Anda di halaman 1dari 32

Departemen Thibbun Nabawi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
REFERAT
ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL
VERTIGO

OLEH

Andi Nurul Hidaya Azzahara (70700120035)


Reski Nursyifah Husain (70700120039)

SUPERVISOR PEMBIMBING:

DR. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes


dr. Nurwana, M.Si

DEPARTEMEN THIBBUN NABAWI


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul


Vertigo Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal ...
Oleh:

Pembimbing

DR. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes dr. Nurwana, M.Si

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Sc


NIP : 19840905 200901 2 006

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan referat dengan
topik “VERTIGO”. Salam dan Shalawat semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW. yang telah menjadi rahmatan lil ‘alamiin. Referat ini
penulis susun sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik pada bagian
Thibbun Nabawi Program Profesi Dokter UIN Alauddin Makassar.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih, rasa hormat dan penghargaan atas
semua bantuan dan dukungan selama penyusunan referat ini kepada yang terhormat:
1. Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes selaku supervisor pembimbing
2. Dr. Nurwana, M.Si selaku supervisor pembimbing
3. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar
referat ini kelak bisa bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam bidang ilmu
penyakit dalam. Semoga Allah SWT. senantiasa melindungi kita semua. Aamiin Yaa
Rabbal ‘Alamiin.

Makassar, 24 April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2

A. Definisi..........................................................................................2
B. Epidemiologi.................................................................................2
C. Etiologi..........................................................................................2
D. Patomekanisme.............................................................................5
E. Diagnosis.......................................................................................7
F. Penatalaksanaan..........................................................................12
G. Prognosis.....................................................................................14
H. Komplikasi..................................................................................14
I. Integrasi Keislaman....................................................................14
BAB III ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL.......................................16
A. Akupuntur..................................................................................16
B. Akupresur....................................................................................18
C. Massage.......................................................................................19
D. Bekam........................................................................................20
E. Nutraceutical...............................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................25

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Titik akupuntur untuk vertigo..................................................18

Gambar 3.2. Titik bekam..............................................................................22

v
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang
digambarkan sebagai rasa berputar, pening, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau
pusing (dizziness). Vertigo dapat dianggap sebagai suatu perasaan hilang
keseimbangan, yang disebabkan karena alat keseimbangan tidak dapat memelihara
keseimbangan tubuh. Berdasarkan penyebabnya vertigo dibagi menjadi 2 yaitu
vertigo perifer dan vertigo sentral. Vertigo sentral etiologi umumnya karena
gangguan vaskuler, sedangkan pada vertigo perifer berhubungan dengan manifestasi
patologis di telinga.1
Prevalensi vertigo di Jerman untuk usia 17 hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
diasumsikan karena kelainan vestibuler. Di Amerika, prevalensi disfungsi vestibular
sekitar 35% populasi dengan umur 40 tahun ke atas. Di Indonesia angka kejadian
vertigo sangat tinggi, pada tahun 2010 dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50% yang
merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang datang
ke praktek umum, setelah nyeri kepala, dan stroke.1
Umumnya vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan
hanya 4-7% yang diperiksakan ke dokter. Seringkali pasien dengan vertigo tidak
peduli dan menganggap remeh keluhan yang dialaminya karena minimnya
pengetahuan tentang vertigo, sehingga tidak semua penderita vertigo sadar akan
penyakitnya dan berobat. Jumlah kasus semakin meningkat tetapi laporan mengenai
kasus vertigo masih jarang dilaporkan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri). 2
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3
B. Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria (2:1),
sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 4
C. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit
atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di

2
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.5
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo: 6
1. Keadaan lingkungan: mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan: alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga: endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo
4. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirinitis, penyakit meniere,
peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
5. Kelainan Neurologis: Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persarafannya atau keduanya.
6. Kelainan sirkularis: Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri
vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai
ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab
vertigo serta lokasi lesi:7
1. PERIFER
a. Labirin, telinga dalam
1) vertigo posisional paroksismal benigna
2) pasca trauma
3) penyakit meniere
4) labirinitis (viral, bakteri)

3
5) toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
6) oklusi peredaran darah di labirin
7) fistula labirin
b. Saraf otak ke VIII
1) neuritis iskemik (misalnya pada DM)
2) infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
3) neuritis vestibular
4) neuroma akustikus
5) tumor lain di sudut serebelo-pontin
c. Telinga luar dan tengah
1) Otitis media
2) Tumor
2. SENTRAL
a. Supratentorial
1) Trauma
2) Epilepsi Infratentorial
3) Insufisiensi vertebrobasiler
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus
dan hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi non-steroid, derivat kina atau antineoplastik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena justru menghambat pemulihan fungsi vestibuler. Obat penyekat
alfa adrenergik, vasodilator dan anti-parkinson dapat menimbulkan keluhan rasa
melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.

4
D. Patomekanisme
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.8
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.9

5
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian
ketidakseimbangan tubuh :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu;
akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal
dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri
dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi
bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau
rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan
teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses
pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut
teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu;
sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan
pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim
simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai
berperan.
5. Teori neurohumoral

6
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan
timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang
akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar
CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis,
yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
E. Diagnosis
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif
(symptoms) dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh, adapun
gejalanya yaitu:9
1. Gejala subjektif
a. Pusing, sakit kepala ringan
b. Rasa terapung, terayun
c. Mual
2. Gejala objektif
a. Keringat dingin
b. Pucat
c. Muntah
d. Sempoyongan saat berdiri atau berjalan
e. Nystagmus

7
Gejala di atas dapat diperberat/ diprovokasi perubahan posisi kepala.
Keluhan vertigo bisa didahului atau disertai gejala lain, seperti kelainan pada THT,
mata, saraf, kardiovaskular, gangguan psikis, penggunaan obat-obatan otostatik.
Vertigo bukanlah suatu penyakit tersendiri melainkan gejala dari penyakit yang
letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena itu pada setiap penderita
vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah untuk
menentukan bentuk vertigo, letak lesi, dan penyebabnya. Rasa pusing atau vertigo
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan
ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi
oleh susunan saraf pusat.9
Pada anamnesis ditanyakan bentuk vertigonya (apakah melayang, goyang,
berputar tujuh keliling, rasa seperti naik perahu, dan sebagainya), keadaan yang
memprovokasi timbulnya vertigo (perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan
dan ketegangan), profil waktu (apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang
timbul, paroksismal, kronik, progresif, atau membaik). Pada anamnesis juga
ditanyakan apakah ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai atau
ditemukan pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis, penggunaan obat-obatan
seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui
ototoksik atau vestibulotoksik, dan adanya penyakit sistemik seperti anemia,
penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit paru dan kemungkinan trauma
akustik. 9
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo ditujukan untuk membedakan
vertigo sentral yang kelainannya berkaitan dengan susunan sistem saraf pusat atau
vertigo perifer yang berkaitan dengan sistem vestibuler. Selain itu harus
dipertimbangkan pula faktor psikologik atau psikiatrik yang dapat mendasari
keluhan vertigo tersebut. Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan antara lain
aritmia jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemia, dan
hipoglikemia. 9

8
Penegakan diagnosis vertigo diawali dengan menentukan bentuk vertigo,
letak lesi, dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal dan
simtomatik yang sesuai. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pemeriksaan
tekanan darah yang diukur dalam posisi berbaring, duduk, dan berdiri, bising
karotis, irama (denyut jantung), dan pulsasi nadi perifer. 9
Pemeriksaan neurologis yang dapat dilakukan antara lain: 9
1. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama
20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebral badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
2. Tandem Gait
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung
jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya akan
menyimpang dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
3. Uji Unterberger
Penderita berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan
jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang atau berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram yaitu kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan
pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus
dengan fase lambat ke arah lesi.

9
4. Uji Tunjuk Barany (past-pointing test)
Penderita diinstruksikan mengangkat lengannya ke atas dengan jari
telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
5. Uji Babinsky-Weil
Penderita berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke belakang
selama setengan menit dengan mata tertutup berulang kali. Jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.
Pemeriksaan khusus otoneurologi dilakukan untuk menentukan apakah
letak lesinya di sentral atau perifer: 9
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat dari posisi duduk di
atas tempat tidur sehingga kepalanya menggantung 45° di bawah garis
horizontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45° ke kanan lalu ke kiri.
Lakukan uji ini ke kanan dan kiri. Perhatikan apakah terdapat nistagmus
pada penderita. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus.
Uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu
kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang
beberapa kali (fatigue) menunjukan bahwa yang terjadi pada penderita ialah
vertigo perifer. Sedangkan jika tidak ada periode laten, nistagmus dan
vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulangulang reaksi tetap seperti
semula (non-fatigue) menunjukan bahwa yang terjadi pada penderita ialah
vertigo sentral.
b. Tes Kalori

10
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30°, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30°C) dan air hangat (44°C) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus
tersebut (normal 90-150 detik). Tes ini dapat menententukan adanya kanal
paresis atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Kanal paresis
adalah abnormalitas yang ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang
air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing
telinga. Kanal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n.VIII,
sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus sehingga nistagmus tersebut dapat
dianalisis secara kuantitatif.
2. Tes Fungsi Pendengaran
a. Tes Garpu Tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif,
tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke yang tuli dan schwabach memendek.
b. Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti Ludness
Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, dan Tone Decay. Pemeriksaan
saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus, kampus visus, okulomotor,
sensorik wajah, otot wajah, pendengaran dan fungsi menelan. Juga fungsi
motorik (kelumpuhan ekstremitas), fungsi sensorik (hipestesi, parestesi) dan
serebelar (tremor, gangguan cara berjalan)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan: 10

11
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain
sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Neurofisiologi Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG), Brainstem
Auditory Evoked Potential (BAEP).
4. Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).
F. Penatalaksanaan
Tatalaksana vertigo terbagi menjadi tatalaksana non farmakologi,
farmakologi, dan operasi. Tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan dengan
pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/Particle Repositioning
Maneuver (PRM) yang dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV,
meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien.
Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi mulai dari 70%-100%.
Efek samping yang dapat terjadi dari melakukan manuver seperti mual, muntah,
vertigo, dan nistagmus. Hal ini terjadi karena adanya debris otolitith yang
tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit misalnya saat berpindah
dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah melakukan manuver hendaknya pasien
tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk menghindari risiko jatuh.
Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk mengembalikan partikel ke
posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus.9
Ada lima manuver yang dapat dilakukan, antara lain:9
1. Manuver Epley, manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada
kanal vertikal. Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit
sebesar 45° lalu pasien berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan
1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 90° ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi
berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan 30- 60 detik. Setelah itu
pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk
secara perlahan.

12
2. Manuver Semont, manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis
kanan posterior. Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu
kepala dimiringkan 45° ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi
berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo
dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang
berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.
3. Manuver Lempert, manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe
kanal lateral. Pasien berguling 360° yang dimulai dari posisi supinasi lalu
pasien menolehkan kepala 90° ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan
tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh
mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 90° dan
tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi supinasi.
Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat
dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi.
4. Forced Prolonged Position, manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal
lateral. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kekuatan dari posisi lateral
dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan dipertahankan selama 12 jam.
5. Brandt-Daroff exercise, manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di
rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada
pasien yang tetap simptomatik setelah manuver Epley atau Semont. Latihan ini
juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi sehingga dapat
menjadi kebiasaan.
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk tidak secara rutin dilakukan.
Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejala-gejala
vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV, seperti
setelah melakukan terapi PRM. Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga
pengobatan suppresant vestibular yang digunakan adalah golongan benzodiazepine
(diazepam, clonazepam) dan antihistamine (meclizine, dipenhidramin).
Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar namun dapat mengganggu

13
kompensasi sentral pada kondisi vestibular perifer. Antihistamine mempunyai efek
supresif pada pusat muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah karena
motion sickness. Harus diperhatikan bahwa benzodiazepine dan antihistamine
dapat mengganggu kompensasi sentral pada kerusakan vestibular sehingga
penggunaannya diminimalkan. 9
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik dan
sangat sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah melakukan
manuver-manuver yang telah disebutkan di atas. Dari literatur dikatakan indikasi
untuk melakukan operasi adalah pada intractable BPPV, yang biasanya
mempunyai klinis penyakit neurologi vestibular, tidak seperti BPPV biasa.
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat dipilih, yaitu
singular neurectomy (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi kanal posterior
semisirkular. Namun lebih dipilih teknik dengan oklusi karena teknik neurectomi
mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi. 9
G. Prognosis
Prognosis vertigo bergantung pada penyebabnya. Vertigo perifer
seperti benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) memiliki prognosis yang
relatif lebih baik dibandingkan sentral. 9
H. Komplikasi
Vertigo sering terjadi pada populasi geriatri dan karena adanya gangguan
keseimbangan tubuh (instabilitas), dapat menyebabkan jatuh. Instabilitas dan
kejadian jatuh pada populasi geriatri dapat menyebabkan kecacatan (contoh:
fraktur) hingga kematian. Gangguan hidup yang ringan juga ditemukan berbeda
bermakna antara kelompok dengan vertigo dan tanpa vertigo pada gangguan
aktivitas sehari-hari, perawatan diri, mobilisasi dan psikologis seperti depresi dan
cemas. Penurunan fungsi individu sebagai pekerja dialami oleh penderita vertigo,
dalam studi REVERT ditemukan penurunan produktivitas hingga mencapai 70%
dan 14 hari kerja.10,11,12
I. Integrasi Keislaman

14
Rasulullah Saw. mengajarkan doa sakit kepala yaitu:
ِ َّ‫َّار َو ِم ْن َش ِّر َحرِّ الن‬
‫ار‬ ٍ ْ‫بسم هللا الرحمن الرحيم بِاس ِْم هللاِ ْال َكبِي ِْر َواَ ُعوْ ُذ بِاهللِ ْال َع ِظي ِْم ِم ْن ُك ِّل َش ِّر ِعر‬
ٍ ‫ق نَع‬
Artinya:
"Dengan nama Allah Yang Maha Besar. Aku berlindung kepada Allah Yang Maha
Agung dari sakitnya darah yang mengalir (luka) dan dari buruknya panas api."
(HR Ibnu Sunni).
Doa ini berasal dari hadis riwayat Imam Tirmizi dari Ibnu Abbas, dia
berkata;

‫ أَعُو ُذ‬، ‫ير‬


ِ ِ‫ بِس ِْم هَّللا ِ ْال َكب‬: ‫ َو َمنَ ْال ُح َّمى هَ َذا ال ُّدعَا َء‬، ‫اع ُكلِّهَا‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ َعلِّ ُمنَا ِمنَ األَوْ َج‬
َ ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
ِ َّ‫ َو ِم ْن َش ِّر َحرِّ الن‬، ‫َّار‬
‫ار‬ ٍ ‫ق نَع‬ ٍ ْ‫بِاهَّلل ِ ْال َع ِظ ِيم ِم ْن َش ِّر ُكلِّ ِعر‬

Artinya:
“Rasulullah Saw mengajari kami doa ini dari semua sakit dan dari panas,
‘Bismillahil kabiril ‘adzim wa a’uzubillahil ‘adzimi min syarri ‘irqin na’arin wa
min syarri harrin nar.’”

15
BAB III
ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL
A. Akupuntur
Akupunktur berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata acus berarti
jarum, dan kata puncture berarti menusuk. Sedangkan dalam bahasa Cina yaitu
cenciu. Akupunktur dikenal sebagai salah satu pengobatan Cina yang
menggunakan metode penusukan jarum pada titik-titik tertentu untuk
menyembuhkan penyakit atau mencapai kondisi kesehatan tertentu. Dari catatan
sejarah diketahui sejak zaman batu, di daratan Tiongkok, orang menggunakan batu
runcing sebagai alat untuk mengobati penyakit dan kebiasaan ini diduga
merupakan cikal bakal ditemukannya Akupunktur. Memasuki zaman perunggu
dan zaman besi, mereka mulai menggunakan logam sebagai jarum pengganti batu
runcing tadi. Awalnya titik-titik ditemukan secara tidak sengaja dan satu demi satu
mulai dikumpulkan dan digabung hingga akhirnya tercakup dalam satu sistem
yang disebut Jinglou
(Cing Lou) atau Meridian.13
Teori kesehatan Cina Kuno meyakini bahwa di dalam tubuh kita terdapat
jaringan energi (Chi) yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan
energi tersebut terjalin melalui jalur yang disebut Meridian. Apabila terjadi
hambatan atau ketidakharmonisan pada jalan energi (Meridian) tersebut, maka
aliran energi menjadi tidak lancar dan berakibat kepada gangguan kesehatan.
Penusukan jarum Akupunktur pada titik-titik tertentu ditujukan untuk memberikan
rangsangan yang mampu membuat jalur energi yang terhambat kembali normal,
sehingga energi akan tersalur secara harmonis. Apabila energi mencapai
keharmonisan, maka tubuh kita akan mampu melawan penyakit, organ tubuh akan
berfungsi normal dan tubuh kita akan senantiasa sehat. Menurut naskah kuno

16
disebutkan di dalam tubuh terdapat 360 titik akupunktur pada 12 saluran
dikendalikan oleh 66 titik-titik utama, di mana 66 titik itu diatur oleh 8 titik pusat.
Delapan titik pusat ini dapat dipergunakan untuk menyembuhkan 243 macam
gejala penyakit. Pemahaman akan 8 titik pusat ini adalah kunci utama untuk
memahami pengobatan Cina. Terdapat 12 meridian yang diberi nama sesuai
dengan masing-masing nama organ Zang dan organ Fu. 13
Akupunktur merupakan salah satu bentuk pengobatan dengan cara
menusukkan jarum pada bagian tubuh tertentu yaitu titik akupunktur untuk
merangsang tubuh melakukan penyembuhan.Akupuntur merupakan bagian dari
jenis pelayanan kesehatan di Indonesia yang sudah diakui oleh pemerintah sejak
tahun 1996 dan sudah diperkuat dengan Undang-Undang nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan. Pemanfaatan akupunktur di fasilitas pelayanan
kesehatan primer (fasyankes primer) juga dimungkinkan berdasarkan Peraturan
Pemerintah 103 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional. Secara teori
tradisional, akupunktur dapat digunakan untuk terapi pusing atau vertigo. Agar
akupuntur dapat dimanfaatkan untuk terapi pusing atau vertigo. 14
Terapi analgesia akupunktur mendapat dukungan dari berbagai organisasi
kesehatan, seperti World Health Organization (WHO), National Institutes of
Health (NIH), dan American Academy of Medical Acupuncture (AAMA). WHO
mensponspori praktisi kesehatan negara barat untuk mengikuti kursus akupunktur
di Sekolah Pengobatan Tradisional Cina Nanjing pada tahun 1978. WHO dan NIH
menyatakan bahwa akupunktur berguna sebagai penatalaksanan berbagai keluhan
nyeri dari berbagai penyakit, seperti carpal tunnel syndrome, facial tics,
fibromialgia, sakit kepala, osteoarthritis, tendinitis, dan tennis elbow. Kedua
organisasi ini pun mengungkapkan bahwa akupunktur tidak bermasalah jika
dikombinasikan dengan obat-obatan standar penyakit. 15
Secara teori tradisional, akupunktur dapat digunakan untuk terapi pusing
atau vertigo. Gejala vertigo berhubungan dengan gangguan aliran darah otak.
Penusukan pada titik akupuntue GV0 Baihui dapat meningkatkan aliran darah

17
otak. Penurunan aliran darah pada arteri vertebralis dan arteri basilaris
(vertebrobasilar insufficiency) menimbulkan gejala vertigo. Titik GB20 Fengchi
juga dapat meningkatkan aliran darah otak terutama pada arteri basilaris dan arteri
cerebri media. hemodinamik otak melalui sirkulasi anterior dan Titik ST36 Zusanli
juga dapat meningkatkan posterior. 14,16

Gambar 3.1. Titik akupuntur untuk vertigo


B. Akupresur
Akupresur merupakan salah satu bentuk pengobatan tradisional
keterampilan dengan cara menekan titik-titik akupuntur dengan penekanan
menggunakan jari atau benda tumpul di permukaan tubuh, dalam rangka
mendukung upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif dalam lingkup pelayanan
kesehatan. Sesuai dengan sejarahnya maka dasar falsafah akupresur adalah
falsafah alamiah. Hukum keseimbangan, sebab akibat, perubahan kualitas dan
kuantitas, saling ketergantungan, holistik, saling mempengaruhi, menjadi
pertimbangan dalam melaksanakan tindakan akupresur. Selama tidak bertentangan
dengan irama alam, pengobatan akupresur aman dilakukan, karena itu tidak
melukai tubuh dan tidak memasukkan zat-zat tertentu ke dalam tubuh, di samping
itu murah dan mudah karena dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah
mempelajari ilmu dan teknik akupresur dengan baik dan benar.17

18
Akupresur merupakan terapi yang dapat dilakukan dengan mudah dan efek
samping yang minimal. Meskipun demikian, akupresur tidak boleh dilakukan pada
bagian tubuh yang luka, bengkak, tulang retak atau patah dan kulit yang terbakar.
Terapi komplementer (akupresure) dapat mengurangi gejala vertigo. Akupresure
merupakan pemijatan yang dilakukan pada titik atau lokasi tertentu di bagian
tubuh yang sudah ditentukan. Titik-titik akupresure untuk vertigo menurut
Fransisca, (2013) yaitu:17
1. GB 20 Fengchi (sedate) adalah titik yang terletak satu cun batas rambut
belakang.
2. BL 18 Ganshu (sedate) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan kanan
meridian GV, setinggi batas bawah thrakal kesembilan.
3. KI 3 Taixi (tonic) adalah titik yang terletak malleolus internus dan tendon
achiles, setinggi bagian tertinggi malleolus internus.
4. BL 23 Shenus (tonic) adalah titik yang terletak dua jari kiri dan kanan meridian
GV, setinggi batas bawah lumbal kedua.
5. LR 2 Xingjian (sedate) adalah titik yang terletak 0,5 cun batas distal lekukan
antara ibu jari dan jari kedua kaki. Teknik memijat ditiap titik menggunakan
jari-jari sesuai kemampuan pasien menerima rasa sakit, dengan durasi 20 menit.
C. Massage
Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan
tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan
memperbaiki sirkulasi, membantu absorpsi (penyerapan), sekresi (pengeluaran,
serta memperlancar distribusi energi dan nutrisi ke dalam jaringan). Massage
merupakan suatu kompleks manipulasi dengan menggunakan tangan yang
diterapkan pada tubuh dan dalam keadaan pasif dengan tujuan membantu
pembinaan kondisi fisik, menghindarkan atau mencegah cedera dan membantu
meringankan atau memulihkan keadaan negatif yang dilakukan misalnya
penumpukan asam laktat, ketegangan otot, mialgia. Terapi massage efektif dalam

19
mengurangi nyeri, hormon stres dan gejala yang terkaitdengan nyeri punggung
kronis yang rendah.18
Pengaruh massage terhadap peredaran darah adalah manipulasi atau pijatan
yang dikerjakan dari bagian-bagian tubuh menuju ke jantung (sentripetal) secara
mekanis mendorong aliran darah pada pembuluh vena menuju ke jantung. Aliran
darah yang lebih lancar dalam vena akan membantu kelancaran aliran darah pada
arteri dan kapiler. Sehingga massage membantu proses penyerapan dan
pembuangan sisa-sisa metabolisme dari dalam jaringan serta memperlancar
distribusi nutrisi dan O2. Peredaran terjadi karena otot, osmosis, gaya berat dan
juga dengan massage. Keadaan ini membantu penyerapan, terutama terhadap
jaringan yang mengalami peradangan atau pembengkakan.18
Secara etiologi, vertigo disebabkan oleh adanya abnormalitas organ-organ
vestibuler. Terapi massage merupakan upaya penyembuhan yang aman, efektif
dan bisa dilakukan sendiri maupun dengan bantuan yang sudah ahli. Terapi
massage dapat membantu penyembuhan berbagai penyakit fisik. Orang yang
sering mengalami akibat vertigo, disarankan memanfaatkan waktu untuk istirahat
yang cukup, pemijatan, mencukupi kebutuhan tubuh akan zat gizi, mineral,
kalsium. Jika penyakit vertigo tidak segera diatasi dan diobati, seseorang bisa saja
mengalami gegar otak ringan hingga otak berat sebagai akibat dari penderita
vertigo yang sering kambuh.18
D. Bekam
Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang
darah kotor (racunyang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.
Perkataan Al Hijamah berasal dari istilah bahasa arab : Hijama yang berarti
pelepasan darah kotor. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan cupping,
dan dalambahasa melayu dikenal dengan istilah Bekam. Di Indonesia dikenal pula
dengan istilah kop atau cantuk. Dengan melakukan penghisapan/vakum maka
terbentuklah tekanan negatif di dalam cawan/kop sehingga terjadi drainase cairan
tubuh berlebih (darah kotor) dan toksin,menghilangkan perlengketan/adhesi

20
jaringan ikat dan akan mengalirkan darah “bersih” kepermukaan kulit dan jaringan
otot yang mengalami stagnasi serta merangsang sistem syaraf perifer.19
Apabila dilakukan pembekaman pada titik bekam, maka akan
terjadi kerusakan mast cell dan lain-lain pada kulit, jaringan bawah kulit (sub
kutis), fascia dan ototnya. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa
mediator seperti serotonin, histamine, bradikinin, slow reacting substance
(SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. 20
Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare
reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat
yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek
relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum
akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting
adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factors
lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya
ACTH, corticotrophin dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek
menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel. 21
Penelitian lain menunjukkan bekam pada titik tertentu dapat menstimulasi
kuat syaraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla
spinalis melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spinothalamicus kearah
thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsang
lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron
dan menimbulkan reflek intubasi nyeri. Berbekam merupakan metode pengobatan
klasik yang telah digunakan dalam mengobati berbagai kelainan penyakit seperti
hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis, sciatica, backpain (sakit
punggung), migraine, vertigo, anxietas (kecemasan) serta penyakit umum
lainnyabaik bersifat fisik maupun mental. 22
Jenis-jenis bekam meliputi Bekam kering atau bekam angin (Hijamah
Jaaffah), yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa

21
mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit
secara darurat atau digunakan untuk meringankan kenyerian urat-urat punggung
karena sakit rheumatik, juga penyakit-penyakit penyebab kenyerian punggung.
Bekam kering baik bagi orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut
melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama
3 hari. 22
Bekam basah (Hijamah Rothbah), yaitu pertama kita melakukan bekam
kering, kemudian kita melukai permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu
di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan
darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan
maksimal 9 menit, lalu dibuang darah kotornya.Penghisapan tidak lebih dari 7 kali
hisapan. Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih. Dan selama 3 jam
setelah dibekam, kulit yang lebam itu tidak boleh disiram air. Jarak waktu
pengulangan bekam pada tempat yang sama adalah 3 minggu saja. 23

Gambar 3.2. Titik bekam


Waktu berbekam Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan ,
karena darah kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak

22
gejolak). Anas bin Malik radhiallaahu 'anhu menceritakan
bahwa :"Rasulullah SAW biasa melakukan hijamah pada pelipis dan pundaknya.
Ia melakukannya pada hari ketujuh belas, ke sembilan belas atau ke dua puluh
satu." (Diriwayatkan oleh Ahmad)
Cara melakukan bekam terdapat sekitar 12 titik utama yang disebutkan
dalam hadits, selebihnya merupakan pengembangan dari itu. Beberapa ahli bekam
juga menggunakan titik akupuntur untuk dilakukan pembekaman sedangkan yang
lainnya menggunakan pendekatan anatomi organ tubuh dan
patofisiologis suatu penyakit. Bagian tubuh yang dibekam diantaranya adalah
Titik di kepala (Ummu Mughits, Qomahduwah, Yafukh, Hammah, dzuqn, udzun),
Leher dan punggung (Kaahil, al-akhda’ain, alkatifain, naqroh, munkib), kaki
(Wirk, Fakhd, Zhohrul qodam, iltiwa’) dan lain sebagainya. 24
E. Nutraceutical
1. Jahe
Jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit vertigo, mual-mual,
mabuk perjalanan, demam, batuk, gangguan saat menstruasi, kanker, dan
penyakit jantung. Jahe dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal karena
mengandung minyak atsiri dengan senyawa kimia aktif, seperti: zingiberin,
kamfer, lemonin, borneol, shogaol, sineol, fellandren, zingiberol, gingerol, dan
zingeron yang berkhasiat dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit. .
Zat-zat aktif dalam minyak atsiri, antara lain: shogaol, gingerol, zingeron, dan
zat-zat antioksidan alami lainnya memiliki khasiat untuk mencegah dan
mengobati berbagai penyakit dari yang ringan sampai berat, seperti: masuk
angin, batuk, kepala pusing, pegal-pegal, rematik, mual-mual, mabuk
perjalanan, impoten, Alzheimer, kanker, dan penyakit jantung.25
2. Citicoline, Jahe, Vitamin B6, Melissa, ViNitrox
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Martines et al (2019) memberikan
kombinasi antara citicoline (500 mg), jahe (200 mg), vitamin B6 (2.1 mg),
melissa (300 mg) dan ViNitrox (150 mg) sebanyak dua kali sehari selama dua

23
bulan dan memberikan hasil yang baik dalam mengatasi gejala-gejala vertigo
akan tetapi masih butuh penelitian lanjut. 25

3. Centella asiatica
Centella asiatica atau daun pegagan merupakan tanaman yang banyak
digunakan sebagai terapi alternatif dan komplementer. Di India daun pegagan
disebut mandukparni dan di China disebut sebagai gotu kala. Daun pegagan
direkomendasikan untuk mengatasi masalah kulit seperti lepra, lupus, varicous
ulcer, eksim, psoriasis, diare, demam, amenore dan masalah traktus
genitourinaria pada wanita.26
Daun pegagan juga memiliki efek antiepileptik, anti depresi, anti
oksidan, anti nosiseptif dan anti inflamasi.. Peran pegagan ini berfungsi dalam
mengatasi vertigo yang disebabkan adanya inflamasi pada nervus vestibularis.
Salah satu penelitian mengatakan bahwa terapi herbal kombinasi pegagan dan
buah adas terbukti mengurangi resiko kambuhnya gejala vertigo. 26

24
DAFTAR PUSTAKA
1. Victorya RM, Wibawa FS, Susianti, Juanita P. Vertigo Perifer pada Wanita
Usia 52 tahun dengan Hipertensi Tidak Terkontrol. J Medula Unila.
2016;6(1):155–9.
2. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary
care, BJMP 2010;3(4):a351
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American
Family Physician January 15, 2006,Volume 73, Number 2
4. Adams, G. dkk. Boeis: Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6th. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.2013.
5. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.
6. Marril KA. Central Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 21 Januari 2011.
Diunduh tanggal 8 April 2011.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach
that Needed for establish of Vetigo. The Practitioner September 2010 - 254
(1732): 19-23.
8. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2006
9. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American
Family Physician March 15,2005:71:6.
10. Victorya RM, Wibawa FS, Susianti, Juanita P. Vertigo Perifer pada Wanita
Usia 52 tahun dengan Hipertensi Tidak Terkontrol. J Medula Unila.
2016;6(1):155–9.
11. Setiawati M, Susianti. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Majority.

25
2016;5(4):91–5.
12. Fernandez L, Breinbauer HA, Delano PH. Vertigo and dizziness in the
elderly. Front Neurol, 2015;6:144
13. Kim BK. Prognosis of benign paroxysmal positioning vertigo: long term
outcome and its prognostic fators. Journal of the neurological sciences,
2013;333:e590
14. Benecke H, Agus S, Kuessner D, et al. The Burden and Impact of Vertigo:
Findings from the REVERT Patient Registry. Front Neurol. 2013; 4:136.
15. Dahlan AZ. Buku Acupoints dan Dasar Akupunktur. Bandung: Lembaga
Kursus dan Pelatihan Ilalang. 2015.
16. Iwasaki S, Yamasoba T. Dizziness and Imbalance in the Elderly: Age- related
Decline in the Vestibular System. Aging Dis. 2015;6(1):38.
17. National Center for Complementary and Alternative Medicine. Acupuncture:
An Introduction.2012.
18. Hanna Temporale TZ. Current Views on Treatment of Vertigo and Dizziness.
J Med Diagnostic Methods. 2014;3(1).
19. Aditya KP. Pengaruh terapi akupresur terhadap vertigo diklinik sinergy mind
health surakarta. 2014;
20. Yuliyanto R, H Furqon M, Doewes M. Perkembangan Terapi Massage
terhadap Penyembuhan Penyakit Vertigo. J Phys Educ Heal Sport.
2016;3(2):127–34. https://doi.org/10.15294/jpehs.v3i2.7597
21. Chashti MA (Nazem Jahan). Exir e Azam [Ramuan Agung]. Vol. 1. Teheran,
Iran: Institut Penelitian untuk Pengobatan Islam dan Pelengkap; 2008.
22. Yutang L, La Gu A. Pengamatan efek kuratif pada pengobatan vertigo serviks
dengan terapi pertumpahan darah pada vena oksipital dan obat-obatan
Mongolia. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dunia — Modernisasi
Pengobatan Tradisional Cina. 2013; (3): 573-575.

26
23. hervani A, Ansari A, Shabnam A, Nikhat S. Hijamat: mahakarya renaisans
ilmu kedokteran dalam sistem Unani. J Int Soc Hist Islamic Med. 2009-2010;
(8-9): 38-41.
24. Hanna Temporale TZ. Current Views on Treatment of Vertigo and Dizziness.
J Med Diagnostic Methods. 2014;3(1).
25. Martines F, Salvago P, DisPenza F, Rizzo S, Mauro GL, Puglisi S. Treatment
with a new nutraceutical compound on patients suffering from balance
disorders: Dizziness handicap inventory scores. Acta Medica Mediterr.
2019;35(4):2029–34. https://doi.org/10.19193/0393-6384_2019_4_318
26. Gohil KJ, Patel JA, Gajjar AK. Pharmacological Review on Centella asiatica:
A Potential Herbal Cure-all. Indian J Pharm Sci. 2010;72(5):546-556.
doi:10.4103/0250-474X.78519

27

Anda mungkin juga menyukai