KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
BAB IV PENUTUP.............................................................................................25
3.1 Kesimpulan......................................................................................................25
3.2 Saran................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian pasien dengan KAD di Negara maju kurang dari 5%,
beberapa sumber lain menyebutkan 5-10%, atau 9-10%. Sedangkan diklinik
dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat
mencapai 25-50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa
keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard
akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi,
uremia dan kadar keasaman darah yang rendah. Kematian pada pasien KAD
usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat, pengobatan
yang tepat dan rasional sesuai dengan patofisiologinya. Pada usia lanjut,
penyebab kematian lebih sering dipicu oleh factor penyakit dasarnya
(Soewondo, 2006)
3
Serikat. Walaupun data komunitas di Indonesia belum ada, agaknya insiden
KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi DM
tipe 1 yang rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia umumnya berasal
dari data rumah sakit dan terutama pada pasien DM tipe 2 (Tarwoto,2012).
Berdasarkan uraian dari data diatas maka sebagai bagian dari tugas
penulisan makalah, penulis tertarik membuat makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan pada klien dengan ketoasidosis diabetikum”
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah diperoleh
pengetahuan mengenai Ketoasidosis Diabetikum dan mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada pasien.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ketoasidosis diabetikum
Mahasiswa mengetahui etiologi ketoasidosis diabetikum
Mahasiswa dapat menjelaskan patofisiologi ketoasidosis
diabetikum
Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis ketoasidosis
diabetikum
Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi ketoasidosis
diabetikum
Mahasiswa dapat menjelaskan penatalaksanaan ketoasidosis
diabetikum
4
1.3. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada
pada makalah ini secara menyeluruh, maka perlu dikemukakan
sistematika yang merupakan kerangka dan pedoman penulisan makalah.
Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal memuat halaman sampul depan, kata pengantar,
dan daftar isi.
2. Bagian Utama
Bagian Utama terbagi atas bab dan sub bab yaitu:
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan
sistematika penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab tinjauan teoritis ini meliputi dikemukakan mengenai anatomi
fisiologi, pengertian, etiologi, manifestasi klinik, Patofisiologi/
Patoflowdiagram, pemeriksaan penunjang, komplikasi,
penatalaksanaan, pencegahan/penyuluhan, diagnosa keperawatan,
dan nursing care plan dan rasionalnya.
c. BAB III PENUTUP
Dalam bab ini meliputi kesimpulan dan saran yang telah ditulis
dari makalah ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
– masing bagian sel antara lain: sel A mensekresikan glucagon, sel B
mensekresikan insulin, sel D mesekresikan somaotstatin, dan sel F
mensekresikan polipeptida pancreas.
Produk yang di hasilkan oleh kelenjar pancreas akan disalurkan
melalui duktur / saluran (eksokrin). Sedangkan produk dari pulau –
pulau Langerhans langsung ikut dalam aliran darah (endokrin). Pankreas
mendapat nutrisi dan oksigenasi melalui percabangan arteri dari arteri
hepatica comunis, arteri splenic, arteri mesenterica. Sedangkan
pembuluh darah baliknya melalui vena gastro duodenalis, vena gastric
sinistra dan vena hepatica.
b. Fisiologi Pankreas
Menurut Syaifuddin (2006), fisiologi pankreas meliputi :
1) Getah Pankreas ( eksokrin )
Getah pancreas bersifat basa dengan komposisi: HCO3 9 ( asam )
dengan kadar 113 meq/L. Setiap hari disekresikan sekitar 1500mL
getah pancreas. Sekresi getah pancreas bersama dengan sekresi
empedu dan getah usus berefek pada penetralan asam lambung dan
menaikkan PH duodenum menjadi 6,0 – 7,0. Di dalam getah
pancreas terdapat tripsinogen yang di ubah menjadi enzim aktif
tripsin. Trpsin berfungsi untuk mengubah kimotripsinogen menjadi
kimitripson yang merangsang kerja enzim enteropeptidase. Definisi
enteropeptidase akan mengakibatkan kelainan congenital dan
malnutrisi protein.
2) Endokrin Pankreas
Susunan insulin terdiri dari pioipeptida yang mengandung dua mata
rantai asam amino yang di hubungkan dengan jembatan disulfide.
Insulin dibentuk di kulum endoplasmic sel B. Insulin kemudian di
kemas di apparatus golgi dalam sebuah granula. Granula ini yang
kemudian bergerak ke membrane plasma. Insulin kemudian di
keluarkan melalui proses eksositosis kemudian melintasi lamina
basalis sel B menuju kapiler dan endotel kapiler yang berpori
7
mencapai aliran darah. Waktu paruh insulin dalam sirkulasi
berlangsung selam 5 menit.
