Anda di halaman 1dari 30

MODUL KEPERAWATAN GERONTOLOGI

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Keperawatan


Gerontologi
Dosen Pengampu: Dr. Uswatun Khasanah M.N.S

Disusun Oleh:

Kelompok 4B

11201040000084 Tazkia Zahra Adelina


11201040000085 Adistya Intan Savitri
11201040000086 Mita Lovi Maulidia
11201040000087 Nadila Ulfa Hidayah
11201040000088 Novita Sari
11201040000089 Renada Octora Tiras
11201040000090 Tia Aulia Rahmah
11201040000091 Yola Apriliana
11201040000092 Vera Dela Sri Rezki
11201040000093 Yenni Triana Ahmad

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
SEPTEMBER/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................................ 5
BAB II................................................................................................................................... 6
ISI ......................................................................................................................................... 6
A. Perawatan fisik lanjut usia .......................................................................................... 6
a) Kebutuhan Nutrisi: .................................................................................................. 6
b) Perawatan kulit dan membrane mukosa ................................................................. 17
c) Eliminasi ............................................................................................................... 25
BAB III ............................................................................................................................... 29
PENUTUP ........................................................................................................................... 29
A. Kesimpulan............................................................................................................... 29
B. Saran ........................................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 30

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dengan menyebut nama Allah SWT, kami mengucapkan puji syukur atas semua
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta
salam tidak lupa kami ucapkan kepada junjungan nabi besar kita, Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir kepada kita di hari akhir kelak. Pertama penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bu Uswatun Khasanah, selaku dosen pengampu untuk Modul
Keperawatan Gerontologi yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah
pengetahuan bagi para penyusun dan pembaca. Selain itu, penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah berkontribusi membantu dalam memberikan data-data atau
informasi yang mendukung isi makalah ini. Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca serta sebagai acuan untuk memperbaiki atau
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 29 September 2023

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti di dalam Undang-
Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup semakin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah.

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas
penyakitnya.

Lansia merupakan fase akhir kehidupan manusia, setiap insan yang berumur
pasti akan melewati fase ini. Semakin bertambahnya usia maka seluruh fungsi organ
telah mencapai puncak maksimal sehingga yang terjadi sekarang adalah penurunan
fungsi organ. Kurang nya gizi atau malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi
pada lansia. Hal ini terjadi karena tidak tercukupinya asupan energi dan protein

Faktor risiko terjadinya malnutrisi pada usia lanjut adalah selera makan rendah,
gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan fungsi pada indera penciuman dan pengecap,
pernapasan, saluran cerna, neurologi, infeksi, cacat fisik, dan penyakit lain seperti
kanker. Kurangnya pengetahuan mengenai asupan makanan yang baik bagi usia lanjut,
kesepian karena terpisah dari sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status
gizi usia lanjut.

4
B. Rumusan Masalah
1. Perawatan Fisik Pada Lansia
2. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
3. Perawatan Kulit Dan Membrane Mukosa
4. Eliminasi Pada Lansia

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Perawatan Fisik Pada Lansia
2. Untuk Mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
3. Untuk Mengetahui Perawatan Kulit Dan Membrane Mukosa
4. Untuk Mengetahui Eliminasi Pada Lansia

5
BAB II

ISI

A. Perawatan fisik lanjut usia

a) Kebutuhan Nutrisi:

1) Nutrisi dan lanjut usia


Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh, seperti di dalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang semakin membaik dan usia harapan hidup semakin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak di antara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian
nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau menjadi tua adalah
suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2006).

WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :


1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

6
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, Konsep Lanjut Usia dan Proses
Penuaan
3. Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.

Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan


dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah.
Permasalahan tersebut diantaranya, yaitu :

1. Masalah fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas
yang cukup berat, indera penglihatan yang mulai kabur, indra
pendengaran yang mulai berkurang, serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga sering sakit.
2. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun)
dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan emosional
adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga
tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain
itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.
4. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual
adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang
mulai menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota

7
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik


melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami
klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:
1. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
2. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau
sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini,
terutama yang berkaitan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatan.

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik


yang dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang dialaminya. selain itu, dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

Tujuan Gizi pada Lansia


1. Menjadikan lansia yang dapat terpenuhi akan kebutuhan gizinya
2. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial, dan psikologis lanjut
usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia
lanjut.
3. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
4. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.

8
Yang Perlu Diperhatikan pada Pemenuhan Gizi Lansia
1. Batasimakanan yang manis-manisataugula,makanan yang terlalu
pedas.
2. Batasiminum kopi atauteh,kurangani konsumsi makanan yang terlalu
asin.
3. Makananmengandungzatbesiseperti :kacang-kacangan, hati, telur,
dagingrendahlemak, bayam, dansayuranhijau.
4. Lebihdianjurkanuntukmengolahmakanandengancaradikukus, direbus,
ataudipanggangkurangimakanan yang digoreng.

2) Intake kalori, nutrient, air


Masalah gizi lansia berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas
biologis tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan
memperburuk kondisi lansia. Kebutuhan gizi lansia, sebagai berikut:
● Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan
metabolisme basal pada lansia menurun sekitar 15-20%, ini
disebabkan berkurangnya aktivitas dan massa otot. Bagi lansia
komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari
lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia
laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700
kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian
energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas,
demikian sebaliknya.

● Protein
Kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram
per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang, tetapi
ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan
harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi
penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
yang disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien.
Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya

9
konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk
orang dewasa. Sumber protein yang baik pangan hewani dan
kacang-kacangan.

● Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang
dari total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu
tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan
penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak
tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati
merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan
lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.

● Karbohidrat dan serat makanan


Sembelit merupakan salah satu masalah yang banyak
diderita lansia. Serat makanan telah terbukti dapat mengatasi
masalah tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah
sayuran, buah-buahan segar, dan biji-bijian utuh. Lansia tidak
dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat, yang dijual secara
komersial, karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak,
sehingga dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain yang
diperlukan terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh.
Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari
kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai sumber
energi dan sumber serat.

● Vitamin dan mineral


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia
kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat,
vitamin C, D, dan E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan
dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan
sayuran. Kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia

10
adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan
tulang dan kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia. Sayuran
dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral, dan serat.

● Air
Air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh
untuk mengganti yang hilang serta membantu pencernaan makanan
dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada
lansia dianjurkan minum lebih dari 6 - 8 gelas per hari. Pola makan
lansia disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dan
menu makanannya disesuaikan dengan ketersediaan dan kebiasaan
makan tiap daerah.

Sepuluh langkah agar dapat hidup lebih lama, sehat, dan berarti
untuk lansia yaitu:
▪ Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya.
Ciptakan suasana yang menyenangkan di meja makan sehingga dapat
menimbulkan selera makan
▪ Memperkuat daya tahan tubuh, dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi yang penting untuk kekebalan, seperti: biji-bijian
utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut;
▪ mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengkerut, dengan
makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun
kemampuan penyerapan kalsium menurun, vitamin D membantu
penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh makanan sumber vitamin D
adalah susu;
▪ Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur.
Untuk itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung
serat, seperti biji-bijian, jeruk,dan sayuran yang berdaun hijau tua;
▪ Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak dengan
makanan yang mengandung vitamin C, E dan B, dan antioksidan;
▪ Mengurangi risiko penyakit jantung dengan membatasi makanan
berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan natrium serta harus

11
banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat
yang larut, kalsium dan kalium;
▪ Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak
makan vitamin B6, B 12, dan asam folat
▪ mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik,
makan rendah lemak dan kaya akan karbohidrat kompleks;
▪ menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur, dengan cara
melakukan olah raga aerobic, berjalan, atau berenang. Olah raga
dilakukan menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran
setiap orang;
▪ tetaplah beraktifitas setiap hari.

3) Malnutrisi Pada Lanjut Usia


Lansia merupakan fase akhir kehidupan manusia, setiap insan yang
berumur pasti akan melewati fase ini. Semakin bertambahnya usia maka
seluruh fungsi organ telah mencapai puncak maksimal sehingga yang
terjadi sekarang adalah penurunan fungsi organ. Kurang nya gizi atau
malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia. Hal ini
terjadi karena tidak tercukupinya asupan energi dan protein.
Faktor risiko terjadinya malnutrisi pada usia lanjut adalah selera
makan rendah, gangguan gigi geligi, disfagia, gangguan fungsi pada indera
penciuman dan pengecap, pernapasan, saluran cerna, neurologi, infeksi,
cacat fisik, dan penyakit lain seperti kanker. Kurangnya pengetahuan
mengenai asupan makanan yang baik bagi usia lanjut, kesepian karena
terpisah dari sanak keluarga dan kemiskinan juga menentukan status gizi
usia lanjut. Adanya faktor psikologis seperti depresi, kecemasan, demensia
memiliki dampak dalam menentukan asupan makanan dan zat gizi usia
lanjut

12
4) Diagnosa umum terkait nutrisi pada lanjut usia
➢ Kurang Gizi (Malnutrisi)
Lansia cenderung mengalami status gizi kurang karena
perubahan fisiologis terkait usia, perkembangan penyakit kronis,
penggunaan obat, dan penurunan mobilitas. Kurang gizi pada lansia
berdampak pada kemunduran kesehatan yang semakin cepat. Status
gizi kurang akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh
sehingga rentan terkena penyakit. Pemilihan makanan yang kurang
baik serta daya serap saluran cerna dapat memicu terjadinya
kekurangan gizi. Status gizi dihitung melalui angka indeks massa
tubuh (IMT). IMT dihitung dari berat badan (kg) dibagi tinggi badan
(cm) yang dikuadratkan/pangkat 2.

➢ Obesitas
Penuaan menyebabkan penyusutan massa otot sehingga
massa lemak meningkat. Selain itu, berkurangnya aktivitas fisik
juga dapat menjadi pemicu terjadinya obesitas. Obesitas dapat
mengganggu fungsi tubuh, meningkatkan tekanan paru, dan memicu
timbulnya penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi,
gangguan kadar lemak dalam darah, jantung, dan peradangan sendi.

➢ Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi. Terjadinya
obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi. Kontrol yang baik
terhadap tekanan darah merupakan cara yang baik untuk
menurunkan kejadian penyakit jantung. Tekanan darah sistolik
cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya usia seseorang.
Oleh karena itu, kejadian hipertensi meningkat pada usia lanjut.
Tekanan darah sistolik meningkat hingga usia 70 – 80 tahun
sedangkan tekanan darah diastolik meningkat hingga usia 50 – 60
tahun. Hipertensi dapat muncul tanpa gejala namun terkadang dapat
muncul sakit kepala yang parah, kelelahan terus menerus, kesulitan
bernafas, dan nyeri dada. Deteksi dini hipertensi dilakukan melalui
pemeriksaan tekanan darah.

13
➢ Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah tingginya kadar gula darah karena
kelainan pengeluaran insulin, kerja insulin, atau keduanya. Insulin
merupakan hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah
dalam tubuh. Penderita diabetes mellitus tidak mampu
menghasilkan atau merespon insulin. Risiko diabetes meningkat
sejalan dengan peningkatan usia. Kecurigaan adanya penyakit
diabetes melitus jika ditemukan keluhan sebagai berikut :
● Poliuria (sering buang air kecil)
● Polidipsia (sering minum)
● Polifagia (sering makan)
● Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
● Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria atau gatal pada alat kelamin wanita.
● Hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl

➢ Dislipidemia
Dislipidemia adalah gangguan kadar lemak dalam darah.
Gangguan tersebut dapat berupa:
● Peningkatan kadar total kolesterol (hiperkolesterolemia)
● Penurunan kolesterol baik/ High Density Lipoprotein (HDL)
● Peningkatan kolesterol jahat/ Low Density Lipoprotein (LDL)
● Peningkatan kadar trigliserida dalam darah (hipertrigliserida).
Kontrol terhadap dislipidemia akan mencegah atau
mengurangi kejadian penyakit kardiovaskuler. Dislipidemia dapat
disebabkan karena kurang aktivitas fisik, kelebihan asupan lemak
jenuh, kolesterol, dan lemak trans.

➢ Osteoporosis
Osteoporosis adalah sebuah penyakit tidak menular yang
ditandai penurunan massa dan densitas tulang (pengeroposan
tulang). Berkurangnya kekuatan tulang menyebabkan peningkatan
risiko patah tulang. Kejadian osteoporosis meningkat seiring :

14
● bertambahnya usia
● berkurangnya aktivitas fisik
● diet tidak seimbang
● pola hidup yang tidak sehat.
Wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami
osteoporosis. Pada saat menopause, produksi hormon estrogen
menurun sehingga siklus pembentukan tulang berubah dan terjadi
pengurangan jaringan pada tulang. Selain itu, kepadatan tulang
wanita lebih rendah dibanding pria.

➢ Asam Urat (Hiperurisemia)


Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat yang
mengakibatkan penumpukan kristal asam urat pada persendian.
Kejadian hiperurisemia lebih sering terjadi pada pria, dan pada
wanita kejadian meningkat setelah menopause.

➢ Konstipasi (Sembelit)
Sembelit merupakan gangguan yang terjadi jika pergerakan
usus berkurang dan berdampak pada susah buang air besar. Semakin
lama tinja tertahan dalam usus, konsistensinya semakin keras
sehingga susah dikeluarkan. Hal ini terjadi karena otot dinding
saluran cerna melemah akibat penuaan, aktivitas fisik berkurang,
dan kurangnya asupan air dan serat.

➢ Sarkopenia
Sarkopenia adalah kehilangan massa dan kekuatan otot yang
sering dialami oleh Lansia. Sarkopenia dapat menyebabkan
kehilangan fungsi tubuh, disabilitas, kelelahan, dan risiko jatuh.
Sarkopenia dapat disebabkan karena penurunan hormon, penurunan
saraf motorik, peningkatan peradangan, penurunan aktivitas, dan
ketidakcukupan gizi.

15
5) Intervensi khusus pada lanjut usia terkait nutrisi
Telah didokumentasikan dengan baik bahwa asupan protein dapat
mencegah hilangnya massa otot seiring bertambahnya usia .otein mungkin
merupakan perilaku yang dapat dimodifikasi untuk mencegah kehilangan
otot, kehilangan keseimbangan, dan jatuh.Selain itu, hidrasi membantu
mengatur tekanan darah dan membantu mencegah kelemahan dan
pusing.Memiliki masalah gigi termasuk penyakit periodontal, gusi
berdarah, atau mulut kering dapat mengurangi kemampuan lansia untuk
menelan atau memakan makanan tertentu, sehingga membatasi pilihan dan
konsumsi makanan mereka adalah cara untuk mencegah hal tersebut
terjadi.intervensi singkat mungkin mempunyai potensi besar untuk
meningkatkan kesadaran tentang malnutrisi, mengubah perilaku berisiko,
dan mengimbangi kemungkinan penurunan gizi pada populasi lansia.
Intervensi singkat tersebut misalnya, pencegahan jatuh, dan pengelolaan
penyakit secara mandiri).intervensi lainnya bisa dengan mengetahui
manfaat vitamin D untuk kekuatan kekuatan tulang, lalu obat-obatan yang
meningkatkan risiko jatuh, serta pentingnya aktivitas fisik pada lansia.

Rekomendasi gizi seimbang untuk lansia

➢ Jaga keseimbangan energi untuk mencapai dan menjaga Berat Badan


Normal.Pilih BM sumber protein seperti susu dan hasil olahannya yang
rendah lemak, daging has, unggas, telur, kacang-kacangan dan biji-
bijian.
➢ Batasi konsumsi gula (Karbohidrat sederhana termasuk tepung-
tepungan), garam dan lemak jenuh.Konsumsi gula, garam dan lemak
berlebihan dapat meningkatkan risiko Lansia untuk mengalami
hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterolemia, stroke, penyakit
jantung dan diabetes.
➢ Biasakan mengkonsumsi sumber kalsium dan vitamin D, seperti ikan,
susu untuk menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dan gigi. Sering
terpapar sinar matahari pagi juga dapat membantu pembentukan
vitamin D aktif dalam tubuh.

16
➢ Minum air putih sesuai kebutuhan. Anjuran konsumsi air untuk Lansia
adalah 1500-1600 ml (sekitar 6 gelas) per-harinya, atau 25-30
ml/kgBB/hari. Lebih sedikit dari anjuran minum untuk orang dewasa
yang sebanyak 8 gelas perhari.
➢ Tetap melakukan aktifitas fisik dan kurangi waktu untuk aktifitas
sedenter. Kekakuan otot sering terjadi pada Lansia karena
berkurangnya kemampauan otot untuk berkontraksi dan relaksasi.
Lansia dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik ringan seperti,
berjalan santai, bersepeda, berkebun, yoga atau senam Lansia. Selain
menjaga kelenturan otot, aktifitas fisik tersebut dapat membantu
menjaga kesehatan jantung dan kebugaran tubuh.

b) Perawatan kulit dan membrane mukosa

1) Masalah umum kulit pada lanjut usia : dermatitis, pruritus dan


decubitus ulcer
➢ Dermatitis
adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor endogen. Dermatitis tidak hanya
terjadi pada anak-anak dan dewasa tetapi juga dapat terjadi pada
lanjut usia. faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis
pada lanjut usia adalah Personal Hygiene, keadaan personal hygiene
yang kurang baik dapat memicu timbulnya penyakit, salah satunya
adalah dermatitis dikarenakan personal hygiene itu sendiri
merupakan upaya yang dilakukan individu dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan fisik dirinya. Keadaan personal hygiene
yang tidak baik akan menyebabkan integritas permukaan kulit yang
buruk, keringat dan minyak yang menumpuk, sel-sel kulit yang mati
dan bakteri mudah menempel sehingga beresiko timbulnya
dermatitis. Kebersihan kulit dan membrane mukosa sangatlah
penting karena kulit merupakan garis pertahanan tubuh yang
pertama dari kuman penyakit. Dalam menjalankan fungsinya, kulit
menerima berbagai rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk

17
utama kuman pathogen kedalam tubuh.Bila kulit bersih dan
terpelihara, kita dapat terhindar dari berbagai penyakit, gangguan
atau kelainan yang mungkin muncul. Selain itu kondisi kulit yang
bersih akan menciptakan perasaan segar dan nyaman.

➢ Pruritus
adalah gejala yang relatif umum yang dapat dialami
siapa pun kapan saja dalam hidup mereka, terutama pada
populasi lanjut usia. Pruritus pada lansia dapat didefinisikan
sebagai pruritus kronis idiopatik pada seseorang yang berusia
di atas 65 tahun. Pruritus dapat muncul dengan atau tanpa lesi
kulit. prevalensi pruritus pada pasien usia lanjut adalah 11-
78% Etiologi pruritus pada lansia tidak diketahui; Namun
banyak juga lansia yang mengeluhkan pruritus yang
disebabkan oleh berbagai penyebab spesifik tidak hanya dari
xerosis dan penyakit dermatologis tetapi juga dari beberapa
kelainan sistemik. Gatal kronis sangat memperburuk kualitas
hidup pasien lanjut usia. Pruritus kronis dapat berdampak
signifikan pada kualitas hidup. Pada kebanyakan orang lanjut
usia, pruritus bukan hanya masalah yang terjadi sesekali; hal
ini dapat menyebabkan efek yang melemahkan, seperti iritasi
dan gangguan tidur, yang dapat menyebabkan depresi klinis.
Faktanya, sebagian besar pasien dengan pruritus kronis dapat
menjadi sangat depresi sehingga mereka lebih memilih hidup
lebih pendek tanpa gejala daripada hidup lebih lama dengan
pruritus sehingga efek buruk dari pruritus kronis pada kualitas
hidup sebanding dengan nyeri kronis.

➢ Dekubitus
adalah Luka akibat penekanan Cedera pada kulit dan
jaringan di bawahnya akibat tekanan yang berkepanjangan

18
pada kulit. Orang yang paling berisiko adalah yang memiliki
kondisi membatasi kemampuan untuk berganti posisi. Ulkus
dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur tetapi hal ini
merupakan masalah khusus pada lanjut usia. Kehususannya
terletak pada insiden kejadiannya yang erat kaitannya dengan
imobilitas. Seseorang yang tidak immobilitas dapat berbaring
di tempat tidur sampai berminggu minggu tanpa terjadi
dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam
satu jam. Pergantian posisi ini, biarpun hanya bergeser di
tempat sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang
kontak dengan alas tempat tidur. lama. Sedangkan im-
mobilitas pasti menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama.
( Kris,2011)

Menurut Revis (2015), usia merupakan faktor intrinsik


penyebab dekubitus karena pada usia lanjut telah terjadi penurunan
elastisitas dan vaskularisasi sehingga meningkatkan resiko terjadi
luka tekan. Akibat proses penuaan umumnya lansia mengalami
kehilangan elastisitas otot, penurunan kadar serum albumin,
penurunan respon inflamatori, serta penurunan kohesi antara
epidermis dan dermis. Risiko tersebut semakin meningkat karena
pada lansia terjadi penurunan kemampuan fisiologis tubuh antara lain
berkurangnya toleransi terhadap tekanan dan gesekan, berkurangnya
jaringan lemak subkutan, berkurangnya jaringan kolagen dan elastin,
serta menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit. Kemampuan
lansia untuk merasakan sensasi nyeri akibat tekanan berkurang
sebagai dampak penurunan persepsi sensori. Penyakit primer maupun
sekunder yang mungkin dialami lansia akan meningkatkan risiko
kejadian dekubitus karena kondisi sakit menambah
ketidakmampuannya melakukan mobilisasi.Terjadinya ulkus
disebabkan gangguan aliran darah setempat, juga keadaan umum dari

19
penderita. Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai
jaringan bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang
akubat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus
sengingga menyebabkan gangguan sirkulasi darah setempat.

2) Perawatan kulit pada lanjut usia


Seiring bertambahnya usia, kulit akan mengalami banyak
perubahan akibat proses penuaan, seperti timbulnya kerutan atau keriput,
elastisitas kulit berkurang, hingga kulit jadi mudah kering dan kasar. Selain
itu, pertambahan usia juga turut membuat produksi kolagen pada kulit
menurun, sehingga menyebabkan kulit meregang dan kehilangan
kelenturannya. Guna menjaga kulit lansia agar tetap sehat dan terhindar dari
beragam gangguan kulit, ada beberapa cara merawat kulit lansia yang bisa
dilakukan, di antaranya:
➢ Gunakan pelembap secara rutin
Dibandingkan orang yang masih muda, para lansia lebih
berisiko mengalami kulit kering. Selain disebabkan oleh produksi
kolagen yang menurun, kulit kering juga disebabkan karena
berkurangnya kelenjar minyak atau sebum pada kulit akibat
penuaan para lansia dianjurkan untuk rutin menggunakan produk
pelembap pada wajah dan kulit di bagian tubuh lain, seperti dada,
perut, punggung, lengan, tangan, dan kaki.

➢ Pakai tabir surya


Mendapatkan paparan sinar matahari di jam-jam tertentu,
terutama saat berjemur di pagi hari memang penting untuk
kesehatan. Ini karena sinar matahari pagi bisa meningkatkan
produksi vitamin D yang baik untuk imunitas tubuh dan kesehatan
tulang. Namun, terlalu sering terpapar sinar matahari juga tidak
baik, karena bisa membahayakan kesehatan kulit lansia. Paparan
sinar matahari berlebihan tak hanya bisa menimbulkan flek hitam di
kulit dan memperparah keriput, tapi juga meningkatkan risiko

20
terjadinya kanker kulit. Karena itu dianjurkan selalu memakai tabir
surya agar terlindung bahaya sinar matahari.

➢ Konsumsi makanan bergizi setiap hari


Kesehatan kulit tak hanya penting untuk dijaga dari luar, tapi
dalam tubuh. Asupan nutrisi yang tercukupi juga akan berpengaruh
pada kesehatan kulit. Berbagai riset mengungkapkan bahwa
makanan yang mengandung aneka nutrisi, seperti protein,
antioksidan, lemak sehat, zinc, selenium, dan aneka vitamin,
termasuk seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan vitamin E,
berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit lansia.

➢ Hindari mandi dengan air panas dan sabun yang mengandung


pewangi
Kebiasaan sering mandi dengan air panas atau mandi terlalu
lama juga tidak baik karena bisa membuat kulit semakin kering.
Selain itu, sabun yang mengandung banyak zat iritatif, seperti
deterjen dan pewangi, juga bisa memperburuk kondisi kulit lansia
yang mudah mengalami kekeringan dan gatal-gatal. Maka dari itu,
para lansia dianjurkan untuk mandi menggunakan air dingin atau air
hangat saja, dan batasi waktu mandi hingga tidak lebih dari 10–15
menit. Selain itu, pilihlah produk sabun yang mengandung
pelembap alami dan tidak mengandung wewangian untuk
menurunkan risiko terjadinya iritasi kulit.

3) Perawatan membrane mukosa pada lanjut usia


Membran mukosa (selaput lendir) adalah jaringan lunak basah yang
melapisi bukaan tubuh, khususnya mulut, hidung, rektum dan vagina.
Nugroho, Wahyudi(2000) dalam Mujiadi&Siti Rachmah (2022)
➢ Perawatan Mukosa Oral pada Lansia
● Hygiene Mulut
Perawatan yang tepat, akan mencegah penyakit mulut dan
kerusakan gigi. Pasien di rumah sakit atau fasilitas jangka panjang

21
sering kali tidak menerima perawatan agresif yang mereka
butuhkan. Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari,
seperti sikat gigi, pembersihan karang gigi, dan lainnya.

● Diet
Untuk mencegah kerusakan gigi klien harus mengubah
kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama
makanan manis karena mengandung tepung, dan tepung ini akan
menempel pada permukaan gigi. Setelah memakan yang manis,
alangkah lebih baiknya pasien menggosok gigi dalam waktu 30
menit untuk mengurangi aksi plak.

● Sikat gigi
Sikat gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah
makan dan waktu tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang
efektif. Sikat gigi harus mempunyai pegangan yang lurus, dan
bulunya harus lembut dan kecil untuk menjangkau semua bagian
mulut. Sikat gigi harus diganti setiap 3 bulan.

● Flossing
Flossing gigi adalah membersihkan sela-sela gigi,
biasanya menggunakan benang yang steril/bersih, hal ini penting
untuk mengangkat plak dan tartar dengan efektif di antara gigi.

● Hygiene Mulut Khusus


Beberapa klien memerlukan metode hygiene mulut yang
khusus karena tingkat ketergantungan mereka pada perawat atau ada
kelainan mukosa mulut. Klien yang tidak sadar lebih rentan terkena
kekeringan sekresi air liur pada mukosa yang tebal karena mereka
tidak mampu untuk makan, atau minum, sering bernapas melalui
mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen.

22
➢ Perawatan Mukosa Vagina pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada vagina lansia wanita.
meliputi:
● Labia mengalami atrofi dan lebih datar pada wanita lansia
● Atrofi vulva terjadi akibat penurunan vaskularisasi, elastisitas,
jaringan adiposa, dan kadar estrogen. Karena lebih rentan,
vulva menjadi mudah teriritasi.
● Lingkungan vagina menjadi lebih kering dan lebih basa,
mengakibatkan perubahan jenis flora yang ada. Perubahan
tersebut berakibat perdarahan pervagina dan nyeri saat
bersenggama dan peningkatan resiko terjadinya infeksi
(vaginitis). Perawatan vagina pada lansia dapat mencegah
terjadinya Infeksi saluran kemih pada lansia, nyeri saat
bersenggama, dan gatal-gatal. Dalam hal ini perawat bisa
melakukan pengkajian dasar, seperti Pemeriksaan alat kelamin
meliputi pemeriksaan alat kelamin wanita bagian luar, liang
rahim dan leher rahim untuk melihat kelainan yang ada. Untuk
mengetahui ada/tidaknya infeksi pada vagina, sebelumnya
lakukan pemeriksaan vagina, sekresi, warna, kelembaban, dan
permukaan vagina.
● Atrofi vagina akan tampak warna pucat, mukosa kering, tampak
pipih/datar dan jaringan mudah rapuh.
● Pada lansia yang memasuki massa menopause, mengalami
kekeringan pada vagina yang mengakibatkan dyspareunia.
Penanganan yang dianjurkan adalah HRT (terapi penggantian
hormon) yang bersifat terapi lokal.

➢ Perawatan Membran Mukosa Mata pada Lansia


Personal Hygiene : Ketika mencuci wajah setiap pagi,
gunakan handuk bersih dan air untuk menyeka untuk mencegah
infeksi.
● Jangan menggunakan handuk umum atau tangan untuk
menggosok mata.
● Jangan menggunakan obat mata atau kacamata orang lain.

23
Daily Activities:
● Diet seimbang dengan vitamin A dan protein memadai.
● Jangan merokok.
● Istirahat yang cukup untuk merilekskan mata.
● Hati-hati ketika menggunakan semprotan. Jangan menyemprot
dekat mata dan tutup mata ketika menggunakan semprotan
rambut.
● Menonton TV di bawah pencahayaan yang baik. Jarak antara
mata dan layar TV setidaknya harus 6 kali layar diagonal
panjang. Pastikan pencahayaan cukup apabila menggunakan
komputer, istirahat sejenak setiap setengah jam untuk
merilekskan mata dengan melihat beberapa objek jauh.

➢ Perawatan Membrane Mukosa Rektum pada Lansia


Proses penuaan menyebabkan hilangnya elastisitas mukosa
abdomen dan berkurangnya tonus otot pada dinding perineum dan
sfingter ani sehingga dapat menyebabkan diare pada lansia. Hal
yang dapat perawat lakukan pada seorang lanjut usia adalah
membiasakan lanjut usia mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, tidak makan atau membeli makanan di sembarang tempat,
minum air yang sudah diolah terlebih dahulu, dan dijauhkan dari
lingkungan yang kotor atau tidak sehat, memilih makanan yang
mengandung gizi yang cukup dan makanan makanan yang
berkualitas yang menyehatkan. Diare umumnya ditularkan melalui
4F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya
pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah
: Penyiapan makanan yang higienis
● Penyediaan air minum yang bersih
● Kebersihan perorangan
● Cuci tangan sebelum makan
● Pemberian ASI eksklusif
● Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
● Tempat buang sampah yang memadai

24
● Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan dengan
menggunakan penutup makanan
● Lingkungan hidup yang sehat

c) Eliminasi

1) Masalah umum eliminasi pada lanjut usia: inkontinensia urin, diare


dan konstipasi

➢ Inkontinensia urin
Inkontinensia urin merupakan keluhan umum dan
menyusahkan pada lansia. Penyebabnya meliputi perubahan
struktural pada otot kandung kemih serta gangguan kontrol saraf dan
perubahan saluran kemih bagian bawah yang berkaitan dengan usia.
Inkontinensia juga bisa menjadi efek samping pengobatan.Di usia
tua, hampir sama banyaknya pria dan wanita yang terkena gejala
desakan buang air kecil (“kandung kemih terlalu aktif”, OAB).
Inkontinensia urgensi sangat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang (dan dapat mengakibatkan, misalnya, depresi, terjatuh,
komplikasi kulit, isolasi sosial, masuk rumah sakit, atau masuk ke
panti jompo) dan kematian.Kandung kemih yang terlalu aktif sering
terjadi pada orang lanjut usia dan ditandai dengan gejala urgensi
buang air kecil, pollakisuria, dan, jika buang air kecil tanpa
disengaja, juga inkontinensia desakan. Penyebab gangguan fungsi
kandung kemih tersebut antara lain kontraksi detrusor involunter
yang diperantarai oleh reseptor muskarinik, yang dapat dipastikan
secara urodinamik bahkan selama fase pengisian. Perubahan
struktural pada kandung kemih dengan hilangnya elastisitas detrusor
disebabkan oleh restrukturisasi kolagen .Otot detrusor mengalami
proses penuaan sendiri.

➢ Inkontinensia stres
Inkontinensia stres terjadi akibat mekanisme sfingter yang
tidak mencukupi pada saluran keluar kandung kemih. Diagnosis

25
ditegakkan dengan keluarnya urin yang tidak disengaja sebagai
akibat dari peningkatan pasif tekanan intravesika akibat rangsangan
fisik seperti batuk, bersin, atau derak otot perut tanpa adanya
kontraksi detrusor pada pengujian urodinamik.Dalam praktik klinis
sehari-hari, gejala inkontinensia desakan dan stres sering kali
diamati sebagai kombinasi—yang disebut inkontinensia campuran.

KonstipasiSalah satu masalah yang banyak diderita para


lansia adalah sembelit atau konstipasi (susah BAB). Konstipasi atau
sembelit sering dikeluhkan oleh usia lanjut, yang dapat disebabkan
karena usia lanjut kurang aktifitas, kurang masukan air (kurang dari
delapan gelas/1.600 cc per hari) serta diet kurang serat (kurang dari
20 gram serat per hari) cendrung mudah mengalami konstipasi
(Supartondo, dkk. 2000).Namun jika tidak diatasi, konstipasi dapat
menimbulkan situasi yang lebih serius seperti impaksi (feses
menjadi keras dan kering) dan obstruksi. Konstipasi kronis dapat
mengakibatkan divertikulosis, kanker kolon dan terjadinya
hemoroid (Sudoyo, dkk, 2006 dalam Mulyani 2012).

2) Perawatan berkaitan dengan eliminasi lanjut usia


● Dampak Penggunaan Pampers pada Lansia
Dampak Penggunaan pampers yang tidak baik akan
mengakibatkan pada tahap dini berupa kemerahan di kulit pada
daerah pampers yang sifatnya terbatas diseratai lecet- lecet
ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang berupa
kemerahan dengan lansia mampu menerapkan cara menggunakan
pampers dengan baik seperti jangka waktu penggunakaan pampers
dengan segera mengganti pampers setelah BAK dan BAB,
membersihkan dan merawat area genetalia. Jika penggunaan pampers
yang baik tentunya dapat menghasilkan integritas yang baik.

26
Menurut Diena (2009) pampers merupakan alat yang berupa
pampers sekali pakai berdaya serap tinggi yang terbuat dari plastik
dan campuran bahan kimia untuk menampung sisa-sisa
metabolisme seperti kencing atau feses. Menurut Nuryani (2008)
faktor yang mempengaruhi penggunaan pampers yang pertama adalah
faktor predisposisi dengan pengetahuan terhadap penggunaan
pampers pada lansia. Tingkat pendidikan dan pengetahuan serta
pengalaman sangat berpengaruh dalam hal penggunaan pampers pada
lansia, pekerjaan yang menyita waktu untuk memperlajari dalam
melakukan pelatihan toilet training menjadi alasan penggunaan
pampers pada lansia, masyarakat atau keluarga dengan tingkat
sosial ekonomi yang cukup baik akan lebih memilih menggunakan
pampers pada lansia karena kelebihan dari pampers adalah
kenyamanan, kepraktisan dan lain-lain. Faktor yang kedua adalah
faktor pendukung seperti banyaknya toko yang menjual pampers
dan banyak iklan yang menawarkan kelebihan dari pampers dengan
harga yang relatif murah. Faktor yang ketiga adalah faktor
pendorong dengan sikap seseorang menerima atau menolak sesuatu
yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek
tertentu yang berguna ataupun tidak bagi dirinya sendiri. Menurut
Pearce (2013) kulit merupakan organ paling luas yang berfungsi
sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya
matahari, mikroorganisme, dan menjaga keseimbangan tubuh dengan
lingkungan. Menurut Syaifudin (2011) Kulit mempunyai fungsi yaitu
lapisan epidermis merupakan lapisan pelindung dari kemasukan
bakteri, mencegah dehidrasi, lapisan yang paling bawah merupakan
lapisan lemak subkutan yang dapat menyimpan lemak dan lapisan
kulit atau dermis mempunyai banyak reseptor dengan
membolehkan kulit peka terhadap perubahan persekitaran. Reseptor
ini boleh mengesan berbagai rangsang seperti tekanan, suhu,
sentuhan dll.

27
Menggunakan pampers yang baik ini dikarenakan lansia
yang dapat menerapkan cara menggunakan pampers yang benar. Hal
terpenting dalam menggunakan pampers dengan cara sebelum
menggunakan pampers pastikan melipat pampers dengan benar,
lipatlah pampers secara memanjang dengan bagiannya menghadap ke
luar pastikan tidak menyentuh bagian dalam pampers agar tidak
terkontaminasi. Setelah dilipat posisikan pampers dari bagian depan
tubuh hingga pantat, dengan bagian tengah yang lebih kecil berada
di antara kaki, peganglah posisi pampers dengan baik saat
menyesuaikan posisi pampers pada tubuh, pastikan tidak
menyentuh bagian dalam pampers dan memastikan posisi
pampers nyaman bagi tubuh. Sebagian besar merk pampers dewasa
telah menyediakan empat pita perekat dalam kemasan yaitu
dua perekat di sisi bawah dan dua rekatkan di sisi atas. Ada
baiknya jika pita perekat ditempelkan agak serong keatas agar
pampers terasa nyaman dikenakan terutama dibagian kaki. Setelah
pampers dikenakan, buatlah penyesuaian yang diperlukan agar
merasa nyaman mengenakannya

● Hal yang harus diperhatikan bila terpasang kateter


1. Banyak minum, urin cukup sehingga tidak terjadi kotoran yang bisa
mengendap dalam kateter
2. Mengosongkan kantong penampung urine secara teratur
3. Tidak mengangkat penampung urine lebih tinggi dari tubuh
penderita agar urin mengalir kembali ke buli-buli tidak
4. Ganti kateter paling tidak 1 minggu sekali
5. Jangan melepaskan sambungan kateter,
6. Eratkan kantong kepada rangka tempat tidur bila pasien tidur
terlentang dan pada daerah di bawah dengkul bila pasien ambulasi
7. Kantong penampung tidak boleh diletakkan di atas lantai
8. Amati pipa melipat atau tidak atau bocor

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Banyak di antara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.

29
DAFTAR PUSTAKA

A. Goenarso, R. dkk. 2018. HUBUNGAN PENGGUNAAN PAMPERS DENGAN


INTEGRITAS KULIT PADA LANSIA DI RW 1 DAN 7 KELURAHAN BULAK
KECAMATAN BULAK SURABAYA. ADI HUSADA NURSING JOURNAL VOL.4
NO.1, Hal 37-41.
A. Sanjaya A. 2015. Gizi dan Gigi Lansia. Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 3 No. 2, Hal 123-129
Dieny, F. F. 2019. Buku_C1_Fillah. FD Modul Gizi dan Kesehatan Lansia.
Mujiadi&Siti Rachmah. 2022. BUKU AJAR KEPERAWATAN GERONTIK.
https://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/EBook/article/download/804/811/
diakses pada 26 Sept 2023 Pukul 21.30 WIB
National Library Of Medicine. (2020). Patofisiologi dan Pengobatan Pruritus pada Lansia.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7795219/ . Diakses pada 29 Sept 2023
Pukul 21.00 WIB
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Puspitasari, N. (2018). Hubungan Antara Faktor Resiko Dengan Kejadian Dekubitus Pada
Lansia Di Panti Werdha Dewanata Cilacap. Jurnal, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. https://repository.ump.ac.id/8230/1/Nanda%20Puspitasari%20COVER.pdf .
diakses pada 29 Sept 2023 Pukul 21.00 WIB
Siamsih, W. (2014). ERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA
LANSIA Di Dukuh Ngujung Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo Ponorogo (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Universitas, K., & Jakarta, M. (2016). SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA I
KECAMATAN CIPAYUNG TAHUN 2016.
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=1774&bid=3144. diakses pada
29 Sept 2023 Pukul 21.00 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai