Anda di halaman 1dari 17

FUNGSI ADVOKASI DAN KOMUNIKASI PERAWAT KRITIS PADA

KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI

MAKALAH
Disusun guna melengkapi tugas Keperawatan Kritis
dosen pengampu: Ns. Guruh Wirasakti, S.kep.,M.kep

Disusun oleh
KELOMPOK 3
2016C
Angga Dwi Praditya 16010100
Auwalia Ismy Athiroh 16010102
Evi Nurdiana Maulida 16010108
Fatimatus Zahro 16010109
Lenia Hidayatil M 16010121
Maria Ulfa Dwi S 16010123
Muhammad Farid 16010128
Riska Devi 16010133
Siti Nurlatifah 16010137
Vita Vironica 16010142

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr SOEBANDI JEMBER
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa selalu
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehigga kami dapat menyelesaikan makalah “Fungsi
Advokasi Dan Komunikasi Perawat Kritis Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Neurologi”
yang dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Keperawatan Kritis. Dalam penyusunan makalah ini, taklupa pula
kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik berupa bimbingan,
dorongan, doa serta kerjasama yang baik dari semua pihak. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami meminta kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ................................................................................................ 1


1.2. Rumusan masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan............................................................................................................. 2
1.4. Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB 2 KONSEP TEORI

2.1. Konsep Stoke .................................................................................................. 3


2.1.1. Pengertian stroke ................................................................................... 3
2.1.2. Etiologi ................................................................................................. 3
2.1.3. Klasifikasi ............................................................................................ 4
2.1.4. Patofisiologi ......................................................................................... 5
2.1.5. Faktor resiko ......................................................................................... 6
2.1.6. Diagnosis .............................................................................................. 7
2.1.7. Penatalaksanaan ................................................................................... 7
2.2. Konsep advokasi perawat kritis...................................................................... 8
2.3. Konsep komunikasi perawat kritis ................................................................. 9

BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Kasus ............................................................................................................ 11


3.2. Kaitannya dengan advokasi dan komunikasi perawat .................................. 11
3.3. Evaluasi kasus .............................................................................................. 12

BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan................................................................................................... 13
4.2. Saran ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ruang intensife care unit (ICU) mrupakan sebuah ruangan khusus untuk
merawat pasien dengan keadaan kritis (Suryani,2012). Dasar pengelolaan
pasien di ruang ICUadalah dengan pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan
yang akan memberikan kontribusi sesuai dengan bidang keahliannya
(Kemenkes, 2010). Fakta yang terjadi saat ini, sulit sekali untuk menyatukan
antar profesi, hal ini didasari dengan kurangnya kemampuan tenaga kesehatan
untuk menjalin komunikasi yang efektif antar multi disiplin maupun dengan
keluarga pasien. Komunikasi terapeutik yang baik antar perawat dengan
keluarga pasien sangat mendukung keberhasilan dari asuhan keperawatan,
selain miningkatkan komunikasi terapeutik yang baik,perawat juga berperan
sebagai advokasi atau melindungi hak pasien (Nugroho, 2013).
Perawat sebgai advokasi dapat didefinisikan sebagai peran perawat-klien
untuk melindungi hak dan kepentingan klien sesuai dengan kebutuhan klien
(Charles, 2017). Perawat mempunyai peran penting dalam mendorong dan
melindungi kepentingan klien dengan memberikan informasi yang dibutuhkan
klien untuk mengambil suatu keputusan,halini merupakan salah satu wujud
advokasi pasien (Kible,2012).
Peran advokasi perawat akan terlihat dalam komunikasi antara pasien atau
keluarga dan perawat di ruang ICU salah satunya dengan gangguan sistem
neurologi. Klien dengangangguan neurologi memerlukan perhatian yang
sangan serius dalam fungsi komunikasi dan advokasi perawat terhadap klien.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana peran advokasi dan komunikasi perawat kritis pada klien
dengan gangguan neurologi?

1
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui peran advokasi dan komunikasi perawat kritis pada klien
dengan gangguan neurologi
1.3.2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi peran advokasi perawat kritis pada kasus klien dengan
gangguan neurologi
b. Mengidendifikasi komunikasi perawat kritis pada kasus klien dengan
gangguan neurologi
1.4.Manfaat
a. Dapat mengetahui peran advokasi perawat kritis pada kasus klien dengan
gangguan neurologi
b. Dapat mengetahui komunikasi perawat kritis pada kasus klien dengan
gangguan neurologi

2
BAB 2

KONSEP TEORI

2.1. Konsep Stroke


2.1.1. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh
terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun
sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena,
yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kurang lebih
83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang lebih 51% stroke
disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri
serebral akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan menjadi dua subkategori,
yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis, serebri media dan basilaris), dan
trombosis pada arteri kecil. Tiga puluh persen stroke disebabkan trombosis arteri besar,
sedangkan 20% stroke disebabkan trombosis cabang-cabang arteri kecil yang masuk ke
dalam korteks serebri (misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran, medularis) dan
yang menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih 32% stroke
disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang lepas dari
tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari seluruh
kejadian stroke (Washington University, 2011).

2.1.2. Etiologi
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih sedikit
daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang lebih muda
bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun predisposisi untuk stroke termasuk penyakit
sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell), homosistinuria,
hiperlipidemia dan trombositosis. Namun belum ada perawatan yang memadai untuk
hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati dengan diet dan hiperlipidemia
akan merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat jika perlu. Identifikasi dan
pengobatan hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat proses aterosklerosis dan
mengurangi risiko stroke atau infark miokard pada usia dewasa (Gilroy, 1992).

3
2.1.3. Klasisikasi
a. Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum.
Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas: 1. Transient
Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 30
menit, 2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis
membaik kurang dari 1 minggu, 3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke, 4.
Completed Stroke. Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:
1) Tromobosis
Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis, poliarteritis
nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis (spontan atau traumatik);
Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).
2) Embolisme
Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit
jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik;
Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis komunis, arteri
vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.
3) Vasokontriksi
4) Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).

b. Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke,
dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum
hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
(Berry), ruptura malformasi arteriovena (MAV), trauma; penyalahgunaan
kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik; penyakit
perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price, 2005).

4
2.1.4. Patofisiologi
a. Iskemik
Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis
(terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:
1) Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau
perdarahan aterom
3) Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
4) Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek
Embolus akan menyumbat aliran darah dan terjadilah anoksia jaringan otak di
bagian distal sumbatan. Di samping itu, embolus juga bertindak sebagai iritan
yang menyebabkan terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana embolus
berada. Gejala kliniknya bergantung pada pembuluh darah yang tersumbat.
Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau embolus, maka area
sistem saraf pusat (SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada
perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral, terdapat
‘penumbra iskemik’ yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya fungsinya dapat
pulih jika aliran darah baik kembali. Iskemia SSP dapat disertai oleh
pembengkakan karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi air pada sel-sel
glia dan neuron yang rusak; Edema vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular
akibat perombakan sawar darah-otak.
Edema otak dapat menyebabkan perburukan klinis yang berat beberapa hari
setelah stroke mayor, akibat peningkatan tekanan intrakranial dan kompresi
struktur-struktur di sekitarnya (Smith et al,2001)

b. Hemoragik
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua
stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Sebagian dari lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid
(PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV). Mekanisme

5
lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat
ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subarakhnoid.
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim) paling sering
terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari
banyak arteri kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya
perdarahan di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari letak perdarahan merupakan
tanda khas pertama pada keterlibatan kapsula interna.
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan ketergantungan dinding
aneurisma yang bergantung pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan di
luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan
menyebar ke seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis.
Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, juga dapat
melukai jaringan otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi saat pertama
kali pecah, serta mengiritasi selaput otak (Price, 2005).

2.1.5. Faktor resiko


Tidak dapat dimodifikasi, meliputi: usia, jenis kelamin, herediter, ras/etnik.
Dapat dimodifikasi, meliputi: riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, Transient Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik,
hiperurisemia, peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000).

6
2.1.6. Diagnosis
Untuk mendapatkan diagnosis dan penentuan jenis patologi stroke, segera
ditegakkan dengan
a. Skor stroke : algoritma gajah mada

Penurunan Nyeri kepala Babinski Jenis Stroke

+
Kesadaran + + Perdarahan
+ - - Perdarahan

- +- +- Iskemik
Perdarahan

-
Tabel 1. Algoritma - Mada (Lamsudin,
Stroke Gajah - 1996) Iskemik

b. Pemeriksaan penunjang
Untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke perdarahan dilakukan
pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala. Pada stroke hemoragik akan terlihat adanya
gambaran hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik akan terlihat adanya
gambaran hipodens (Misbach, 1999).

2.1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan stroke
sedini mungkin, karena ‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3-6 jam. Hal yang
harus dilakukan adalah:
a. Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing,
Circulation)
b. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas
c. Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan
kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti
dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema
otak
d. Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung
e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut

7
f. Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks
g. Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap
dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa
protrombin, dan masa tromboplastin parsial
h. Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas
darah arteri, dan skrining toksikologi
i. Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
j. CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia (Mansjoer, 2000).

2.2. Konsep advokasi perawat


Peningkatan kualitaskeperawatan ditandai dengan kemampuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan bermutu.Dalam melaksanakan praktik keperawatan,
perawat dituntut melakukan peran sebagaimanayang yang diharapkan oleh profesi dan
masyarakat. Peran diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuaikedudukannyadalam sistem. Salah satu peran
perawat profesional adalah bertindak sebagai advokat pasien.
Perawat adalah satu-satunya profesi yang selalu berada disamping pasien yang
mempunyai kesempatan besar untuk melakukanadvokasi kepada pasien.Pasien
membutuhkan perlindungan dari perawat ketika seseorang sakit, kekuatan fisik dan
mentalnya menurun. Pasien dengan kondisi lemah, kritis dan mengalami gangguan
membutuhkan seorang advokat yang dapat melindungi kesejahteraannya. Advokasi tidak
hanya untuk mereka yang kurang mampu melindungi diri sendiri, tetapi juga ditujukan
kepada pasien yang membutuhkan advokasi dalam hal penyediaan data yang dibutuhkan
dalam mengambil keputusan tentang pengobatan danproses terapi. Perawat sebagai
advokator berfungsi sebagai perantara antara pasien dan tenaga kesehatan lain. Perawat
membantu pasien dalam memahami informasi yang didapatkan, membantu pasien dalam
mengambil keputusan terkait tindakan medis yang akan dilakukan serta memfasilitasi
pasien dan keluarga serta masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal.
Peran perawat sebagai advokat pada pasien dengan gangguan sistem neurologi
adalah menjamin segala hak pasien tepenuhi dengan baik dalam hal pelayanan di rumah
sakit khususnya pelayanan oleh tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mempercepat
proses penyembuhan dan meningkatkan kesehatan menjadi optimal. Serta perawat juga
harus mampu melindungi segala hak dan keputusan tindakan pelayanan kesehatan terkait
pasien dan keluarganya.

8
2.3. Konsep komunikasi perawat
Perawat sebagai pendidik menjalankan perannya dalam memberikan pengetahuan,
informasi, dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga pasien maupun anggota
masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.Perawat
sebagai pendidik bertugas untuk memberikan pengajaran baik dalam lingkungan klinik,
komunitas, sekolah, maupun pusat kesehatan masyarakat. Perawat sebagai pendidik
berperan untuk mendidik dan mengajarkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, serta tenaga kesehatan lain sesuai dengan tanggung jawabnya. Perawat
sebagai pendidik berupaya untuk memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan
kepada klien dengan evaluasi yang dapat meningkatkan pembelajaran.
Menurut standar perawat profesional dari College of Nurses in Ontario (CNO) tahun
2009, perawat sebagai pendidik di lingkungan klinik harus mampu:
1. Memberikan penjelasan kepada pasien
2. Mendukung kemampuan pasien
3. Memfasilitasi pengajaran;
4. Memberikan model/contoh.
Pasien dan keluarganya seringkali bertanya kepada perawat tentang hal-hal yang
berkaitan dengan kondisi pasien. Pasien mungkin akan menanyakan tentang tindakan
keperawatan yang dilakukan kepadanya dan menanyakan rasa nyeri yang timbul.
Perawat sebaiknya berusaha untuk mengantisipasi kebutuhan pasien dan keluarganya
tentang informasi yang diperlukan terkait peningkatan kesehatan pasien.Peningkatan
kesehatan pasien dapat dicapai dengan pengajaran yang efektif kepada pasien.
Pengajaran yang efektif yaitu perawat dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
memberikan pengajaran dan menentukan apa yang perlu pasien ketahui. Pendidikan
kesehatan yang penting disampaikan oleh perawat kepada keluarga pasien dengan trauma
kepala yaitu terkait tindakan pengobatan yang akan diberikan, pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan personal hygiene klien.
Menurut Potter&Perry (2005), hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan
kesehatan antara lain:
1. Menggunakan nada bicara yang lambat ketika memberikan pendidikan kesehatan
2. Memberikan penjelasan yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit
3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien
4. Memberikan lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman
5. Menjelaskan tujuan yang spesifik dalam memberikan pendidikan kesehatan

9
6. Memberikan informasi dan pengetahuan yang baru yang berguna bagi pasien
dan keluarga.

10
BAB 3

PEMBAHASAN KASUS

3.1. Kasus
tn. A usia 54 tahun ke RSPAD Soebandi jember tanggal 8 Desember 19 pada pukul
09.30 WIB ke IGD, klien 2 hari sebelumnya demam kemudian dibawa berobat dan
dikatakan infeksi saluran kemih ± 2 jam yang lalu klien tiba-tiba tidak sadar, tidak
bisa dibagunkan pada saat tidur dalam kondisi ngorok, sebelumnya tidak ada
keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah, tidak ada kejang sebelumnya, klien dalam
keadaan tidak sadar GCS 4 dengan nilai E1, M2, V1. Kemudian klien pindah ke
ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensife dengan ventilator mode SIM
V,F1O2 70%, PEEP + 5, VI 478, RR 38x/menit, TTV, TD: 140/90 mmHg, HR :
160x/menit, S : 38,50C, SaO2 : 100%, Kondisi pupil keduanya miosis, refleks cahaya
+/-, ada akumulasi sekret dimulut dan diselang ET, tidak terpasang mayo dan lidah
tidak turun, terdapat retaksi otot intecosta, dengan RR 38x/menit dan terdengar
ronchi basah dan basal paru kanan, CRT <3 detik di ICU klien mendapatkan brainact
/12 jam, aliminamin F /12 jam, ranitidin /12 jam, dan infus RL 20tpm.
3.2.Kaitannya dengan advokasi dan komunikasi perawat
Dalam menjalankan perannya sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta memebantu klien dalam menyatakan hak-
haknya bila dibutuhkan sebagai contoh perawat memberikan informasi tambahan bagi
klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik
baginya.Perawat juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan
menolak aturan atau tindakan yang mungkin memebahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien.
Peningkatan kualitaskeperawatan ditandai dengan kemampuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan bermutu.Dalam melaksanakan praktik keperawatan,
perawat dituntut melakukan peran sebagaimanayang yang diharapkan oleh profesi dan
masyarakat. Peran diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuaikedudukannyadalam sistem. Salah satu peran
perawat profesional adalah bertindak sebagai advokat pasien.
Dalam kasus ini perawat harus berupaya memberikan asuhan keperawatan dan
tindakan yang sesuai dengan kondisi klien yaitu stroke hemoragik, karena pada
dasarnya seorang perawat sebagai advokat pada pasien dengan menjamin segala hak

11
pasien tepenuhi dengan baik dalam halpelayanan di rumah sakit khususnya pelayanan
oleh tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan kesehatan menjadi optimal. Serta perawat juga harus mampu
melindungi segala hak dan keputusan tindakan pelayanan kesehatan terkait pasien dan
keluarganya.
Pasien dan keluarganya seringkali bertanya kepada perawat tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pasien mungkin akan menanyakan tentang
tindakan keperawatan yang dilakukan kepadanya dan menanyakan rasa nyeri yang
timbul. Perawat sebaiknya berusaha untuk mengantisipasi kebutuhan pasien dan
keluarganya tentang informasi yang diperlukan terkait peningkatan kesehatan
pasien.Peningkatan kesehatan pasien dapat dicapai dengan pengajaran yang efektif
kepada pasien. Pengajaran yang efektif yaitu perawat dapat mengetahui kapan waktu
yang tepat untuk memberikan pengajaran dan menentukan apa yang perlu pasien
ketahui.
3.3.Evaluasi kasus
Perawat telah melakukan advokasi dan komunikasi yang baik sesuai kondisi pasien.

12
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dalam menjalankan perannya sebagai advokat, perawat melindungi hak klien
sebagai manusia dan secara hukum, serta memebantu klien dalam menyatakan hak-
haknya bila dibutuhkan sebagai contoh perawat memberikan informasi tambahan bagi
klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya.Perawat
juga melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan
atau tindakan yang mungkin memebahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak
klien.
Peningkatan kualitaskeperawatan ditandai dengan kemampuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan bermutu.Dalam melaksanakan praktik keperawatan,
perawat dituntut melakukan peran sebagaimanayang yang diharapkan oleh profesi dan
masyarakat. Peran diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, sesuaikedudukannyadalam sistem. Salah satu peran
perawat profesional adalah bertindak sebagai advokat pasien.

4.2. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai