Disusun oleh :
Mohamad Gani Purnama
NIM: 1420122054
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kritis.............................................................. 2
2.2 Peran dan Fungsi Perawat Kritis....................................................... 2
2.3 EBN dalam Keperawatan Kritis........................................................ 2
2.4 Pengertian.......................................................................................... 2
2.5 Etiologi ............................................................................................. 3
2.6 Masalah Kondisi Fisik Pada Lansia.................................................. 6
2.7 Penanggulangan Penderita Gawat Darurat /Kritis Pada Lansia........ 6
2.8 Asuhan Keperawatan......................................................................... 9
BAB III RINGKASAN JURNAL PENELITIAN ................................. 11
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................... 12
4.2. Saran ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep keperawatan kritis
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat kritis
3. Untuk mengetahui EBN dalam keperawatan kritis
4. Untuk mengetahui pengertian
5. Untuk mengetahui etiologi
6. Untuk mengetahui masalah kondisi fisik pada lansia
7. Untuk mengetahui penanggulangan penderita gawat darurat /kritis pada
lansia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
b. Komunikasi efektif, Perawat melakukan komunikasi sesama tenaga
kesehatan ataupun kepada pasien dalam melakukan tindakan.
c. Kewaspadaan obat, Perawat berperan dalam memberikan medikasi.
d. Pengecekan pasien, Disini perawat mengecek mulai dari pasien serta
prosedur yang dilakukan.
e. Pencegahan infeksi pada pasien, Disini sebelum perawat melakukan
tindakan maka perawat harus melakukan cuci tangan, perawat pun
mengajak pasien dan keluarga untuk cuci tangan dan ajarkan untuk
kepatuhan cuci tangan.
f. Pencegahan jatuh.
2.4 Pengertian
Progresif: Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah
seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang
kehidupan atau dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan kronis,
mungkin terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah
parahnya penyakit atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan
kronis progresif adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada
penderitanya dan tidak dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang
tidak terelakkan. Penyakit paru obstruktif menahun/kronis ditandai dengan
penurunan kapasitas paru yang progresif secara perlahan. Periode gagal jantung
kronis meliputi periode diam dan kontrol terhadap pola serangan akut gagal
jantung. Diabetes melitus, terutama tipe DM bergantung-insulin, menjadi
progresif sehingga lebih sulit ditanggulangi.
Ireversibel: kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan
kronis dapat menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat
dikoreksi. Contohnya adalah kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan
klien untuk memproduksi enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi.
Terdapat beberapa tipe penyakit ginjal yang pada akhirnya menyebabkan penyakit
gagal ginjal total dan dan dapat merusak sistem utama lainnya seperti sistem saraf
pusat dan sistem kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat
3
menyebabkan penurunan fungsi paru, yang tidak dapat kembali
normal/ireversibel. Skizofrenia dan penyakit hipolar tidak dapat disembuhkan,
tetapi keduanya dapat dikontrol; bagaimanapun, individu yang pernah menderita
penyakit ini dalam waktu yang lama dapat mengalami gangguan penilaian,
keterampilan sosial, dan aktivitas hidup sehari-hari.
Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh
dari kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas
dibandingkan pada saat permulaan proses. Penderita asma tidak hanya mengalami
manifestasi fisik, tetapi mereka sering kali membatasi aktivitas dalam cara-cara
tertentu yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat memengaruhi kesehatan
mental dan rekreasional mereka. Depresi adalah sekuel yang sering ditimbulkan
oleh kondisi kesehatan kronis (Davidson & Meltzer-Brody, 2019). Terapi
terhadap kondisi kronis mungkin menimbulkan efek samping, seperti nyeri dan
defisit nutrisi yang menjadi bagian dari kondisinya. Diabetes melitus dapat
menyebabkan neuropati; retinopati menyebabkan kebutaan; masalah sirkulasi
menyebabkan amputasi, umumnya terjadi pada kaki dan tungkai. Hipertensi dapat
menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Terapi yang diarahkan untuk mengontrol gejala; tujuan terapi tidak
bertujuan untuk menyembuhkan penyakit, tetapi untuk mengontrol gejala. Hal ini
terkait dengan penyebab penyakit yang tidak diketahui dan atau rendahnya
teknologi untuk menyembuhkan penyakit terkait. Dalam beberapa kasus, kondisi
menjadi akut dan terapi ditujukan untuk menyembuhkan kondisi akut tersebut,
tetapi jika hal ini tidak dapat dicapai, kondisi akan menjadi kronis.
Masalah keluarga dan kesedihan kronis: kondisi kesehatan kronis slalu
memiliki pengaruh terhadap orang-orang dekat indivisu yang terkena penyakit
tersebut. Bergantung pada budaya dan dinamika didalam keluarga, hal ini akan
dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Kesedihan kronis adalah suatu
kondisi yang dapat dialami oleh individu dan atau keluarganya. Fenomena ini
akan bertahan lama dan dapat terus berlanjut, bahkan setelah kematian individu
yang menderita penyakit kronis. Kesedihan yang dirasakan akan berlangsung
4
tanpa akhir dan meliputi akumulasi kehilangan terus-menerus sepanjang waktu
(Krafft & Krafft, 2018).
2.5 Etiologi
Beberapa penyebab kondisi kritis pada lansia :
1. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik, mental,
sosial)
2. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian
a. kecelakaan lalu lintas
b. kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c. kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d. kecelakaan di sekolah
e. kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi,
perbelanjaan, di arena olah raga dan lain-lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan (traveling/trasport time)
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
3. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian
harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.
5
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Penyebab Kegagalan Organ :
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss
of wafer and electrolit)
7. Shock
8. perdarahan akut
9. tumor / kanker
Kegagalan system organ susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan
dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang lebih lama.
6
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik:
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan
sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak
rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya
yang kurang terang dan sebagainya.
7
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam
perjalanan kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di
Puskesmas atau rumah sakit.
Sistem penanggulangan penderita gawat darurat
Tujuan:
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya
mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
Penanggulangan penderita di tempat kejadian.
Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana
kesehatan yang lebih memadai.
Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat.
Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli.
Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit
Gawat Darurat dan ICU).
Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
Triage
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk
memperoleh prioritas tindakan. Pembagian golongan pada musibah masal /
bencana :
1. Gawat darurat – merah
8
Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Gawat tidak darurat – putih
Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
3. Tidak gawat, darurat – kuning
Kelompok pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mêngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
4. Tidak gawat, tidak darurat – hijau,
Kelompok pasien yang tidak luka dan tidak memerlukan intervensi medic.
5. Meninggal -hitam
9
5. Menghisap
6. Oksigenasi/nebulizer
10
BAB III
RINGKASAN JURNAL PENELITIAN
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit kritis adalah kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan
perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif, dan perawatan khusus.
Penderita penyakit kritis menderita berbagai masalah fisik, psikologis dan sosial
yang dikenal bersama sebagai sindrom pasca-ICU.
Penyakit kritis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dimana pasien
tergantung pada dukungan medis yang intensif agar organ vital tetap dapat
berfungsi. Penyakit kritis seperti penyakit jantung, kanker, dan stroke adalah
penyebab kematian utama didunia.
12
DAFTAR PUSTAKA
AACN. 2010. Family Visitation In The Adult Intervensive Care Unit. AS: AACN.
AACN. 2015. AACNScope and Standards for Acute and Critical Care Nursing
Practice. edited by L. Bell. Columbia: An AACN Critical Care Publication.
Anita. 2018. “Studi Deskriptif : Respon Psikologis Kehilangan Keluarga Menurut
Kubbler Ross Ketika Klien Stroke Terkena Serangan Pertama Kali Di RS
Tugurejo Semarang.”
Imaculata, Ose, R. Ratnawati, and R. Lestari. 2016. “Studi Fenomenologi
Pengalaman Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dalam Merawat Pasien
Terlantar Pada Fase End Of Life.” Jurnal Ilmu Keperawatan.
Potter and Perry. 2010. Fundamental Of Nursing : Consep, Proses and Practice. 7
th edn. Jakarta: EGC.
Rachman, S., D. Aliana, and U. Bejo. 2020. “Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK) Pasien Sakit Kritis-COVID-19.”
Suwardianto, H. 2018. Manajemen Pengarahan Kerusakan Fisik, Fungsi
Kognitif, Dan Kecemasan Pada Pasien Kritis. Kediri: Lembaga Chakra
Brahmanda Lentera.
Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.
Jakarta: EGC.
13