Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Penanganan Syncope dan Analphilatic Shock


Dosen pengampu : drg. A.Erni Aryani N, M.Kes

Disusun oleh :

Syalli Fauziah (02003034)


Muh. Rifad Agung (02003036)
Abas Lawantoro (02003037)
Sri Hastuti (02003038)
Kaharin Paonganan (02003039)
Ita Ropida (02003040)
Fira Trimeisha (02003041)
Eti Milasari (02003042)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN GIGI


STIKES YAYASAN AMANAH MAKASSAR
2021
Kata pengantar

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “
Penanganan Syncope dan Analphilatic Shock “ tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penun -
jang materi pembelajaran pada mata kuliah “Dasar-Dasar Pencabutan Gigi“. Melalui
makalah ini kami mencoba memberikan gambaran dari beberapa sumber yang ada.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada Ibu drg. A.Erni Aryani N,
M.Kes selaku dosen mata kuliah yang bersangkutan. Sehingga kami dapat menyele-
saikan tugas makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada para pem-
baca dan dapat dipahami secara ringkas dan mendalam sehingga dapat dijadikan referensi
untuk kedepannya.

Makassar, Selasa 16 November 2021

Penulis

i
Daftar isi

Kata pengantar..............................................................................................................................................i
Daftar isi......................................................................................................................................................ii
Bab I............................................................................................................................................................1
Pendahuluan................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................................1
Bab II...........................................................................................................................................................2
Pembahasan.................................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Syncope...........................................................................................................................................2
2..1.1 Etiologi Syncope.....................................................................................................................................2
2.1.2 Gejala Klinis………………………….……………………………………………………….4
2.1.3 Patofisiologi Syncope...............................................................................................................................4
2.1.4 Prinsip Penanganan Syncope....................................................................................................................5
2.1.5 Kasus Syncope dalam Kedokteran/Keperawatan Gigi.............................................................................6
2.7 Kontrak Layanan Home Care………..
……………………………………………………………..
2.8 Standar Praktik Layanan Home Care………………………………………………………………
2.9 Perencanaan Institusi Home ……………………………………………………………………….
2.10 Mekanisme Layanan Home Care…………………………………………………………………..
2.11 Isu Home Care di Amerika…………………………………………………………………………

Bab III.........................................................................................................................................................8
Penutup........................................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................................................8
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................9

ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya
memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of Cardiology : ESC), adalah
suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat semen-
tara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Ke-
hilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral. Sinkop adalah kehilangan ke-
sadaran sementara, biasanya terjadi secara singkat, penurunan perfusi serebral secara tiba-tiba.
Mungkin disebabka oleh disritmia jantung oleh penurunan volume darah atau distribusi. Sinkop
vasovagal adalah kondisi dimana terjadi peningkatan parasimpatis secara mendadak dan penu-
runan singkat kardiak output dan perfusi serebral. Pasien biasanya akan mengalami pusing, ku-
nang-kunang (disebut presinkop) berlanjut ke kehilangan kesadaran. Sinkop non kardiak bi-
asanya tidak membutuhkan perawatan dan sering ditangani dengan memposisikan pasien
supinasi dengan kaki lebih tinggi. Pastikan pasien tidak memiliki cedera saat jatuh (Chapleau
Willet a, 2008).

Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana yang berarti jauh dah phylaxis yang
berarti perlindungan. Secara harfiah artinya adalah menghilangkan perlindungan. 1,2 Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richet pada tahun 1902 ketika memberikan dosis
vaksinasi dari anemone laut untuk kedua kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut
mendadak mati.1,2 Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan dapat menye-
babkan kematian, terjadi secara tiba-tiba segera setelah terpapar oleh allergen atau pencetus lain-
nya. Reaksi anafilaksis termasuk ke dalam reaksi Hipersensivitas Tipe 1 menurut klasifikasi Gell
dan Coombs.

Kedua penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan. Reaksi awalnya hanyalah seder-
hana tetapi jika tidak ditangani secepatnya dan serius maka bisa berujung kematian. Penyebab
penyakit ini bermacam-macam dan menyerang siapapun. Dilihat pada data Kesehatan hamper 1-
3% mengalami kematian dari kedua kasus ini.

1
Di dalam makalah yang sederhana ini, kami akan memberikan deskripsi/gam-
baran tentang penanganan syncope dan syok anafilaksis yang meliputi : pengertian, penyebab,
penatalaksanaannya, bahkan resikonya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari syncope dan syok anafilaksis?
2. Apa saja penyebab syncope dan syok anafilaksis?
3. Bagaimana penaganan syncope dan syok anafilaksis?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
para pembaca tentang Penanganan syncope dan syok anafilaksis. Dan bukan hanya itu, tetapi
ada juga tentang hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Dasar-Dasar Pen-
cabutan Gigi ( Exodontia ).

2
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Home Care


Home Care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan Kesehatan atau memaksimalkan tingkat ke-
mandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. (Departemen Kesehatan, 2002).

Menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care adalah sistem dimana
pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat
atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.

Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 1995) perawatan Kesehatan rumah
adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien individu dan
atau keluarga ditempat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan klien dalam
pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit dan resiko
kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.

Pelayanan perawatan kesehatan rumah meliputi penyediaan pelayanan keper-


awatan klien di rumah, rehabilitasi fisik, terapi diet, konseling psikolog (Stanhope &
Lancester, 1999). Pelayanan perawatan kesehatan rumah juga dapat diartikan sebagai “Medi-
care”, antara lain :

1. pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus, denagn perawatan yang
diberikan dibawah pengawasan seorang perawat profesional yang sudah teregistrasi/
terdaftar.

2. terapi fisik, terapi okupasional,dan terapi wicara

3. pelayanan kesehatan sosial berada di bawah pengawasan dokter

3
4. pelayanan paruh waktu atau secara terus menerus yang dilakukan oleh pembantu perawatan
kesehatan sesuai dengan ketentuan ynag berlaku

5. kebutuhan medis selain obat-obatan, benda biologis seperti serum dan vakssin yang penggu-
naannya dalam aplikasi medis/kedokteran.

6. pelayanan medis diberikan oleh seseorang yang sudah mendapat izin praktek perawatan kese-
hatan rumah melalui agency atau suatu program dari rumah sakit.

Selanjutnya perawatan kesehatan rumah juga dapat diartikan sebagai kesatuan yang
memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun kombinasi dari
berbagai profesi kesehatan dalam kesatuan tim untuk mencapai dan mempertahankan status ke-
sehatan klien secara optimal. Khususnya pada klien yang memerlukan pelayanan akibat
penyakit yang akut, kronik, atau terminal yang memburuk.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan rumah diberikan
kepada individu dan keluarga di rumah tinggal mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu
atau profesi dalam suatu tim kesehatan untuk melakukan perawatan kesehatan dirumah. Dengan
tujuan untuk memberikan kondisi yang sehat secara optimal dan terbebasnya klien dari penyakit
yang diderita.

2.2 Manfaat Home Care


Akhir-akhir ini Home Care (HC) mendapat perhatian karena berbagai alasan, an-
tara lain yaitu :

1. Bagi Klien dan Keluarga


a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin
mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi
keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat
anggotakeluarga ada yang sakit

c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri

4
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat
orang sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya

2. Bagi Perawat
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan
yang tetap sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kese-
hatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan
kerja perawat akan meningkat.

Berbagai alasan tersebut membuat program layanan Home Care (HC) mulai
diminati baik oleh pihak klien dan keluarganya, oleh perawat maupun pihak rumah sakit.

2.3 Jenis Institusi Layanan Home Care


Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara
lain:
1. Institusi Pemerintah

Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan adalah
dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia)
yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien
yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini
dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)

2. Institusi Sosial

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak memungut
biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang
dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah
kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.

3. Institusi Swasta

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik per-
orangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima im-

5
balan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi).
Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”

4. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)

Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih
memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya je-
nis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas,
adalah :

a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk
melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya di-
rawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat
tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum,dll) belum di-
laksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.

b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah
sakit.

c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya
yang besar

d. Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga


akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati”
staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menun-
jukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) den-
gan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih memper-
cepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)

2.4 Tipe Layanan Home Care


1. Perawatan Berdasarkan Penyakit
Program pelayanan kesehatan yang memerlukan perawatan kesehatan, pemantauan
proses penyembuhan dan mengupayakan untuk tidak terjadi kekambuhan dan per-
awatan ulang ke rumah sakit. Umumnya dikoordinasikan dengan tim kesehatan dari beberapa
disiplin ilmu atau profesi kesehatan, misal : dokter, fisioterapi, gizi dan lain-lain.

6
2. Pelayanan Kesehatan Umum

Pelayanan kesehatan ini berfokus pada pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit,
termasuk penyuluhan kesehatan kepada ibu nifas pasca melahirkan, perawatan luka dengan
klien DM, konsultasi gizi pada klien dengan penyakit dan masalah kesehatan
tertentu,masalah kesehatan lansia, dan lain-lain.

3. Pelayanan Kesehatan Khusus

Pelayanan kesehatan khusus pada kondisi klien yang memerlukan teknologi tinggi,
misalnya : pediatric care, chemoterapi, hospice care, psychiatric mental health care. Melalui
persiapan teknologi medis dan keperawatan memungkinkan situasi rumah sakit dapat di-
lakukan dirumah. Disamping itu pelayanan ini akan memberikan efisiensi biaya pengobatan
dan perawatan dirumah sakit.

2.5 Populasi Layanan Home Care


Populasi layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh Wanita (66,8%).
Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan untuk semua umur, tetapi mayoritas
klien berusia 65 tahun atau lebih (Allender & Spradley, 2001). Pengalaman Home Health
Care (HHC) oleh “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padja-
jaran Bandung di RS Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak 1995) juga menunjukkan kon-
disi yang sama, dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita lebih banyak dari pria dan
kelompok usia lanjut juga mendominasi layanan HHC di RS Al-Islam Bandung (Maya H,
2002).
Hal ini mungkin disebabkan karena populasi wanita lebih banyak dan umur hara -
pan hidup wanita lebih panjang dari pria serta para lansia yang cenderung untuk
lebih mudah terserang penyakit.

2.6 Pemberi Layanan Home Care


1. Perawat
Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebu -
tuhannya oleh perawat professional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin dan izin
praktek dengan kemampuan keterampilan asuhan keoerawatan klien di rumah. Berdasarkan
Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktek perawat

7
bahwa : praktek keperawatan merupakan Tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat secara mandiri dan professional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien
dan tenaga kesehatan lainnya sesuai ruang lingkup wewenang dan tanggung jawab.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan professional terhadap
klien individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dengan rentang sehat sakit sepa-
njang daur kehidupan. Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keper-
awatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dapat diterapkan
pada asuhan keperawatan gerontik pada pasien usia 60 tahun ke atas yang mengalami
proses penuaan dan masalahnya baik ditatanan pelayanan kesehatan maupun di
wilayah binaan di masyarakat (asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
khusus).
Dalam perawatan kesehatan di rumah, perawat akan melakukan kunjungan
rumah (home visit) dan melakukan catatan perubahan dan evaluasi terhadap perkembangan
kesehatan klien. Peran perawat dalam perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi
dan pemberi asuhan keperawatan (1) coordinator, (2) pemberi pelayanan kesehatan dimana
perawat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarganya, (3) pendidik. per-
awat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan cara perawatan secara
mandiri, (4) pengelola, perawat mengelola pelayanan Kesehatan keperawatan klien,
(5) sebagai konselor, dengan memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan
keluarga berkaitan dengan masalah kesehatan klien, (6) advokat (pembela klien) yang
melindungi dalam pelayanan keperawatan, dan (7) sebagai peneliti untuk mengem-
bangkan pelayanan keperawatan. Pada keadaan dan kebutuhan tertentu perawata
dapat koordinsai/kolaborasi dengan dokter untuk tindakan diluar kewenangan perawat,
berupa pengobatan dan tindak lanjut perawatan klien maupun melakukan rujukan pada pro-
fesi lain.

2. Dokter
Program perawat rumah umumnya berada dibawah pengawasan seorang dokter un-
tuk memastikan masalah kesehatan klien. Dokter berperan dalam memberikan in-
formasi tentang diagnosa medis klien, tes-diagnostik, rencana pengobatan dan per-
awatan rumah, penentuan keterbatasan kemampuan, upaya perawat, pencegahan, lama keper-

8
awatan, terapi fisik dan lain-lain. Bila diperlukan kolaborasi dengan perawat, dimana perawat
yang melakukan kunjungan rumah harus mendapat iin dan keterangan dari dokter
ynag bersangkutan sebagai penanggung jawab terapi program. Program keperawatan
dirumah harus dilakukan follow up oleh dokter tersebut minimal setelah 60 hari kerja, se-
hingga dapat disepakati apakah program dilanjutkan/tidak.
3. Speech Therapist
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien dengan gang -
guan atau kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, dengan tujuan untuk membantu
klien agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi otot bicara agar memilki kemam-
puan dalam berkomunikasi melalui latihan berbicara.
4. Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada pemeliharaan, pencegahan,
dan pemulihan kondisi klien dirumah. Aktivitas keperawatan kesehatan rumah
yang dilakukan adalah melakukan latihan penguatan otot ekstremitas, pemulihan mo-
bilitas fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau Tindakan terapi postural drainase klien
(COPD). Latihan lain berhubungan dengan penggunaan alat kesehatan tertentu, seperti :
pemijatan, stimulasi listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet. Dalam
hal ini ahli fisioterapist juga mempunyai kewajiban mengajarkan klien atau keluarganya ten-
tang langkah-langkah dalam latihan program yang diberikan.
5. Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan trening/pelatihan dapat diper-
bentukkan dalam perawatan klien dan keluarganya utnuk jangka waktu panjang,
khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term care). Pekerja sosial sangat berguna
pada masa transisi dari peran perawatan medis atau perawat kepada klien/keluarga.

2.7 Kontrak Layanan Home Care


Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien
keluarga merupakan aspek penting dalam pelayanan perawatan Kesehatan dirumah.
Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kontrak adalah:
1. Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan keluarga tentang
pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan catatan medis. Kontrak tersebut mem-

9
perbolehkan klien dan keluarga untuk menyususn tujuan sendiri ataupun membantu
memecahkan masalah keperawatan klien sesuai rencana keperawatan/pengobatan dokter
dalam kesepakatan yang tercantum (yang dibuat).

2. Kontrak berhubungan langsung denga proses keperawatan dan dapat diselesaikan sesuai
tahap proses keperawatan, yaitu : pengkajian, perumusan masalah/diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Dimana dalam setiap tindakan berkai-
tan dengan asuahan keperawatan tersebut akan dilakukan atas persetujuan klien/keluarga

3. Jika selama kunjungan atau keperawatan dirumah ada kesesuaian kesepakatan antara
yayasan/pemberi layanan/agency dank lien/keluarga, maka kontrak tersebut dapat dilakukan
pada kunjungan berikutnya, akan tetapi bila tidak memungkinkan/tidak ada ksesuaian
maka kontrak dapat ditinjau kembali.

4. Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara non formal (lisan) ataupun secara formal
(tulisan), tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama kedua belah pihak antara
yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien dan keluarga. Kolaborasi inter-
disiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan kesehatan rumah akan mem-
berikan kesinambungan pelayanan lesehatan yang dapat memberikan kesadaran/kemandirian
klien dan keluarga, sehingga program perawatan kesehatan dapat dilaksanakan secara kom-
perhensif. Secara umum proses kolaborasi untuk perawatan kesehatan rumah diawali dengan
adanya rencana pulang discharge plan dari rumah sakit. Perawat dirumah sakit mengidenti-
fikasi kebutuhan klien untuk perawat dirumah kemudian mengkoordinasikan tentang
perancanaan pulang atau discharge plan dengan dokter untuk diminta persetujuannya. Ke-
mudian dilanjutkan koordinasi kepada yayasan/agency terkait yang akan melakukan per-
awatan dirumah, khususnya pelayanana keperawatan yang diminta oleh dokter. Dalam hal ini
dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu (profesi kesehatan lain seperti : dokter, terapi fisik,
perawat, bidan, ahli gizzi dan lain-lain). Dokter akan menjelaskan rencana program pengob-
atan, perawatan, pragnosis, terapi dan biaya yang dibutuhkan klien dan keluar-
ganya.

2.8 Standar Praktik Layanan Home Care

10
Asosiasi perawat Amerika (1999) telah menetapkan lingkungan
dan standar Home Health Nursing yang meliputi standar asuhan keperawatan dan
standar kinerja professional (Allender & Spradley, 2001)

Standar I Organisasi pelayanan kesehatan rumah


Semua pelayanan kesehatan di rumah di rencanakan, di susun dan dip -
impin oleh seorang kepala/manajer perawat professional yang telah dipersiapkan
dengan kompetensi dalam pemberian pelayanan/asuahan keperawatan dalam ke-
sehatan masyarakat dan termasuk proses administrasi dan pendokumentasian.

Standar II Teori
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam
melaksanakan praktek/ asuhan keperawatan.

Standar III Pengumpulan data


Perawat secara terus menerus mengumpulkan,dan mendokumentasikan
data yang luas, akurat dan sistematis.

Standar IV Diagnosa
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian untuk
menentukan diagnosa keperawatan.

Standar V Perencanaan
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna menentukan
tujuan pemberian asuhan keperawatan. Rencana didasarkan pada perumu-
san diagnosa keperawatan dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya
pencegahan penyakit, tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitasi per-
awatan.

Standar VI Intervensi
Perawat di pedomani oleh intervensi keperawatan untuk memberikan
rasa kepuasan, memulihkan status kesehatan, memperbaiki, dan
memajukan kesehatan, serta mencegah komplikasi dan penyakit
lanjutan yang memerlukan tindakan rehabilitasi.
Standar VII Evaluasi
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan keluarga
dalam penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil yang
telah dicapai dan meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan
perencanaan yang telah disu

11
3 Pengertian Komunikasi Teraupetik
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan ren-
cana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komu-
nikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi terapeuitk termasuk ko-
munikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas ke-
sehatan dengan pasien.
Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar utnuk
melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petu-
gas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan per-
awatan.

4 Tahap-Tahap Komunikasi Teraupetik


Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi.
Unsur komunikasi terdiri dari : Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering dise-
but komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator
dalam makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam
mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada
pasien dalam keadaan gawat darurat. Komunikator memiliki peranan penting untuk menen-
tukan keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah
ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik
dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasi-
lan dalam melakukan komunikasi ( TAN, 1981:104).
Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu un-
sur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses ko-
munikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat
dimengerti, dan dapat diterima komunikan. Moore dalam Rakhmat (1993:297) menge-
mukakan bahwa keberhasilan komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy
(2000:41) mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan
memenuhi syarat sebagai berikut:
1.Pesan harus direncanakan
2.Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak
3.Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4.Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami
5.Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
12
Prinsip komunikasi terapeutik Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai
beberapa prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu
keterbukaan,empati, sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

5 Anamnesis Komter

13
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter maupun per-
awat dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien
atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien Dan, Komunikasi teraupetik adalah
proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal ke-
butuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebu-
tuhan tersebut Jadi anamnesis komter adalah serangkaian wawancara komunikasi kepada
pasien maupun keluarga pasien dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data-data
dengan maksud menyembuhkan pasien.
Berdasarkan aksinya, Anamnesis komter dilakukan dengan tujuan dan maksud yang
sama yaitu untuk menolong pasien dengan cara berkomunikasi yang sesuai agar pasien dapat
terbuka ketika dilakukan wawancara tentang apa yang dirasakannya.

B. Saran
Untuk dapat memahami tentang anamnesis komter selain membaca dan memahami
materi-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat
mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah
untuk paham dan akan selalu diingat. Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan un-
tuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan
makalah ini.

14
Daftar Pustaka

Anonim. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/01/komunikasi_terapeutik.pdf (di-


akses pada tanggal 11 Juni 2021)

Merry Guru. 2020. Anamnesis/Anamnesa: Pengertian, Tujuan, Cara dan Persiapan. https://majalahpen-
didikan.com/anamnesisanamnesa-pengertian-tujuan-cara-dan-persiapan/ (diakses pada tanggal 11 Juni
2021)
Anonim. https://dokumen.tips/documents/133109716-makalah-anamnesa.html (diakses pada
tanggal 11 Juni 2021)

15

Anda mungkin juga menyukai