2.2 Pengertian
Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan dekompensasi atau kekacauan
metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh difesiensi insulin absolutatau relative. KAD dan
hipoglekemia merupakan komplikasi akut diabetes mellitus (DM) yang
serius dan membumbutuhkan pengelolaan gawat darurat (Sudoyo, 2007)
2.3 Etiologi
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan oleh ketidakadaan atau
ketidakadekuatnya insulin. kondisi ini mengakibatkan kelainan dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. 3 gambaran klinik utama KAD
adalah dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Jika insulin berkurang,
maka jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang, terdapat
peningkatan pembentukan glukosa oleh hepar. Kedua faktor ini mengarah
pada hiperglikemia yang diikuti dengan poliuria, yang menimbulkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dengan KAD berat mungkin
akan kehilangan 6,5 liter air dan masing-masing 400-500 mEq natrium,
kalium, dan klorida selama 24 jam. Pada KAD terjadi juga kelebihan
pembentukan badan keton karena kekurangan insulin yang normalnya dapat
mencegah hal ini terjadi. Tiga penyebab utama KAD adalah penurunan atau
kesalahan dosis insulin, penyakit atau infeksi, dan manifestasi diabetes awal
yang tak terdiagnosa atau tak terobati.
8
f. Nafas bau aseton (bau buah)
g. Pernapasan kussmaul, hiperventilasi dengan pernapasan sangat dalam,
tetapi tak labored
h. Perubahan status mental sangat bervariasi dari satu pasien ke pasien
lainnya. Beberapa mungkin sadar, sementara lainnya letargik, atau koma.
9
1) Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300 hingga
800 mg/dl, sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar
glukosa darah lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki
kadar sampai setinggi 1000 mg/dl.
2) Keton serum : + secara mendadak
3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmomalitas serum : meningkat tetapi biasanya < 330 mosm/L
5) Pemeriksaan AGD2 PH < 15 MEQ / L PaCO2 10-30 mmHg f.
Uriner : Gula dan keton positi
2.7 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan KAD ialah
sebagai berikut : edema paru, hipertrigliseridemia, infark miokard akut dan
komplikasi iatrogenic. Komplikasi iatrogenic tersebut ialah hipoglikemia,
hypokalemia, hiperkloremia, edema otak dan hipokalsemia.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan KAD ditujukan untuk perbaikan tiga masalah utama: dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis.
a. Dehidrasi
1) Pasien mungkin membutuhkan 6-10 liter cairan IV untuk
menggantikan kehilangan cairan yang disebabkan oleh poliuria,
hiperventilasi, diare dan muntah
2) Pada awalnya diberikan normal saline 0,9% dengan kecepatan tinggi
0, 5-1 L/jam selama 2-3jam (normally salin hipotonik 0,4% mungkin
digunakan untuk hipertensi dan hipernatremia atau gagal jantung
kongestif)
3) Normal saline 0,45% adalah cairan pilihan pertama, setelah beberapa
jam pertama pemberian tekanan darah stabil dan kadar natrium
rendah
4) Pantau status volume cairan (termasuk pemeriksaan terhadap
perubahan ortostatik tekanan darah dan frekuensi jantung),
pengkajian paru, dan dan masukan serta haluaran
10
5) Pada awalnya haluaran urin akan tertinggal di belakang masukan
cairan IV karena dehidrasi
6) Gunakan plasma expander untuk memperbaiki hipotensi berat yang
tidak memberikan respon terhadap pengobatan cairan IV
7) Pantau terhadap tanda-tanda kelebihan cairan pada pasien lansia atau
mereka yang beresiko terhadap gagal jantung kongestif
b. Kehilangan elektrolit
1) Kalium merupakan elektrolit utama yang menjadi perhatian dalam
mengobati KAD
2) Penggantian dengan hati-hati kalium adalah vital untuk menghindari
diskriminasi jantung yang berat yang terjadi dengan hipokalemia
3) Amati tanda-tanda hiperkalemia misalnya gelombang T yang tinggi,
memuncak pada gambaran EKG dan dapatkan nilai kalium dengan
sering selama 8 jam pertama pengobatan
4) Tunda pemberian kalium hanya bila terdapat hiperkalemia dan
pasien tidak berkemih
c. Asidosis
1) Asidosis pada KAD boleh dengan insulin, yang menghambat
pemecahan lemak
2) Infusan insulin dengan kecepatan lambat, kontinu, misal 5 unit per
jam
3) Pantau nilai gula darah per jam
4) Tambahkan dekstrosa ke dalam cairan IV untuk menghindari
penurunan glukosa yang cepat
5) Campurkan IV mungkin digunakan hanya dengan insulin reguler
6) Insulin IV hanya di infus kan secara terus-menerus sampai
pemberian subkutan diberlakukan
7) Insulin IV harus dilanjutkan sampai kadar bikarbonat mengalami
perbaikan dan pasien dapat makan, kadar gula yang menjadi normal
tidak menjadi indikasi bahwa asidosis telah teratasi
2.9 Pencegahan/Penyuluhan
a. Peraturan saat sakit
11
1) Ajarkan pasien untuk tidak mengurangi dosis insulin jika terjadi atau
mual dan muntah
2) Ajarkan pasien untuk menyuntikan dosis insulin yang biasanya atau
dosis hari sakit yang diharuskan dan upaya untuk mengkonsumsi
karbohidrat dalam jumlah kecil dan sajakan untuk menghindari
dehidrasi
3) Periksa gula darah setiap 3-4jam
4) Ingatkan dokter jika tidak mampu untuk minum tanpa muntah atau
kenaikan gula darah menetap
5) Ajarkan pasien bagaimana menghubungi dokter mereka 24 jam sehari
b. Keterampilan penatalaksanaan diri
1) Pemberian insulin
2) Pemeriksaan gula darah
3) Kaji keterampilan untuk memastikan bahwa kesalahan yang tidak
diinginkan dalam pemberian insulin atau pengukuran gula darah tidak
terjadi
c. Konseling fisiologis yang dianjurkan
Untuk pasien dan keluarga jika perubahan yang tidak diinginkan dalam
pemberian insulin menjadi penyebab
12
2.11 Nursing Care Plan dan Rasionalisasinya
Perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan
khusus, perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan
klien dapat teratasi (Nurjannah, 2005:11).
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
1) Kaji status pernapasan pasien
2) Kaji tanda-tanda vital pasien.
3) Berikan posisi senyaan mungkin untuk pasien
4) Berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi oksigen.
b. Nausea berhubungan dengan gangguan biokimiawi
1) Identifikasi pengalaman mual
2) Monitor mual
3) Monitor asupan nutrisi dan kalori
4) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
5) Anjurkan istirahat dan tidur
6) Kolaborasi pemberian antiemetik
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan akibat diuresis
osmotik akibat hiperglikemia
1) Kaji status hidrasi pasien.
2) Kaji intake dan output cairan pasien
3) Kaji hasil lab pasien.
4) Kaji tanda-tanda vital pasien.
5) Berikan cairan intravena.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan prosedur transfusi darah.
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
4) Fasilitiasi istirahat dan tidur
13
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
6) Kolaborasi pemberian analgetik.
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2) Ciptakan suasana terapetik untuk menumbuhjan kepercayaan
3) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
4) Gunakan pendekatan yang menenangkan dan meyakinkan
5) Jelaskan prosedur, termasuk sensai yang mungkin dialami
f.Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis.
6) Latih teknik relaksasi
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA DEMOGRAFI
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
No Register : 000187654
Nama : Tn. I
Umur : 30 tahun
15
Kec. Sukajadi Kodya Bandung
B. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
a. Airway (A): Jalan nafas klien tidak terdapat sumbatan, tidak terdapat
sekret
b. Breathing (B): Pola nafas klien terlihat cepat, RR: 37 x/menit, terdapat
dipsneu, klien terlihat bernafas menggunakan otot bantu pernafasan
c. Circulation (C): TD: 140/110 MmHg, HR (Heart Rate): 138x/menit, S:
36,5˚C, N : 138x/menit, Akral teraba dingin
d. Disability (D): GCS: 8 (Eye:1, Motorik: 5, Verbal: 2), Kesadaran
somnolen
e. Exposure(E): Tidak ada luka dan tidak ada jejas
f. Folley cateter (F): Klien terpasang kateter, tidak ada perdarahan, jumlah
urin 60 cc/2 jam terakhir saat pengkajian, warna urin kuning
g. Gastric tube (G): Klien terpasang NGT, residu warna cairan: hijau bening
+ 30 cc.
2. Pengkajian Sekunder
1) Kepala
a) Inspeksi: Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan kulit
kepala cukup bersih, rambut bewarna mulai memutih, tidak ada lesi
b) Palpasi: Distribusi merata
2) Mata
a) Inspeksi: Pada saat pengkajian tidak didapatkan data dikarenakan
klien mengalami penurunan kesadaran, mata simetris, Palpebra,
Konjungtiva normal, Sclera an ikterik, Edema palpebral tidak edema
3) Telinga
a) Inspeksi: Fungsi pendengaran pendengaran klien baik, Fungsi
keseimbangan
4) Hidung
a) Inspeksi: Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, nafas cuping
hidung, Pembengkakan hidung klien
5) Mulut
16
a) Inspeksi: Tidak ada ditemukan pembengkakan pada area, Tidak ada
ditemukan perdarahan pada hidung, didapatkan bibir klien Kering,
tidak ada sianosis, Keadaan gigi klien kuning, cukup bersih, gigi tidak
lengkap dan terdapat caries gigi pada sela-sela gigi, Keadaan
membran mukosa kering
6) Leher :
a) Inspeksi: Tidak ada jaringan parut, bentuk simetris antara kiri dan
kanan.
b) Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7) Paru-paru
a) Inspeksi: Pada saat inspeksi pemeriksaan fisik didapatkan hasil
simetris antara dada kanan dan kiri, frekuensi : 46x/menit, pola napas
cepat dan dangkal, klien sesak, tampak menggunakan otot bantu
pernapasan.
b) Palpasi : ada jejas ataupun retraksi, pergerakan dinding dada tidak
simetris, tidak dinding dada
c) Auskultasi: lapang paru terdengar hipersonor, irama tidak teratur,
ronchi (+/+) VCV, tidak teraba ictus kordis Pekak S1 & S2 (Lub Dub)
8) Abdomen :
a) Inspeksi: Perut simetris kiri dan kanan
b) Auskultasi: Bising usus 17x/menit
c) Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
9) Ekstremitas :
a) Inspeksi: Klien terpasang kateter nomor 16, terpasang infuse 2 jalur di
tangan kanan dan mengalami penurunan kesadaran
b) Perkusi : Timpani
C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Ny. P masuk RS pada tanggal 12 april 2019 jam 07.49 wib, dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu.
BAB dan BAK dalam batas normal.
17
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2019 diruang ICU jam 10.30
wib, klien sesak, nafas cepat dan dangkal, klien gelisah, akral dingin,
kesadaran samnolen, GCS 8 , muka pucat keringat dingin, keadaan umum
buruk, suhu 36.5 ̊c, TD 140/110mmHg, nadi 138 x/menit, RR 37 x/menit,
GDS 316 mg/dl, IVFD terpasang NaCl 0.9% 60cc /jam, drip insulin 50 unit
dalam 50cc nacl 0,9% dosis 0,5cc /jam via syringe pump, drip furosemide
100 mg dalam 100cc nacl 0,9% habis dalam 12 jam dengan tetesan 8,3cc /jam
via infus pump, terpasang NRM 10 liter/menit, SpO2 68%
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien memiliki penyakit hipertensi sejak ± 2 tahun yang lalu, Riwayat DM
tidak terkontrol ± 2 tahun lalu, keluarga klien mengatakan klien sering
kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut klien dikeluarga ada yang mengalami penyakit seperti yang diderita
klien.
5. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan dan cuaca serta tidak
memiliki riwayat merokok, kopi dan minuman beralkohol
18
3. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit: Klien tidur 5-7jam, waktu siang dan malam, tidak ada
kesulitan. Saat sakit klien tidur 4-5 jam, klien tidur siang dan malam, klien
sering terbangun karena sesak.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kegiatan dalam pekerjaan : keluarga klien mengatakan Ny.P hanya
mengerjakan pekerjaan dirumah, keluarga klien mengatakan Ny.P tidak
pernah melakukan olahraga, keluarga klien mengatakan kegiatan klien
diwaktu luang yaitu berkumpul bersama keluarga.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium
a. Hematologi
b. Kimia Darah
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
.
19
1. DS : -keluarga klien Hambatan upaya Pola nafas tidak
mengatakan klien sesak napas efektif
DO :
- Kesadaran samnolen
- GCS:8
- TD : 140/110mmHg
- Nadi : 138 x/menit
- Dispnue (+)
- Nafas cepat dangkal
-Otot bantu pernafasan
- Akral teraba dingin
- Muka pucat
- Bibir pucat
2. DS:- keluarga klien mengatakan Kegagalan Hipovolemia
mual dan muntah sejak 2 hari mekanisme
yang lalu regulasi
DO :
-Turgor kulit buruk
- Membrane mukosa kering
- Bibir tampak kering dan pucat
- Jumlah cairan masuk :
1319,5cc
- Jumlah cairan keluar : 2100cc
- IWL : 437,5cc
- N : 138x/menit
2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3. Intervensi Keperawatan
NO Data Diagnosa SLKI SIKI
20
keperawata
n
1. Data Subjektif: Pola nafas Luaran utama: Intervensi utama:
keluarga klien tidak efektif Pola nafas Pemantauan
mengatakan klien berhubungan Luaran respirasi (I.01014)
sesak dengan tambahan: Observasi:
Data Objektif: hambatan - Tingkat - Monitor
- Kesadaran upaya napas keletihan frekuensi,irama,
samnolen Setelah dilakukan kedalaman, dan
- GCS:8 intervensi upaya nafas
- TD : keperawatan - Monitor pola
140/110mmHg selama 1x24 jam nafas (seperti
- Nadi : 110 maka pola nafas takipnea,
x/menit membaik dengan hiperventilasi)
Dispnue (+) kriteria hasil: - Palpasi
- Nafas cepat - Dipsneu kesimetrisan
dangkal menurun ekspansi paru
- Otot bantu - Penggunaan - Auskultasi
pernafasan otot bantu bunyi nafas
- Akral teraba nafas menurun - Monitor saturasi
dingin - Frekuensi oksigen
- Muka pucat nafas - Monitor nilai
- Bibir pucat membaik 16- AGD
20x/menit Terapeutik:
- Kedalaman - Atur interval
nafas pemantuan
membaik respirasi sesuai
- Sianosis kondisi pasien
menurun - Dokumentasikan
hasil
pemantauan
Edukasi:
21
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
- Informasikan
hasil
pemantauan jika
perlu
Intervensi
pendukung:
Obsevarsi:
- Identifikasi
adanya
kelelahan otot
bantu nafas
- Monitor status
respirasi dan
oksigenasi
(mis.
Frekuensi ,ked
alaman nafas,
penggunaan
otot bantu
nafas )
Terapeutik:
- Berikan posisi
semi
fowler/fowler
- Berikan
oksigenasi
sesuai
kebutuhan
Edukasi:
22
- Ajarkan
melakukan
tekhnik relaksasi
nafas dalam
- Ajarkan
mengubah posisi
secara mandiri
2. Data Subjektif : Hipovolemia Luaran utama: Intervensi utama:
keluarga klien berhubungan Status cairan Manajemen
mengatakan mual kegagalan Luaran hipovolemia (I.03116)
dan muntah sejak 2 mekanisme tambahan: Observasi :
hari yang lalu regulasi Keseimbangan - Periksa tanda dan
Data Objektif: asam basa gejala hipovolemia
-Turgor kulit buruk ( mis. Frekuensi
- Membran mukosa Setelah dilakukan nadi meningkat
kering intervensi - Membran mukosa
- Bibir tampak keperawatan kering, lemah
kering dan pucat selama 1x24jam - Monitor intake dan
- Jumlah cairan maka output cairan
masuk : 1319,5cc hipovolemia Terapeutik :
- Jumlah cairan membaik, dengan - Itung kebutuhan
keluar : 2100cc kriteria hasil: cairan
- IWL : 437,5cc - Kekuatan nadi - Berikan posisi
sedang modfied
- Output urin trendelnburg
menurun Edukasi :
- Dispea - Anjurkan
menurun menghindari
- Konsintrasi perubahan posisi
menurun mendadak
- Tekanan darah Kolaborasi :
membaik - Kolaborasi
23
120/80mmHg pemberian cairan
- Frekuensi nadi IV isotonis ( mis.
menurun Nacl, RL )
- Membran - Kolaborasi cairan
mukosa IV hipotonis ( mis.
membaik Glukosa 2,5% ,
- Kadar Hb Nacl 0,9% )
membaik
13gr/dl Intervensi
- Tingkat pendukung:
kesadaran Pemantauan cairan
meningkat (I.03121)
- Mual dan Observasi :
muntah - Monitor frekuensi
menurun dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi
napas
- Monitor tekanan
darah
- Monitor berat
badan
- Monitor elastis
atau turgor kulit
- Monitor jumlah,
warna, dan berat
jenis urin
Pemantauan elektrolit
(I.03122)
Observasi :
- Monitor mual,
muntah, dan diare
24
- Monitor
kehilangan cairan
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telah dilakukan pengkajian tidak semua pemeriksaan fisik yang ada
diteori ditemukan pada pasien. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas dan
hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, rencana
asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul dan dibuat
berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara teoritis.
3.2 Saran
Dengan dibuatmya makalah ini, diharapkan mahasiswa menambah
wawasan dan menambah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan mendapatkan saran dan kritik yang dapat membangun kami
menjadi mahasiswa yang lebih baik lagi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26