Anda di halaman 1dari 26

BLOK 18 GERIODONTOLOGI DAN DENTAL FORENSIK

MODUL 4
PENUAAN DAN PERUBAHAN RONGGA MULUT
PASIEN USIA LANJUT

Disusun oleh : Kelompok 1


Irmawati
Adelia Caesarini
Cynthia Clarissa
Dini Sylvana
Siti Nur Azizah
Frediyuana Dharmaswara
Andre Kusuma R

1310015091
1310015103
1310015104
1310015107
1310015109
1310015114
1310015116

Tutor : drg. Silvia Anitasari, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil). Laporan ini dibuat
sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaanpertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami
berterima kasih kepada drg. Silvia Anitasari, M.Si selaku tutor kami yang telah
dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami
ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 1. Tidak lupa juga kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari
informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh
sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.
Samarinda , Mei 2016
Hormat kami,

Kelompok 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................

1
2

BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar

1.2.

Belakang ........................................................................................
Tujuan ..............................................................................................

1.3.

.......
Manfaat ............................................................................................

........
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Step 1 : Identifikasi Istilah Asing ............................................................
2.2. Step 2 : Identifikasi Masalah ...................................................................
2.3. Step 3 : Curah Pendapat ..........................................................................
2.4. Step 4 : Kerangka Konsep .......................................................................
2.5. Step 5 : Learning Objective .....................................................................
2.6. Step 6 : Belajar Mandiri ..........................................................................
2.7. Step 7 : Sintesis .......................................................................................

5
5
6
7
8
8
9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ..............................................................................................
3.2. Saran ........................................................................................................

27
27

DAFTAR PUSTAKA

28

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Proses menua merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh
setiap orang, dimana pada proses ini terjadi perubahan jaringan tubuh yang sangat
komplek demikian pula halnya pada jaringan rongga mulut. Perubahan terjadi
baik pada jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. Menurut WHO
yang disebut usia tua adalah orang-orang yang berumur 65 tahun keatas. Menurut
Pathy (1985) usia tua dibagi dua kelompok yaitu, young elderly (65-75 tahun),
olderly 75 tahun keatas, namun di Indonesia yang dimaksud usia lanjut dalam
program pemerintah adalah mereka yang berumur 55 tahun keatas (Dit Yankes
1991).
Dengan mengetahui perubahan-perubahan terjadi pada rongga mulut
khususnya pada jaringan lunak mulut. Hal ini sangat membantu kita dalam
mengidentifikasi suatu kelainan dan melakukan perawatan yang efisien terhadap
pasien usia lanjut. Untuk mendapatkan hasil pengobatan dan perawatan yang baik
diperlukan pendekatan yang manusiawi, pendekatan pribadi yang akrab disertai
perasaan untuk mengerti sikap dan perasaan manusia usia Ianjut, juga sangat
penting mengatasi rasa takut dan khawatir pasien usia lanjut tersebut.
1.2

TUJUAN
1.2.1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan
1.2.2. Mengetahui proses penuaan pada rongga mulut (Gigi, Lidah,
Kelenjar saliva, Jaringan periodontal, TMJ, Mukosa)
1.2.3. Mengetahui perawatan rongga mulut pada orang lansia yang
berhubungan dengan penuaan

1.3

MANFAAT
Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

proses penuaan baik secara umum maupun faktor ekstrinsik dan faktor instrinsik,
proses penuaan pada rongga mulut baik jaringan keras rongga mulut maupun
jaringan lunak rongga mulut serta perawatan yang dapat dilakukan oleh dokter
gigi pada orang lansia yang berhubungan dengan proses penuaan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO
Pak Handoko, pasien laki-laki 62 tahun datang ke klinik dengan keluhan ngilu
pada seluruh giginya dan sering cepat lelah pada akhir-akhir ini. Ia mengaku tidak

pernah menderita penyakit lainnya, tidak merokok dan selalu hidup sehat.
Sedangkan pada pemeriksaan intra oral, tidak ditemukan karies maupun kalkulus,
namun terdapat resesi gingiva. Diduga hal tersebut berkaitan dengan usia lanjut
dan proses menuanya.
2.1 STEP 1 (IDENTIFIKASI ISTILAH ASING)
1. Penunaan

: proses fisiologis berkurangnya atau menurunnya fungsi

2. Resesi gingiva
3. Kalkulus

tubuh akibat bertambahnya usia.


: kondisi menurunnya gingiva sehingga akar gigi terekspose.
: deposit keras yang melekat pada gigi akibat termineralisasi

4. Karies

dari plak.
: infeksi pada jaringan keras gigi akibat mikroorganisme
yang memfermentasi karbohidrat menjadi asam sehingga

Pemeriksaan
IO

melarutkan email gigi dan membentuk kavitas.


: salah satu jenis pemeriksaan klinis yang dilakukan di
dalam rongga mulut.

2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)


1.

Mengapa suatu jaringan dapat mengalami penuaan ?

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kapan seseorang dikatakan telah menua ?


Faktor apa yang mempengaruhi proses penuaan ?
Perubahan apa saja yang terjadi di ronggamulut pada usia lanjut ?
Bagaimana proses biologis pada penuaan ?
Bagaimana proses penuaan pada gigi geligi dan tulang alveolar ?
Lebih cepat mana proses penuuan pada jaringan keras atau jar lunak RM ?
Apa hubungan resesi gingiv dengan penuuan ?
Bagaimana perawatan gigi dan mulut pada manula ?

2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)


1) Karena berkurangnya vaskularisasi , menurunnya fungsi neuroendokrin, atrofi
pada muskulus , berkurangnya asupan nutrisi.
2) Usia lanjut menurut WHO:
1)
2)
3)
4)

Middle age
Elderly
Old
Verry old

: usia 45-59 tahun.


: usia 60 -74 tahun.
: usia 75 -90 tahun.
: > 90 tahun.

Menurut DEPKES RI :
1) Pra-lansia : 45- 59 tahun.
2) Lansia
: > 60 tahun.
3) Lansia resiko tinggi : > 70 tahun.
4) Lansia potensial : seseorang > 60 tahun tetapi dapat menghasilkan
barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial

: seseorang > 60 tahun tetapi tidak dapat

menghasilkan barang/jasa.
3) Faktor yang mempengaruhi penuuan :
1) Genetik : diturunkan dari orang tua ke anak.
2) Endogenik : hormon wanita menurun

yaitu

esterogen

dapat

menyebabkan penurunan osteoblast dan peningkatan osteoklast sehingga


mempercepat resobsi tulang.
3) Eksogenik : faktor dari luar contohnya defisiensi nutrisi, radikal bebas.
4) Perubahan pada rongga mulut akibat penuaan :
1) Lidah
: terjadi atrofi papila, terdapat fissure sehingga
menurunkan fungsi pengecapan.
2) Kelenjar saliva : terjadi atrofi pada kelenjar sehingga menurunkan
produksi salia menyebabkan xerostomia.
3) Gingiva
: terjadi penambahan jaringan ikat dan menurunan
produksi epitel sehingga menurunkan fungsi barier dan gingiva
junctional turun ke apikal.
4) Lig periodontal : penuruna sel fibroblast mengakibatkan struktur
ligamen menjadi irreguler .
5) Mukosa
perubahan struktur dan fungsi terlihat pucat, kering dan
elastisitas berkurang. Mudah iritasi dan infeksi.
6) Gigi geligi
: terjadi hipersementosis dan penebalan dentin skunder
sehingga menyempitkan ruang pulpa.
5) Cari lagi
6) Gigi geligi : terjadi hipersementosis dan penebalan dentin skunder sehingga
menyempitkan ruang pulpa.
7) Lebih cepat pada jaringan lunak daripada keras. Cari lagi .
8) Akibat pergerakan epitel junctional pada gingiva keapikal menyebabkan
resesi gingiva.
9) Dengan cara : edukasi ( menjaga oral hygine, menghindari faktor pencetus
penyakit sistemik dengan pola hidup sehat ), kuratif ( penambalan dan
pencabutan gigi ) , rehabilitatif ( pembuatan gigi tiruan ).

2.4 STEP 4 (KERANGKA KONSEP)


PROSES PENUAAN
\

FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERUBAHAN
PADA RONGGA
MULUT
DAMPAK

MUKOSA
JARINGAN
PERIODONTAL
LIDAH
GIGI

PERAWATAN
RONGGAMULUT
PADA LANSIA

TMJ
KELENJAR SALIVA

STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE)


1.

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap penuaan.

2.

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang proses penuuan pada


rongga mulut :

3.

Mukosa

Jaringan Periodontal

Lidah

Gigi

Tmj

Kelenjar Saliva
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang perawatan rongga
mulut pada pasien lansia yang berhubungan dengan proses penuaan.

2.6 STEP 6 (BELAJAR MANDIRI)


Pada tahap ini kami melakukan belajar mandiri sesuai dengan learning
objectives yang telah dirumuskan.

2.7 STEP 7 (SINTESIS)


DEFINISI AGING
Aging atau penuaan bukan hanya proses menjadi tua. Penuaan adalah apa
yang membuat tua tidak sebaik baru dan ketika laju kegagalan meningkat
bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit, lemah, dan kadang
sekarat (Gavrilov, 2004).
Definisi aging menurut A4M (American Academy of Anti-Aging Medicine)
adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang berhubungan dengan aging
normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, dalam banyak kasus dapat diubah
dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003).
Websters New World Dictionary mendefinisikan aging sebagai proses
menjadi tua atau menunjukkan tanda-tanda menjadi tua. Kenyataannya aging
dapat dibagi menjadi dua konsep yang berbeda, yaitu : usia kronologis dan usia
biologis. Pada saat merayakan hari ulang tahun (merayakan usia kronologis),
kadang benar bahwa penampilan sistem tubuh seseorang, dari fungsi mental
hingga penampilan seksual sampai kekuatan fisik, lebih baik atau lebih buruk dari
yang diperkirakan jika dibandingkan dengan orang yang seusianya (ini adalah
contoh usia biologis) (Goldman dan Klatz, 2007; Pangkahila, 2007).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak


hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional (Nugroho, 2006).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi,
2000).
Menurut Undang-Undang No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia,
lansia adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Bertambahnya usia
maka secara perlahan beberapa fungsi biologis juga akan mengalami kemunduran.
Hal ini disebabkan karena adanya proses penuaan yang disebut dengan aging
process. Aging merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya seharihari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
KLASIFIKASI LANSIA
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :

1)

usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59

2)

lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun

3)

lanjut usia tua (old) 75 90 tahun

4)

usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia


dalam Mariam, dkk (2008) lansia dibagi menjadi lima klasifikasi yaitu:3
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas,
3) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial, seseorang yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
mampu melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial, seseorang yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
10) Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
11) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
12) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN
Proses menua dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu ada faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
FAKTOR INTRINSIK
Gen
Gen berperan sebesar 60% dalam terjadinya penuaan pada tubuh. Pada
awal pembentukan setiap manusia, kode genetik dalam DNA telah memiliki
program kapan tubuh manusia tersebut akan mengalami penuaan. Sehingga pada
saatnya nanti setiap sel pada tubuh akan mulai mengalami penurunan fungsi

10

sampai akhirnya berhenti berfungsi.


Sistem Imun
Apabila sistem imun seseorang rendah, maka penyakit akan mudah
menyerang. Sebagian besar pathogenesis penyakit adalah akibat adanya respon
fungsi ekstrinsik, contohnya adalah infeksi. Akibatnya, kehadiran suatu penyakit
akan menyebabkan perubahan atau disfungsi organ yang terkena penyakit, hal ini
dapat memicu terjadinya proses penuaan.
Neuroendokrin
Neuroendokrin yang menguraikan tentang jaringan biokimia yang
kompleks yang mengatur pelepasan hormon oleh tubuh manusia. Hipotalamus
melepaskan hormon yang mempunyai bermacam reaksi berantai yang akan
menstimulasikan

organ-organ

untuk

melepaskan

hormon

yang

akan

menstimulasikan pelepasan hormon lain, dan selanjutnya menstimulasikan fungsifungsi tubuh. Proses menua menyebabkan penurunan dalam produksi hormon,
sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengatur dan
memperbaiki bagian yang rusak.
FAKTOR EKSTRINSIK
Asupan Gizi
Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pembentukan kekebalan
tubuh berkurang sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Sehingga dapat
mengganggu fungsi organ dan dapat memicu terjadinya penuaan. Hal ini berlaku
bagi orang yang melakukan diet. Jika diet yang dilakukan tidak sehat maka dapat
mengurangi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
Gaya Hidup
Gaya hidup yang sehat dapat memperlambat terjadinya penuaan. Seperti
contohnya olah raga, orang yang rajin berolah raga akan memiliki tubuh yang
sehat dan bugar dibanding dengan yang jarang berolah raga. Olah raga tidak
hanya membuat tubuh sehat dan bugar, tapi juga mempunyai efek meremajakan
tubuh. Olah raga secara rutin akan melancarkan sirkulasi darah hingga ke jari-jari
tangan bahkan ke kuku. Jika aktivitas sirkulasi darah dan pernafasan meningkat

11

dengan olah raga maka juga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
Sehingga memperlancar peredaran darah ke bawah permukaan kulit.
Selain itu, ketika berolah raga otot-otot di bawah kulit akan menguat.
Semakin kuat otot, maka jaringan kulit juga lebih baik dan menghasilkan kulit
yang elastis. Oleh karena itu, aktivitas fisik seperti olah raga dapat mencegah
timbulnya kerutan, garis-garis halus dan kulit kendur karena mendorong produksi
kolagen, yaitu protein yang bermanfaat menjaga ketahanan struktur kulit.
Gaya hidup yang kurang sehat dan dapat mempercepat terjadinya penuaan
adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Keduanya dapat menyebabkan
kerusakan kulit. Pada perokok dan pengkonsumsi alkohol akan cenderung
memiliki kulit yang kering, keriput, dan kusam. Kondisi ini dikarenakan racun
dan radikal yang terkandung di dalam rokok dan alkohol menyebabkan sel kulit
cepat mati dan membutuhkan waktu yang lama untuk regenerasi.
Ada juga faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi penuaan, yaitu pola
tidur. Orang yang pola tidurnya tidak teratur akan cepat mengalami penuaan.
Karena sel di dalam tubuhnya terus dalam keadaan tegang akibat kurang istirahat.
Radikal Bebas
Radikal bebas di dalam tubuh dapat berasal dari diet, obat-obatan, gaya
hidup tidak sehat (seperti merokok dan alkohol), radiasi, dan lain-lain. Namun
radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam tubuh, yang merupakan
hasil produksi energy, terutama di dalam mitokondria. Proses sederhana dari
makan, minum, dan bernafas membentuk radikal bebas dari siklus produksi
energi, saat tubuh memproduksi molekul energy universl ATP. Dalam hal ini,
oksigen merupakan produser radikal bebas yang poten.
Radikal bebas menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat
terjadinya penuaan karena radikal bebas merupak satu elektron bebas. Dan
elektron bebas inilah yang bereaksi merusak molekul sehat di dalam tubuh.
Sehingga menyebabkan molekul seimbang menjadi tidak seimbang.
PENUAAN RONGGA MULUT
GIGI

12

Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis akibat


tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami diskolorasi menjadi
lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi, dan atrisi.
Gigi-gigi

biasanya

menunjukkan

tanda-tanda

perubahan

dengan

bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi
disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan.
Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan usia, termasuk
kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia.
a.

EMAIL
Erosi

: Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan

kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena proses


kimiawi dan tidak melibatkan bakeri. Penyebab utama larutnya email gigi
adlah makanan atu minuman yang mengandung asam, asam yang timbul
akibat gangguan pencernaan yaitu hasil metabolisme sisa makanan oleh
kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.

Abrasi :

terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi

berkurang atau hilang hingga mencapi dentin. Penyebab yaitu gaya friksi
(gesekan) langsung antara gigi yang

berkontak dengan objek eksternal

karena cara menyikat gigi yang tidak tepat, kebiasaan buruk seperti
menggigit pensil, mengunyah tembakau, menggunakan tusuk gigi yang
berlebihan diantara gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang
menggunakan cengkeraman.

13

Atrisi

: hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada

permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses mekanis


yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan. Penyebabnya yaitu
proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk seperti mrngunyah
sirih, kontak premature dan makanan yang bersifat abrasive, serta proses
fisiologis pengunyahan pada manula.

b.

DENTIN
Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan pada dentin.

Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin yang jarang - jarang,


sehingga serat matriks orientasinya menjadi berjauhan dan susunan tubulus
menjadi kacau. Reaksi kedua dapat terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang
terekspos di area atrisi. Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih
mengandung apatit ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke
korona pada dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa
pada dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan
penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan dentin yang
lambat.
Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:
a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah
odontoblas.
b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan
tubulus dentin bengkok.
c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin
menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada

c.

karies.
d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.
PULPA

14

a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.


b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.
c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut
sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran
kamar pulpa.
d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa
KELENJAR SALIVA
Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini disebabkan
oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk sekresi saliva.
Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar saliva. Terganggunya
proses

produksi

saliva

tentunya

akan

mengganggu

proses

pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan xerostomia .


Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan mempengaruhi dari
proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain itu, akan mempersulit
fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan terjadinya karies gigi.
LIDAH
Pada lidah, proses penuaan akan berakibat berkurangnya tonus lidahh. Hal ini
disebabkan karena serabut serabut otot mulai digantikan oleh jaringan kolagen
dan lemak, sehingga kekuatan dan kelenturan otot menurun yang nantinya akan
mempengaruhi kemampuan kontraksi pada lidah. Lidah nampak bercelah dan
beralur atau ada pula yang tampak berambut .Varikositas pada ventral lidah
tampak jelas. Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan
terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan
persepsiterhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang
kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi
lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah
besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.
GINGIVA

15

Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya keratinisasi


epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan
dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri
meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang, atau keduanya.
Karena itulah, perubahan tersebut dapat mempengaruhi hasil perawatan
periodontal jangka panjang.
Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel
Junction
Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi
gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak oklusal dengan gigi
lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan gigi karena atrisi. Hal ini
kemudian berkaitan dengan resesi gingiva. Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut
usia bukanlah merupakan proses fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat
kumulatif dari inflamasi atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti
menyikat gigi yang terlalu keras).

a) Epithelium Gingiva dan Jaringan Ikat Gingiva


Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva dilaporkan
dengan usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut dapat berisi sebuah
peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada antigens bacterial, penurunan
resistensi pada trauma fungsional atau keduanya. Perubahan dengan aging
termasuk flattening (pendataran) atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas
sel.
Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi subjek pada
banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari posisinya, sebagai contoh
pada enamel, ke posisi apical lainnya pada permukaan akar dengan disertai resesi

16

gingiva. Luas dari attached gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia,
namun sebaliknya muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional
epithelium dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva
pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) sebagai
suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi. Resesi gingiva bukan
merupakan proses fisiologi dari aging namun dijelaskan oleh efek kumulatif
inflamasi atau trauma pada periodonsium.
Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan pada jaringan ikat
gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada kolagen termasuk peningkatan
rata-rata soluble menjadi insoluble collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan
dan denaturasi suhu. Akibat rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi
kolagen yang disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.
LIGAMEN PERIODONTAL.
Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua (penuaan) atau aging
termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan suatu struktur irregular berlebih
membuat perubahan pada jaringan ikat gingiva. Penemuan lain menyebutkan
adanya penurunan produksi matriks organic dan resting cell epithelium serta
meningkatnya jumlah dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila
gigi tidak berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan
hilang.
CEMENTUM.
Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya bisa 5-10 kali
lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena adanya deposisi
yang terus berlanjut setelah gigi erupsi. Penebalan terjadi biasanya pada
permukaan apical dan lingual.
Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.
Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan elastisitas
jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia tidak
berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit

17

mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat
mengubah gambran klinis
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan epitel,
penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas submukosa,
meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan degenerati kolagen.
Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan sel sel epitel untuk
memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan terganggunya asupan nutrisi pada
mukosa.
Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin bertambah pada
pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya elastisitas pembuluh darah,
sehingga pembuluh darah akan semakin kaku. Aliran darahpun juga akan
terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel epitel akan memburuk.
Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat, tipis,halus,kering dan
hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena behubungan dengan hilangnya
keratin akibat proses penuaan.
Karakteristik penuaan mukosa mulut :
-

Terlihat pucat dan kering


Hilangnya stippling
Terjadinya Oedema
Elastisitas jaringan berkurang
Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh
Kemunduran lamina propria
Epitel mengalami penipisan
Keratinisasi berkurang
Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi
Penebalan serabut kolagen pada lamina propia

MANDIBULA
Penuaan

pada

mandibula

terjadi

karena

adanya

resorpsi

tulang

alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi


atau setelah pencabutan.
TULANG ALVEOLAR
Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah pencabutan gigi,

18

sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak terdukung sehingga wajah
menjadi keriput.
Resorbsi

tulang

alveolar

menyebabkan

pengurangan jumlah tulang akibat kerusakan


tulang karena adanya peningkatan osteoklast
(fungsinya : perusakan tulang) sehingga terjadi
proses osteolisis dan peningkatan vaskularisasi.
Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi
otot bertambah panjang saat menutup mulut.
Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks. Terjadi resorbsi pada caput mandibula,
membatasi

ruang

gerak

membuka

dan

menutup

mandibula.Penuaan

mengakibatkan kehilangan kontak oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.


TMJ
Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena hilangnya
serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot
rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang masih bergigi.
Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otototot mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar.
Sehingga dapat mengakibatkan:
1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior telah
diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust
mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Inilah
yang memicu perubahan letak condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan
kelainan pada TMJ.
2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup
mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.
3. Penuaan mengakibatkan remodeling.
PERAWATAN RONGGA MULUT PADA LANSIA
Pelayanan kesehatan pada lansia akan berbeda standarnya, karena itu
penyampaian dan kepuasaan pelanggan terutama pada usia lanjut sangat

19

tergantung pada pelayanan para petugas kesehatan (Lestari & Boesro, 2003).
Karena banyak masalah terkait kesehatan umum dan kemunduran pada lansia,
maka untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia harus
memperhatikan prinsip pelayanan geriatrik. Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan
geriatrik adalah (Martono, 1994) :
a)

Pendekatan yang tepat dan menyeluruh,

b) Pendekatan team work,


c)

Keterpaduan dalam diagnosa dan terapi

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia peranan dokter gigi dan perawat
membutuhkan kesabaran, simpatik, terampil (dapat bekerja cepat), dan terencana
sesuai dengan prinsip-prinsip geriatrik yaitu:
1) Melakukan diagnosa keadaan kesehatan gigi dan mulut, serta selalu
mencurigai adanya penyakit umum/sistemik yang diderita.
2) Merencanakan perawatan terutama untuk penyakit yang dikeluhkan.
3) Melakukan perawatan secara sistemik dengan waktu yang singkat dan
dilakukan dengan sabar , simpatik, dan terampil.
4) Melakukan perawatan secara bersama-sama (team work) antara dokter
dan dokter gigi, sehingga kebutuhan perawatan gigi dan mulut dapat
dilakukan

secara

optimal

dalam

menunjang

kesehatan

secara

keseluruhan.
5) Selama perawatan sebaiknya didampingi keluarga lansia.
(Winkler, 1986)
JENIS-JENIS PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan
yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan
pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
a)

Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan

20

dukungan klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik


kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.
Upaya promotif di lakukan untuk membantu organ-organ mengubah gaya
hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat
tentang perilaku hidup mereka.Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia
adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan
alat pengaman dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat
kimia.
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan
pengunaan sistem keamanan kerja.
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan
untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi
radiasi di rumah, meningkatkan pengolahan rumah tangga terhadap
bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obatobatan.
4) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang
bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi
dan mulut.
b) Pencegahan (Preventif)
Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a)

Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,


terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis
pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling,
berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di
dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi yang
tepat.

b) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap

21

penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko.
c)

Jenis pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut:


kontrol

hipertensi,

deteksi

dan

pengobatan

kangker, screening:

pemeriksaan rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.


d) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala
penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta
perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat
jalan dan perawatan jangka panjang.
c)

Diagnosis dini dan Pengobatan


1.

Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas


profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan
tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS)
Lansia,

memanfaatkan

Buku

Kesehatan

Pribadi

(BKP),

serta

penandatangan kontrak kesehatan.


2.

Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang


terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan,
pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen.

PENATALAKSANAAN MASALAH DALAM RONGGA MULUT


Penatalaksanaan masalah dalam rongga mulut lansia disesuaikan dengan
masalah yang timbul pada masing-masing individu, secara umum perawatan yang
dilakukan pada lansia tidak jauh berbeda dengan perawatan pada usia muda
namun akibat adanya kemunduran dan berbagai perubahan yang menyertai usia
lanjut maka dalam penatalaksanaannya terdapat perbedaan yang disesuaikan
dengan kebutuhan lansia sendiri. Penatalaksanaan masalah kesehatan rongga
mulut lansia secara umum meliputi perawatan terhadap (Wycoff, 1984) :
1.

Karies akar
Masalah karies akar pada lansia harus difokuskan pada pencegahan.
Teknik menyikat gigi yang baik sangat penting untuk meminimalisasikan
terjadinya resesi gingiva dan mengurangi resiko terjadinya insiden karies

22

akar yang banyak dialami oleh lansia.


Pengolesan larutan stannous fluorida secara topikal pada sementum
yang mengalami demineralisasi dapat menambah daya tahan terhadap
kerusakan lebih lanjut.
2.

Penyakit periodontal
Perawatan yang dapat dilakukan berupa pembersihan plak secara
mekanis yaitu skelling dan pembersihan akar yang dapat disertai dengan
pembedahan untuk membuka akses ke bagian akar diikuti dengan
pemberian antimikroba yang jenisnya bervariasi, kombinasi antara
metronidazole dengan dosisiklin adalah yang biasanya digunakan.

3.

Pembersihan lidah
Melakukan penyikatan lidah secara teratur seharusnya dimulai pada
usia lanjut, dianjurkan segera setelah lidah menunjukkan suatu lapisan
selaput putih tebal yang sedang berkembang dan tampak jelas diatas
lidah. Lapisan ini dapat dihilangkankan dengan mudah dengan
penggunaan sikat gigi yang lembut. Lidah harus dibersihkan sebanyak
dua kali yaitu pada waktu setelah makan pagi hari dan malam sebelum
tidur, berguna untuk mencegah perkembangan Odontomyces viscosus dan
pembentukkan suatu massa.

4.

Pemasangan gigi tiruan


Bagian lansia yang terdapat kehilangan gigi geligi asli beberapa
dapat dibuatkan gigi tiruan sebagian, sedankan untuk lansia yang
mengalami kehilangan gigi seluruhnya dapat dibuatkan gigi tiruan
lengkap.
Gigi tiruan ini berfungsi unutk pemulihan fungsi dan penampilan
wajah serta pemeliharaan dari kesehatan rongga mulut pasien. Selain itu
pasien lansia harus diberitahu tentang pentingnya pemeriksaan berkala
dan perawatan berikutnya saat diperlukan.

23

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut WHO (1999) menggolongkan lansia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu : a) usia pertengahan (middle age) antara usia
45 sampai 59; b) anjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun; c) lanjut usia
tua (old) 75 90 tahun dan d) usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan menurut UU No. 13 1998 dalam Mariam, dkk (2008) lansia dibagi
menjadi lima klasifikasi yaitu: a) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia
antara 45-59 tahun; b) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun keatas; c) Lansia
resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan; d) Lansia potensial, seseorang
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan mampu melakukan kegiatan untuk
menghasilkan barang atau jasa; e) Lansia tidak potensial, seseorang yang tidak
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
Faktor yang mempengaruhi penuaan dapat berupa faktor ekstrinsik meliputi
asupan gizi, gaya hidup serta radikal bebas dan faktor intrinsik meliputi gen,
sistem imun serta neuroendokrin. Perubahan dapat terjadi pada jaringan lunak
maupun jaringan keras pada lansia. Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia
meliputi lima upaya kesehatan yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.

24

3.2. SARAN
Dengan selesainya pembuatan laporan modul ini, diharapkan laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Serta
diharapkan pula pembaca untuk menggali kembali meteri tersebut dengan mencari
beberapa referensi tentang penuaan dan perubahan rongga mulut pada usia lanjut.
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
F Peter, R Arthur, & L Jhon. 2005. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.
Greenberg, M.S ; A. Garfunkel. 2003. Burkets Oral Medicine 10th edition.
Philadelphia : J.B. Lippincott Company.
Lestari, S, dan Boesro, S. 2003. Pendekatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
pada Lansia. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi: 1:48-50.
Loesche WJ, et al. 1995. Dental Findings in Geriatric Population with Diverse
Medical Backgrounds. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.
Martono, H, dan Darmojo, R, B. 1994. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut. Jurnal
Jaringan Epidemiologi Nasional: 9-24.
Winkler, S, dan Massler,D. 1986. Oral Aspects of Aging. In: Calkins E, Davis PJ,
Ford AB, eds. The practice of Geriatrics 1 st Ed. Philadelphia: WB Saunders:
477-87.
Wycoff, S,J, dan Epstein, S. 1984. Geriatric Dentistry. In: Lynch MA, Brightman
VJ, Greenberg MS, eds. Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment 8 th
ed. Philadelphia: JB Lippincott Company: 561-75.

25

Anda mungkin juga menyukai