Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN MOBILISASI ”

Disusun Oleh :
Kelompok III
1. Ghina Ashil Loqiana
2. Harles Trio Saputra
3. Milla Febriyanti
4. Monica Rahmatika RA
5. Rani Rahmadani

Dosen Pembimbing :
Yaslina, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Kom

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2022
Kata Pengantar

Puji syukur ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya yang senantiasa
tercurah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang
berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga kami ucapkan kepada junjungan kita Nabi
MuhammadSAW.

Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi
pembaca .

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami banyak menemui hambatan dan juga kesulitan
namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini.
Akhir kata, kami hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta
menjadi sesuatu yang berarti dari usaha saya selama ini.

Bukittinggi, 04 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................................1
A. Konsep Imobilitas Pada Lansia....................................................................................................1
a) Defenisi.......................................................................................................................................1
b) Faktor Penyebab Imobilisasi....................................................................................................1
c) Jenis-Jenis Mobilitas.................................................................................................................1
d) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi.....................................................................1
e) Manifestasi Klinis Imobilisasi..................................................................................................1
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Gangguan Mobilisasi..............................1
a) Pengkajian.................................................................................................................................1
b) Analisa Data..............................................................................................................................1
c) Diagnosis Keperawatan............................................................................................................1
d) Intervensi Keperawatan...........................................................................................................1
e) Implementasi.............................................................................................................................1
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................................................................1
A. Pengkajian.....................................................................................................................................1
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................................1
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................................................1
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................1
A. Kesimpulan....................................................................................................................................1
B. Saran..............................................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................1

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus,
serta berkesinambungan yang akan menyebabkan perubahan anatomis,fisiologi,dan biokimia pada
tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan ( Maryam,
dkk, 2008). Pada proses penuaan, individu akan mengalami banyak perubahan, baik secarafisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki
(Muhith, 2016).
Lanjut usia atau lansia merupakan individu yang berada dalam tahapan usia late adulthood atau
tahapan usia dewasa akhir, dengan kisaran usia dimulai dari 60 tahun keatas. Dimana pada usia
tersebut individu akan mengalami perubahan signifikan pada fungsi biologis maupun perilaku. Salah
satu perubahan fungsi biologis yang terjadi yaitu perubahan sistem muskuloskletal yang berhubungan
dengan mobilitas dan keamanan yang dapat mempengaruhi seluruh aktivitas seharihari (Widyanto,
2014).
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia seperti Immobility (kurang bergerak),
instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence, gangguan intelektual
atau demensia, gangguan panca indra, insomnia, depresi dan lain sebagainya (Siburian, 2013).
masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah masalah mobilisasi dan intoleran aktivitas.
Sebagian besar lansia mengalami imobilisasi dengan berbagai macam penyebab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep gangguan mobilisasi pada lansia ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gangguan mobilisasi pada lansia ?
3. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada lansia dengan kasus gangguan mobilisasi ?

C. Tujuan
Agar pembaca dan mahasiswa mengetahui sera memahami konsep gangguan mobilisasi pada
lansia dan konsep asuhan keperawatan gangguan mobilisasi pada lansia serta penerapan asuhan
keperawatan pada lansia.

3
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Imobilitas Pada Lansia


a) Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan bergerak seseorang secara bebas, mudah, dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat . mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian seseorang, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya
penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Ambarwati,
2016).
Sedangkan Imobilitas adalah keadaan seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas) seperti trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.

b) Faktor Penyebab Imobilisasi


Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi, yaitu :
1. Gangguan Muskoloskletal
 Osteoporosis
 Atrofi
 Kontraktur
 Kekauan sendi
2. Gangguan Kardiovaskuler
 Hipotensi postural
 Vasodilatasi vena
 Peningkatan penggunaan valsava maneuver
3. Gangguan Sistem Respirasi
 Penurunan gerak pernafasan
 Bertambahnya sekresi paru
 Atelektasis
 Pneumonia hipostasis (Nasrullah, 2016)

c) Jenis-Jenis Mobilitas
Jenis-jenis mobilisasi sebagai berikut :
1. Mobilitas Penuh
Kemampuan bergerak seseorang secara bebas dan penuh untuk dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Yang mana mobilitas ini

4
merupakan fungsi saraf ,motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas Sebagian
Kemampuan bergerak seseorang dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak
bebas karena dipengaruhi gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini seperti pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi, pasien
paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian terbagi menjadi dua
yaitu:
1) Mobilitas Sebagian Temporel
Kemampuan bergerak dengan batasan sementara yang dapat disebabkan
oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskletal, contohnya dislokasi
sendi dan tulang.
2) Mobilitas Sebagian Permanen
Kemampuan bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap yang
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadi
hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomiclitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

d) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi sebagai berikut :
1. Gaya Hidup
Dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup
berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses Penyakit/Cedera
Mobilitas dapat dipengaruhi oleh proses penyakit karena dapat mempengaruhi
fungsi sistem tubuh. Contohnya orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan
Contoh dari kebudayaan dapat mempengaruhi mobilitas adalah orang yang
memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,
sebaliknya orang yang mengalami gangguan mobilisasi karena adat tertentu dilarang
untuk beraktivitas.
4. Tingkat Energi
Energi merupakan sumber untuk melakukan mobilitas. Oleh karena itu agar
dapat melakukan mobilitas dengan baik,dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan

5
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda karena
kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
e) Manifestasi Klinis Imobilisasi
Menurut Nasrullah (2016), terjadinya imobilisasi dalam tubuh dapat berpengaruh pada
sistem tubuh, seperti :
1. Perubahan Metabolik
Sistem endokrin merupakan produksi hormon-sekresi kelenjer, membantu
mempertahankan dan mengatur fungsi vital seperti :
 Respon terhaap stress dan cedera
 Pertumbuhan dan perkembangan
 Reproduksi
 Homeostasis ion
 Metabolisme energi
Sistem endokrin juga berpengaruh dalam mempertahankan homeostasis ion.
Dimana sistem endokrin berperan dalam pengaturan lingkungan eksternal dengan
mempertahankan keseimbangan natrium, kalium, air, dan keseimbangan asam basa.
Sehingga sistem endokrin bekerja sebagai pengatur metabolisme energi.
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolik normal, antara lain laju metabolik,
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberadaan proses
infeksius pada klien imobilisasi mengalami peningkatan BMR diakibatkan karena
demam atau penyembuhan luka. Demam dan penyembuhan luka meningkatkan
kebutuhan oksigen seluler. Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Proses imobilitas dapat juga
menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen.

2. Perubahan Sistem Respirasi


Klien yang mengalami imobilisasi beresiko tinggi untuk terjadinya komplikasi
paru-paru. Komplikasi yang paling umum adalah atelektasis dan pneumonia
hipostatik.
Pada atelektasis, bronkiolus menjadi tertutup oleh adanya sekresi dan kolpas
alveolus sistal karena udara yang di absorbsi, sehingga menghasilkan hipoventilasi.
Bronkus utama atau beberapa bronkiolus kecil dapat terkena. Luasnya atelektasis
ditentukan oleh bagian yang tertutup.
Pneumonia hipostatik adalah peradangan paru-paru akibat statisnya sekresi.
Atelektasis dan pneumonia hipostatik, keduanya samasama menurunkan oksigenasi,
memperlambat penyembuhan dan menambah ketidaknyamanan klien.

6
3. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Ada 3 perubahan utama yang dapat terjadi pada klien imobilisasi terkait sistem
kardiovaskuler, yaitu :
1) Hipotensi ortostatik, adalah penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg dan
iastolik 10 mmHg ketika klien bangun dari dari posisi berbaring atau uduk
keposisi beriri. Pada klien imobilisasi, terjadi penurunan sirkulasi volume
cairan, pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, dan penurunan respon
otonom. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan penurunan alur balik vena,
diikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada penurunan tekanan
darah.
2) Peningkatan beban kerja jantung
3) Pembentukan thrombus

4. Perubahan Muskuloskletal
Pengaruh imobilisasi pada muskuloskletal meliputi gangguan imobilisasi
permanen. Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan
daya tahan, penurunan masa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas. Pengaruh lain dari
keterbatasan mobilisasi yang mempengaruhi sistem muskuloskletal adalah gangguan
metabolisme kalsium dan gangguan mobilitas sendi.

5. Perubahan Sistem Integumen


Perubahan sistem integumen yang terjadi seperti penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilisasi dan terjadinya iskemia, serta
anoksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah membelok dan kontriksi kuat pada
pembuluh darah akibat tekanan persisten pada kulit dan struktur dibawah kulit,
sehingga respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati.

6. Perubahan Eliminasi Urine


Saat lansia berada dalam posisi berbaring untuk waktu lama, gravitasi justru
akan menghambat proses tersebut. Akibatnya pengosongan urine akan terganggu dan
terjadilah statis urine dan meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu
ginjal. Batu ginjal dapat diakibatkan karena adanya gangguan metabolisme kalsium
dan akibat hiperkalsemia. Sejalan dengan masa imobilisasi yang berlanjut, asupan
cairan yang terbatas, dan penyebab lain, seperti demam akan meningkatkan risiko
dehidrasi. Akibatnya haluaran urine menurun sekitar pada hari kelima atau keenam.

7
Urine yang pekat dapat mengakibatkan risiko terjadi batu dan infeksi. Perawatan
perineal yang buruk setelah defekasi, terutama pada wanita, meningkatkan resiko
kontaminasi. Penyebab lain infeksi saluran perkemihan pada klien imobolisasi
adalah pemakaian urine menetap.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Gangguan Mobilisasi


a) Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis yang
bertujuan untuk menentukan kemampuan klien dalam menjaga diri sendiri, melengkapi data
dasar untuk membuat rencana keperawatan, dan memberi waktu kepada klien untuk
berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spritualdengan
mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
1. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji diantaranya yaitu usia (karena ada beberapa
penyebab gangguan mobilisasi adalah usia diatas 60 tahun) (Aspiani, 2014).

2. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya ditemukan adalah penyakit muskuloskletal seperti:
Rheumatoid Arthritis, Osteoarthritis, stroke, dan Osteoporosis. Osteoporosis adalah
klien mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, dan adanya keterbatasan gerak
yang menyebabkan gangguan mobilitas (Aspiani, 2014).

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pengkajian pasien saat ini dapat meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilisasi, biasanya seperti ada nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, tingkat imobilisasi, daerah terganggunya karena
imobilitas dan lama terjadinya gangguan mobilitas (Nasrullah, 2016).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Biasanya ada riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaaan cerebrovaskular,
trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, miestania gravis, guillain barre,
cedera medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem kardiovaskular
( infark miokard, gagal jantung kongestif). Riwayat penyakit sistem muskuloskletal
(osteoporosis, fraktur, arthritis), riwayat penyakit sistem pernafasan (penyakit paru
obstruksi menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat seperti
sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, dan lain-lain (Nasrullah, 2016).

8
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya Ada keluarga yang menderita penyakit yang sama karena factor
genetic/ keturunan (Aspiani, 2014).

6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum lansia yang mengalami gangguan mobilitas biasanya
lemah (Aspiani, 2014).
2) Kesadaran
Kesadaran pasien biasanya compos mentis dan apatis (Aspiani, 2014).
3) Tanda-Tanda Vital
a. Suhu meningkat (>37ºC)
b. Nadi meningkat (N: 70-82x/menit)
c. Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal
d. Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat (Aspiani,
2014)
4) Pemeriksaan Reviem Of System (ROS)
a) Sistem Pernafasan (B1:Breathing)
Biasanya ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih
dalam batas normal (Aspiani, 2014). Pengkajian sistem pernafasan
dapat dilakukan minimal setiap 2 jam pada klien yang mengalami
keterbatasan aktivitas. Pengkajian pada sistem ini dapat meliputi :
 Inspeksi
Pergerakan dinding dada selama siklus inspirasi dan
ekspirasi penuh. Jika klien mempunyai area atelektasis,
gerakan dadanya menjadi asimetris.
 Auskultasi
Seluruh area paru-paru untuk mengidentifikasi
gangguan suara nafas, crackles, atau mengi. Auskultasi
harus berfokus pada area paru-paru yang yang tergantung
karena sekresi paru cendrung menumpuk di area bagian
bawah (Nasrullah, 2016).
b) Sistem Sirkulasi (B2:Bleeding)
Biasanya ditemukan adanya penyakit jantung, frekuensi nadi
apikal, sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan (Aspiani, 2014).

9
c) Sistem Persarafan (B3:Brain)
Biasanya ditemukan adanya kehilangan gerakan/sensasi, spasme
otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi, pergerakan mata/ kejelasan
melihat, dilatasi pupil, agatasi ( berhubungan dengan nyeri/ ansietas)
(Aspiani, 2014).
d) Sistem Perkemihan (B4:Bleder)
Biasanya terjadi perubahan pola berkemih seperti inkontinensia
urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihannya (Aspiani, 2014).
e) Sistem Pencernaan (B5:Bowel)
Biasanya terjadi Konstipasi(menurunnya motilitas usus),
bagaimana konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising
usus, anoreksia(produksi saliva berkurang), adanya distensi
abdomen, nyeri tekan abdomen (Aspiani, 2014)
f) Sistem Muskoloskletal (B6:Bone)
Biasanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi (karena osteoporosis),
kekuatan otot, kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan
warna (Aspiani, 2014).

7. Pola Fungsi Kesehatan


Menurut (Aspiani, 2014) yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa
dilakukan sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan
mobilisasi.
1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, daan penanganan kesehatan.
2) Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan
kesukaan .
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi, dan penggunaan kateter.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,
jumlah jam tidur pada siang dan malam hari, masalah tidur, dan insomnia.
5) Pola Aktivitas dan Istirahat

10
Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernapasan, dan sirkulasi,
riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
 Pengkajian Indeks Barthel
Indeks barthel merupakan suatu instrumen pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan
diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam
menilai kemampuan fungsional seseorang yang mengalami
gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator :

No. Item yang Skor Nilai


dinilai
1 Makan 0= tidak mampu
1= butuh bantuan
2= mandiri
2 Mandi 0= butuh bantuan
1=mandiri
3 Perawatan diri 0 = Butuh bantuan
1 = Mandiri
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
1 = sebagian dibantu
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai
kateter dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur)
6. Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur
besar atau perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = tergantung bantuan orang
toilet lain
1 = membutuhkan bantuan tapi
dapat melakukan beberapa hal
sendiri
2 = mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan

11
satu orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu
seperti, tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat
bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi Hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-1 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
6) Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan.
7) Pola Sensori dan Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pada klien
katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya
adalah kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata.
8) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga
diri, peran, identitas diri. Manusia sebagai system terbuka dan makhluk bio-
psiko-sosiso-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap
sakit. Pengkajian tingkat depresi mengguankan table inventaris depresi beck.
9) Pola Seksual dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10) Pola Mekanisme / Penanggulangan Stress dan Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan koping
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual (Aspiani, 2014).

12
8. Pengkajian Aspek Spiritual
Tamher dan Noorkasiani (2009) indeks untuk mengukur upaya yang dilakukan
secara individual dalam pencarian arti dan makna kehidupan.
1) Perasaan klien tentang kehidupan keagamaannya.
2) Melakukan kewajiban-kewajiban agar berkontemplasi tentang makna
kehidupan menurut agama dan kepercayaannya.
3) Tanyakan apakah nilai keagaaman menuntunnya dalam aktivitas sehari-hari.
4) Apakah nilai keberagamannya dapat menuntun menjawab tantangan-
tantangan dalam kehidupan.
5) Mengetahui bahwa kehidupan spritualnya merupakan suatu proses yang
berlangsung terus menerus selama hayat.
6) Apakah klien peduli tentang isu-isu kemanusiaan ?
7) Apakah klien menyenangi bila sewaktu-waktu terlibat dalam diskusi tentang
nilai-nilai keagamaannya?
8) Apakah klien masih mendalami pengetahuan keagamaannya?
9) Apakah kewaspadaan agama juga muncul di saat klien berada di luar maasa
kritis?
10) Apakah klien meyakini tentang konsep keimanan terhadap Tuhan
penciptanya?

b) Analisa Data
Analisa adalah kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran
yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu pengetahuan, pengalaman, dan pengertian dalam
keperawatan.
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
sesuai konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan.

c) Diagnosis Keperawatan
a) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas tulang, penurunan kendali otot,
penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi, gangguan muskoloskletal, keengganan
melakukan pergerakan, gangguan kognitif, gangguan sensori persepsi d.d kekuatan
otot menurun, rentang gerak menurun.
b) Resiko cedera
c) Defisit perawatan diri b.d gangguan muskoloskletal d.d tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri

13
d) Intervensi Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI


1. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Ambulasi
integritas tulang, penurunan kendali otot, selama 1x24jam maka mobilitas fisik Observasi :
penurunan kekuatan otot, kekakuan meningkat, dengan kriteria hasil :  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
sendi, gangguan muskoloskletal,  Pergerakan ekstremitas meningkat lainnya
keengganan melakukan pergerakan,  kekuatan otot meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
gangguan kognitif, gangguan sensori  Rentang gerak (ROM) meningkat  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
persepsi d.d kekuatan otot menurun,  Nyeri menurun sebelum memulai ambulasi
rentang gerak menurun.  Kecemasan menurun  Monitor kondisi umum selama melakukan
 Kaku sendi menurun ambulasi
 Gerakan tidak terkoordinasi menurun Terapeutik :
 Gerakan terbatas menurun  Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
 Kelemahan fisik menurun (mis. Tongkat, kruk)
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai toleransi)
2. Resiko Cedera Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Cedera
selama 1x24jam maka tingkat cedera Observasi :
menurun, dengan kriteria hasil :  Identifikasi daerah lingkungan yang berpotensi
 Kejadian cedera menurun menyebabkan cidera
 Luka/lecet menurun  Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan
cidera
14
 Ketegangan otot menurun  Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking
 Fraktur menurun elastis pada ekstrmitas bawah
 Perdarahan menurun Terapeutik :
 Gangguan mobilitas menurun  Sediakan pencahayaan yang memadai
 Ekspresi wajah kesakitan menurun  Gunakan lampu tidur selama jam tidur
 Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan
lingkungan ruang rawat (mis. Penggunaan
telepon, tempat tidur, peneranagan ruangan dan
lokasi kamar mandi)
 Gunakan alas lantai jika beresiko mengalami
cidera serius
 Sediakan alas kaki antislip
 Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di
tempat tidur, jika perlu
 Pastikan bel panggilan atau telepon mudah
dijangkauPastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
 Pertahankan posisi tempat tidur atau kursi roda
dalam keadaan terkunci
 Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
 Diskusikan mengenal latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
 Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang
sesuaui (mis. Tongkat atau alat bantu jalan)
 Diskusikan bersama anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien
 Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan, sesuai kebutuhan
Edukasi :

15
 Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
 Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Perawatan Diri
muskoloskletal d.d tidak mampu selama 1x24jam maka perawatan diri Observasi :
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke meningkat, dengan kriteria hasil:  Identifikasi adanya keyakinan tidak rasional
toilet/berhias secara mandiri  Kemampuan mandi meningkat Terapeutik :
 Kemampuan mengenakan pakaian  Sedikan lingkungan yang terapeutik (mis.
meningkat Suasana hangat, rileks, privasi)
 Kemampuan makan meningkat  Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat
 Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) gigi, sabun mandi)
meningkat  Dampingi dalam melakukan perawatan diri
 Mempertahankan kebersihan diri sampai mandiri
meningkat  Fasilitasi untuk menerima keadaan
 Mempertahankan kebersihan mulut ketergantungan
meningkat  Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
 Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

e) Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

16
BAB III TINJAUAN KASUS

Ibu R 65 th terjatuh di kamar mandi. Ibu R mengalami fraktur pada tulang humerus. Saat ini Ibu
R dirawat oleh keluarga di rumah. Keluarga mengatakan tidak mengetahui bagaimana perawatan
yang baik untuk Ibu R. Karna Ibu R terus merasakan nyeri lalu keluarga membawa Ibu R ke IGD
RSUD Adnaan WD Payakumbuh.

A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 th
Suku/bangsa : Minang/Indonesia
Alamat : Tanjuang Alam
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Sudah menikah
Tanggal Pengkajian : 4 Oktober 2022
Pengkaji : Monica

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada lengan atas kanan setelah jatuh dikamar mandi. Jika
digerakan nyeri bertambah pada lengan atas kanan.

b. Riwayat Kesehatan yang Lalu


1. Pasien mengatakan memiliki riwayat sakit hipertensi
2. Anak pasien mengatakan pasien belum pernah dirawat

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari pihak keluarga pasien mengatakan bahwa ada riwayat hipertensi dari
keluarga pasien

3) Pola Kebiasaan Sehari-Hari


a. Nutrisi
 Frekuensi : 3x sehari, kadang habis kadang tidak

17
 Jenis makanan : makanan biasa (nasi+lauk+sayur+buah)
 Kebiasaan sebelum makan : mencuci tangan dan berdoa
 Nafsu makan : kurang baik
 Makanan yang disukai : sup
 Makanan yang tidak disukai :-
 TB/BB : 155 cm/65 Kg

b. Eleminasi
1. Berkemih
Frekuensi : 6-7 x sehari
Warna : bening
Keluhan : tidak ada
2. Defekasi
Frekuensi : 1 x sehari
Waktu : pagi hari
Bau : khas
Konsistensi : lembek
Keluhan lain : tidak ada
3. Hygiene Personal
 Mandi
Frekuensi : 2 x sehari
Pakai sabun : ya
 Hygiene Oral
Frekuensi : 2x sehari
 Cuci rambut
Frekuensi : 1x sehari
Pakai shampo: ya
 Gunting Kuku
Frekuensi : tidak menentu
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur : 4-5 jam/hari dan sering terbangun
Tidur siang : ± 30 menit (kadang-kadang)
5. Aktivitas dan Latihan
Olah raga : Ny. R tidak ada melakukan kegiatan olahraga seperti senam
Jenis olahraga :-
Kegiatan di waktu luang : Ny. R duduk-duduk diteras rumahnya

18
Keluhan dalam beraktivitas : Ny. R mengatakan sulit beraktivitas karena nyeri di
lengan atas kanannya.
6. Kebiasaan
Merokok : tidak ada
Minuman keras : tidak ada
Ketergantungan obat : tidak ada

4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
 TD :140/100 mmHg
 N : 103 x/i
 RR : 23 x/i
 S : 36,5◦C
d. Kepala : kulit kepala bersih, rambut berwarna putih, dan jarang
e. Mata : simetris kiri kanan, konjungtiva tidak anemis, ecret tidak ikterik, penglihatan
kabur
f. Hidung: simetris, dan tidak terdapat ecret.
g. Telinga : telinga bersih dan tidak ada serumen, pendengaran baik.
h. Mulut dan bibir : mulut bersih, mukosa mulut kering, gigi sudah tidak utuh, dan tidak
terdapat lesi pada area mulut
i. Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak terdapat bendungan
vena jugularis.
j. Dada
Inspeksi : Simetris kiri kanan dan tidak terdapat tarikan dinding dada
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : irama jantung regular
k. Abdomen
Inspeksi : simetris, dan tidak terdapat lesi

19
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal (12x /menit)
l. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
m. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas : lengan atas kanan memar, akral hangat, CRT < 2 detik
2. Ekstremitas bawah : tidak ada edema, akral hangat, CRT < 2 detik
3. Kekuatan Otot :
5555 2222
4444 4444

5) Pengkajian Status Mental


1. Daya Orientasi (waktu, tempat, orang) : daya orientasi baik
2. Daya ingat : baik
3. Kontak mata : bagus
4. Afek : datar

6) Pengkajian Indeks Barthel

No Item yang dinilai Skor Nilai


.
1 Makan 0= tidak mampu 2
1= butuh bantuan
2= mandiri
2 Mandi 0= butuh bantuan 1
1=mandiri
3 Perawatan diri 0 = Butuh bantuan 1
1 = Mandiri
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 1
1 = sebagian dibantu
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak 2
terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur)
6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu 2
enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan toilet 0 = tergantung bantuan orang lain 1
1 = membutuhkan bantuan tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri

20
2 = mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu 2
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu) 3
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 2
1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Total Skor : 17 (Ketergantungan Ringan)

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS : Agen cedera fisik Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri
pada lengan atas kanan
 Jika digerakkan nyeri
bertambah
 Pasien mengatakan
kadang nyeri hilang dan
kadang timbul
 Pasien mengatakan nyeri
2-4 menit
DO :
 Lengan kanan atas
tampak memar
 TTV
TD :140/100 mmHg
N : 103 x/i
RR : 23 x/i
S : 36,5◦C

2. DS : Gangguan Gangguan mobilitas


 Pasien mengatakan nyeri muskoloskletal fisik
pada lengan atas kanan
 Jika digerakkan nyeri
bertambah
 Pasien mengatakan
kadang nyeri hilang dan
kadang timbul

21
 Pasien mengatakan nyeri
2-4 menit
 Pasien mengatakan
aktivitas dibantu oleh
keluarga
DO :
 Lengan kanan atas
tampak memar
 TTV
TD :140/100 mmHg
N : 103 x/i
RR : 23 x/i
S : 36,5◦C

3. DS : Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur


 Pasien mengatakan
tidur 4-5 jam perhari
dan sering terbangun .
 pasien mengatakan
kadang-kadang tidur
siang ±30 menit

DO : -

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri dibagian lengan kanan atas
2) Gangguan mobilitas fisiik b.d gangguan muskuloskletal d.d nyeri dibagian lengan kanan atas
3) Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sering terjaga

22
23
C. Intervensi Keperawatan

NO. SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
fisik d.d mengeluh nyeri selama 1x24jam maka tingkat nyeri Observasi :
dibagian lengan kanan atas menurun, dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
 Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi respon nyeri nonverbal
 gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat memperingan
 perasaan takut mengalami cidera nyeri
berulang menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 ketegangan otot menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupuntur, terapi
musik, blofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( mis. Suhu ruangan, pencahayaan, pembisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredahkan nyeri
2. Gangguan mobilitas fisiik b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Ambulasi
gangguan muskuloskletal d.d selama 1x24jam maka mobilitas fisik Observasi :
nyeri dibagian lengan kanan atas meningkat, dengan kriteria hasil :
24
 Pergerakan ekstremitas  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
 kekuatan otot meningkat  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
 Rentang gerak (ROM) meningkat memulai ambulasi
 Nyeri menurun  Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
 Kecemasan menurun Terapeutik :
 Kaku sendi menurun  Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.
 Gerakan tidak terkoordinasi Tongkat, kruk)
menurun  Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
 Gerakan terbatas menurun  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
 Kelemahan fisik menurun meningkatkan ambulasi
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan
(mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
3 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan Tidur
hambatan lingkungan d.d selama 1x24jam maka pola tidur Observasi :
membaik, dengan kriteria hasil :  Identifikasi pola aktifitas dan tidur
mengeluh sering terjaga
 Keluhan sulit tidur menurun  Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
 Keluhan sering terjaga menurun psikologis)
 Keluhan pola tidur berubah  Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
menurun tidur (mis, kopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu
 Keluhan istirahat tidak cukup tidur, minum banyak air sebelum tidur)
menurun  Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Terapeutik :
 Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur)

25
 Batasi waktu tidur siang, jika perlu
 Fasilitas menghilangkan stres sebelum tidur
 Tetap jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
(mis, pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan
untuk menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi :
 Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis psikologi, gayahidup, sering
berubah shift bekerja)
 Ajarkan relaksasiotot autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya

26
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Mobilisasi adalah kemampuan bergerak seseorang secara bebas, mudah, dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat . mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian
seseorang, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif,
dan untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh) (Ambarwati, 2016).
Sedangkan Imobilitas adalah keadaan seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas) seperti trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia seperti Immobility (kurang bergerak),
instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence, gangguan intelektual
atau demensia, gangguan panca indra, insomnia, depresi dan lain sebagainya (Siburian, 2013).
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah masalah mobilisasi dan intoleran aktivitas.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini bisa menambah wawasan pembaca terkhususnya mahasiswa
keperawatan. Penulis juga mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca karna makalah ini masih
jauh dari kata sempurna.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Dua Satria Offset

Aspiani, Reny Yuli. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur : Trans Info
Media

Fitra Regina:2018. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN


MOBILISASI DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN. Padang : Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang

28

Anda mungkin juga menyukai