Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PRAKTIK PROFESIONAL BIDAN

“Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi Terkait Ketimpangan Gender”

Dosen Pengampu : Bebaskita Ginting, SSiT, M.Ph

Disusun Oleh:
Asryani Loveta Mangusong
P07524420053

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

T.A. 2022/2023
I. PENDAHULUAN
Kematian ibu merupakan fenomena gunung es yang disebabkan morbiditas maternal.
Morbiditas maternal selama kehamilan paling tinggi terjadi di negara berkembang. faktor
ekonomi, sosial dan budaya berperan penting terhadap komplikasi kehamilan sampai dengan
kematian ibu. Ketidaksetaraan gender dimana banyaknya peran yang harus dilakukan oleh
perempuan dibandingkan laki-laki dianggap sebagai kewajiban bahkan kodrat wanita serta
sering tidak memiliki perlindungan ditempat kerja bahkan peran produktif perempuan kurang
dihargai dibandingkan peran produktif laki-laki, hal tersebut menyebabkan tingginya kejadian
komplikasi ketika hamil, bersalin dan nifas.(Adha, 2022)

Morbiditas maternal berhubungan dengan beban kerja perempuan yang cukup berat
dalam mengurus rumah tangga dan juga harus mencari nafkah untuk menutupi kekurangan
pendapatan rumah tangga sehingga waktu kerja lebih panjang perharinya. Beban kerja yang
berat tanpa adanya upaya suami untuk membantu mengurangi beban kerja ibu secara tidak
langsung mendorong kerentanan tubuh ibu saat hamil. Kesetaraan gender sebagai upaya
memperbaiki kualitas gender berpengaruh menurunkan kejadian morbiditas maternal.
Petugas kesehatan di harapkan mensosialisasikan tentang kualitas gender selamaa kehamilan
dan meningkatan peran serta suami dalam kesehatan ibu selam kehamilan sampai dengan
nifas.

Berbagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan pengelolaan manajemen program


KIA bersama dengan program terkait dan lembaga internasional telah dilaksanakan, namun
masih perlu adanya peningkatan keterlibatan masyarakat dalam perhatian dan pemeliharaan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Seperti diketahui bersama bahwa di tingkat masyarakat
masalah keterlambatan, utamanya terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil
keputusan, serta masalah 4 terlalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu
rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan) masih dilatarbelakangi oleh rendahnya
pengetahuan dan kondisi ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender.

Di masyarakat kita, seringkali perempuan tidak mempunyai akses dalam pemanfaatan


pelayanan kesehatan dan kewenangan untuk memutuskan masalah kesehatan sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, upaya percepatan penurunan angka kematian ibu diperlukan
adanya dukungan lintas sektor dalam pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat
dalam perencanaan perencanaan persalinan dan kesiagaan dalam menghadapi komplikasi
obsteri dan neonatal.

II. PEMBAHASAN
Kesetaraan gender merujuk pada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam
pemenuhan hak dan kewajiban, namun diskriminasi atas dasar “perempuan” atau “laki-laki”
terus terjadi di segala bidang kehidupan. Perempuan harus menghadapi kontroversi dalam
karir mereka, salah satunya adalah perempuan harus memilih antara melanjutkan karir
mereka dalam dunia kerja atau mengurus keluarga dengan baik dan menjadi ibu rumah
tangga. Hal ini disebabkan faktor budaya yang mengatakan bahwa pekerjaan perempuan
hanya mengurus rumah tangga. Bahkan ketika perempuan telah menyelesaikan pendidikan
tinggi, masih dianggap lebih baik bagi mereka untuk fokus pada tugas-tugas keluarga atau
rumah tangga daripada menggunakan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi.
Perempuan juga memiliki hak untuk memiliki ruang dan waktu untuk berkomitmen atau
berkarir untuk mencapai cita-citanya, sebagaimana laki-laki memiliki hak untuk memenuhi
keinginannya tanpa harus memilih keluarga atau karir dan memikirkan sudut pandang
masyarakat sekitar

Salah satu faktor yang mempengaruhi AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka
Kematian Bayi) adalah tenaga penolong persalinan. Setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinannya.
Pemanfaatanpertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih
sangat rendahdibandingkan dengan target yang diharapkan.Norma gender yang ada di
masyarakat mempengaruhi perilaku kesehatan perempuan seperti akses terhadap fasilitas
kesehatan dan kemauan perempuan untuk memeriksakan diri Mie et al., (2021) menyatakan
bahwa pemberdayaan perempuan mempengaruhi kemampuan perempuan yang sudah
menikah untuk menghadapi hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan terutama pada
perempuan di daerah pedesaan karena ekonomi dan pendidikan perempuan di desa yang
rendah.(Ainiyah & Budiono, 2022)

Sosial ekonomi yang rendah juga berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian
morbiditas maternal. Sosial ekonomi yang rendah berdampak pada konsumsi makanan ibu
hamil setiap harinya Ibu hamil lebih mengutamakan suami dan anaknya dalam hal
makanan serta menu makanan lebih diutamakan nasi yang mengenyangkan
dibandingkan ikan dan daging yang mengandung protein yang baik untuk gizi kehamilan ibu,
karena pendapatan keluarga yang kurang mampu untuk memenuhi konsumsi lauk pauk
yang tinggi protein. Selain itu juga rendahnya pendapatan keluarga menuntut ibu hamil
untuk melakukan pekerjaan tambahan yang menghasilkan upah seperti menjadi buruh tani,
menjahit sepatu dan lain-lain selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Ssehingga
konsumsi makanan yang berprioritas pada karbohidrat saja serta beban kerja tambahan ibu
yang menjadikan kondisi fisik tubuh selama kehamilan menurun dan menyebabkan
komplikasi selama kehamilan.

Beban kerja ibu yang semakin berat pada waktu menghadapi kehamilan
karena harus menjalankan peran reproduktif dan domestik mempengaruhi derajat kualitas
Kesehatan. Kesetaraan gender dalam hal melaksanakan peran penting sekali untuk
meningkatkan kualitas kesehatan ibu ketika menghadapi kehamilan. Kesetaraan gender
yang dimaksud adalah kedudukan yang sama antara suami dan istri dalam melaksanakan
peran Repoduktif, produktif dan sosial, meskipun hamil dan melahirkan merupakan
tugas istridiharapkan suami dapat ikut berperan serta kesehatan reproduksi ibu yang
berdampak positif menurunkan kejadian morbiditas maternal

Selain beban kerja Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) juga factor ketimpangan
gender yang mengakibatkan peningkatan Angka Kematian ibu. Setiap Wanita yang
mengalami KDRT menurunkan tingkat Kesehatan dikarenakan selain fisik nya yang terluka
psikologis nya juga ikut terpengaruh sehingga banyak ibu yang mengalami strees berlebihan
dan mengalamim PTSD (Post Traumatic strees disorder) belum lagi beban kerja dan beban
reproduktif yang dianggap tugas seorang Wanita atau kodratnya Wanita.

Kualitas gender yang kurang baik terjadi dikarenakan peran yang


dilaksanakan ibu selama kehamilan tidak hanya peran reproduktif saja tetapi harus
ditambah dengan peran produktif dan sosial meskipun dalam kehamilannya. Peran
reproduktif dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak
harus di tanggung sendiri dan jarang sekali suami membantu dalam mengerjakan pekerjaan
tersebut. Suami beranggapan karena itu adalah tugas utama seorang istri sedangkan
tugas suamihanya mencari nafkah. Ibu juga beranggapan pekerjaan yang
menghasilkan upah itu seperti menjahit sepatu dirumah, berdagang, menjadi guru
mengaji, pergi ke sawah bukanlah suatu symbol yang menunjukkan bahwa statusnya
seorang ibu bekerja karena pekerjaan bukan pekerjaan non formal
Peran suami dituntut untuk meningkatkan Kesehatan ibu selama kehamilan hinnga
nifas. Keterlibatan suami selama kehamilan bisa ditunjukkan dengan memperhatikan
makanan yang dikonsumsi ibu hamil, selalu mendampingi untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan, menjaga kondisi psikologis ibu, memberi dukungan untuk melakukan
persalinan di tenaga kesehatan, ikut membantu melakukan pekerjaan rumah tangga
sehingga terpenuhi kebutuhan istirahat ibu hamil.

III. PENUTUP
Kemitrasejajaran antara suami dan istri dalam melaksanakan peran merupakan upaya
pembangunan nasional dalam mewujudkan keadilan gender. Suami dan istri memiliki hak
dan tanggung jawab yang sama misal mencari nafkah untuk keluarga bukan lagi tugas
utama suami namun menjdai tanggung jawab antara suami dan istri begitu pula pekerjaan
rumah tangga tidak hanya tugas istri tetapi menjadi tanggung jawab berdua. Perbedaan
peran antara suami dan istri dimana suami sebagai pencari nafkah dan istri bertugas
mengurus rumah tangga dibentuk oleh norma sosial sehingga penting sekali pemahaman
tentang peran wanita dalam pembangunan berwawasan gender di kalangan masyarakat.
Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin maju, tuntutan ibu untuk bekerja
produktif diluar rumah semakin tinggi, sehingga perlu keseimbangan dan kerjasama
antara suami dan istri dalam menjalankan peran repoduktif.(Syalfina et al., 2019)
IV. DAFTAR PUSTAKA
Adha, S. (2022). Pedoman Program Pelayanan Kesehatan Ibu Maternal Dengan Pendekatan
Keluarga Melalui Gerakan Masyarakat Peduli Gender (Pak Bamega) dalam Upaya
Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu.

Ainiyah, I., & Budiono, D. I. (2022). Pengaruh Pemberdayaan Perempuan Terhadap


Pelayanan Kebidanan: Literature Review. Oksitosin : Jurnal Ilmiah Kebidanan, 9(2),
110–120. https://doi.org/10.35316/oksitosin.v9i2.1705

Syalfina, A. D., Ayati Khasanah, N., & Sulistyawati, W. (2019). Faktor Risiko Morbiditas
Maternal: Dilihat Aspek Kualitas Gender. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal
of Midwifery), 5(2), 1–8. https://doi.org/10.33023/jikeb.v5i2.353

Anda mungkin juga menyukai