Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN PENYAKIT KRONIS

DOSEN : Ns., S.Kep., M.Kep

OLEH :
NAMA : RWEEISKdsfdfAAAUA
NIM : 144244444022035

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN & BISNIS
TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan hidayah Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat
guna memenuhi tugas dari dosen.
Makalah ini membahas tentang “Standar Asuhan Keperawatan (SAK) pada Klien
Penyakit Kronis”, semoga dengan makalah yang saya susun ini kita sebagai
mahasiswa ST. FATIMAH MAMUJU dapat menambah dan memperluas
pengetahuan kita.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu saya masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-
dosen pembimbing saya serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat
membangun sayai dari yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita,
akhir kata saya mengucapkan terima kasih

Mamuju, 03 April 2023

RSDFSDF I SADFSSDF
KSDF A
NIM :1456565420255565
6562035

2
DAFTAR ISI

Sampul...........................................................................................

Kata Pengantar............................................................................... ii

Daftar Isi........................................................................................ iii

Bab I (Pendahuluan)...................................................................... 1

a. Latar Belakang................................................................... 1

b. Tujuan Penulisan................................................................ 1

Bab II (Tinjauan Teori).................................................................. 3

a. Konsep Dasar Penyakit Kronis.......................................... 3

b. Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan Klien

dengan Penyakit Kronis..................................................... 9

Bab III (ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

PENYAKIT KRONIS..................................................... 13

1. Kasus.................................................................................. 12

2. Pengkajian.......................................................................... 13

3. Diagnosa dan Rencana Keperawatan................................. 14

Bab IV (Penutup) .......................................................................... 22

a. Kesimpulan ....................................................................... 22

b. Saran ................................................................................. 22

Daftar Pustaka................................................................................ 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk
hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun
sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat
kita, umur harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak
disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis seperti penyakit diabetes militus,
penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis.
Pasien dengan penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan
dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan
dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum,
penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya kematian.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual
yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan
pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan
gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis,
sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang
dikenal sebagai perawatan paliatif atau palliative care.
Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan
Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien menghadapi
penyakitnya.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum

4
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan
mampu mengenal dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami pennyakit kronis.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Respon Klien
Terhadap Penyakit Kronis
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan
pada klien penyakit kronis
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
pada klien penyakit kronis
d.
3. Metode penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan
studi kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik
kesimpulan. Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan
sumber-sumber lain (internet) yang berhubungan dengan judul dan
permasalahan.
4. Sistematika Penulisan
 BAB I Pendahuluan : Terdiri atas Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
 BAB II Tinjauan Teoritis : Pengertian penyakit kronik, Sifat,
Dampak, Factor-faktor, Respon dan Perilaku Klien Dengan Penyakit
Kronis,
 BAB III : Terdiri atas Konsep asuhan keperawatan penyakit kronik.
 BAB IV Penutup : Terdiri atas Kesimpulan dan Saran-saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit Kronis
1. Pengertian penyakit kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009)
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa
segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa penyakit
kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan contohnya
saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases,
penyakit arthritis.
2. Sifat penyakit kronik Menurut Wristht Le (1987)
mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya
adalah :
a) Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh
penyakit jantung.
b) Menetap

6
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan
menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
c) Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan
kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
3. Dampak Penyakit
Kronik Terhadap Klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
b. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh
karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan
keadaan penyakitnya. Contoh : DM adanya Trias P
1. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik
(kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi
klien terhadap fungsi seksual).
2. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga
hubungan social dapat terganggu baik secara total maupun
sebagian.

7
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik
a. Persepsi klien terhadap situasi
b. Beratnya penyakit
c. Tersedianya support social
d. Temperamen dan kepribadian
e. Sikap dan tindakan lingkungan
f. Tersedianya fasilitas Kesehatan
5. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan
kartina, 2009).
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien
merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan
melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
dan kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti
panas, nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal
ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental

8
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image), peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealisme diri dan harga
diri rendah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
i. Klien menarik diri dari lingkungan
Hubungan sosial klien dapat terganggu sebagian maupun yang total.
Contohnya hubungan terganggu sebagian, klien masih berhubungan dengan
lingkungan sekitar, tetapi klien malu-malu dan tidak percaya diri untuk
bergaul dengan orang secara berkelompok. Apabila terganggu total, klien
sudah tidak ingin berinteraksi lagi dengan lingkungan sekitar, klien hanya
ingin menyendiri (menarik diri dari lingkungan).
6. Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis
yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009),
yaitu:
a. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis
seperti jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini,
pasien akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita
tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang
diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini
akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu
dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa

9
ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body
image).
b. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan
merupakan sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa
terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan
membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu
yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di
daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan
fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada
individu dengan penyakit kanker.
c. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita
penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke,
kanker dan penyakit jantung mengalami depresi.
7. Respon keluarga
Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit
yang diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009),
yaitu :
a. Penolakan (Denial)
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau
tidak menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga
mengangap penyakit yang diderita tidak terlalu berat dan menyakini
bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi
efek jangka pendek.
b. Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah
divonis oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh

10
penyakit tersebut dan takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh
pesien.
c. Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi
yang dialami pasien akan mengalami depresi.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat
penting. Penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau
perkembangan klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak
cukup.
Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan
yang diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu
dalam rencana pengobatan. Beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan
kondisi kronis adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Kesehatan
Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan
keterbatasan pengobatan. Pendidikan kesehatan harus langsung pada
penderita dan keluarganya dan harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.
b. Merespons terhadap emosi
Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan
keluarganya untuk mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan
harapannya.
c. Melibatkan keluarga
Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting.
Keluarga harus dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan
terhadap anak, seperti terlalu melindungi, terlalu khawatir dan
memberikan perhatian berlebihan.
d. Melibatkan pasien
Bila klien dilibatkan dalam penatalaksaan penyakitnya, maka mereka akan
lebih patuh dan bertanggungjawab.
e. Melibatkan tim multidisiplin
Beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi
kronis, seperti dokter, psikolog, pekerja sosial, okupasi-terapis,
fisioterapis, ahli gizi, dan ahli lain yang terkait.
f. Menyediakan perawatan yang berkelanjutan

11
Klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya.
Paling sedikit salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat
kesehatan primer (seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka
panjang dengan penderita dan keluarganya. Peran dokter disini adalah
mengkoordinasi perawatan berbagai spesialis (multidisiplin), memantau
tumbuh kembangnya, memberikan petunjuk yang mungkin diperlukan,
dan lain sebagainya.
g. Menyediakan pelayanan rawat jalan yang komprehensif
Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi, pendidikan,
penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan pelayanan yang
komprehensif, dapat menurunkan frekuensi rawat inap, lama dirawat,
biaya di rumah sakit, dan menurunkan kemungkinan dirawat kembali.
h. Merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok
penyakit sejenis).
Ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan
informasi antara penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama.
i. Mengembangkan teknik menolong diri sendiri Pelatihan (terapi perilaku)
Terhadap klien dalam teknik mengatasi stres atau rasa sakit, dapat
membantu klien mengurangi stres terhadap penyakit dan pengobatan yang
diberikan.
j. Pembatasan Bila kepatuhan atau perilaku yang menjadi masalah, remaja
harus dibuat disiplin, dan tim yang merawat serta keluarganya harus setuju
dan mendukung.
k. Perawatan di rumah sakit
Bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani
dalam lingkungan yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja.

B. Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronis


Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses
keperawatan dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan
kartina, 2009).
1. Pengkajian
a. Pengkajian terhadap klien
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Respon emosi klien terhadap diagnosa

12
2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap
situasi
3) Upaya klien dalam mengatasi situasi
4) Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
5) Persepsi dan harapan klien
6) Kemampuan mengingat masa lalu
b. Pengkajian terhadap keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1) Respon keluarga terhadap klien
2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) Kapasitas dan system pendukung yang ada
5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan
fungsional
6) Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat
kehilangan dan perubahan yang terjadi
c. Pengkajian terhadap lingkungan
1) Sumber daya yang ada
2) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4) Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan
kesempatan kerja
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses
pengkajian klien dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina,
2009) :
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan
dan perubahan

13
b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengekspresikan perasaan
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang
dialami
d. Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan
ketidakmampuan dan ketidak pedulian karena stress
e. Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
f. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di
hargai

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
1. KASUS
Ny. N berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di rumah sakit
umum daerah dengan diagnosa medis Diabetes Miletus, dan sudah dirawat
selama 3 bulan. Sebelumnya klien juga pernah di rawat di rumah sakit dengan
penyakit yang sama, namun tidak separah yang sekarang. Dari hasil
pengkajian, klien mengatakan tidak menyangka penyakitnya bertambah parah,
klien juga malu dengan keluarga dan teman-temannya karena kondisi tubuh
yang sekarang, merasa tidak berguna lagi untuk keluarganya (suami dan anak-
anaknya), klien merasa ingin mati saja, klien mengatakan tidak nyaman
berada di dekat orang lain karena takut tidak diterima, dan lebih senang jika
sendiri, klien juga takut tidak diterima oleh keluarga terdekatnya, klien sulit
untuk tidur karena merasa cemas dengan keluarganya di rumah. Dari hasil
observasi, tampak luka gangren pada kaki kiri klien sudah mengalami
nekrotik yang membuat klien sulit untuk beraktivitas dan semakin parah, dan

14
sudah mulai mengeluarkan bau tidak sedap, klien tampak menyendiri dan
hanya mau berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya, klien pun
tampak tidak merawat kebersihan diri, dan keluarga klien hanya sesekali
menjenguk klien. Pengkajian keluarga, respon keluarga seperti tidak peduli
dengan keadaan klien, keluarga menyerahkan penuh prosedur perawatan
kepada rumah sakit, keluarga terdekat klien (suami) mengatakan sudah pasrah
dengan kondisi yang dialami klien. Klien tampak bernafsu untuk makan,
setiap makanan yang di saji kan selalu di habiskan, BB klien 70 kg.

2. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Pola Gordon
1. Persepsi kesehatan-penatalaksanaan Kesehatan
 Klien mengatakan kurang mengetahui semua tentang
penyakitnya
 Klien tampak pasrah dengan penyakitnya, dan hanya
mengikuti prosedur keperawatan rumah sakit
2. Pola nutrisi metabolic
 Nafsu makan klien meningkat.
 Peningkatan berat badan 5 kg
 Klien dilarang mengkonsumsi makanan yang terlalu
banyak mengandung gula
3. Pola eliminasi
 Klien sering BAK
 Karakteristik warna urine klien kuning, baunya khas.

15
4. Pola aktivitas dan Latihan
 Klien tidak nyeri/sesak nafas saat beraktivitas
 Klien merasa lemah, dan merasa sakit pada kakinya saat
beraktivitas sehari-hari
5. Pola tidur dan istirahat
lien mengalami gangguan pola tidur, karena cemas dan takut,
dan klien juga merasa depresi.
6. Terjadi penurunan pada fungsi penglihatan, daya ingat klien
masih bagus, dan klien tanggap terhadap semua pertanyaan
yang diajukan, hanya klien banyak menunduk dan kontak
mata klien tidak baik.
7. Pola persepsi diri/konsep diri
 Klien merasa sedih dan lebih banyak murung
 Klien menjadi depresi
 Klien tampak pasrah dan hanya berserah pada prosedur
keperawatan rumah sakit
8. Pola peran/hubungan
 Tidak ada upaya yang berarti dari klien untuk mengatasi
masalahnya
 Klien seorang ibu rumah tangga
 Interaksi kliendengan orang terdekatnya (suami dan anak-
anak) kurang baik, dan orang terdekat klien pun hanya
sesekali menjenguk klien.
9. Pola seksualitas/reproduksi
 Selama klien sakit, klien jarang berhubungan intim
dengan suaminya, dan klien merasa malu.
 Terjadi perubahan perhatian dari keluarga terdekat
terutama suami dan anak-anaknya
10. Pola koping/toleransi stress

16
Jika klien mengalami stress, klien berbagi dengan suaminya
namun lebih sering untuk memendam masalahnya.
11. Pola nilai/kepercayaan
Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap shalat
tepat pada waktunya

3. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


RASIONAL
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Harga diri rendah Setelah dilakukan·      Identifikasi ·       Dengan cara
kronik tindakan kemampuan dan aspek mendiskusikan
berhubungan keperawatan positif yang masih bahwa klien
dengan persepsi selama 2x24 jam, dimiliki klien. masih memiliki
kurang di hargai harga diri klien sejumlah
yang ditandai meningkat dengan kemampuan dan
dengan : KH : aspek positif
DS : -       Klien mulai untuk
-       Klien mengatakan merasa diterima meningkatkan
merasa tidak oleh rasa percaya diri
berguna lagi lingkungannya ·      Beri pujian yang klien.
-       Klien juga malu-       Rasa malu klien realistik/nyata dan·       Menghilangkan
dengan keluarga mulai menghilang hindarkan penilaian rasa malu dan
dan teman--       Klien mulai negatif. takut tidak
temannya mudah bergaul diterima

17
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
RASIONAL
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
-       Klien merasa ingin ·      Yakinkan bahwa lingkungan.
mati saja keluarga mendukung·       Meyakinkan klien
-       Klien takut tidak setiap aktifitas. bahwa dirinya
diterima oleh dapat diterima
orang-orang oleh keluargnya
terdekatnya dan tidak perlu
DO : takut dan malu.
-       Klien tampak sulit
bergaul
-       Bicara klien lambat
dan nada suara
lemah

Isolasi sosial Setelah dilakukan ·      Bina hubungan saling·       Rasa saling


berhubungan tindakan percaya pecaya telah
dengan gangguan keperawatan terbina,
kondisi kesehatan selama 2x24 jam, ·      Latih klien cara-cara mempermudah
yang ditandai klien mulia bisa berinteraksi dengan perawat untuk
dengan : bergaul dengan orang lain secara mengkaji dan
DS : KH : bertahap mendapatkan
-       Klien mengatakan-       Klien mulai informasi dari
tidak nyaman jika merasa nyaman klien
berada didekat jika berada didekat ·       Cara-cara dan
orang lain, karena orang lain ·      Diskusikan dengan contoh yang
-        Klien bisa
kondisinya keluarga pentingnya merupakan
sekarang melakukan
interaksi klien dengan pembelajaran
-       Lebih senang tindakan di luar keluarga terdekat yang efesien
sendiri kamar untuk klien
-       Klien bisa bergaul
DO : memulai untuk
-       Klien banyak diam tanpa rasa malu·      Libatkan klien dalam berani bergaul
dan takut
dan kurang mau terapi kelompok secara dengan orang lain
berbicara bertahap ·       Dukungan
-       Klien tampak keluarga sangat
sedih, ekspresi berarti untuk
datar dan dangkal kesembuhan
klien, dengan
interaksi yang

18
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
RASIONAL
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
baik dapat
menunjukkan rasa
perhatian
·       Untuk membuat
klien mampu
berinteraksi
dengan baik,
perlu bertahap
dan perlahan.
Dengan terapi
kelompok
memungkinkan
klien bisa
berinteraski.

Kecemasan yang Setlah dilakukan·     Kaji tingkat kecemasan ·  Untuk mengetahui


meningkat tindakan selama klien dari ttv, nafsu kecemasan klien
berhubungan dengan 2x24 jam, ansietas makan,
ketidakmampuan klien berkurang·     Beri dorongan pada klien
mengekspresikan dengan untuk mengungkapkan ·  Agar klien tenang
perasaan yang KH : pikiran dan perasaan dan
ditandai dengan KH : -       Klien mampu ·      Berikan menerima kondisi
DS : menunjukkan penyuluhan kepada kesehatannya
-       Klien merasa takut koping yang baik sekarang
penyakitnya tidak -        Klien mampu keluarga dan ajak untuk ·   Dukungan
bisa disembuhkan mengungkapkan bersama sama keluarga
-       Klien juga
mengkhawatirkan perasaan dan bisa memotivasi klien merupakan
keluarganya dirumah bertukar pikirang perhatian yang bisa
DO :
dan perasaan memotivasi klien
-       Klien tampak tidak
bisa untuk tidur untuk sembuh
-       Klien tampak
lemah dan lesu
akibat kurang tidur
ngguan citra Setelah dilakukan        Kaji secra verbal dan ·   Data awal untuk

19
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
RASIONAL
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
tubuh berhubungan perawatan selama nonverbal respon klien menentukan
dengan dampak 2x24 jam, body terhadap tubuhnya intervensi yang
penyakit yang image klien teratasi        Libatkan dan tepat untuk klien
dialami yang di dengan KH : jelaskan klien tentang ·   Apabila lkien tahu
tandai dengan : -       Body image klien pengobatan, perawatan tentang
DS : positif kemajuan dan prognosis pengobatan,
-       Klien mengatakan-       Mendeskripsikan penyakit perawatan
malu dengan factual perubahan kemajuan dan
keadaanya sekarang fungsi tubuh prognosis penyakit,
-       Klien mengatakan-       akan membuat
tidak menyangka 15 klien sedikit
penyakitnya tenang. Dan
 
bertambah parah mampu
DO : 15 ·         Fasilitasi kontak menentukan
-       Perubahan aktual dengan individu lain intervensi yang
 
pada fungsi tepat untuknya
-       Luka gangren Mempertahankan dalam kelompok kecil ·  Untuk membantu
klien bertambah interaksi sosial klien agar dapat
parah dan mulai bersosialisasi
mengeluarkan bau dengan oaring lain.
tidak sedap
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan        Bantu klien untuk        Agar kebutuhan
personal Hygine tindakan personal hygine sesuai kebersihan
berhubungan dengan keperawatan kebutuhan yang di terpenuhi secara
ketidakmampuan selama 2x24 jam, anjurkan baik
dan ketidak pedulian personal hygiene        Dukung kemandirian ·   Melatih klien untuk
karena stress yang klien terpenuhi untuk melakukan mandiri dan
ditandai dengan KH : dengan KH : personal hygine jika mampu melakukan
DS : -       Klien mengatakan memungkinkan personal hygiene
-       Klien mengatakan merasa segar dan ·           Berikan penjelasan sendiri
tidak mampu untuk nyaman kepada klien akan
membersihkan diri-       Klien mampu ·         Agar klien
secara maksimal menjaga kebersihan pentingnya kebersihan
sadar akan
-       Klien mengatakan dirinya diri baik secara
tidak peduli mau-       Tidak tercium lagi pentingnya
kesehatan, agama

20
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
RASIONAL
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
mandi atau tidak, bau tidak sedap maupun sosial kebersihan diri dan
yang dia pikirkan-       mampu menjaga
hanya penyakitnya  
-       Klien mengatakan kebersihan dirinya
tidak mengetahui Klien tampak bersih sendiri.
cara merawat luka
mulai dari pakaian
dengan baik dan
benar, hanya
menunggu perawat
saja yang
melakukannya
DO :
-       Mulai tercium bau
tidak sedap dari
tubuh dan luka klien
-       Klien tampak
tidak menjaga
kebersihan diri.

21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
Respon klien dalam kondisi kroni sansgat tergantung kondisi fisik, psikologis,
social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda.
Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
kronis. Orang yang telah lama hidup sendiri, menderita penyakit kronis yang
lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai.
Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani
hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai
kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien dengan penyakit kronis sering bukan
pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi

22
tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang
diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Jadi tugas perawat untuk dapat lebih memahami dan memberi perawatan yang
sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang baik pada klien yang mengalami penyakit kronis.
B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi kronis,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
2. Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.

23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Yosep,Iyus.2007.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama
Herdman, Heather.2010.Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta:EGC

24

Anda mungkin juga menyukai