Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN

“ANGKA KEMATIAN IBU MASIH TINGGI TERKAIT


KETIMPANGAN GENDER”

Dosen Pengampu : Bebaskita Ginting, SSit, M.Ph

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

T.A. 2022/2023
I. PENDAHULUAN

Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang
bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung
jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat
berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.

Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan
YME, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak. Sementara itu, kodrat
bersifat universal, misalnya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi
perempuan, sementara mempunyai sperma adalah kodrat laki-laki.

Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial,
sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-laki dan
perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda. Keadilan
gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan
dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Masalah ketidakadilan gender ditunjukkan
oleh rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan, tingginya tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak yang diukur dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan angka Indeks
Pemberdayaan gender (IDG). Selain itu masih banyaknya peraturan perundang-undangan,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bias gender, diskriminatif terhadap
perempuan dan anak, serta lemahnya kelembagaan yang peduli anak termasuk keterbatasan data
terpilah menurut jenis kelamin

II. PEMBAHASAN

PENYEBAB ANGKA KEMATIAN IBU MASIH TINNGI TERKAIT KETIMPANGAN


GENDER

Angka kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam
kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau
tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya,
tapi bukan karena sebab-sebab lain per 100.000 kelahiran hidup seperti kecelakaan, terjatuh dan
lain-lain. (Sosial & Perempuan, 2021)

Sekitar 23 persen remaja yang menikah di usia 15-24 tahun dipaksa pasangannya untuk
berhubungan seksual di saat dia sendiri tidak banyak tahu tentang seks dan kontrasepsi. Dalam
SDKI 2017 ditunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan sebanyak 54,5%,
cara tradisional 6,4%, sterilisasi pria dan kondom 2,7 %, tidak menggunakan alat kontrasepsi
36,4%, sedangkan laki-laki pengguna kontrasepsi hanya sebesar 2,7 %. Fakta tersebut
menunjukkan bahwa masalah kehamilan, persalinan dan nifas serta keluarga berencana masih
dianggap urusan perempuan semata, dukungan dan peran kaum lelaki (suami) maupun
masyarakat masih sangat kurang. Hal ini menunjukkan ketidaksetaraan gender untuk mengatur
jarak kehamilan dan jumlah anak, berdampak terhadap 4 TERLALU (Terlalu muda, terlalu
banyak, terlalu dekat terlalu tua) untuk hamil dan melahirkan, yang dapat memicu timbulnya
komplikasi pada ibu dan berakhir dengan kematian ibu.(Irwansyah, Ismail and Hakimi, 2016)
dalam (Klender, n.d.)

Tingginya angka kematian ibu melahirkan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
kesehatan dan faktor nonkesehatan.. Diantara dua faktor penyebab kematian ibu, faktor non
kesehatan adalah faktor yang signifikan dengan penelitian ini terutama yang berkenaan dengan
perlakuan bias gender terhadap perempuan. Perlakuan bias gender ini telah menyebabkan
perempuan sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang memadai. Di samping itu,
status dan posisi wanita yang rendah dalam keluarga maupun di masyarakat menyebabkan
perempuan mengalami kesulitan untuk mengambil berbagai keputusan yang menyangkut
penentuan kapan hamil, berapa kali hamil, dan berapa jarak antar kehamilan. Hasil penelitian
Mundayat, dkk, (2010 : 35 ) menggambarkan beberapa kendala dalam mengakses fasilitas
kesehatan reproduksi bagi perempuan miskin seperti geografis, transportasi, jarak dan waktu
tempuh yang mempengaruhi ketersediaan ekonomi.(Kusumo, n.d.)

Secara lebih rinci, analisis yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO)
terhadap kaitan antara gender dan kesehatan menunjukkan adanya berbagai faktor yang
berdampak terhadap status kesehatan perempuan, yaitu:27 a. Perbedaan biologis, meliputi: (1)
anatomis; (2) fisiologis; (3) genetik; dan (4). sistem imunitas. b. Perbedaan sosial budaya,
meliputi: (1) peran dan tanggung jawab; (2) norma (adat dan agama); (3) ekspektasi
masyarakaUkeluarga; dan (4) identitas subjektif. c. Akses dan kontrol terhadap sumber daya,
meliputi: (1) ekonomi; (2) sosial; (3) politik; (4) ketersediaan dan kualitas informasi dan edukasi
tentang kesehatan reproduksi; (5) ketersediaan waktu untuk berpartisipasi dalam program
kesehatan; (6) ketersediaan dan kualitas layanan; (7) keterbatasan sumber daya internal; (8)
otoritas (Province & Sulawesi, 2017)

III. PENUTUP

Tingginya Angka Kematian Ibu merupakan indikator kegagalan reproduksi dan


ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan di masyarakat untuk mendapatkan akses
sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan gizi dan kesempatan ekonomi. Faktor lain yang
menimbulkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender yaitu perlakukan sub ordinasi terhadap
perempuan, marginalisasi perempuan, beban ganda dan kemiskinan perempuan Adanya
pelabelan (stereotipe) terhadap perempuan yang cenderung direndahkan, misalnya perempuan itu
lemah, lebih emosional ketimbang nalar, cengeng, tidak tahan banting, hanya patut hidup di
dalam rumah, jika bekerja dianggap sebagai pencari nafkah tambahan. Ketika perempuan bekerja
lebih banyak di sektor informal sehingga cenderung mendapat gaji yang tidak layak, kurang
mendapat perlindungan, kurang memperoleh peluang mendapat posisi jabatan, rentan terhadap
kekerasan atau perlecehan. Hal ini membuat posisi perempuan selalu pada pihak yang dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Klender, K. (n.d.). PENCAPAIAN KELUARGA SEHAT DAN ADIL GENDER DI WILAYAH


KELURAHAN KLENDER. 56–69.
Kusumo, S. (n.d.). Pencegahan Kematian Ibu dan Anak melalui Pendekatan Strategi Komunikasi
pada Program EMAS ( Expanding Maternal and Neonatal Survival ). 1, 165–174.
Province, R. A., & Sulawesi, S. E. (2017). AKSES PEREMPUAN TERHADAP FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI.
Sosial, D., & Perempuan, P. (2021). PROFIL GENDER KABUPATEN TANAH DATAR.

Anda mungkin juga menyukai