Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT TIDAK MENULAR (KECACINGAN, KOLIK, ALERGI)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Kesehatan Dan Gizi
Dosen Pengampu: Yuli Indarti, M. Kes

Disusun Oleh

Kelompok 04/AUD 1:

1. Ainul Fitria NIM : 201101050004


2. Maulana Muhammad Abdullah N.Y.A NIM : 201101050007
3. Salha Wafidah NIM : 201101050003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDI JEMBER
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
“Kesehatan dan Gizi” Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas
makalah dan kewajiban kami sebagai mahasiswa. Dalam tugas ini kami
membahas mengenai “Penyakit Tidak Menular (Kecacingan, Kolik, Alergi )”.
Sebagai hormat kami mengucapkan terima kasih yang sebesarnya-
besarnya kepada Ibu Yuli Indarti, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Kesehatan dan Gizi yang telah menuangkan ilmunya, dan kami mengucapkan
terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami sadari penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami
dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga semua tugas ini
bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Jember, 17 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

A.Pengertian Penyakit Tidak Menular.........................................................3

B. Penyakit Tidak Menular..........................................................................4

BAB III PENUTUP...........................................................................................9

A. Kesimpulan............................................................................................9

B. Saran........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit (disease) dapat diartikan sebagai ganguan fungsi suatu
organisme yang diakibatkan oleh infeksi atau pengaruh negatif dari
lingkungan. Karena itu penyakit bersifat obyektif. Penyakit Tidak
Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat ditularkan
sehingga dianggap tidak mengancam kondisi orang lain. Penyakit Tidak
Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat ditularkan atau
dari suatu individu ke individu lainnya. Dengan kata lain, penyakit
tersebut tidak membahayakan orang lain.
PTM merupakan beban kesehatan utama di negara-negara
berkembang dan negara industri. Penyakit tidak menular disebabkan oleh
adanya interaksi antara agent (Non living agent) dengan host yang dalam
hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi, dan lain-lain) serta
lingkungan sekitar (source and vehicle of agent). Diantaranya yaitu
Kecacingan, Kolik, dan Alergi.1
Penyakit cacingan atau kecacingan masih menjadi masalah yang
cukup serius di Indonesia. Penyakit cacingan sering dianggap sebagai
penyakit yang sepele oleh sebagian besar kalangan masyarakat. Pada hal
penyakit ini dapat menurunkan tingkat kesehatan anak mis., anemia,
gangguan tumbuh kembang, gangguan perkembangan kognitif, malas
beraktivitas serta berat badan rendah. Untuk kasus infeksi berat dapat
berakibat fatal. Kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, salah
satunya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau
melalui tanah.
Selain penyakit cacingan, penyakit kolik dan alergi juga
merupakan penyakit tidak menular namun anak yang terjangkit penyakit

1
Putri Septyarini, “Survei Beberapa Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Di Kabupaten
Rembang (Studi Pada Sukarelawan)”, Jurnal Kesehatan Masyarakat 3, No.1, 2015, 181.
1
ini masih cukup banyak terjadi di Indonesia, karena tingkat kebersihan
yag ada pada masyarakat masih kurang dan pengetahuan tentang
pentingnya Kesehatan juga masih sangat minim sekali. Sehingga perlu
adanya sosialisasi secara bertahap untuk memberikan edukasi Kesehatan
kepada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas pemakalah mengangkat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud penyakit yang tidak menular?
2. Apa saja jenis-jenis penyakit tidak menular?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas pemakalah menyimpulkan
tujuan sebagaik berikut :
1. Untuk mendeskripsikan pengertian tentang penyakit tidak menular
2. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis penyakit tidak menular

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak
dapat ditularkan atau dari suatu individu ke individu lainnya. Dengan
kata lain, penyakit tersebut tidak membahayakan orang lain Penyakit
tidak menular umumnya disebabkan oleh faktor keturunan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Sesorang yang dekat atau bersentuhan dengan
penderita tetap tidak akan tertular penyakit tersebut.
Penyakit tidak menular dijabarkan sebagai penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya organ manusia ataupun penyakit yang
termasuk dalam kategori penyakit degenerarif (faktor usia). Penyakit
tidak menular umumnya diderita oleh seseorang yang tidak menjga pola
kesehatan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang
yang mengalami sakit tidak menular .
Istilah Penyakit Tidak Menular memiliki kesamaan arti dengan :
1. Penyakit Kronik
Penyakit kronik juga merujuk pada PTM mengingat kasus PTM
yang umumnya bersifat kronik/menahun/lama. Akan tetapi, beberapa
PTM juga bersifat mendadak atau akut, misalnya keracunan.
2. Penyakit Non–Infeksi
Sebutan penyakit non-infeksi digunakan mengingat PTM
umumnya tidak disebabkan oleh mikro-organisme. Meskipun
demikian, mikro-organisme juga merupakan salah satu penyebab
PTM.
3. New Communicable Disease
Hal ini dikarenakan anggapan bahwa PTM dapat menular melalui
gaya hidup (Life Style). Gaya hidup saat ini bisa dikatakan sebagai
penyebab penularan berbagai penyakit, beberapa contoh di antaranya

3
yaitu pola makan, Lingkungang yang kumuh, Pemahaman tentang
Kesehatan yang kurang.
B. Jenis Penyakit Tidak Menular Pada Anak
1. Kecacingan
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang
ditularkan melalui tanah dan disebabkan oleh parasit cacing, dengan
dampak mengganggu perkembangan fisik, kecerdasan, mental,
prestasi, dan menurunkan ketahanan tubuh (Soedarto, 2009).
Kecacingan merupakan salah satu mikroorganisme penyebab
penyakit dari kelompok helminth (cacing), membesar dan hidup
dalam usus halus manusia, cacing ini terutama tumbuh dan
berkembang pada penduduk di daerah yang beriklim panas dan
lembab dengan sanitasi yang buruk, terutama pada anak-anak.
Cacing-cacing tersebut adalah cacing gelang, cacing cambuk, cacing
tambang dan cacing pita Orang yang cacingan adalah apabila di
dalam perutnya terdapat cacing. Seseorang diketahui ada cacing di
dalam perutnya apabila keluar cacing dari mulut, hidung, saat buang
air besar, atau bila dalam pemeriksaan terdapat telur cacing, maka
orang tersebut cacingan.
a) Beberapa gejala-gejala cacingan sebagai berikut :
1) Perut buncit.
2) Badan kurus.
3) Rambut seperti rambut jagung.
4) Lemas, cepat lelah, pucat, dan mata belekan.
b) Bahaya yang ditimbulkan pada anak yang mengalami
cacingan, sebagai berikut :
1) Kurang gizi (kurus).
2) Kurang darah (anemia).
3) Pertumbuhan terganggu, biasanya lebih pendek.
4) Daya tahan tubuh rendah sehingga sering sakit, lemah dan
sering menjadi letih sehingga menyebabkan malas belajar
4
dan sering absen atau tidak masuk sekolah dan
mengakibatkan nilai pelajaran turun atau rendah.
c) Penularan kecacingan Secara umum penularan kecacingan
dapat melalui dua cara yaitu :
1) Anak buang air besar sembarangan dengantinja yang
mengandung telur cacing dapat mencemari tanah. Telur
menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang
bermain. Dan ketika makan atau minum, telur cacing masuk
ke dalam mulut dan tertelan, kemudian orang akan cacingan
dan seterusnya terjadilah infestasi cacing.
2) Anak buang air besar sembarangan dengan tinja yang
mengandung telur cacing dapat mencemari tanah. Lalu
dikerumuni lalat, dan lalat tersebut hinggap di makanan atau
minuman. Makanan atau minuman yang mengandung telur
cacing masuk melalui mulut lalu tertelan dan selanjutnya
orang tersebut akan cacingan dan seterusnya terjadilah
infestasi cacing.
d) Siklus penyakit kecacingan Siklus masuknya penyakit
kecacingan ke dalam tubuh manusia melalui :
1) Telur yang infektif masuk melalui mulut, tertelan kemudian
masuk usus besar , beberapa lama hari kemudian menetas
jadi larva lalu menjadi dewasa dan berkembang biak.
2) Telur menetas ditanah lalu menjadi larva infektif kemudian
masuk melalui kulit kaki atau tangan menerobos masuk ke
pembuluh darah terus ke jantung berpindah paru-paru, lalu
terjerat di tenggorakan masuk kerongkongan lalu usus halus
kemudian menjadi dewasa dan berkembang biak.
e) Beberapa cara pencegahan kecacingan seperti berikut ini :
1) Gunakan air yang bersih, yaitu : a) Saat mengambil air
pakailah wadah yang bersih dari sumber sampai ke tempat
penyimpanan. b) Simpanlah air di tempat yang bersih dan
5
tertutup. c) Memasak atau merebus air sampai mendidih
terutama untuk air minum.
2) Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar.
3) Mencuci sayuran terutama yang akan di makan mentah
(lalapan).
4) Menutup makanan yang tersaji di rumah.
5) Menutup makanan jajanan di sekolah.
6) Minum obat cacing setahun 2 kali.
7) Buang air besar di jamban yang sehat.
8) Memakai alas kaki, terutama saat bermain atau keluar dari
rumah.
9) Memotong kuku dan membersihkannya secara rutin
seminggu sekali.
2. Colic
Colic abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya
hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen atau perut, yang disebabkan oleh infeksi didalam organ
perut. Banyak juga para ahli yang mendefenisikan Colic abdomen
sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan kram atau nyeri kolik
hebat yang mungkin disertai dengan mual muntah. Faktor penyebab
Colic abdomen adalah konstipasi yang tidak dapat terobati dan gejala
klinis Colic abdomen adalah kram pada abdomen distensi muntah dan
nyeri pada abdomen. Akhir-akhir ini peningkatan Colic abdomen
meningkat sangat pesat. Kejadian penyakit Colic Abdomen terjadi
karena pola hidup yang tidak sehat sehingga berdampak pada
kesehatan tubuh (Bare, 2011). Rasa nyeri pada perut yang sifatnya
hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat dalam
abdomen. Hal yang mendasari hal ini adalah infeksi pada organ
didalam perut (menceret, radang kandung empedu, radang kandung
kemih), sumbatan dari organ perut batu empedu, batu ginjal (Barbara,
6
2011). Kolik merupakan nyeri vasceralis akibat spasme otot polos
organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase organ
tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan
tekanan intralumen). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami
oleh jaringan dinding saluran. Karena kontarksi ini berjeda kolik
dirasakan hilang timbul fase awal gangguan perdarahan dinding usus
juga berupa nyeri kolik (Murnijal, 2015).
3. Alergi
Istilah reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya
reaksi yang melibatkan antibodi IgE (immunoglobulin E). IgE terikat
pada sel khusus, termasuk basofil yang berada di dalam sirkulasi
darah dan juga sel mast yang ditemukan di dalam jaringan. Jika
antibodi IgE yang terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan
antigen (dalam hal ini disebut alergen), maka sel-sel tersebut
didorong untuk melepaskan zat-zat atau mediator kimia yang dapat
merusak atau melukai jaringan di sekitarnya. Alergen bisa berupa
partikel debu, serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak
sebagai antigen yang merangsang terajdinya respon kekebalan.
Kadang istilah penyakit atopik digunakan untuk
menggambarkan sekumpulan penyakit keturunan yang berhubungan
dengan IgE, seperti rinitis alergika dan asma alergika. Penyakit atopik
ditandai dengan kecenderungan untuk menghasilkan antibodi IgE
terhadap inhalan (benda-benda yang terhirup, seperti serbuk bunga,
bulu binatang dan partikel-partikel debu) yang tidak berbahaya bagi
tubuh. Eksim (dermatitis atopik) juga merupakan suatu penyakit
atopik meskipun sampai saat ini peran IgE dalam penyakit ini masih
belum diketahui atau tidak begitu jelas. Meskipun demikian,
seseorang yang menderita penyakit atopik tidak memiliki resiko
membentuk antibodi IgE terhadap alergen yang disuntikkan
(misalnya obat atau racun serangga Definisi Reaksi Alergi (Reaksi
Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang
7
terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka.
Mekanisme dimana sistem kekebalan melindungi tubuh dan
mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa melukai tubuh adalah
sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan
sel-sel lainnya yang merupakan komponen dalam system imun yang
berfungsi sebagai pelindung yang normal pada sistem kekebalan. .
Reaksi ini terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV)
berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi
hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi segera atau
anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi
dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I
ditengahi oleh IgE yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil.
Hipersensitivitas tipe II muncul ketika antibodi melilit pada
antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini
juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi
IgG dan IgM.
Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan
antibodi IgG dan IgM) ditemukan pada berbagai jaringan yang
menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.
hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular)
biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk
berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan
penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact dermatitis

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang tidak dapat
ditularkan oleh penderita, akan tetapi penyakit tidak menular juga salah
satu penyakit yang disebut dengan penyakit jangka Panjang cenderung
tidak bisa langsung diketahui, melainkan perkembangan penyakit ini
perlahan-lana, maka dari hal inilah penyakit tidak menular harus di
antisipasi dengan upaya pencegahan sejak dini.
B. Saran
Pemakalah menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, kami harap kritikan dan saran guna untuk lebih baik dalam
penulisan makalah kedepannya, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pemakalah khususnya dan pembaca pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Euis Karlinawati.” Pengaruh Distraksi Dengan Spiritual Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Pada Pasien Colic Abdomen Di Instalasi Gawat Darurat Rs
Pasar Rebo Jakarta Tahun 2013”. Skripsi Prodi Ilmu Keperawatan.
Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2013.
Paradipta Putri. “Hubungan Kejadian Kecacingan Terhadap Anemia Dan
Kemampuan Kognitif Pada Anak Sekolah Dasar Di Kelurahan Bandarharjo,
Semarang”. Journal Of Nutrition College. 8. no.02. 2019.
Putri Septyarini. “Survei Beberapa Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular Di
Kabupaten Rembang (Studi Pada Sukarelawan)”. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 3. no. 01. 2015.
Revian Alma Purba. “Penerapan Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Nyeri Pada
Pasien Kolik Abdomen Dan Dispepsia Di RSUD Jend. Ahmad Yani Kota
Metro”. Jurnal Cendikia Muda. 2. no.4. 2022.
Sandy S, Sumarni S, Soeyoko. Analisis Model Faktor Risiko yang
Memperngaruhi Infeksi Kecacingan yang Ditularkan melalui Tanah pada
Siswa Sekolah Dasar di Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua. Media
LitbangkesL. 2015;

10
11

Anda mungkin juga menyukai