Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA GENDER DAN KESEHATAN

Dosen pengampu :
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saudara mahasiswa, saudara tentu tahu bahwa terdapat banyak perbedaan antara
laki-laki dan perempuan, baik dalam bentuk biologis maupun dalam bentuk peran. Sosiolog
secara tradisional membedakan antara istilah “jenis kelamin” yang secara biologis digunakan
untuk menyebut laki-laki dan perempuan, dan “gender” yang merupakan peranan sosial
yang dipelajari sehingga disebut menjadi maskulin dan feminim (White K., 2011).
Menurut Hillier (1991) jenis kelamin adalah (sex) mengacu pada perbedaan biologis
antara laki-laki dan perempuan. Gejala yang hanya dapat dialami kaum perempuan seperti
menstruasi, kehamilan, melahirkan, abortus, dan menopause dapat kita masukkan dalam
kategori ini. Istilah gender di lain pihak mengacu pada makna sosial yang diberikan pada
perbedaan jenis kelamin. Gambaran mengenai kaum perempuan sebagai makhluk lebih
lemah yang lebih rentan terhadap berbagai penyakit daripada laki-laki sehingga peran yang
dapat diberikan kepada perempuan jauh lebih terbatas daripada peran laki-laki, misalnya
merupakan perbedaan gender. Menurut Waldron faktor sosial (dalam Sunarto, 2014).
Nah, saudara mahasiswa, anda sudah bisa membedakan antara jenis kelamin dan
gender bukan? Jadi, jenis kelamin terberi sebagai substratum biologis laki-laki dan
perempuan, sedangkan gender adalah karakteristik yang dipelajari secara sosial yang selaras
dengan maskulinitas dan feminitas, yakni menjadi laki-laki atau perempuan.gender bukan? Jadi,
jenis kelamin terberi sebagai substratum biologis laki-laki danperempuan, sedangkan gender
adalah karakteristik yang dipelajari secara sosial yang selarasdengan maskulinitas dan feminitas,
yakni menjadi laki-laki atau perempuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengeritian Gender Dengan Kesehatan
2. Jelakan Jenis Kelamin, Gender, Dan Kesehatan
3. Sebutkan Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi
4. Sebutkan Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender
5. Bagaimana Perbedaan Seks Dan Gender
1.3 Tujuan masalah

1. Mengetahui Gender Dengan Kesehatan


2. Mengetahui Jenis Kelamin, Gender, Dan Kesehatan
3. Mengetahui Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi
4. Mengetahui Perbedaan Seks Dan Gender

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gender Dengan Kesehatan


Di bidang kesehatan kita jumpai bahwa adanya perbedaan antara distribusi morbiditas
dan mortalitas antara laki-laki dan perempuan. Cockerham mengatakan bahwa penyebab kaum
laki-laki memiliki harapan hidup lebih pendek dari kaum perempuan salah satunya disebabkan
karena sebagai organisme biologis kaum laki-laki memiliki lebih banyak kelemahan daripada
kaum perempuan yang menjadikan laki-laki lebih rentan terhadap penyakit dan kelainan sejak
masih berada dalam kandungan. Sebagai dampak adanya kelemahan faaliah pada kaum laki-
laki inilah maka pada laki-laki dijumpai angka kematian sekitar 12% lebih tinggi pada janin
sebelum lahir (prenatal) dan sekitar 130% pada bayi barulahir (neonatal).
Data Badan Pusat Statistik Indonesia tentang angka kematian bayi berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 2000 memperlihatkan bahwa di tiap provinsi angka kematian bayi laki-laki
lebih tinggi daripada angka kematian bayi perempuan. Sedangkan data Badan Pusat Statistik
Indonesia mengenai angka harapan hidup berdasarkan Sensus Penduduk 2003 memperlihatkan
bahwa angka harapan hidup laki-laki di tiap provinsi lebih rendah daripada angka harapan
hidup perempuan (lihat Badan Pusat statistik Indonesia, 2008).
Meskipun angka kematian janin dan bayi baru lahir lebih tinggi pada laki-laki, namun
menurut Cockerham di lain pihak ditemukan pula bahwa morbiditas lebih banyak dijumpai di
kalangan perempuan sehingga demikian kaum perempuan lebih sering sakit daripada laki-laki,
tetapi kaum laki-laki lebih cepat meninggal dunia. Di samping itu, kaum perempuan menderita
penyakit kronis yang sama dengan laki-laki, tetapi kaum perempuan mulai menderita penyakit
tersebut pada usia lanjut.
Menurut Waldron faktor sosial yang menyebabkan perbedaan mortalitas laki-laki dan
perempuan bervariasi sesuai dengan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan (faktor lintas
budaya). Selain itu, suatu faktor sosial dalam suatu masyarakat tertentu juga dapat bervariasi
dari waktu ke waktu (faktor sejarah), (dalam Sunarto, 2014) Suatu faktor sosial penting yang
menyumbang pada perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan adalah perbedaan sosialisasi
peran.
Misalnya dalam banyak masyarakat perempuan disosialisasikan untuk lebih
mengutamakan peran sebagai ibu rumah tangga dari pada partisipasi dalam angkatan kerja.
Laki-laki, di lain pihak cenderung disosialisasikan untuk menjadi pencari nafkah bagi keluarga.
Oleh karena jumlah laki-laki yang berpartisipasi dalam angkatan kerja melebihi jumlah
perempuan maka laki-laki pun menghadapi risiko lebih besar untuk berada dalam tempat kerja
yang menghadapi berada dalam tempat kerja yang menghadapkan mereka pada situasi yang
membahayakan kesehatan, seperti terpaan udara lembab, udara tercemar, gas-gsa beracun, dan
zat berbahaya (seperti zat penyebab penyakit kanker).

