Anda di halaman 1dari 3

KEHAMILAN USIA DINI PENYUMBANG

ANGKA KEMATIAN IBU DIINDONESIA


Oleh : Monica Lorenza, Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Permasalahan pembangunan kesehatan diindonesia dipicu dari angka kematian ibu


yang masih tergolong tinggi. Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH, mengukapkan "Hingga tahun
2018/2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup,". Jumlah ini
tergolong sangat memprihatinkan jika dibandingkan diantara negara-negara ASEAN lainnya.
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau
diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan/cedera.
4 terlalu menjadi faktor risiko kematian ibu, dilansir dari data Riskesdas 2010, masih
cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4 Terlalu, yaitu: 1) Terlalu tua hamil (hamil di
atas usia 35 tahun) sebanyak 27% 2) Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20
tahun) sebanyak 2,6% 3)Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8% 4)
Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).
Maraknya peristiwa pernikahan usia dini yang terjadi baik didaerah perkotaan
maupun pedesaan, membuat pernikahan usia dini tidak terlepas sebagai penyumbang
banyaknya jumlah kehamilan usia dini, kehamilan usia dini ini berhubungan dengan 4 terlalu
yg menjadi faktor risiko yaitu terlalu muda, berdasarkan Data Survei Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
dibawah usia 20 tahun 2 kali lebih tinggi daripada kematian maternal pada usia 20 sampai 29
tahun.
Jika kematian ibu dikaitkan dengan kehamilan usia yang terbilang masih dini,
tentunya banyak faktor yang mendukung seperti, Faktor fisiologis, karena fisik wanita usia
dini organ reproduksi seperti Rahim, mulut Rahim dan otot-otot ligament dipanggung, belum
matang dan belum kuat, sehingga belum siap untuk berfungsi semestinya dalam menunjang
kehamilan dan persalinan yang dapat berakibat seperti keguguran, perdarahan, dan persalinan
prematur.
Faktor ekonomi, usia yang terbilang dini membuat pekerjaan yang didapat kurang
layak sehingga pendapatan yang dihasilkan rendah berdampak pada tidak tercukupinya gizi
pada ibu hamil dan janin yang sedang dikandungnya, sudah seharusnya ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi untuk mencukupi kebutuhan gizi bagi dirinya
dan janin yang sedang dikandungnya, dan juga kurangnya pemeriksaan kehamilan secara
teratur dipelayanan kesehatan dengan alasan ekonomi rendah sulit mengakses pelayanan
kesehatan, yang pastinya dapat memicu rentannya kematian ibu dan anak, karena terhambat
faktor keterbatasan ekonomi yang dialaminya.
Faktor pendidikan, semakin muda usia menikah membuat rendahnya tingkat
pendidikan yang dicapai, pendidikan menjadi indikator yang dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, sehingga pola pikir dan daya cerna terhadap informasi orang dengan
pendidikan yang rendah berbeda dengan orang yang berpendidikan tinggi, membuat
pengetahuan mengenai kesehatan yang kurang berdampak pada kurangnya pengetahuan
mengenai bahaya dan risiko kehamilan usia dini terhadap kesehatan terutama kesehatan
reproduksi.
Menteri Kesehatan menyatakan “Pemecahan masalah kesehatan ibu perlu
menggunakan pendekatan upaya kesehatan berkelanjutan atau continuum of care mulai dari
hulu sampai ke hilir yaitu sejak sebelum masa hamil, masa kehamilan, persalinan dan nifas.”
Intervensi di hulu merupakan semua bentuk pelayanan di level rumah tangga dan
masyarakat, upaya yang dapat dilakukan di tingkat hulu, antara lain: Meningkatkan status gizi
perempuan dan remaja; Meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dimulai dari
lingkup keluarga; Meningkatkan konseling pranikah untuk calon pengantin; Meningkatkan
peran aktif suami, keluarga, tokoh agama, tokoh adat, kader dan masyarakat dalam menjaga
mutu kesehatan keluarga (terutama calon ibu) sebelum dan saat hamil, termasuk Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi atau P4K serta pemenuhan kebutuhan pelayanan
Keluarga Berencana (KB), sedangkan intervensi di hilir adalah bagaimana meningkatkan
mutu pelayanan klinik untuk ibu dan anak dirumah sakit.
BIODATA PENULIS

NAMA : Monica Lorenza


PRODI : Ilmu kesehatan masyarakat
FAKULTAS : Kesehatan Masyarakat
UNIVERSITAS : Universitas Sriwijaya
NO HP : 082183628588
EMAIL : monicalorenza17@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai