Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Mekanisme dan Klasifikasi karies serta Penge-


tahuan Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan
Gigi Anak
Dosen pengampu : Dra. Nurhaedah, M.Kes

Disusun oleh :

Syalli Fauziah (02003034)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN GIGI


STIKES YAYASAN AMANAH MAKASSAR
2021
Kata pengantar

Alhamdulillah segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“MEKANISME DAN KLASIFIKASI KARIES SERTA PENGETAHUAN IBU TEN-
TANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI ANAK“ tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penun -
jang materi pembelajaran pada mata kuliah “Bahasa Indonesia“. Melalui makalah ini saya
mencoba memberikan gambaran dari beberapa sumber yang ada.
Ucapan terima kasih tidak lupa saya ucapkan kepada Ibu Dra. Nurhaedah, M.Kes
selaku dosen mata kuliah yang bersangkutan. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada para pembaca dan dapat
dipahami secara ringkas dan mendalam sehingga dapat dijadikan referensi untuk kede-
pannya.

Makassar,

Penulis

i
Daftar isi

Kata pengantar..............................................................................................................................................i
Daftar isi......................................................................................................................................................ii
Bab I............................................................................................................................................................1
Pendahuluan................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................1
Bab II...........................................................................................................................................................2
Pembahasan.................................................................................................................................................2
2.1 Mekanisme Proses Karies................................................................................................................2
2.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Perjalanan Karies.................................................................2
2.3 Klasifikasi Karies..........................................................................................................................4
2.4 Pengetahuan Ibu Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak.......................................................4
Bab III.........................................................................................................................................................8
Penutup........................................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................8
3.2 Saran................................................................................................................................................8
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................9

ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Masyarakat adalah sekumpulan individu dari beberapa bagian aspek. Pada keluarga ada
keluarga, dalam keluarga yang paling berperan dalam membentuk bagaimana kedepannya suatu
anak dipengaruh oleh pendidikannya. Baik dalam agama maupun sosial bahkan kesehatan.
Pemeliharaan kesehatan gigi seharusnya telah diterapkan sejak dini sebab itulah dibutuhkan
pengetahuan yang memadai.

Pemeliharaan kesehatan gigi berhubungan penyakit yang dapat terjadi didalam rongga mu-
lut. Baik pada ospek gigi maupun lidah dan yang lainnya. Yang sering terjadi yaitu karies atau
dikenal dengan gigi berlubang. Karies merupakan penyakit yang menyerang jaringan keras gigi
yakni email, dentin dan sementum. Karies dapat berakibat pada kemunculan lubang pada gigi
yang menandai telah terjadi kerusakan pada jaringan keras gigi. Karies disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme berupa bakteri yang telah mengubah sisa makanan seperti zat gula yang terkan-
dung di dalam karbohidrat menjadi asam. Streptococcus mutans merupakan bakteri yang cukup
berperan dalam menyebabkan karies. Awalnya akan terbentuk plak yang tersusun atas bakteri,
asam, debris dan saliva. Plak merupakan lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Zat
asam yang terkandung di dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi terlarut (demineral-
isasi) kemudian terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies
adalah Streptococcus mutans.

Menurut data Riskesdas 2007, sebanyak 43,4% masyarakat Indonesia yang berusia lebih
dari 12 tahun mempunyai karies yang belum tertangani atau disebut juga sebagai karies aktif.
Sedangkan sisanya, sebanyak 67,2% memiliki pengalaman karies atau dapat dikatakan terdapat
lebih dari 1 buah gigi yang mengalami kerusakan. Hal itu cukup mengkhawatirkan, karena gigi
berlubang bisa menjadi pangkal penyakit. "Lubang pada gigi merupakan tempat jutaan bakteri.
Jika bakteri masuk ke dalam pembuluh darah bisa menyebar ke organ tubuh lainnya dan menim-
bulkan infeksi, seperti masalah sistem pernafasan, otak dan jantung," kata dokter gigi Tri Erri

1
Astoeti, M. Kes. dalam acara peluncuran Pepsodent Pencegah Gigi Berlubang di Laboratorium
Kedokteran Gigi, TNI AL, Jakarta.

Di dalam makalah yang sederhana ini, saya akan memberikan deskripsi/gam -


baran tentang Mekanisme dan klasifikasi karies dan pengetahuan Ibu terhadap pemeliharaan gigi
anak : pengertian karies yang meliputi mekanisme juga klasifikasi, dan penaganan ibu ter-
hadap pemeliharaan kesehatan gigi anak.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari karies?
2. Jelaskan Mekanisme dan Klasifikasi Karies?
3. Bagaimana penaganan pengetahuan ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
para pembaca tentang Mekanisme dan Klasifikasi serta Pengetahuan Ibu terhadap Pemeli-
haraan Kesehatan Gigi Anak. Dan bukan hanya itu, tetapi ada juga tentang hal-hal yang
berkaitan dengan hal tersebut. Disamping itu, makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tu-
gas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.

2
Bab II
Pembahasan

2.1 Mekanisme Proses Karies


Penyakit karies gigi adalah penyakit yang mengenai jaringan keras gigi yang disebabkan
oleh kuman Streptococcus mutan. Penyebab utama dari penyakit karies gigi adalah makanan
camilan/ snack yang banyak mengandung sukrosa. Kondisi ini sangat kondusif bagi pertum-
buhan dan perkembangan bakteri, yang lama kelamaan berkembang menjadi karies gigi. Hal ini
dapat terjadi lebih sering pada anak-anak dimana terdapat gigi tetap yang baru tumbuh. Namun
dapat juga terjadi pada orang dewasa. Untuk mengetahui mekanisme dari proses karies, maka
perlu diketahui tentang reaksi kimia alami yang terjadi pada permukaan gigi. Demineralisasi dan
remineralisasi terjadi secara dinamis pada permukaan gigi. Namun apabila terjadi ketidakseim-
bangan antara keduanya dapat terjadi karies, yakni jika demineralisasi lebih besar daripada rem-
ineralisasi. Faktor – faktor yang berperan terhadap keseimbangan demineralisasi dan
remineralisasi:

Faktor destabilisasi Faktor penstabil

Faktor penstabil Saliva & kapasitas buffer

Penurunan produksi saliva Tingkat Ca2+ dan PO43-

Tingkat buffer dan pembersihan mulut yang Sistem buffer dan remineralisasi
rendah

Saliva yang bersifat asam dan asam yang Protein pembersih mulut /
bersifat erosif glikoprotein

Pemaparan terhadap fluoride

Proses karies gigi merupakan teori kemoparasitik (W. D Miller, 1980) atau saat ini lebih
umum dikenal dengan teori acidogenic of caries aetiology (Welburry, 2005). Pola utama proses
karies adalah:

3
1. Fermentasi karbohidrat menjadi asam organik oleh mikroorganisme yang
terdapat pada plak gigi.

2. Produksi asam yang dapat menurunkan pH pada permukaan email di bawah


level (pH kritis), pada saat itu email akan larut.

3. Saat karbohidrat sudah tidak terdapat lagi pada plak, pH di dalam plak akan
meningkat karena adanya difusi asam yang keluar dan dapat terjadi pula
metabolisme dan netralisasi pada plak, sehingga dapat terjadi remineralisasi
email.

Karies gigi hanya terjadi saat proses demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi
(Welburry, 2005). Demineralisasi pada email gigi merupakan suatu proses kimia. Pelarutan
hidroksiapatit secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

Ca10(PO4)6(OH)2 + 10 H+ 10 Ca2 + 6H(PO4)3- + 2H2O

Demineralisasi email merupakan kehilangan mineral pada email karena aktivitas asam
yang dapat menyebabkan karies gigi atau erosi. Karies gigi terutama disebabkan oleh asam asetat
dan asam laktat yang berdifusi melalui plak dan masuk ke dalam pori-pori email diantara enamel
rods sebagai ion netral, dimana asam asetat dan asam laktat mengalami disosiasi dan
menurunkan pH cairan yang mengelilingi kristal email. Pada saat pertama kali terpisah, proton
melarutkan permukaan kristal hidroksiapatit, pelarutan ini tergantung dari derajat kejenuhan
apatit dan konsentrasi ion kalsium dan fosfat di dalam cairan inter-rod meningkat (Cameron and
Widmer, 2008).

Buffering calcium dan fosfat pada permukaan email dan pada plak mendorong
berkembangnya subsurface (atau lesi berupa titik putih). Kemudian terjadi perubahan yang
diakibatkan karena peningkatan ruangan di antara batang email yang tipis. Kelanjutan proses ini
menghancurkan dukungan lapisan permukaan sehingga terbentuklah kavitas (Cameron and
Widmer, 2008).

4
2.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Perjalanan Karies

1. Faktor Substrat
Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkem-
bangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan email. Selain itu, dapat
mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diper-
lukan untuk memproduksi asam serta bahan yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama
sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies
gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam
terjadinya karies. Hasil penelitian Burt dan Ismail (1986) menyatakan adanya hubungan antara
masukan karbohidrat dengan karies, konsumsi karbohidrat dengan frekuensi yang tinggi akan
menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering sehingga keasaman rongga mulut
bertambah dan semakin banyak email yang terlarut.
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam oleh bakteri dan sintesa ek-
stra sel. Namun tidak semua karbohidrat memiliki derajat kekariogenikan yang sama. Sukrosa,
glukosa, fruktosa, dan maltose merupakan memiliki tingkat kariogenik yang tinggi, kemudian
galaktosa, laktosa, dan karbohidrat kompleks. Sukrosa memiliki kemampuan memfasilitasi pro-
duksi polisakarida ekstra seluler pada plak.
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai
pada level dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan bersifat asam selama beberapa

5
waktu dan untuk kembali ke pH normal dibutuhkan waktu 30-60 menit. Frekuensi asupan gula
dan konsentrasi gula serta kelengketan malanan menjadi hal penting dalam kerentanan timbulnya
karies. Oleh karena itu, konsumsi gula yang terlalu sering dan berulang-ulang akan tetap mena-
han pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.

2. Faktor Mikroorganisme/ Agen


Bakteri Streptococcus terutama golongan Streptococcus mutans merupakan strain strep-
toocci yang paling dominan didalam lesi karies dan melekat erat pada permukaan gigi. Bakteri
ini memiliki beberapa karakteristik penting yang dapat dikaitkan dengan proses terjadinya karies
pada gigi. Patogenisitas S.mutans dalam menyebabkan kelainan utama di dalam rongga mulut
yaitu karies gigi, disebabkan kemampuannya mensintesis polisakarida ekstraseluler yang tidak
larut yang merupakan prekursor plak gigi. Kemampuan bakteri ini untuk mensintesis glukan ek-
straseluler dari sukrosa dengan menggunakan enzimnya (glucosyltransferase) merupakan faktor
utama dalam virulensi karies. Glucosyltransferase yang disekresi oleh S. mutans sering
berikatan dengan pelikel pada permukaan gigi dan pada permukaan mikroorganisme lain. Glukan
yang tidak larut disintesis oleh permukaan GtfB dan GtfC yang terabsorpsi menyediakan sisi
pengikatan spesifik untuk kolonisasi bakteri pada permukaan gigi dan bakteri satu sama lain,
mengatur pembentukan biofilm yang sangat erat.
Jika biofilm tetap berada pada permukaan gigi dan dilindungi oleh makanan berkarbo-
hidrat terutama sukrosa, S. mutans sebagai bagian dari komunitas biofilm akan melanjutkan sin-
tesis polisakarida dan memetabolime gula menjadi asam organik. Jumlah yang tinggi dari
polisakarida ekstraseluler meningkatkan stabilitas biofilm dan integritas struktural dan melin-
dungi bakteri terhadap pengaruh buruk dari antimikroba dan pengaruh lingkungan. Kemampuan
S. mutans untuk memanfaatkan beberapa ekstra dan intraseluler sebagai senyawa penyimpanan
jangka pendek menawarkan keuntungan ekologis tambahan, bersamaan dengan peningkatan
jumlah produksi asam dan tingkat keasaman. Ketahanan lingkungan asam ini menyebabkan flora
toleran terhadap asam yang tinggi, lingkungan dengan pH yang rendah dalam matriks plak hasil
demineralisasi pada enamel, demikian permulaan proses karies gigi. Oleh karena itu,
polisakarida ekstraseluler dan pengasaman dari biofilm sangat penting untuk pembentukan plak
gigi kariogenik.

6
Untuk terbentuk plak perlu perlekatan antara bakteri dengan host, kemudian bakteri semakin
berkolonisasi dan terbentuk biofilm. Berikut ini beberapa interaksi bakteri dengan host:

Bakteri Adhesin Receptor


Streptococcus spp. Antigen I/II Salivary agglutinin
Streptococcus spp. LTA Blood group reactive
glycoproteins
Mutan streptococci Glucan binding protein Glucan
S.Parasanguis lipoprotein Fibrin & pellicle
A.naeslundii fimbriae Proline-rich proteins
P.gingivalis protein Fibrinogen
P.lonhescheii lectin Galactose
F.nucleatum protein Co-aggreation with
P.gingivalis

3. Faktor Host
a. System imun
Komponen system imun rongga mulut berasal dari
• Sekresi saliva: secretory IgA,protein,enzyme, elektrolite.
• Crevicular fluid: IgG,IgM,IgA,protein, enzyme, elektrolite, polymorph, limfosit B, lim-
fosit T, makrofag.
b. Penyakit sistemik
Penyakit Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang kronis, dengan tanda yang khas yaitu
bertambahnya glukosa dalam darah dan dalam urin. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
pembentukan atau keaktifan insulin yang dihasilkan oleh sel beta dari pulau-pulau Langerhans di
Pankreas atau adanya kerusakan pada pulau Langerhans itu sendiri. Keadaan dan keparahan Dia-
betes Mellitus sangat erat hubungannya dalam menentukan diagnosa perawatan yang akan di-
lakukan, serta usaha-usaha yang ditunjukkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komp-
likasi.

7
Diabetes Mellitus mungkin merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah
karies. Diabetes Mellitus berkembang dari adanya defisiensi dari produk insulin atau gangguan
dalam penggunaan insulin. Pada Diabetes Mellitus dengan kondisi kebersihan mulut yang jelek
dan adanya angiopati diabetik menyebabkan suplai oksigen berkurang, sehingga bakteri anaerob
mudah berkembang. Karies gigi terjadi oleh karena bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai
sifat membentuk asam, sehingga pH rendah bisa menyebabkan pelarutan progresif mineral
enamel secara perlahan dan membentuk fokus perlubangan.
c. Faktor Gigi dan Saliva
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai host terhadap karies yaitu faktor
morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan
fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah
menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah
suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal
pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius
serta beberapa strain lainnya. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab
utama karies oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap
asam.

2.3 Klasifikasi Karies


Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan
jaringan keras yang terkena. Dental karies dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain
sebagai berikut :
1. Menurut lokasi karies pada gigi
 Karies pit and fissure
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi.
Karies ini biasanya terbentuk pada gigi molar, yaitu pada permukaan gigi untuk mengunyah dan

8
pada bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan karena lekukannya
lebih sempit dan tidak terjangkau oleh sikat gigi.
Karies pit dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan
karena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah
mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di
dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Gambar 1. Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies


 Karies pada permukaan yg halus.
Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies
interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada
permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi
secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan
pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar
telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak
dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi
daripada enamel atau email karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi
dari enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal,
dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.
 Deskripsi umum lainnya
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai lokasinya di
permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang dekat dengan permukaan pipi

9
atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang lebih dekat ke arah lidah disebut "karies
lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat bibir).
Karies lingual juga dapat disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi pada
rahang atas (maksila) dan dekat dengan pallatum durum atau bagian langit-langit mulut yang
keras.

2. Berdasarkan kedalamannya atau struktur jaringan yg terkena:


a. Karies superficial atau email
Pada tahap ini, karies mengenai lapisan email, menyebabkan iritasi pulpa dan biasanya pasien
belum mengeluh rasa sakit.
b. Karies Media atau dentin
Karies yang sudah mengenai setengah dari dentin sehingga menyebabkan reaksi hiperemi pada
pulpa. Gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena rangsangan panas atau dingin, makanan panas atau
dingin, dan akan berkurang bila rangsangan dihilangkan.
c. Karies profunda atau pulpa
Karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan bahkan menembus pulpa. Pada karies ini
terjadi rasa sakit yang spontan.

3. Berdasarkan waktu terjadinya


a. Karies primer : karies yg terjadi pada lokasi yang belum pernah memiliki riwayat
karies sebelumnya
b. Karies sekunder : karies yg recurrent, karies timbul pada lokasi yang telah
memiliki riwayat karies sebelumnya. Karies ini ditemukan pada tepi tambalan.

4. Berdasarkan tingkat progresifitas


a. Karies akut : berkembang dan memburuk dengan cepat misalnya, Rampant karies,
pasien xerostomia.
b. Karies kronis : proses karies berjalan lambat dengan penampakan warna
kecoklatan sampai hitam
c. Karies terhenti (Arrested Caries) : lesi karies tidak berkembang, bisa disebabkan
oleh perubahan dari lingkungan.

10
5. Berdasarkan Tingkat Keparahannya
a. Karies Ringan, yaitu jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan,
seperti pit dan fisure, sedangkan kedalamannya hanya mengenai lapisan email
(iritasi pulpa).
b. Karies Sedang, yaitu jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan
aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin
(hiperemi pulpa).
c. Karies Berat/Parah, yaitu jika serangan karies juga meliputi gigi anterior yang
biasanya bebas karies. Kedalamannya sudah mengenai pulpa, baik pulpa yang
tertutup maupun pulpa yang terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada
gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.

6. Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan etiologi maka ada 2 yang paling umum digunakan oleh para dokter gigi, yaitu :
a. Karies botol bayi
Adalah karies yang ditemukan pada gigi susu anak kecil. Karies botol bayi disebabkan
glukosa/gula yang terdapat pada botol susu yang terus menempel ketika bayi tertidur. Kebiasaan
ini banyak dilakukan oleh orangtua karena tidak ingin repot dengan tangisan si anak. Padahal
kebiasaan ini akan mengakibatkan gula yang terdapat dalam susu akan berinteraksi dengan cepat
untuk membentuk lubang gigi karena terpapar dalam waktu yang lama dengan mulut anak.
b. Karies rampan
Adalah karies yang berkembang secara drastis dan terjadi pada banyak gigi secara cepat pada
orang dewasa. Karies rampan banyak terjadi pada pasien dengan xerostomia(air ludah kurang),
kebersihan mulut yang buruk, penggunaan methampetamin, radiasi berlebihan, dan konsumsi
gula berlebihan.

7. Menurut sistem Black


a. Klas I : karies ini terjadi pada pit dan fisura dari semua gigi, meskipun lebih
ditujukan pada gigi posterior atau pada 2/3 occlusal, baik pada permukaan
labial/lingual/palatal dari gigi-geligi.

11
b. Klas II : kavitas yang terdapat pada permukaan proksimal gigi posterior, karies
Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya
sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD
(mesio-oklusal-distal). Karena akses untuk perbaikan biasanya dibuat dari
permukaan oklusal, permukaan oklusal dan aproksimal dari gigi direstorasi
sekaligus. Tetapi dilihat dari definisinya kavitas ini adalah lesi proksimal dan
tiidak selalu mencakup permukaan oklusal.
c. Klas III : karies ini terdapat pada permukaan proximal dari gigi - geligi
depan dan belum mengenai incisal edge.
d. Klas IV : kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas klas III. Lesi ini pada
permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika
karies ini luas atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan menyebabkan
terjadinya fraktur.
e. Klas V : Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau
lingual palatinal dari seluruh gigi-geligi

8. Berdasarkan letak (site) dan ukuran (size)


G. J.Mount dan W. R. Hume (1998) memperkenalkan klasifikasi lesi karies ini. Klasifikasi ini
dirancang untuk mempermudah identifikasi lesi dan untuk menjelaskan kompleksitas karena
perbesaran lesi.
a. Lesi karies berdasarkan letaknya dibedakan menjadi :
1. Site 1 : pit, fisur dan defek enamel pada bagian oklusal pada gigi posterior
atau permukaan halus lainnya seperti cingulum pada gigi anterior.
2. Site 2 : enamel pada bagian aproximal. Dalam hal ini, area yang berkontak
dengan gigi tetangga.
3. Site 3 : bagian servikal sepertiga mahkota gigi atau yang disertai resesi
gingival, akar yang terbuka.
Karies dapat menjadi penyakit yang progresif,sehingga dapat dilihat ukuran untuk restorasi dan
perluasan lesinya. Oleh karena itu, lesi karies dapat dibedakan menjadi 4 ukuran (size).
a. Lesi karies berdasarkan besarnya dibedakan menjadi :

12
1. Size 1 : kavitas permukaan yang minimal,sedikit melibatkan dentin yang
mampu memperbaiki diri dengan remineralisasi itu sendiri.
2. Size 2 : melibatkan dentin yang cukup banyak. Biasanya pada lesi ini,
diperlukan preparasi kavitas menyisakan enamel dan didukung oleh dentin
dengan cukup baik dan masihmampu menahan beban oklusi yang normal.
Struktur gigi yang tersisa cukup kuat untuk mendukung restorasi.
3. Size 3 : lesi sudah cukup besar. Struktur gigi yang tersisa cukup lemah. Karies
sudah melibatkan cusp atau permukaan incisal, atau sudah tidak mampu
menahan beban oklusi. Biasanya kavitas perlu diperbesar sehingga restorasi
dapat dibuat untuk mendukung struktur gigi yang tersisa.
4. Size 4 : karies yang luas atau hilangnya beberapa struktur gigi. Contoh,
hilangnya semua cusp gigi atau permukaan insisal
2.4 Pengetahuan Ibu tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak
Pengetahuan tentunya sangat penting sebab itulah dalam penelitian Rusmiati dalam Jur-
nal PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
TERHADAP KARIES RAMPAN MURID TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KECAMATAN
KOTA BARU JAMBI TAHUN 2017. Ia mendapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu pada krite-
ria tinggi mempunyai persentase yang mendominasi yaitu sebesar 84,7%, dan kriteria sedang
sebesar 15,0% dan kreteria rendah 0,3 %. Untuk prevalensi karies rampan ternyata mempun-
yai jumlah yang tinggi yaitu sebesar 60%, diikuti karies sebesar 25,7% dan yang bebas ram-
pan/karies sebesar 13,3%. Pada faktor kebiasaan makan manis, didapat yang suka makan ma-
nis sebesar 69,3% dan selebihnya yang tidak makan manis sebesar 30,7%.
Pengetahuan orangtua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan
gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari pembentukanperilaku yang mendukung ke-
bersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat terjaga dengan
baik. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi
anaknya kelak. Seorang ibu mempunyai peran penting dalam keluarga, baik sebagai seorang
istri, maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu
dia lahir adalah ibu, oleh karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak.
Sebagai orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak,

13
pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya se-
cara berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan men-
dukung terjadinya karies pada anak. Penyikatan gigi merupakan tindakan yang paling mudah
dilakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Untuk
mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi menyikat gigi. Peranan orang
tua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara teratur guna
menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut.Kerusakan gigi susu sangat mem-
pengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap. Oleh karena itu, peran serta orangtua
sangat diperlukan di dalam membimbing, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada
anak agar anak kelak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan saja tidak cukup, perlu diikuti dengan
sikap dan tindakan yang terpuji. Pengetahuan orang tua tidak menjamin perilaku sehari-hari
anaknya untuk merawat kebersihan gigi dan mulut mereka. Peran serta perhatian dari orang
tualah yang dibutuhkan anak usia prasekolah. Tindakan maupun sikap terpuji khususnya
mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dapat mencegah serta menghentikan
masalah kesehatan gigi dan mulut lebih lanjut. Seperti yang dikatakan oleh Tarigan, bahwa
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilakukan setelah gigi erupsi
dengan menjaga kebersihan mulut dan gigi, pemeriksaan berkala 6 bulan sekali, komsumsi
makanan yangmenyehatkan gigi dan gusi, dan menjaga kesehatan badan. Orang tua dapat
mengurangi resiko terjadinya karies gigi dengan melakukan cara pencegahan karies dengan
berkumur dengan air bersih setelah minum susu maupun makan makanan yang manis dan ra-
jin menggosok gigi untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Dengan adanya mekanisme dan klasifikasi serta pengetahuan ibu maka kesehatan
gigi akan semakin terjaga. Karena karies tidak hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga orang
dewasa. Walaupun alangkah baiknya jika pemeliharaan kesehatan gigi dilakukan sejak dini
sejak kecil yang dibina, dibimbing langsung oleh orang tuanya.

14
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Karies gigi adalah penyakit yang mengenai jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kuman
Streptococcus mutan. Penyebab utama dari penyakit karies gigi adalah makanan camilan/ snack
dalam jumlah banyak. Mekanisme karies ada 3 tahap demikian juga menurut para ahli. Adapun
klasifikasi karies terjadi dalam berbagai usia baik sejak kecil maupun beranjak dewasa. Oleh
sebab itulah peran keluarga sangat penting dalam mengajarkan kebersihan pemeliharaan gigi dan
ilmu pengetahuan ibu juga sangatlah penting karena beliau adalah pelopor dalam mengajarkan
kesehatan tersebut.

B. Saran
Untuk dapat memahami tentang karies selain membaca dan memahami materi-materi dari
sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-
materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan
selalu diingat. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan untuk kedepan agar bisa
bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah ini.

15
Daftar Pustaka

Anonim. https://akbaranthonie.blogspot.com/2016/12/gambaran-tindakan-pemeliharaan_6.html
(di akses pada tanggal 12 November 2021)
Rusmiati. 2018. “PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT TERHADAP KARIES RAMPAN MURID TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI
KECAMATAN KOTA BARU JAMBI TAHUN 2017” dalam Jurnal Bahan Kesehatan
Masyarakat. Vol. 2 No. 2 (diakses pada tanggal 12 November 2021)
Anonim. https://karyatulisilmiah.com/makalah-dental-higienis-ii-karies-gigi-mekanisme-dan-
klasifikasi/ (diakses pada tanggal 12 November 2021)
Anonim. http://eprints.ums.ac.id/26006/2/BAB_I.pdf (diakses pada tanggal 12 November 2021)
Anonim. https://gantatriplex.blogspot.com/2011/10/makalah-ilmu-kealaman-dasar.html (diakses
pada tanggal 12 November 2021)

16

Anda mungkin juga menyukai