Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Gangguan Sistem Perkemihan "

Inkontinensia Urin " dengan Intervensi Tehnik Relaksasi Pernafasan

dan Terapi Prilaku di Era Pademi Covid 19.

PEMBIMBING :
Ns. Lilik Pranata, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :
Iluh Juliani
1935013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTASILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat

menyelesaikan laporan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem perkemihan

( inkontinensia uri )

Dalam penulisan laporan pendahuluan ini, peneliti banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak, terutama kepada orangtua saya tercinta dan bapak Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,

M.Kes

selaku dosen pembimbing untuk stase keperawatan Gerontik.

Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan yang dikerjakan ini masih jauh dari kata

sempurna dan terdapat banyak kekuragan maupun kesalahan, baik dari segi isi, tata bahasa,

maupun cara penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk

perbaikan dan penyempurnaan laporan pendahuluan resume ini.

Peneliti berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat memberikan pengetahuan dalam ilmu pendidikan dan kesehatan khususnya di Fakultas

Ilmu

Kesehatan Universeitas Katolik Musi Charitas Palembang.

Palembang, ..., Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI :

Kata Pengantar ..................................................................................................... II


Daftar Isi............................................................................................................... II
BAB 1 .................................................................................................................. 1

1. Latar Belakang ...............................................................................................1


2. Tujuan ..............................................................................................................3
3. Manfaat ............................................................................................................ 3
BAB II................................................................................................................... 5

1. Konsep Lansia .............................................................................................. 5

2. Korelasi Lansia Dengan penyakit COVID 19.............................................. 6

3. Konsep Inkontinensia Uri............................................................................. 8

4. Konsep asuhan keperawatan….................................................................... 12

BAB III............................................................................................................... 16

1. Kesimpulan................................................................................................... 16

2. Saran ............................................................................................................ 16 Daftar

Pustaka..................................................................................................... 17 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan

sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,

termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus

dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara

produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam

pembangunan. seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual.

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari

gejala ringan sampai berat. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis

baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala

umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,

batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang

14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom

pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang

dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami

kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua

paru.

Faktor usia akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang. Semakin

bertambah usia, maka daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun. Hal inilah

yang mendasari penyakit dengan mudah menyerang orang dengan usia lanjutatau lansia

pada saat ini. Seiring bertambahnya usia apalagi memasuki usia senja maka tingkat

kekebalan tubuh juga akan menurun. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah sel darah

putih yang berfungsi untuk membantu menghilangkan infeksi dapat menurun. Sel-sel

juga menjadi kurang dalam mengidentifikasi dan melawan patogen baru dalam tubuh.

Jika kita kekurangan sel darah putih maka kekuatan tubuh untuk melawan penyakit

makin melemah.
Seiring dengan sistem kekebalan yang sudah melemah, penyakit-penyakit

mendasar ini dapat membuat tubuh lebih sulit untuk menangkal infeksi. Inkontinensia uri

merupakan penyakit yang banyak di alami oleh lansia pada umumnya. Inkontinensia urin

adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup, sehingga

berakibat timbulnya masalah gangguan kesehatan, sosial, psikologi, fisik dan seksual.

Inkontinensia urin merupakan keluhan utama yang seringkali kita temukan pada orang

usia lanjut. Dengan makin bertambahnya populasi usia lanjut, maka keluhan inipun akan

makin sering kita temukan. Sebagaimana dengan keluhan pada penyakit secara umum,

adalah sangat penting untuk mencari penyebabnya. Seringkali penderita inkontinnsia urin

menarikTdiri dari aktivitas sosial, pekerjaan atau aktivitas fisik yang berdampak terhadap

kualitas hidup usia lanjut. Selain dari itu inkontinensia secara tidak langsung dapat

menyebabkan dekubitus, infeksi saluran kemih berulang dan jatuh, dengan segala

akibatnya yang tentunya akan menyebabkan biaya perawatan yang tinggi.

Inkontinensia pada usia lanjut ini tidak hanya sebagai akibat dari gangguan

persarafan yang mengatur saluran kemih bawah seperti antara lain penyakit-penvakit

sistem saraf pusat (CVA, spondilo dan myelopati) serta penvakit saraf perifer atau

diabetes militus, tetapi dapat pula disebabkan oleh adanya ptosis dari dinding retrivesikal

dari leher dari buli – buli oleh karena kelemahan otot - otot dasar pada wanita ataupun

adanyang pembesaran prostat pada pria serta terjadinya beberapa perubahan fisiologis

kandug kemih oleh karena proses penuaan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana asuahan keperawatan gerontik yang akan

di laksanakan pada lansia yang di asuh

2. Tujuan Khusus

a. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan gerontik

b. Bagaimana menetapkan diagnosa keperawatan gerontik

c. Bagaimana menetapkan perencanaan keperawatan gerontik

d. Bagaimana melaksanakan perawatan kesehatan gerontik

e. Bagaimana melaksanakan evaluasi perawatan gerontik

B. Manfaat penulisan

1. Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat dijadikan referensi dan ilmu mengenai terapi mandiri atau nonfarmakologis

yang mampu dilakukan untuk lansia dengan gangguan inkontinensia

2. Bagi Lansia

Dapat membantu lansia mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami sehingga

diharapkan lansia dapat sehat dan sejahtera dimasa tua.


BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Dasar Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik,

kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek

kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu

mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama

mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga

dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.

seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan

seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta

peningkatan kepekaan secara individual.

2. Karakteristik lansia :

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang

Kesehatan)

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan

a. Hereditas atau ketuaan genetic

b. Nutrisi atau makanan

c. Status kesehatan

d. Pengalamn hidup

e. Lingkungan

f. Stress

B. Korelasi Lansia Dengan penyakit COVID 19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai

dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah

penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan

akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan

masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat

menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan

kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus

adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil

rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.


Faktor usia akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang. Semakin

bertambah usia, maka daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun. Hal inilah

yang mendasari penyakit dengan mudah menyerang orang dengan usia lanjutatau

lansia pada saat ini.

Seiring bertambahnya usia apalagi memasuki usia senja maka tingkat

kekebalan tubuh juga akan menurun. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah sel

darah putih yang berfungsi untuk membantu menghilangkan infeksi dapat menurun.

Sel-sel juga menjadi kurang dalam mengidentifikasi dan melawan patogen baru

dalam tubuh. Jika kita kekurangan sel darah putih maka kekuatan tubuh untuk

melawan penyakit makin melemah.

Seiring dengan sistem kekebalan yang sudah melemah, penyakit-penyakit

mendasar ini dapat membuat tubuh lebih sulit untuk menangkal infeksi. Inkontinensia

uri merupakan penyakit yang banyak di alami oleh lansia pada umumnya.

Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi

yang cukup, sehingga berakibat timbulnya masalah gangguan kesehatan, sosial,

psikologi, fisik dan seksual. Inkontinensia urin merupakan keluhan utama yang

seringkali kita temukan pada orang usia lanjut. Dengan makin bertambahnya populasi

usia lanjut, maka keluhan inipun akan makin sering kita temukan. Sebagaimana

dengan keluhan pada penyakit secara umum, adalah sangat penting untuk mencari

penyebabnya. Seringkali penderita inkontinnsia urin menarik diri dari aktivitas sosial,

pekerjaan atau aktivitas fisik yang berdampak terhadap kualitas hidup usia lanjut.
Selain dari itu inkontinensia secara tidak langsung dapat menyebabkan dekubitus,

infeksi saluran kemih berulang dan jatuh, dengan segala akibatnya yang tentunya

akan menyebabkan biaya perawatan yang tinggi.

C. Konsep Inkontinensia Uri

1. Pengertian inkontinensia uri

Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak

terkendali atau terjadi di luar keinginan. Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan

menahan air kencing. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah

melahirkan daripada yang belum pernah melahirkan. Inkontinensia urin adalah

pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga

mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial Inkontinensia urine adalah

pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak.Sehingga

dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.

2. Klasifikasi

a. Inkontinensia Urgensi

adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada

peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang

berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.

b. Inkontinensia Tekanan

adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang

meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan
mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia

urine.

c. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia ) terjadi jika retensi

menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini

pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.

3. Etiologi

melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan

mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat

menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding

kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah

menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain

terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi

urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet.

4. Epidemiologi

Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15–30% usia lanjut

di masyarakat dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami

inkontinensia urin, dan kemungkinan bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30%

saat berumur 65-74 tahun.

5. Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain fungsi sfingter

yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. Bisa juga

disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran kencing. Fungsi otak besar yang

terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran

urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai

kapasitas berlebihan. Inkontinensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor

pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila

jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi.

6. Manifestasi klinik

a. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya. Gejala-gejala ini

sangat spesifik untuk inkontinensia stres.

b. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran seringnya

terburu-buru untuk berkemih.

c. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma

(termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes terus- menerus),

penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya

diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari.

7. Terapi

a. erapi non farmakologi

Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya


inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula

darah tinggi, dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :

1) Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik

relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat

menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih

pada interval waktu tertentu, mulamula setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap

sampai lansia ingin berkemih setiap 2-3 jam.

2) Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia.

3) Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara

berulang-ulang.

b. Terapi farmakologi

1) Obat - obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti

Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine.

2) Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk

meningkatkan retensi urethra.

3) Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis

seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
D. Konsep asuhan keperawatan pada paien lansia dengan gangguan inkontinensia urin

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi

pada lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi

tidak menutup kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan

saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang

mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan

cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan

berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa

ingin berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi

ketidakmampuan.

2) Riwayat Kesehatan Klien

Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa

sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah

terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran

kemih dan apakah dirawat dirumah sakit.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit

serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau

keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan

karena respon dari terjadinya inkontinensia.

a) Inspeksi: Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah

perineal. Adanya benjolan atau tumor spinal cord Adanya obesitas

atau kurang gerak.

b) Palpasi: Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan Teraba

benjolan tumor daerah spinal cord

c) Perkusi: Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih

2. Diagnisa keperawatan

a. Inkontinensia uri fungsional berhubungan dengan kelemahan struktur panggul

b. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan

c. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan gejela terkait penyakit


No Diagnosa SLKI SIKI
1 Inkontinensia uri fungsional Kontinensia urin Latihan kebiasaan berkemih :
berhubungan dengan kelemahan Setelah di berikan intervensi kontinensia uri
1. Simpan catatan spesifikasi penahan selama 3 hari
struktur panggul klien dapat melakukan : untuk membentuk pola pengosongan kandung
1. Mengenali keinginan untuk berkemih kemih
2. Menjaga pola berkemih yang teratur 2. Tetapkan interval jadwal toilet awal
3. Respon berkemih sudah tepat waktu 3. Tetapkan interval toileting dan sebaiknya tidak
4. Berkemih pada tempat yang tepat kurang dari 2 jam
4. Gunakan kekuatan sugesti
5. Diskusikan pencatatan harian mengenai
inkontinensia terhadap pasien
6. Libatkan kluarga dalampendampingan pasien
2 gangguan rasa nyaman Setelah di berikan intervensi status kenyaman Pengurangan kecemasan
berhubungan dengan gejela terkait (fisik) klien dapat melakukan : 1. Gunakan pendektan yang tenang dan
penyakit 1. Kontrol terhadap gejala menyakinkan
2. Relaksasi otot 2. Jelskan semua prosedur termasuk sensasi yang
3. Intake cairan akan diarakan
3. Doron klarga untuk sealu mendampingi
klien
BAB III

A. Kesimpulan

Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang

tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Inkontinensia urin dapat disebabkan

oleh cerebral clouding, infeksi, gangguan jalur dari saraf pusat (lesi korteks), lesi

neuron atas, lesi motor neuron bawah, dan kerusakan jaringan.

Inkontinensia urin dapat ditangani dengan beberapa cara, diantaranya

adalah: katerisasi, medkasi, pengaturan diet, terapi prilaku, dan latihan otot

panggul.

B. Saran

Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan

tindakan perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada

pembentukan tingkat kenyamanan klien, manajemen rasa tidak nyaman dan

keamanan. Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis dan emosional

yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus

mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Deepublish.

Kholifah, S. N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Keperawatan Gerontik.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


Emelyani, Haris. 2019. Pengatuh Tehnik Relaksasi Pernapasan Terhadap Inkontinensia Urin

Pada Lanssia Usia Lanjut Di PSTW “MECI ANGI” BIMA. Poltekes Kemenkes

Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep

dan Aplikasi. Salemba Medika.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. CV Andi Offset.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI). (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI). (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI). (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Sutrisno, E. (2020, May). Cara Melindungi Lansia dari Virus Corona. Portal Informasi
Indonesia.

WHO. (2020). No Title. https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses

Anda mungkin juga menyukai