Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PASIEN LANSIA DENGAN PENYAKIT KRITIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Kritis

Disusun oleh :
Mohamad Gani Purnama
NIM: 1420122054

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan sedikitpun.
            Tujuan penulis membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
mahasiswa yang membutuhkan ilmu tambahan tentang Keperawatan Kritis
khususnya pasien lansia dengan penyakit kritis.
            Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing yang telah
membimbing kita dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada orang tua yang telah memberikan dukungan bagi
penulis. Serta tak lupa teman – teman yang ikut bekerja sama menyelesaikan
makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Karena kesalahan adalah milik semua orang dan
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran.

Ciamis, September 2022      

                                                                                         Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang.............................................................................. 1  
1.2.    Tujuan Penulisan...........................................................................  1    
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kritis.............................................................. 2
2.2 Peran dan Fungsi Perawat Kritis....................................................... 2
2.3 EBN dalam Keperawatan Kritis........................................................ 2
2.4 Pengertian.......................................................................................... 2
2.5 Etiologi ............................................................................................. 3
2.6 Masalah Kondisi Fisik Pada Lansia.................................................. 6
2.7 Penanggulangan Penderita Gawat Darurat /Kritis Pada Lansia........ 6
2.8 Asuhan Keperawatan......................................................................... 9
BAB III RINGKASAN JURNAL PENELITIAN ................................. 11
BAB IV PENUTUP
4.1.    Kesimpulan ................................................................................... 12
4.2.    Saran ............................................................................................. 12    
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Keperawatan kritis merupakan tindakan keperawatan ataupun asuhan
keperawatan bagi pasien yang mengalami sakit kritis. Dalam keperawatan kritis
pearawat juga memiliki perannya seperti sebagai fasilitator, komunikator, pemberi
dukungan emosional dan lain sebagainya. Keperawatan kritis juga melakukan
evidence based nursing yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan pasien
kritis. Bukan hanya pasien yang bisa dilakukan tindakan tetapi juga keluarga
diberikan intervensi keperawatan. Agar keluarga juga bisa memberikan dukungan
kepada salah satu keluarganya yang sedang mengalami kritis. Dengan
memberikan intervensi keluarga setidaknya bisa mengurangi rasa stress, cemas
dan gangguan lainnya yang dirasakan oleh keluarga. Dan di keperawatan kritis
juga bisa melakukan end of life dimana pasien yang sedang kritis bisa mendapat
konsep yang baik tentang menjelang ajal dengan menggunakan teori Peacful End
Of Life.

1.2  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui konsep keperawatan kritis
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi perawat kritis
3. Untuk mengetahui EBN dalam keperawatan kritis
4. Untuk mengetahui pengertian
5. Untuk mengetahui etiologi
6. Untuk mengetahui masalah kondisi fisik pada lansia
7. Untuk mengetahui penanggulangan penderita gawat darurat /kritis pada
lansia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keperawatan Kritis


Keperawatan kritis merupakan spesialisasi yang menangani masalah aktual
atau potensial yang bisa mengancam jiwa. Ruang lingkup praktik asuhan
keperawatan kritis adalah pasien yang sakit dari segala usia mencakup interaksi
antara pasien dan keluarganya (AACN 2015, p. 6).
Perawat kritis merupakan perawat profesional yang sudah resmi
bertanggung jawab untuk memastikan pasien sedang dalam keadaan sakit kritis,
serta keluarga pasien juga mendapatkan kepedulian optimal (AACN 2010).
Pasien kritis merupakan suatu kondidi pasien yang mengancam jiwa, tidak
stabil serta komplek dan sangat memerlukan tindakan observasi yang penuh,
selain itu pasien kritis perlu diberikan perhatian khusus serta diwaspadai dalam
pemberian asuhan keperawatan (Suwardianto 2018, P. 7).

2.2 Peran dan Fungsi Perawat Kritis


Peran perawat kritis merupakan pemberi perawatan dimana perawat
memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien secara holistik, meliputi
upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Sejalan dengan
tujuan dari peerawatan paliatif, dalam penelitian ini informan mengungkapkan
bahwa peran perawat dalam mempersiapkan pasien menjelang ajal adalah
pembimbing spiritual pasien, komunikator, fasilitator, serta pemberi dukungan
emosional keluarga (Potter and Perry 2010).

2.3 EBN dalam Keperawatan Kritis


Penerapan EBN pada keperawatan kritis menurut, (Anita 2018) :
a. Identitas pasien, Dimana perawat wajib mengelola identitas pasien
sebelum melakukan tindakan dan prosedur yang berkaitan dengan
medikasi, darah ataupun produk darah.

2
b. Komunikasi efektif, Perawat melakukan komunikasi sesama tenaga
kesehatan ataupun kepada pasien dalam melakukan tindakan.
c. Kewaspadaan obat, Perawat berperan dalam memberikan medikasi.
d. Pengecekan pasien, Disini perawat mengecek mulai dari pasien serta
prosedur yang dilakukan.
e. Pencegahan infeksi pada pasien, Disini sebelum perawat melakukan
tindakan maka perawat harus melakukan cuci tangan, perawat pun
mengajak pasien dan keluarga untuk cuci tangan dan ajarkan untuk
kepatuhan cuci tangan.
f. Pencegahan jatuh.

2.4 Pengertian
Progresif: Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah
seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang
kehidupan atau dalam waktu yang lama. Selama kondisi kesehatan kronis,
mungkin terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah
parahnya penyakit atau memburuk secara perlahan. Contoh kondisi kesehatan
kronis progresif adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada
penderitanya dan tidak dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang
tidak terelakkan. Penyakit paru obstruktif menahun/kronis ditandai dengan
penurunan kapasitas paru yang progresif secara perlahan. Periode gagal jantung
kronis meliputi periode diam dan kontrol terhadap pola serangan akut gagal
jantung. Diabetes melitus, terutama tipe DM bergantung-insulin, menjadi
progresif sehingga lebih sulit ditanggulangi.
Ireversibel: kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan
kronis dapat menyebabkan kematian. Muncul kerusakan yang tidak dapat
dikoreksi. Contohnya adalah kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan
klien untuk memproduksi enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi.
Terdapat beberapa tipe penyakit ginjal yang pada akhirnya menyebabkan penyakit
gagal ginjal total dan dan dapat merusak sistem utama lainnya seperti sistem saraf
pusat dan sistem kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat

3
menyebabkan penurunan fungsi paru, yang tidak dapat kembali
normal/ireversibel. Skizofrenia dan penyakit hipolar tidak dapat disembuhkan,
tetapi keduanya dapat dikontrol; bagaimanapun, individu yang pernah menderita
penyakit ini dalam waktu yang lama dapat mengalami gangguan penilaian,
keterampilan sosial, dan aktivitas hidup sehari-hari.
Kompleks: kondisi kronis dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh
dari kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas
dibandingkan pada saat permulaan proses. Penderita asma tidak hanya mengalami
manifestasi fisik, tetapi mereka sering kali membatasi aktivitas dalam cara-cara
tertentu yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat memengaruhi kesehatan
mental dan rekreasional mereka. Depresi adalah sekuel yang sering ditimbulkan
oleh kondisi kesehatan kronis (Davidson & Meltzer-Brody, 2019). Terapi
terhadap kondisi kronis mungkin menimbulkan efek samping, seperti nyeri dan
defisit nutrisi yang menjadi bagian dari kondisinya. Diabetes melitus dapat
menyebabkan neuropati; retinopati menyebabkan kebutaan; masalah sirkulasi
menyebabkan amputasi, umumnya terjadi pada kaki dan tungkai. Hipertensi dapat
menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Terapi yang diarahkan untuk mengontrol gejala; tujuan terapi tidak
bertujuan untuk menyembuhkan penyakit, tetapi untuk mengontrol gejala. Hal ini
terkait dengan penyebab penyakit yang tidak diketahui dan atau rendahnya
teknologi untuk menyembuhkan penyakit terkait. Dalam beberapa kasus, kondisi
menjadi akut dan terapi ditujukan untuk menyembuhkan kondisi akut tersebut,
tetapi jika hal ini tidak dapat dicapai, kondisi akan menjadi kronis.
Masalah keluarga dan kesedihan kronis: kondisi kesehatan kronis slalu
memiliki pengaruh terhadap orang-orang dekat indivisu yang terkena penyakit
tersebut. Bergantung pada budaya dan dinamika didalam keluarga, hal ini akan
dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Kesedihan kronis adalah suatu
kondisi yang dapat dialami oleh individu dan atau keluarganya. Fenomena ini
akan bertahan lama dan dapat terus berlanjut, bahkan setelah kematian individu
yang menderita penyakit kronis. Kesedihan yang dirasakan akan berlangsung

4
tanpa akhir dan meliputi akumulasi kehilangan terus-menerus sepanjang waktu
(Krafft & Krafft, 2018).
2.5 Etiologi
Beberapa penyebab kondisi kritis pada lansia :
1. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik, mental,
sosial)
2. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian
a. kecelakaan lalu lintas
b. kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c. kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d. kecelakaan di sekolah
e. kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat rekreasi,
perbelanjaan, di arena olah raga dan lain-lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan (traveling/trasport time)
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
3. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. kerugian
harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.

5
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan
dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Penyebab Kegagalan Organ :
1. Trauma/cedera
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksia
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss
of wafer and electrolit)
7. Shock
8. perdarahan akut
9. tumor / kanker
Kegagalan system organ susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan
dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang lebih lama.

2.6 Masalah Kondisi Fisik Pada Lansia


Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia:
1. Mudah jatuh
a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 2016).

6
b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik:
gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan
sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak
rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya
yang kurang terang dan sebagainya.

2. Mudah lelah, disebabkan oleh :

a)      Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi


b)      Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
c)      Pengaruh obat: sedasi, hipnotik

2.7 Penanggulangan Penderita Gawat Darurat /Kritis Pada Lansia


Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu & kiat / teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-
spiritual & cultural yang holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Gawat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong, apabila
tidak segera ditolong maka akan mengalami kecacatan atau kematian. Ex:
gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi, perdarahan hebat.
Darurat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong tetapi
penundaan pertolongan tidak menyebabkan kematian / kecacatan. Ex: luka, Ca
mamae, BPH, fraktur tertutup.
Gawat Darurat Medik adalah peristiwa yang menimpa seseorang dengan
tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medic
dengan segera dan tepat.
 Penanggulangan penderita gawat darurat
Tujuan :
1.    Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat
darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya.

7
2.   Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3.   Menanggulangi korban bencana.
 Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat
1.      Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2.      Kecepatan meminta pertolongan
3.     Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan ditempat kejadian, dalam
perjalanan kerumah sakit, dan pertolongan selanjutnya secara mantap di
Puskesmas atau rumah sakit.
 Sistem penanggulangan penderita gawat darurat
Tujuan:
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya
mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi.
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi:
 Penanggulangan penderita di tempat kejadian.
 Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian kesarana
kesehatan yang lebih memadai.
 Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat.
 Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli.
 Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan (Unit
Gawat Darurat dan ICU).
   Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
 Triage
Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk
memperoleh prioritas tindakan. Pembagian golongan pada musibah masal /
bencana :
1.   Gawat darurat – merah

8
Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2.   Gawat tidak darurat – putih
Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut.
3.   Tidak gawat, darurat – kuning
Kelompok pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mêngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal.
4.   Tidak gawat, tidak darurat – hijau,
 Kelompok pasien yang tidak luka dan tidak memerlukan intervensi medic.
5.   Meninggal -hitam

2.8 Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Lansia
Asuhan keperawatan kegawat daruratan yang bisa terjadi pada lansia, meliputi
gangguan :
1.      Pernapasan
2.      Kardiovaskular
3.      Persyarafan
4.      Pencernaan
5.      Keracunan
Keperawatan gawat darurat yang terjadi pada lansia :
a.       Lingkup nasalah kegawatan sistem pernapasan
−        Identifikasi gawat nafas
−        Peran perawat dalam tindakan pada klien gawat nafas
−        Pengembangan teknik fisioterapi dada, meliputi :
1.      Latihan nafas
2.      Menepuk
3.      Melakukan vibrasi
4.      Posisi drainase

9
5.      Menghisap
6.      Oksigenasi/nebulizer

b.      Lingkup masalah kegawatan sistem kardiovaskular


−        Identifikasi indicator gawat jantung
−        Peran perawat pada tindakan terhadap klien gawat jantung
c.       Lingkup masalah kegawatan sistem persarafan
−        Peran perawat pada monitor peningkatan tekanan TIK
−        Peran perawat pada tindakan gangguan persarafan
d.      Lingkup masalah kegawatan musculoskeletal
−        Pengembangan model penanganan kegawatan gangguan sistem
musculoskeletal (fraktur : melakukan teknik pembidaian, melakukan
teknik pembalutan, serta mengenal, menyiapkan dan melaksanakan
prosedur pemasangan gips, osteoporosis,dll).
e.       Lingkup masalah kegawatan terhadap intoksikasi
Pengembangan model penanganan asuhan keperawatan kegawatan akibat
intoksikasi :
−        Insektisida
−        NAPZA
−        Makan dan minuman
−        Obat-obatan
−        Kimia
−        Sengatan serangga
−        Digigit ular
f.       Lingkup masalah kegawatan jiwa
−      Peran perawat terhadap kegawatab psikiatri (mengamuk dan
percobaan bunuh diri)
−       Menyiapkan, melakukan prosedur pengikatan

10
BAB III
RINGKASAN JURNAL PENELITIAN

Judul : EDUKASI EFEKTIF DALAM PENGELOLAAN DIABETES


MELITUS BAGI LANJUT USIA DENGAN DIABETES MELITUS
Penulis : Maria Theresia Arie Lilyana, Kristina Pae
Population Intervensi Compare Outcome Time
Partisipan Edukasi Tidak ada Penelitian ini Tahun
penelitian pembanding menyimpulkan 2020
kualitatif ini dalam berdasarkan informasi
ditentukan penelitian ini yang diperoleh
melalui pengelolaan DM
purposive dilakukan dengan cara
sampling, konsumsi terapi
karena hipoglikemi rutin dan
penelitian ini diet agar tetap dalam
bertujuan kondisi sehat, aktivitas
untuk fisik seperti olahraga
mendapatkan dilakukan sesuai kondisi
pengalaman partisipan, metode terapi
partisipan. lainnya dilakukan
berdasarkan pengalaman
dan kebiasaan akibat
munculnya komplikasi
yang terjadi misalkan
hipoglikemi.

11
BAB IV
PENUTUP

      4.1  Kesimpulan
      Penyakit kritis adalah kondisi yang mengancam nyawa yang memerlukan
perawatan intensif, observasi yang bersifat komprehensif, dan perawatan khusus.
Penderita penyakit kritis menderita berbagai masalah fisik, psikologis dan sosial
yang dikenal bersama sebagai sindrom pasca-ICU.
Penyakit kritis adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dimana pasien
tergantung pada dukungan medis yang intensif agar organ vital tetap dapat
berfungsi. Penyakit kritis seperti penyakit jantung, kanker, dan stroke adalah
penyebab kematian utama didunia.

      4.2  Saran


Peran perawat dalam memberikan dukungan psikologi seperti membantu
pasien dalam mengendalikan perasaan negatif dan meningkatkan perasaan positif
selama proses menuju kematian. Pasien juga dibantu untuk mempertahankan
kepuasan terhadap kemampuan dan mempersiapkan diri menuju kematian.
Perawat juga membantu menyelesaikan permasalah sosial seperti membantu
pasien mengucapkan maaf, berpamitan, dan juga memelihara hubungan baik
antara pasien dengan keluarga maupun teman– temannya.
      .

12
DAFTAR PUSTAKA

AACN. 2010. Family Visitation In The Adult Intervensive Care Unit. AS: AACN.
AACN. 2015. AACNScope and Standards for Acute and Critical Care Nursing
Practice. edited by L. Bell. Columbia: An AACN Critical Care Publication.
Anita. 2018. “Studi Deskriptif : Respon Psikologis Kehilangan Keluarga Menurut
Kubbler Ross Ketika Klien Stroke Terkena Serangan Pertama Kali Di RS
Tugurejo Semarang.”
Imaculata, Ose, R. Ratnawati, and R. Lestari. 2016. “Studi Fenomenologi
Pengalaman Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dalam Merawat Pasien
Terlantar Pada Fase End Of Life.” Jurnal Ilmu Keperawatan.
Potter and Perry. 2010. Fundamental Of Nursing : Consep, Proses and Practice. 7
th edn. Jakarta: EGC.
Rachman, S., D. Aliana, and U. Bejo. 2020. “Panduan Asuhan Keperawatan
(PAK) Pasien Sakit Kritis-COVID-19.”
Suwardianto, H. 2018. Manajemen Pengarahan Kerusakan Fisik, Fungsi
Kognitif, Dan Kecemasan Pada Pasien Kritis. Kediri: Lembaga Chakra
Brahmanda Lentera.
Hudak & Gallo, 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic Vol 1.
Jakarta: EGC. 

13

Anda mungkin juga menyukai