Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
“Asuhan Keperawatan Komunitas dengan Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit
Tidak Menular/Kronis (Stroke)”

Oleh :
Kelompok VI

Darmanto 21142019027.P
Fazar nugroho 21142019026.P
martini 21142019031.P

PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES


BINA HUSADA PALEMBANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkna rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna satu
penunjang nilai mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas
II serta semua pihak yang turut mendukung pembuatan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,kami sangat mengharapkan
kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
bagi pembaca,khususnya bagi saya sendiri sebagai penyusunnya.

baturaja,18 April 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................................5
A. Konsep Penyakit Tidak Menular.................................................................5
B. Konsep Teori Penyakit Stroke...................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................14
A. Pengkajian Keperawatan...........................................................................14
B. Diagnose Keperawatan..............................................................................15
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan...............................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) dewasa ini telah menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang cukup besar khususnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan
bergesernya pola penyakit yang sering disebut dengan transisi epidemiologi yang
ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular
seperti stroke,jantung,dan diabetes mellitus. Penyakit kematian tertinggi didunia
adalah penyakit degenerative.
Setiap tahun,15 juta orang didunia menderita stroke. Terdapat 6,5 juta
kematian akibat stroke didunia,menjadikan stroke sebagai penyebab kematian nomor
dua didunia. Kematian akibat stroke terhitung 11,8% dari kematian didunia. Stroke
adalah penyebab nomor dua penyebab kecacatan,setelah dimensia. Kecacatan dapat
berupa kehilangan penglihatan dan atau penurunan kemampuan
berbicara,paralisis,dan kebingungan.
Stroke disebabkan adanya gangguan peredaran darah dikarenakan pecahnya
pembuluh darah atau terhambat oleh sumbatan. Hal ini menyebabkan terputunya
persediaan oksigen dan nutrient yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke
disebabkan oleh multifactor seperti hipertensi,penyakit
jantung,merokok,diabetes,kolesterol,obesitas dan kurang aktivitas fisik dan factor
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori penyakit tidak menular?
2. Bagaimana konsep teori penyakit stroke ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas penyakit tidak menular terutama
stroke?

C. Tujuan Makalah
1. Memberikan informasi mengenai penyakit tidak menular terutama penyakit stroke
2. Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan komunitas pada klien stroke
3. Untuk memenuhi penugasan keperawatan komunitas II
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian/Definisi Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang dianggap tidak dapat ditularkan
atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain,sehingga bukan merupakan sebuah
ancaman bagi orang lain. Penyakit Tidak Menular disebabkan oleh banyak factor,termasuk
gaya hidup dan lingkungan yang membentuk seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah kondisi
jangka Panjang dan tidak bisa langsung menyebar dari satu orang ke orang lain. Penyakit
Tidak Menular seperti diabetes melitus,asma,stroke,dan penyakit jantung. Umumnya
Penyakit Tidak Menular bersifat kumat-kumatan atau kronis.
Penyakit Tidak Menular juga merupakan beban Kesehatan utama di negara-negara
berkembang dan negara industry. Berdasarkan laporan WHO mengenai PTM di Asia
Tenggara terdapat lima PTM dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi,yaitu
penyakit kardiovaskuler,DM,kanker,penyakit pernapasan obstruksi kronik dan penyakit
karena kecelakaan. Kebanyakan PTM merupakan bagian dari penyakit degenerative dan
mempunyai prevalensi tinggi pada orang berusia lanjut.
Istilah Penyakit Tidak Menular mempunyai kesamaan arti dengan :
1. Penyakit Kronik  hal ini dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya
bersifat kronik/menahun/lama. Namun ada pula PTM yang kelangsungannya
mendadak/akut,misalnya keracunan.
2. Penyakit Non-Infeksi  sebutan ini dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh
mikro-organisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikro-organisme dalam terjadinya
PTM.
3. New Communicable Disease  hal ini disebabkan PTM dianggap dapat menular;yaitu
melalui gaya hidup (life style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan
caranya sendiri. Gaya hidup didalamnya dapat menyangkut pola makan,kehidupan
seksual,dan komunikasi global. Contoh : perubahan pola makan telah mendorong perubahan
peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makan berlebih yang mengandung
kolesterol tinggi.

B. Karakteristik Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent)
dengan host dalam hal ini manusia (factor predisposisi,infeksi,dan lain-lain) dan lingkungan
sekitar (source and vehicle of agent).
1. Agent
 Agent dapat berupa,yakni kimiawi,fisik,mekanik.psikis.
 Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi,mulai dari yang paling
sederhana sampai yang kompleks (mulai molekul sampai zat-zat yang
kompleks ikatannya).
 Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa
mengetahui spesifikasi dari agent tersebut.
 Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbda-
beda (dinyatakan dalam skala patogenitas). Patogenitas agent yaitu
kemampuan/kapasitas agent penyakit untuk dapat menyebabkan sakit pada
host.
 Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain:
kemampuan menginvasi/memasuki jaringan,kemampuan merusak jaringa ;
reversible dan irreversible,kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif.
2. Reservoir
 Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup,benda mati
(tanah,udara,air,batu,dll) dimana agent dapat hidup,berkembang dan tumbuh
dengan baik.
 Pada umumnya untuk PTM,reservoir dari agent adalah benda mati.
 Pada PTM orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi
sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
3. Patogenitas
 Fase Akumulasi pada jaringan  apabila terpapar dalam waktu lama dan
terus-menerus.
 Fase Subklinis  pada fase ini tanda dan gejala belum muncul. Telah terjadi
kerusakan pada jaringan tergantung pada : jaringan yang terkena,kerusakan
yang diakibatkannya,sifat kerusakan.
 Fase Klinis  agent penyakit telah menimbulkan reaksi pada host dengan
menimbulkan manifestasi (gejala dan tanda).
4. Karakteristik Penyakit Tidak Menular :
 Tidak ditularkan
 Etiologi sering tidak jelas
 Agent penyebab : non living agent
 Durasi penyakit Panjang (kronis)
 Fase subklinis dan klinis panjang untuk penyakit kronis.
5. Rute dari keterpaparan  melalui system pernafasan,system digestive,system
integument/kulit dan system vaskuler.

C. Pendekatan Epidemiologis Penyakit Tidak Menular


Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendekatan
metodologik,yaitu dengan melakukan berbagai penelitian. Sebagaimana umumnya penelitian
epidemiologi,penelitian untuk penyakit tidak menular dikenal juga adanya penelitian
Observasional dan Ekperimental. Hanya saja,karena waktu berlangsungnya yang lama,maka
umumnya penelitian PTM merupakan penelitian observasional. Jenis-jenis penelitian
terhadap PTM yang merupakan Penelitian Observasional berupa :
1. Penelitian Cross-Sectional
2. Penelitian Kasus Kontrol
3. Penelitian Kohort

D. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Faktor penyebab dalam Penyakit Tidak Menular dipakai istilah factor risiko (risk factor)
untuk membedakan dengan istilah etiologic pada penyakit menular atau diagnosis klinis.
Macam-macam factor risiko :
1. Menurut Dapat – Tidaknya Risiko itu diubah :
 Unchangeable Risk Factors  Faktor risiko yang tidak dapat diubah.
Misalnya : umur,genetic
 Changeable Risk Factors  Faktor risiko yang dapat berubah.
Misalnya : kebiasaan merokok,olah raga.
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor risiko
 Suspected Risk Factors (factor risiko yang dicurigai)
Yaitu factor risiko yang belum mendapat dukungan
ilmiah/penelitian,dalam peranannya sebagai factor yang berperan
dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya : merokok menyebabkan
terjadinya kanker leher rahim.
 Estabilished Risk Factors (factor risiko yang telah ditegakkan)
Yaitu factor risiko yang telah mendapat dukungan
ilmiah/penelitian,dalam peranannya sebagai factor yang berperan
dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya : rokok sebagai factor risiko
terjadinya kanker paru. Perlunya dikembangkan konsep factor risiko
ini dalam Epidemiologi PTM berkaitan dengan beberapa alasan,antara
lain : tidak jelasnya kasus PTM terutama dalam hal ada tidaknya
mikroorganisme dalam PTM,menonjolnya penerapan konsep
multicausal pada PTM,kemungkinan adanya penambahan atau
interaksi antar risiko,perkembangan metodologik telah memberi
kemampuan untuk mengukur besarnya factor risiko.
Faktor risiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum
ditemukan secara keseluruhan,karena :
 Untuk setiap penyakit,factor risiko dapat berbeda-beda
(merokok,hipertensi,hiperkolesterolemia)
 Satu factor risiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-
beda,misalnya merokok,dapat menimbulkan kanker paru,penyakit
jantung coroner,kanker larynx.
 Untuk kebanyakan penyakit,factor-faktor risiko yang telah diketahui
hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit,tetapi
etiologinya secara pasti belum diketahui.
Factor-faktor risiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular
yang bersifat kronis antara lain :
 Tembakau
 Alcohol
 Kolesterol
 Hipertensi
 Diet
 Obesitas
 Aktivitas
 Stress
 Pekerjaan
 Lingkungan masyarakat sekitar
 Life style

E. Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko


Dengan mengetahui factor risiko dalam terjadinya penyakit maka dapat digunakan
untuk :

 Prediksi  untuk meramalkan kejadian penyakit. Misalnya : perokok berat


mempunyai risiko 10 kali lebih besar untuk terserang Ca Paru daripada bukan
perokok.
 Penyebab  kejelasan dan berartnya suatu factor risiko dapat ditetapkan
sebagai penyebab suatu penyakit dengan syarat telah menghapuskan factor-
faktor pengganggu (Confounding Factors).
 Diagnosis  dapat membantu dalam mengakkan diagnose.
 Prevalensi  jika suatu factor risiko merupakan penyebab suatu penyakit
tertentu,maka dapat diambil tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit
tersebut.

F. Kriteria Faktor Risiko


Untuk memastikan bahwa status sebab layak disebut sebagai factor risiko,maka harus
memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill),yaitu :
 Kekuatan hubungan  adanya risiko relative yang tinggi.
 Temporal  sebab mendahului akibat.
 Respon terhadap dosis  makin besar paparan,makin tinggi kejadian
penyakit.
 Reversibilitas  penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian
penyakit.
 Konsistensi  kejadian yang sama akan berulang pada waktu,tempat,dan
penelitian yang lain.
 Kelayakan biologis  sesuai dengan konsep biologi.
 Specifitas  satu penyebab menimbulkan satu akibat.
 Analogi  ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.

G. Upaya-Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular


Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 4 tingkatan
pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular,yaitu :
1. Pencegahan Primordial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari
kebiasaan,gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan factor risiko untuk
munculnya suatu penyakit. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat
merasa bahwa merokok itu merupakan suatu kebiasaan yang tidak baik dan
masyarakat mampu bersikap positif untuk tidak merokok.
2. Pencegahan Tingkat Pertama
 Promosi Kesehatan masyarakat : kampanye kesadaran masyarakat,promosi
Kesehatan Pendidikan Kesehatan masyarakat.
 Pencegahan khusus : pencegahan keterpaparan,pemberian kompreventif.
3. Pencegahan Tingkat Kedua
 Diagnosis dini,misalnya dengan screening.
 Pengobatan,misalnya dengan kemotherapi atau pembedahan.
4. Pencegahan Tingkat Ketiga adalah dengan cara rehabilitasi.

H. Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular


Diantara penyakit tidak menular adalah penyakit jantung,stroke,diabetes dan penyakit
lainnya. Penyakit tidak menular sering dialami oleh seseorang yang tidak menjaga kesehatan
secara baik maupun juga kurang teratur dalam menjaga pola kesehatan tersebut. Saat ini di
Indonesia terdapat kurang lebih 30 jenis penyakit tidak menular. Dari 30 jenis penyakit tidak
menular tersebut terdapat beberapa jenik penyakit tidak menular yang memiliki tingkar
prevalensi yang tinggi dan pada umumnya sering dialami oleh masyarakat,penyakit tersebut
adalah penyakit gagal jantung,ashma bronchiale,penyakit hipertensi,stroke,kanker
serviks,diabetes melitus,gagal ginjal kronik,penyakit mata atau katarak,penyakit
rematik,penyakit obesitas dan penyakit jiwa. Berikut saya akan membahas mengenai penyakit
tidak menular yaitu stroke.

I. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan dan kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996),stroke
adalah deficit neurologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam
sebagai akibat dari cardiovascular disease (CVD).
WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat
gangguan aliran darah otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak,gangguan bicara,proses berpikir,daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain
sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Menurut Smeltezer & Bare 2008,stroke atau cedera Serebrovaskuler (CVA) adalah
ketidaknormalan fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah serebral. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah terjadi
perubahan pada beberapa fungsi neurologis yang ringan sampai berat yang diakibatkan oleh
gangguan pembuluh darah otak. Gangguan diluar penyebab ini tidak dapat diklasifikasikan
sebagai stroke.

J. Etiologi Stroke
1. Kekurangan suplai oksigen yang menuju otak
2. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak
3. Adanya sumbatan bekuan darah di otak.

K. Patofisiologi Stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan
menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat
menyebabkan deficit sementara dan bukan deficit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada
otak.
Setiap deficit fokal permanen akan bergantung pada darah otak mana yang terkena.
Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh darah otak yang terkena.
Pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan
arteri karotis interna. Deficit fokal permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali
mengalami iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ketiap bagian otak terhambat karena thrombus atau emboli,maka
mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu
menit dapat menunjukan gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik
neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Ganguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel
neuron,dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metabolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang
menuju otak.
Perdarahan intracranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau ke
dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degenerative
pembuluh darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan
menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh
darah otak. Rupture ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian
tertentu,menimbulkan iskemik fokal,dan infark jaringan otak. Hal tersebut dapat
menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran,peningkatan tekanan cairan serebrospinal
(CSS),dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi
ventrikel atau hematoma yangmerusak jaringan otak
Perubahan sirkulasi CSS,obstruksi vena,adanya edema dapat meningkatkan TIK yang
membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan TIK yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu,terjadi bradikardia,hipertensi sistemik,dan
gangguan pernapasan. Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa,darah dapat mengiritasi pembuluh darah,meningen,dan otak. Darah dan vasoaktif
yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibatkan menurunnya perfusi serebral.
Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya
perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan komplikasi yang
mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,iskemik otak,dan infark.

L. Faktor Risiko Stroke


1. Hipertensi
2. Hipotensi
3. Obesitas
4. Kolesterol darah tinggi
5. Riwayat penyakit jantung
6. Riwayat penyakit DM
7. Merokok
8. Stress
9. Keturuan
10. Umur
11. Keturunan,dll

M. Klasifikasi Sroke
I. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan). Serangan sering terjadi pada usia
50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari.
a. Thrombosis pada pembuluh darah otak (thrombosis of cerebral vessels)
b. Emboli pada pembuluh darah otak (embolism of cerebral vessels)

II. Stroke hemarogik (perdarahan). Serangan sering terjadi pada usia 20-60 tahun dan
biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (mental).
a. Perdarahan intraserebral (paranchymatous haemorrhage)
Gejalanya :
 Tidak jelas,kecuali nyeri kepala hebat karena hipertensi
 Serangan terjadi pada siang hari,saat beraktivitas,dan emosi atau marah
 Mual atau muntah pada permulaan serangan
 Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal serangan
 Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma (65% terjadi kurang
dari ½ jam – 2jam ; <2% terjadi setelah 2jam-19 hari)
b. Perdarahan subarachnoid (subarachnoid haemorrhage)
Gejalanya :
 Nyeri kepala hebat dan mendadak
 Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
 Ada gejala atau tanda meningeal
 Papilledema terjadi bila ada perdarahan subarachnoid karena pecahnya
aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.

N. Penatalaksaan Stroke
a. Penatalaksaan keperawatan untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan
factor-faktor kritis sebagai berikut :
1. Berusaha menstabilkan TTV
2. Berusahan menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih,sedapat mungkin jangan memakai kateter
4. Memenmpatkan pasien dalam posisi tepat,harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi setiap 2jam dan dilakukan latihan-latihan gerak
pasif
b. Tindakan konservatif
1. Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara
percobaan,terapi maknanya : pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2. Dapat diberikan histamine,aminophilin,acetazolamide,papaverin intra arterial
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin,digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi. Thrombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
4. Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral,misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
Pada stroke iskemik akut,mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang
disebut sebagai strategi Neuroprotektif. Terapinya dapat berupa hipotermia,dan pemakaian
obat,yaitu :
a. Nuroprotektif seperti antikoagulasi,trombolisis intravena,trombolisis intra arteri
b. Terapi perfusi dimana dilakukan induksi hipertensi untuk meningkatkan tekanan
darah arteri rata-rata sehingga perfusi otak dapat meningkat
c. Pengendalian edema dan terapi medis umum juga dilakukan,serta terapi bedah untuk
mencegah tekanan dan distorsi pada jaringan yang masih sehat (Price,2005).

O. Pencegahan Stroke
a. Pencegahan primer
1) Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan
penyakit vascular lainnya
2) Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke :
 Menghindari : rokok,stress mental,alcohol,kegemukan,konsumsi gara
berlebihan,obat-obatan golongan amfetamin,kokain,dan sejenisnya.
 Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan.
 Mengendalikan : hipertensi,DM,penyakit jantung (misalnya fibrilasi
atrium,infark miokard akut,penyakit jantung reumatik),penyakit
vascular asterosklerosis lainnya.
 Menganjurkan konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur.
b. Pencegahan Sekunder
1) Modifikasi gaya hidup berisiko stroke dan factor risiko misalnya :
 Diet
 Obat antihipertensi yang sesuai
2) Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin
3) Minum obat-obatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas pada klien dengan penyakit tidak menular
terkhususnya pada penyakit stroke menggunakan model Community As Partner
(CAP)
a. Data Inti
1) Demografi : Variabel yang dapat dikaji adalah karakteristik komunitas atau
lingkungan bagaimana status penyakit stroke dilingkungan tersebut,dan rata-
rata usia berapa seseorang terkena stroke pada lingkungan tersebut. Metode
pengkajian dapat dilakukan dengan wawancara kepada klien stroke atau
keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita stroke,angket
serta melalui profil kesehatan.
2) Statistic vital : Data statistic vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka
masyarakat yang terkena stroke. Hal ini didapat melalui penelusuran sekunder
melalui profil kesehatan.
3) Etnis dan Budaya : Variabel yang dapat dikaji meliputi ; bagaimana
suku/rasnya,apakah terdapat adat atau kebiasaan yang dilakukan pada klien
stroke yang dapat mempengaruhi kesehatan klien stroke. Kemudian bahasa
yang digunakan.
4) Karakteristik klien stroke : Fisik (jenis keluhan yang dialami oleh
klien),psikologis (efek psikologis terhadap klien stroke),contohnya bagaimana
efek setelah mengalami penyakit stroke,sosial (sikap klien stroke terhadap
perubahan fisiknya dan bagaimana dia beinteraksi dengan lingkungannya).
5) Perilaku : Seperti pola makan klien stroke yang kurang baik bisa
mempengaruhi masalah kesehatan yang dihadapinya,apakah ada sikap klien
yang kurang efektif dalam menghadapi masalah kesehatannya akibat ekonomi
yang kurang.
b. Sub Sistem
1) Lingkungan fisik : Yang dapat dikaji meliputi seperti dilingkungan daerah
klien bagaimana iklim dan cuacanya apakah cenderung panas atau
dingin,bagaimana dengan tempat tinggal klien,apakah tempatnya padat
penduduk,kelembapannya bagaimana,dan pencahayaan dan ventilasinya
apakah baik untuk klien stroke. Kemudian didaerah tersebut rata-rata
bangunan tempat tinggalnya seperti apa,apakah sudah tua atau masih
kokoh,bagaimana bentuk arsitekturnya,kemudian bagaimana kualitas
lingkungan,kebersihan lingkungannya,lingkungan fisik yang kurang bersih
akan menambah dampak buruk terhadapan penurunan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena penyakit.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial : Yang dapat dikaji meliputi ; apakah daerah
klien stroke ini terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit,bagaimana waktu dalam pemberian pelayanan kesehatan apakah setiap
hari atau terbatas waktu,sumber daya,dan apakah pelayanan kesehatan
didaerah itu untuk klien stroke dipungut biaya. Pengkajian ini dapat dilakukan
melalui wawancara kepada pemimpin unit terkait (jika ada) dan klien stroke.
3) Ekonomi : Mengkaji karakteristik finansial klien stroke,apakah klien stroke
bekerja atau tidak bekerja. Karakteristik finansial ini mengidentifikasi
penghasilan klien dan keluarga berdasarkan indicator upah regional. Kategori
pekerja apa aja jika klien bekerja. Metode yang dilakukan adalah survey
rumah tangga atau data sekunder melalui profil klien stroke dan keluarganya.
4) Keamanan dan transportasi : Keamanan mengidentifikasi pelayanan dan
perlindungan terhadap klien stroke mencakupi ; kebakaran,kepolisian,krisis
senter,dan sanitasi. Terjaminnya sanitasi lingkungan misalnya seperti air yang
bersih,jauh dari limbah,jauh dari penumpukan sampah,guna agar terhindar dari
penyakit dan wabah untuk klien stroke. Kajian transportasi meliputi kondisi
jalan lingkungan seperti apa,jenis kendaraan yang biasanya digunakan klien
stroke dilingkungan tersebut baik kendaraan umum dan kendaraan pribadi.
Pengkajian ini dapat dilakukan dengan metode mengkaji data keamanan
kommunitas dengan survey,sementara untuk mengkaji transportasi
menggunakan winshield survey.
5) Politik dan pemerintahan : Mengidentifikasi partai politik dan partisipasinya
dalam pelayanan kesehatan terkhusus untuk klien stroke,jenis pemerintahan
(RT/RW/Kelurahan/Desa),dan kebijakan kesehatan seperti pelayanan khusus
klien stroke.
6) Komunikasi : Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
oleh klien stroke,khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan
dalam keluarga,jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian
informasi kesehatan klien stroke,daya dukung keluarga terhadap peningkatan
kesehatan klien. Jika dilingkungan terdapat komunitas khusus klien stroke
apakah sering berkumpul dan berkomunikasi bertukar pikiran.
7) Pendidikan : Pendidikan sebagai sub system meliputi ; latar belakang
pendidikan rata-rata klien stroke di lingkungan,tingkat pengetahun klien
tentang pengertian penyakit stroke,bahaya dan dampaknya,cara
mengatasi,bagaimana cara perawatannya,serta cara mencegahnya.
8) Rekreasi : Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada
seperti taman,dan lainnya,tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana
rekreasi tersebut untuk klien stroke,serta jaminan keamanan,apakah dikenai
biaya penanganan atau tidak dari sarana rekreasi yang ada.
9) Persepsi : Persepsi klien stroke terhadap suatu penyakit apakah masih acuh
atau sudah mulai ingin tahu,kalau masih acuh bisa jadi dipengaruhi oleh
rendahnya tingkat pendidikan klien atau masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit terhadap klien stroke.

B. Diagnosa Keperawatan Komunitas yang Mungkin Muncul


a. Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber
daya untuk pemecahan masalah.
1) Do :
- Masalah penyakit tidak menular terutama stroke tinggi didaerah tersebut
- Stress masyakarat meningkat
2) Ds :
- Masyarakat mengungkapkan bahwa mereka kurang mengetahui mengenai
penyakit tidak menular terutama penyakit stroke
- Masyarakat mengatakan tidak ada yang memberikan informasi mengenai
penyakit tidak menular terutama penyakit stroke

b. Kesiapan peningkatan koping komunitas berhubungan dengan penurunan tingkat


penyakit.
1) Do :
- Tesedianya taman untuk bersantai dan merilekskan otak
- Tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai

2) Ds :
- Pemerintah daerah tersebut mulai aktif dalam memprediksi penyakit tidak
menular
- Pemerintah sekitar menyediakan pelayanan untuk pencegahan penyakit
tidak menular. Seperti deteksi dini

C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan


SDKI SIKI SLKI
Dx1 : Koping Edukasi Kesehatan (SIKI : 65) Tujuan : Status Koping
komunitas tidak Tindakan Komunitas (SLKI : 117)
efektif berhubungan Observasi : Kriteria Hasil :
dengan  Identifikasi kesiapan dan  Keberdayaan
ketidakadekuatan kemampuan menerima komunitas
sumber daya untuk informasi meningkat
pemecahan masalah  Identifikasi factor-faktor  Perencanaan
(SDKI : 208) yang dapat komunitas membaik
meningkatkan dan  Pemecahan masalah
menurunkan motivasi komunitas
perilaku hidup bersih meningkat
dan sehat  Sumber daya
Terapeutik : komunitas membaik
 Sediakan materi dan  Partisipasi
media pendidikan masyarakat
kesehatan meningkat
 Jadwalkan pendidikan  Kegiatan komunitas
kesehatan sesuai memenuhi harapan
kesepakatan anggotanya
 Berikan kesempatan membaik
untuk bertanya  Komunikasi positif
Edukasi : meningkat
 Jelaskan factor risiko  Program rekreasi
yang dapat meningkat
mempengaruhi  Program relaksasi
kesehatan meningkat
 Ajarkan perilaku hidup  Tanggung jawab
bersih dan sehat komunitas terhadap
 Ajarkan strategi yang pelaksanaan stress
dapat digunakan untuk membaik
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Dx2 : Kesiapan Dukungan Kelompok Tujuan : Status Koping


peningkatan koping Pendukung (SIKI : 24) Keluarga (SLKI : 116)
komunitas Tindakan Kriteria Hasil :
berhubungan Observasi :  Kepuasan terhadap
dengan penurunan  Identifikasi masalah perilaku bantuan
tingkat penyakit yang sebenarnya dialami anggota keluarga
kelompok lain membaik
 Identifikasi kelompok  Keterpaparan
memiliki masalah yang informasi meningkat
sama  Perasaan diabaiakan
 Identifikasi hambatan berkurang
menghadiri sesi  Kekhawatiran
kelompok tentang anggota
 Identifikasi aturan dan keluarga berkurang
norma yang perlu  Perilaku
dimodifikasi pada sesi mengabaikan
selanjutnya,jika perlu anggota keluarga
Terapeutik : berkurang
 Siapkan lingkungan  Kemampuan
terapeutik dan rileks memenuhi
 Bentuk kelompk dengan kebutuhan anggota
pengalaman dan masalah keluarga berkurang
yang sama  Perasaan tertekan
 Mulai sesi kelompok menurun
dengan mengenalkan  Perilaku agesi
semua anggota menurun
kelompok dan terapis  Perilaku menghasut
 Mulai dengan berkurang
percakapan  Perilaku menolak
ringan,berbagi informasi perawatan berkurang
 Bangun rasa tanggung  Perilaku
jawab dalam kelompok overprotektif
 Diskusikan penyelasaian berkurang
masalah dari kelompok  Toleransi meningkat
 Berikan kesempatan  Perilaku bertujuan
individu untuk berhenti meningkat
sejenak saat merasa  Perilaku sehat
distress akibat topic meningkat
tertentu sampai mampu
berpartisipasi kembali
 Berikan kesempatan
saling mendukung
dalam kelompok terkait
masalah dan
penyelesaian masalah
 Berikan kesempatan
kelompok
menyimpulkan
masalah,penyelesaian
masalah dan dukungan
yang diperlukan untuk
setiap anggota kelompok
 Sediakan media untuk
kebutuhan
berkomunikasi
Edukasi :
 Anjurkan anggota
kelompok
mendengarkan dan
memberi dukungan saat
mendiskusikan masalah
dan perasaan
 Anjurkan bersikap jujur
dalam menceritakan
perasaan dan masalah
 Anjurkan setiap anggota
kelompok
mengemukakan
ketidakpuasan,keluhan,k
ritik dalam kelompok
dengan cara santun
 Anjurkan kelompok
untuk menuntaskan
ketidakpuasan,keluhan,d
an kritik
 Ajarkan relaksasi pada
setiap sesi,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Penerbit Deepublish.
Novieastari,Enie dkk. 2020. Dasar-Dasar Keperawatan Edisi 9. Singapore : Elsevier.
Handayani,Samsriyaningsih dkk. 2020. Buku Ajar Aspek Sosial Kedokteran Edisi 2. Surabaya
: Airlangga University Press.
Efendi,Ferry dkk. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
B. Batticaca,Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Esti,Amira dkk. 2020. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Askep Stroke. Sumbar : Pustaka
Galeri
PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai