga mempunyai efek meremajakan
tubuh. Olah raga secara rutin akan melancarkan sirkulasi darah hingga ke jari-jari
tangan bahkan ke kuku. Jika aktivitas sirkulasi darah dan pernafasan meningkat
11
dengan olah raga maka juga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
Sehingga memperlancar peredaran darah ke bawah permukaan kulit.
Selain itu, ketika berolah raga otot-otot di bawah kulit akan menguat.
Semakin kuat otot, maka jaringan kulit juga lebih baik dan menghasilkan kulit
yang elastis. Oleh karena itu, aktivitas fisik seperti olah raga dapat mencegah
timbulnya kerutan, garis-garis halus dan kulit kendur karena mendorong produksi
kolagen, yaitu protein yang bermanfaat menjaga ketahanan struktur kulit.
Gaya hidup yang kurang sehat dan dapat mempercepat terjadinya penuaan
adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Keduanya dapat menyebabkan
kerusakan kulit. Pada perokok dan pengkonsumsi alkohol akan cenderung
memiliki kulit yang kering, keriput, dan kusam. Kondisi ini dikarenakan racun
dan radikal yang terkandung di dalam rokok dan alkohol menyebabkan sel kulit
cepat mati dan membutuhkan waktu yang lama untuk regenerasi.
Ada juga faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi penuaan, yaitu pola
tidur. Orang yang pola tidurnya tidak teratur akan cepat mengalami penuaan.
Karena sel di dalam tubuhnya terus dalam keadaan tegang akibat kurang istirahat.
Radikal Bebas
Radikal bebas di dalam tubuh dapat berasal dari diet, obat-obatan, gaya
hidup tidak sehat (seperti merokok dan alkohol), radiasi, dan lain-lain. Namun
radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam tubuh, yang merupakan
hasil produksi energy, terutama di dalam mitokondria. Proses sederhana dari
makan, minum, dan bernafas membentuk radikal bebas dari siklus produksi
energi, saat tubuh memproduksi molekul energy universl ATP. Dalam hal ini,
oksigen merupakan produser radikal bebas yang poten.
Radikal bebas menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat
terjadinya penuaan karena radikal bebas merupak satu elektron bebas. Dan
elektron bebas inilah yang bereaksi merusak molekul sehat di dalam tubuh.
Sehingga menyebabkan molekul seimbang menjadi tidak seimbang.
PENUAAN RONGGA MULUT
GIGI
12
biasanya
menunjukkan
tanda-tanda
perubahan
dengan
bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi
disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan.
Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan usia, termasuk
kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia.
a.
EMAIL
Erosi
Abrasi :
berkurang atau hilang hingga mencapi dentin. Penyebab yaitu gaya friksi
(gesekan) langsung antara gigi yang
karena cara menyikat gigi yang tidak tepat, kebiasaan buruk seperti
menggigit pensil, mengunyah tembakau, menggunakan tusuk gigi yang
berlebihan diantara gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang
menggunakan cengkeraman.
13
Atrisi
b.
DENTIN
Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan pada dentin.
c.
karies.
d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.
PULPA
14
produksi
saliva
tentunya
akan
mengganggu
proses
15
16
gingiva. Luas dari attached gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia,
namun sebaliknya muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional
epithelium dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva
pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) sebagai
suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi. Resesi gingiva bukan
merupakan proses fisiologi dari aging namun dijelaskan oleh efek kumulatif
inflamasi atau trauma pada periodonsium.
Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan pada jaringan ikat
gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada kolagen termasuk peningkatan
rata-rata soluble menjadi insoluble collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan
dan denaturasi suhu. Akibat rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi
kolagen yang disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.
LIGAMEN PERIODONTAL.
Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua (penuaan) atau aging
termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan suatu struktur irregular berlebih
membuat perubahan pada jaringan ikat gingiva. Penemuan lain menyebutkan
adanya penurunan produksi matriks organic dan resting cell epithelium serta
meningkatnya jumlah dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila
gigi tidak berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan
hilang.
CEMENTUM.
Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya bisa 5-10 kali
lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena adanya deposisi
yang terus berlanjut setelah gigi erupsi. Penebalan terjadi biasanya pada
permukaan apical dan lingual.
Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.
Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan elastisitas
jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia tidak
berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit
17
mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat
mengubah gambran klinis
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan epitel,
penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas submukosa,
meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan degenerati kolagen.
Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan sel sel epitel untuk
memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan terganggunya asupan nutrisi pada
mukosa.
Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin bertambah pada
pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya elastisitas pembuluh darah,
sehingga pembuluh darah akan semakin kaku. Aliran darahpun juga akan
terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel epitel akan memburuk.
Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat, tipis,halus,kering dan
hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena behubungan dengan hilangnya
keratin akibat proses penuaan.
Karakteristik penuaan mukosa mulut :
-
MANDIBULA
Penuaan
pada
mandibula
terjadi
karena
adanya
resorpsi
tulang
18
sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak terdukung sehingga wajah
menjadi keriput.
Resorbsi
tulang
alveolar
menyebabkan
ruang
gerak
membuka
dan
menutup
mandibula.Penuaan
19
tergantung pada pelayanan para petugas kesehatan (Lestari & Boesro, 2003).
Karena banyak masalah terkait kesehatan umum dan kemunduran pada lansia,
maka untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia harus
memperhatikan prinsip pelayanan geriatrik. Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan
geriatrik adalah (Martono, 1994) :
a)
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia peranan dokter gigi dan perawat
membutuhkan kesabaran, simpatik, terampil (dapat bekerja cepat), dan terencana
sesuai dengan prinsip-prinsip geriatrik yaitu:
1) Melakukan diagnosa keadaan kesehatan gigi dan mulut, serta selalu
mencurigai adanya penyakit umum/sistemik yang diderita.
2) Merencanakan perawatan terutama untuk penyakit yang dikeluhkan.
3) Melakukan perawatan secara sistemik dengan waktu yang singkat dan
dilakukan dengan sabar , simpatik, dan terampil.
4) Melakukan perawatan secara bersama-sama (team work) antara dokter
dan dokter gigi, sehingga kebutuhan perawatan gigi dan mulut dapat
dilakukan
secara
optimal
dalam
menunjang
kesehatan
secara
keseluruhan.
5) Selama perawatan sebaiknya didampingi keluarga lansia.
(Winkler, 1986)
JENIS-JENIS PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan
yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan
pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
a)
Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
20
21
penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko.
c)
hipertensi,
deteksi
dan
pengobatan
kangker, screening:
memanfaatkan
Buku
Kesehatan
Pribadi
(BKP),
serta
Karies akar
Masalah karies akar pada lansia harus difokuskan pada pencegahan.
Teknik menyikat gigi yang baik sangat penting untuk meminimalisasikan
terjadinya resesi gingiva dan mengurangi resiko terjadinya insiden karies
22
Penyakit periodontal
Perawatan yang dapat dilakukan berupa pembersihan plak secara
mekanis yaitu skelling dan pembersihan akar yang dapat disertai dengan
pembedahan untuk membuka akses ke bagian akar diikuti dengan
pemberian antimikroba yang jenisnya bervariasi, kombinasi antara
metronidazole dengan dosisiklin adalah yang biasanya digunakan.
3.
Pembersihan lidah
Melakukan penyikatan lidah secara teratur seharusnya dimulai pada
usia lanjut, dianjurkan segera setelah lidah menunjukkan suatu lapisan
selaput putih tebal yang sedang berkembang dan tampak jelas diatas
lidah. Lapisan ini dapat dihilangkankan dengan mudah dengan
penggunaan sikat gigi yang lembut. Lidah harus dibersihkan sebanyak
dua kali yaitu pada waktu setelah makan pagi hari dan malam sebelum
tidur, berguna untuk mencegah perkembangan Odontomyces viscosus dan
pembentukkan suatu massa.
4.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut WHO (1999) menggolongkan lansia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu : a) usia pertengahan (middle age) antara usia
45 sampai 59; b) anjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun; c) lanjut usia
tua (old) 75 90 tahun dan d) usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut UU No. 13 1998 dalam Mariam, dkk (2008) lansia dibagi
menjadi lima klasifikasi yaitu: a) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia
antara 45-59 tahun; b) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas; c) Lansia
resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan; d) Lansia potensial, seseorang
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan mampu melakukan kegiatan untuk
menghasilkan barang atau jasa; e) Lansia tidak potensial, seseorang yang tidak
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
Faktor yang mempengaruhi penuaan dapat berupa faktor ekstrinsik meliputi
asupan gizi, gaya hidup serta radikal bebas dan faktor intrinsik meliputi gen,
sistem imun serta neuroendokrin. Perubahan dapat terjadi pada jaringan lunak
maupun jaringan keras pada lansia. Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia
meliputi lima upaya kesehatan yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
24
3.2. SARAN
Dengan selesainya pembuatan laporan modul ini, diharapkan laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Serta
diharapkan pula pembaca untuk menggali kembali meteri tersebut dengan mencari
beberapa referensi tentang penuaan dan perubahan rongga mulut pada usia lanjut.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
F Peter, R Arthur, & L Jhon. 2005. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.
Greenberg, M.S ; A. Garfunkel. 2003. Burkets Oral Medicine 10th edition.
Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Lestari, S, dan Boesro, S. 2003. Pendekatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
pada Lansia. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi: 1:48-50.
Loesche WJ, et al. 1995. Dental Findings in Geriatric Population with Diverse
Medical Backgrounds. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.
Martono, H, dan Darmojo, R, B. 1994. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut. Jurnal
Jaringan Epidemiologi Nasional: 9-24.
Winkler, S, dan Massler,D. 1986. Oral Aspects of Aging. In: Calkins E, Davis PJ,
Ford AB, eds. The practice of Geriatrics 1 st Ed. Philadelphia: WB Saunders:
477-87.
Wycoff, S,J, dan Epstein, S. 1984. Geriatric Dentistry. In: Lynch MA, Brightman
VJ, Greenberg MS, eds. Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment 8 th
ed. Philadelphia: JB Lippincott Company: 561-75.
25