2.2 Jelakan Jenis Kelamin, Gender, Dan Kesehatan


Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-laki dan
perempuan pada usia yang berbeda, misalnya penyakit kardiovaskuler ditemukan pada usia
yang lebih tua pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa penyakit, misalnya
animea, gangguan makak dan gangguan pada otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada
perempuan daripada laki-laki.
Berbagai penyakit atau gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya gangguan
yang berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks, sementara itu hanya laki-laki yang
terkena kanker prostat. Kapasitas perempuan untuk hamil dan melahirkan menunjukkan
bahwa mereka memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi yang berbeda, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Perempuan memerlukan kemampuan untuk mengendalikan
fertilitas dan melahirkan dengan selamat, sehingga akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas sepanjang siklus hidupnya sangat menentukan kesejahteraan
Dirinya
Kombinasi antara faktor jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya seseorang dapat meningkatkan risiko terhadap terjadinya beberapa
penyakit, sementara di sisi lain memberikan perlindungan terhadap penyakit lainnya.
Perbedaan yang timbul dapat berupa keadaan sebagai berikut :
1) Perjalanan penyakit pada laki-laki dan perempuan.
2) Sikap laki-laki dan perempuan dalam menghadapi suatu penyakit
3) Sikap masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang sakit.
4) Sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengobatan dan akses pelayanan kesehatan.
5) Sikap petugas kesehatan dalam memperlakukan laki-laki dan perempuan.
Sebagai contoh, respons terhadap epidemi HIV/AIDS dimulai dengan pemberian fokus
pada kelompok risiko tinggi, termasuk pekerja seks komersial. Laki-laki dianjurkan untuk
menjauhi pekerja seks komersial atau memakai kondom. Secara bertahap, fokus beralih pada
perilaku risiko tinggi, yang kemudian menekankan pentingnya laki-laki menggunakan
kondom. Hal ini menghindari isu gender dalam hubungan seksual, karena perempuan tidak
menggunakan kondom tetapi bernegosiasi untuk penggunaanya oleh laki-laki. Dimensi
gender tersebut tidak dibahas, sampai pada saat jumlah ibu rumah tangga biasa yang tertular
penyakit menjadi banyak.
Dewasa ini, kerapuhan perempuan untuk tertular HIV/AIDS dianggap sebagai akibat dari
ketidaktahuan dan kurangnya akses terhadap informasi. Ketergantungan ekonomi dan
hubungan seksual yang dilakukan atas dasar pemaksaan. Tejadinya tindak kekerasan pada
umumnya berkaitan dengan gender. Secara umum pelaku kekerasan biasanya laki-laki, yang
merefleksikan keinginan untuk menunjukkan maskulinitas, dominasi, serta memaksakan
kekuasaan dan kendalinya terhadap perempuan, seperti terlihat pada kekerasan dalam rumah
tangga (domestik). Karena itu kekerasan terhadap perempuan sering disebut sebagai
“kekerasan berbasis gender”.

2.3 jelaskan Pengaruh Gender Terhadap Kesehatan Reproduksi

Sehubungan dengan peran gender, laki-laki tidak terlalu tertarik untuk mempelajari
kesehatan seksual dan reproduksinya. Sehingga pengetahuan mereka cenderung terbatas.Hal ini
menyebabkan laki-laki kurang berminat mencari informasi dan pengobatan terhadap penyakit,
misalnya : Infeksi Menular Seksual (IMS).

Menikah pada usia muda bagi perempuan berdampak negatif terhadap kesehatannya.
Namun menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan mereka, melainkan karena
ketidakberdayaannya (isu gender). Di beberapa tempat di Indonesia, kawin muda dianggap
sebagai takdir yang tidak bisa ditolak. Perempuan tidak berdaya untuk memutuskan kawin dan
dengan siapa mereka akan menikah. Keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki; ayah
ataupun keluarga laki-laki lainnya

Salah satu kasus yang terkait dengan masalah gender yaitu : Seorang gadis umur 17 tahun,
mengalami perdarahan. Setelah dirawat di sebuah rumah sakit selama dua jam, dia meninggal
dunia. Gadis tersebut merupakan korban aborsi yang dilakukan oleh seorang dukun. Usaha lain
sebelum melakukan aborsi adalah minum jamu peluntur, pil kina, dan pil lainnya yang dibeli di
apotek. Kemudian dia datang ke seorang dokter kandungan. Dokter menolak melakukan aborsi
karena terikat sumpah dan hukum yang mengkriminalisasi aborsi. Si gadis minta tolong dukun
paraji untuk menggugurkannya. Rupa-rupanya tidak berhasil, malah terjadi perdarahan. Ia masih
sempat menyembunyikan ini semua kepada kedua orang tuanya, selama 4 hari berdiam di kamar
dengan alasan sedang datang bulan. Ia tidak berani bercerita pada siapa-siapa apalagi pada ibu
dan bapaknya. Cerita itu berakhir dengan amat tragis, gadis itu tidak tertolong. Kasus tersebut
menggambarkan ketidakberdayaan si gadis.Ia memilih mekanisme defensif dan menganggapnya
sebagai permasalahan dirinya sendiri. Ia menyembunyikan keadaannya karena malu dan merasa
bersalah. Masyarakat akan menyalahkan karena dia tidak mengikuti apa yang disebut moral atau
aturan sehingga ia memilih mati meskipun tidak sengaja.

Aborsi merupakan dilema bagi perempuan, apa pun latar belakang penyebab
kehamilannya dan apa pun status ekonominya. Untuk menuntut hak reproduksinya dia harus
mendapat dukungan seperti bantuan dari komunitasnya atau dukungan emosional dan tanggung
jawab bersama dari orang yang paling dekat (pacarnya). Dalam konteks ini, maka jelas bahwa
persoalan hak reproduksi pada akhirnya adalah persoalan relasi antara laki-laki yang berbasis
gender serta masyarakat dan negara sebagai perumus, penentu, dan penjaga nilai bagi realisasi
hak reproduksi perempuan.
Pada contoh kasus tersebut merupakan bentuk kekerasan yang berbasis gender yang
memiliki alasan bermacam-macam seperti politik, keyakinan, agama, dan ideologi gender. Salah
satu sumber kekerasan yang diyakini penyebab pada kasus tersebut adalah kekerasan dari laki-
laki terhadap perempuan adalah ideologi gender, misalnya perempuan dikenal lemah lembut,
emosional, cantik, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap lebih kuat, rasional, jantan, dan
perkasa. Bentuk kekerasan ini merupakan dilanggarnya hak reproduksi akibat perbedaan gender.
Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang.
Perbedaan ini dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan
budaya. Pada akhirnya perbedaan ini dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tidak bisa diubah
dan dianggap sebagai perempuan.

Kekerasan rumah tangga dalam berbagai bentuk sering terus berlangsung meskipun
perempuan tersebut sedang mengandung. Konsekuensi paling merugikan bagi perempuan yang
menjadi korban kekerasan adalah dampak terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Dampak ini
terutama menonjol pada perempuan korban kekerasan seksual. Dalam tindak perkosaan,
misalnya, yang diserang memang tubuh perempuan. Namun, yang dihancurkan adalah seluruh
jati diri perempuan yaitu kesehatan fisik, mental psikologi, dan sosialnya.

2.4 Sebutkan Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender


1) Sebagian besar masyarakat banyak menganut kepercayaan yang salah tentang apa arti
menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2) Setiap masyarakat mengharapkan pria dan wanita untuk berpikir, berperasaan, dan
bertindak dengan pola-pola tertentu, dengan alasan hanya karena mereka dilahirkan
sebagai wanita atau pria, contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami, sedangkan pria diharapkan
untuk bekerja di luar rumah untuk memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua
dan untuk melindungi keluarga dari ancaman (bahaya).
3) Gender yang di hubungkan dengan jenis kelaminnya tersebut, semuanya adalah hasil
rekayasa masyarakat.
4) Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain di seluruh dunia, tergantung pada
kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
5) Peran jenis kelamin bahkan tidak sama di dalam suatu masyarakat, tergantung pada
tingkat pendidikan, suku dan umurnya.
6) Peran gender di ajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anak-anaknya. Sejak
anak-anak berusia sangat muda, orang tua memperlakukan anak wanita dan pria secara
berbeda, meskipun kadang-kadang tanpa mereka sadari.

2.5 Bagaimana Perbedaan Seks Dan Gender


Saudara mahasiswa, untuk membantu memperjelas pemahaman anda tentang perbedaan seks
dan gender, berikut kita lihat perbedaan diantara keduanya pada tabel di bawah ini:

Jenis Kelamin Contoh Gender Contoh


Tidak dapat di ubah Alat kelamin Dapat di ubah Peran dalam kegiatan
seharihari
Tidak dapat di Jakun pada laki-laki Dapat di Suami bisa menggantikan
pertukarkan dan payudara pada Pertukarkan peran istri dalam mengasuh
perempuan anak ataupun memasak di
saat istri berhalangan
Berlaku sepanjang Status sebagai Ergantung Pada Zaman penjajahan
masa lakilaki kepada Belanda kaum perempuan
dan perempuan kebudayaan tidak mendapatkan hak
tidak pernah pendidikan. Tetapi setelah
berubah sampai kita kita merdeka, perempuan
mati memiliki kebebasan
mengikuti pendidikan
Berlaku dimanapun Di rumah, di kampus Tergantung pada Pembatasan kesempatan di
berada ataupun di mana budaya setempat bidang pekerjaan terhadap
seorang laki-laki perempuan dikarenakan
tetap laki-laki dan budaya setempat, contohnya
perempuan tetap perempuan lebih diutamakan
perempuan untuk menjadi perawat, guru
TK dan mengasuh anak
Merupakan kodrat Ciri utama laki-laki Bukan merupakan Sifat atau mentalitas antara
Tuhan berbeda dengan kodrat Tuhan lelaki dengan perempuan
perempuan bisa saja sama
Ciptaan Tuhan Perempuan bisa haid, Buatan Manusia Laki-laki dan perempuan
hamil, melahirkan berhak menjadi calon ketua
dan RT, RW, kepala desa bahkan
menyusui sedangkan presiden.
laki-laki tidak bias
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gender adalah pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab
antara perempuan dan atau laki–laki yang merupakan hasil konstruksi social budaya dan dapat
berubah dan atau diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada prinsipnya konsep gender
memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Gender
merujuk kepada perilaku-perilaku yang membatasi individu-individu sebagai laki-laki atau
perempuan dalam konteks sosial budaya tertentu. Terdapat perbedaan distribusi morbiditas dan
mortalitas antara laki-laki dan perempuan.

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ritzer G, Goodman JD. 2010. Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6. Jakarta; Kencana
Scott J. 2011. Sosiologi: The Key Concepts. Jakarta: Rajawali Pers
Soekanto S. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi revisi; cetakan ke-6. Jakarta: RajawaliPers
Tjiptoherijanti P, Soesetyo B. 1993. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta White K. 2011.
Sosiologi Kesehatan dan Penyakit, Edisi ke-3. Jakarta: Rajawali
Pers Sunaryo, 2014. Sosiologi: Untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika
https://ridwanhamid.wordpress.com/2014/04/22/agama-dan-kesehatan/ http://www.
scribd.com/doc/55938723/Agama-Dan-Kesehatan http://id.wikipedia.org/wiki/Agama Effendy,
Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan.
Jakarta. Salemba Medika Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta :
Kencana Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika
http://leksi-ndolu.blogspot.com/ Fakih, Mansour, DR.1997. Analisis Gender dan Transformasi
Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ibrahim, Idi Subandy dan Hanif Suranto, (ed).1998. Wanita
dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Illich, Ivan.2009. Matinya Gender. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Mosse, Julia Cleves.2012. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa
Women’s Crisis Center dan Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai