PEMBIMBING :
Ns. Lilik Pranata, S.Kep., M.Kes
Disusun Oleh :
Iluh Juliani
1935013
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat
menyelesaikan laporan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem perkemihan
( inkontinensia uri )
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini, peneliti banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak, terutama kepada orangtua saya tercinta dan bapak Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,
M.Kes
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan yang dikerjakan ini masih jauh dari kata
sempurna dan terdapat banyak kekuragan maupun kesalahan, baik dari segi isi, tata bahasa,
maupun cara penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
Peneliti berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat memberikan pengetahuan dalam ilmu pendidikan dan kesehatan khususnya di Fakultas
Ilmu
Penulis
DAFTAR ISI :
BAB III............................................................................................................... 16
1. Kesimpulan................................................................................................... 16
Pustaka..................................................................................................... 17 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,
termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus
dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan. seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual.
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala
umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang
14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua
paru.
Faktor usia akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang. Semakin
bertambah usia, maka daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun. Hal inilah
yang mendasari penyakit dengan mudah menyerang orang dengan usia lanjutatau lansia
pada saat ini. Seiring bertambahnya usia apalagi memasuki usia senja maka tingkat
kekebalan tubuh juga akan menurun. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah sel darah
putih yang berfungsi untuk membantu menghilangkan infeksi dapat menurun. Sel-sel
juga menjadi kurang dalam mengidentifikasi dan melawan patogen baru dalam tubuh.
Jika kita kekurangan sel darah putih maka kekuatan tubuh untuk melawan penyakit
makin melemah.
Seiring dengan sistem kekebalan yang sudah melemah, penyakit-penyakit
mendasar ini dapat membuat tubuh lebih sulit untuk menangkal infeksi. Inkontinensia uri
merupakan penyakit yang banyak di alami oleh lansia pada umumnya. Inkontinensia urin
adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup, sehingga
berakibat timbulnya masalah gangguan kesehatan, sosial, psikologi, fisik dan seksual.
Inkontinensia urin merupakan keluhan utama yang seringkali kita temukan pada orang
usia lanjut. Dengan makin bertambahnya populasi usia lanjut, maka keluhan inipun akan
makin sering kita temukan. Sebagaimana dengan keluhan pada penyakit secara umum,
adalah sangat penting untuk mencari penyebabnya. Seringkali penderita inkontinnsia urin
menarikTdiri dari aktivitas sosial, pekerjaan atau aktivitas fisik yang berdampak terhadap
kualitas hidup usia lanjut. Selain dari itu inkontinensia secara tidak langsung dapat
menyebabkan dekubitus, infeksi saluran kemih berulang dan jatuh, dengan segala
Inkontinensia pada usia lanjut ini tidak hanya sebagai akibat dari gangguan
persarafan yang mengatur saluran kemih bawah seperti antara lain penyakit-penvakit
sistem saraf pusat (CVA, spondilo dan myelopati) serta penvakit saraf perifer atau
diabetes militus, tetapi dapat pula disebabkan oleh adanya ptosis dari dinding retrivesikal
dari leher dari buli – buli oleh karena kelemahan otot - otot dasar pada wanita ataupun
adanyang pembesaran prostat pada pria serta terjadinya beberapa perubahan fisiologis
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana asuahan keperawatan gerontik yang akan
2. Tujuan Khusus
B. Manfaat penulisan
Dapat dijadikan referensi dan ilmu mengenai terapi mandiri atau nonfarmakologis
2. Bagi Lansia
KONSEP TEORI
1. Pengertian Lansia
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
2. Karakteristik lansia :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
c. Status kesehatan
d. Pengalamn hidup
e. Lingkungan
f. Stress
dari gejala ringan sampai berat. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan
akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan
masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat
kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
bertambah usia, maka daya tahan tubuh seseorang akan semakin menurun. Hal inilah
yang mendasari penyakit dengan mudah menyerang orang dengan usia lanjutatau
kekebalan tubuh juga akan menurun. Pada orang dewasa yang lebih tua, jumlah sel
darah putih yang berfungsi untuk membantu menghilangkan infeksi dapat menurun.
Sel-sel juga menjadi kurang dalam mengidentifikasi dan melawan patogen baru
dalam tubuh. Jika kita kekurangan sel darah putih maka kekuatan tubuh untuk
mendasar ini dapat membuat tubuh lebih sulit untuk menangkal infeksi. Inkontinensia
uri merupakan penyakit yang banyak di alami oleh lansia pada umumnya.
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi
psikologi, fisik dan seksual. Inkontinensia urin merupakan keluhan utama yang
seringkali kita temukan pada orang usia lanjut. Dengan makin bertambahnya populasi
usia lanjut, maka keluhan inipun akan makin sering kita temukan. Sebagaimana
dengan keluhan pada penyakit secara umum, adalah sangat penting untuk mencari
penyebabnya. Seringkali penderita inkontinnsia urin menarik diri dari aktivitas sosial,
pekerjaan atau aktivitas fisik yang berdampak terhadap kualitas hidup usia lanjut.
Selain dari itu inkontinensia secara tidak langsung dapat menyebabkan dekubitus,
infeksi saluran kemih berulang dan jatuh, dengan segala akibatnya yang tentunya
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak
menahan air kencing. Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah
pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga
pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak.Sehingga
2. Klasifikasi
a. Inkontinensia Urgensi
peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang
b. Inkontinensia Tekanan
meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan
mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia
urine.
c. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia ) terjadi jika retensi
menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini
pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.
3. Etiologi
mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat
menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding
kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah
menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain
terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi
4. Epidemiologi
di masyarakat dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami
5. Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain fungsi sfingter
yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. Bisa juga
disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran kencing. Fungsi otak besar yang
urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai
pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila
6. Manifestasi klinik
a. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya. Gejala-gejala ini
c. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma
penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya
7. Terapi
darah tinggi, dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :
1) Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik
relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat
menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih
pada interval waktu tertentu, mulamula setiap jam, selanjutnya diperpanjang secara bertahap
2) Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia.
3) Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara
berulang-ulang.
b. Terapi farmakologi
1) Obat - obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti
2) Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk
3) Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis
seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.
D. Konsep asuhan keperawatan pada paien lansia dengan gangguan inkontinensia urin
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
pada lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi
b. Riwayat Kesehatan
ketidakmampuan.
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2. Diagnisa keperawatan
A. Kesimpulan
tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Inkontinensia urin dapat disebabkan
oleh cerebral clouding, infeksi, gangguan jalur dari saraf pusat (lesi korteks), lesi
adalah: katerisasi, medkasi, pengaturan diet, terapi prilaku, dan latihan otot
panggul.
B. Saran
yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus
DAFTAR PUSTAKA
Pada Lanssia Usia Lanjut Di PSTW “MECI ANGI” BIMA. Poltekes Kemenkes
Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. CV Andi Offset.
Sutrisno, E. (2020, May). Cara Melindungi Lansia dari Virus Corona. Portal Informasi
Indonesia.