Bab i, II, III Seminar Kgd
Bab i, II, III Seminar Kgd
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan era globalisasi dan perubahan gaya hidup manusia
dapat berdampak pada pergeseran pola penyakit. Di Indonesia, selama
beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan pada angka kesakitan dan
kematian. Dalam mengatasi berbagai macam jenis penyakit, berbagai tindakan
dilakukan mulai dari tindakan ringan (konservatif) hingga tindakan
pembedahan (operatif). Pembedahan atau operasi adalah tindakan invasif
dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan, lalu
dilakukan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan melalui hecting atau
penjahitan luka (Murdiman et al., 2019).
Diperkirakan sekitar 11% dari beban penyakit di dunia berasal dari
keadaan penyakit yang ditangani melalui pembedahan. Berdasarkan World
Health Organization (WHO), melaporkan kasus tindakan pembedahan
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 10% dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2021 tindakan operasi mencapai 1,7 juta jiwa dan 37%
diperkirakan merupakan tindakan bedah laparatomi (Sutiono, 2021). Pada
tahun 2017 hingga 2018, terjadi peningkatan jumlah kasus tindakan operasi
laparotomi yaitu dari 90 juta pasien meningkat hingga 98 juta pasien post
operasi laparotomi di seluruh rumah sakit di dunia (Darmawidyawati et al.,
2022).
Menurut data National Emergency Laparatomy Audit (NELA) tahun
2017, tercatat bahwa di Inggris dan Wales sekitar 30.000 tindakan operasi
laparotomi dilakukan setiap tahunnya. WHO (2010), juga menyatakan bahwa
dalam sepuluh tahun terakhir dari tahun 2006 hingga 2010 tercatat jumlah
angka pembedahan laparotomi di Amerika Serikat telah meningkat sebesar
50% yakni sebesar 31,1% (WHO, 2010 dalam Yadi et al., 2018). Pada tahun
2021 jumlah pasien post laparatomi meningkat menjadi 98 juta pasien
(Subandi, 2021). Laparatomi di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara
kasus pembedahan lainnya. Berdasarkan data Riskesdas (2021) angka kejadian
laparatomi di Sumatera Barat berjumlah 1.409 pasien. Berdasarkan data rekam
medik ICU di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tahun 2023 telah
menangani pasien post operasi laparotomi.
Laparotomi adalah suatu prosedur pembedahan mayor atau tindakan
pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen atau perut melalui
sayatan dengan tujuan mencapai bagian abdomen yang bermasalah (kanker,
hemoragi, perforasi, dan obstruksi) (Darmawidyawati et al., 2022). Menurut
Eka Putri (2022), tindakan pada pembedahan melewati 3 tahap yaitu meliputi
pre operasi, intra operasi, dan post operasi. Post operasi merupakan tahap
setelah dilakukan pembedahan dimana pasien akan dipindahkan ke ruang
pemulihan (ruang rawat inap/ruang intensive) dan berakhir hingga evaluasi
selanjutnya (Utami & Khoiriyah, 2020). Pada pasien pasca bedah mayor
seperti laparotomi memerlukan pemantauan intensif di ruang ICU (Intensive
Care Unit) untuk mencegah terjadinya komplikasi yang parah.
Berdasarkan prevelensi dan masalah diatas maka penulis berkeinginan
untuk melakuka asuhana keperawatan gawat darurat pada Tn. J diruang ICU
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dengan diagnosa Post Laparascopy
Appendectomy + ADHE Siolisis A/I Appendisitis + ADHESI Intestinal (POD
1).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn. J
dengan Post Laparascopy Appendectomy + ADHE Siolisis A/I
Appendisitis + ADHESI Intestinal (POD 1) diruangan ICU RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit laparotomi
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien post operasi
laparotomi.
c. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien
post operasi laparotomi.
d. Maasiswa mampu menentukan perencanaan intervensi intervensi
keperawatan pada pasien post operasi laparotomi
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien
post operasi laparotomi.
f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasi pada pasien post
operasi laparotomi
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat bermanfaat
dan dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan
terutama diruangan ICU pada pasien post op laparotomi.
2. Manfaat Bagi Pendidikan
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan acuan dan referensi diperpustakaan yang bermanfaat
bagi institusi dan mewujudkan peningkatan mutu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1
Anatomi Appendiks
2. Fisiologi Appendiks
Setiap hari, usus buntu menghasilkan 1-2 cc lendir.
Lendir sering mengalir ke sekum dari lumen. Patologi usus
buntu melibatkan penyumbatan lendir pada usus buntu. IgA
merupakan imunoglobulin sekreator GALT yang terletak di
sepanjang sistem pencernaan, termasuk usus buntu.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat di sepanjang
saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan
terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks
tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah
jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Gil et al.,
2023).
2.1.3 Patofisiologis
Kotoran atau feses dapat menyumbat lumen sehingga
menyebabkan radang usus buntu (Bessoff & Forrester, 2020).
Hipotesis ini sesuai dengan temuan epidemiologi yang
menunjukkan bahwa radang usus buntu berhubungan dengan
buruknya asupan serat. Apendisitis dimulai dengan iritasi
mukosa. Peradangan ini menyebar ke lapisan submukosa
dan otot serta serosa (peritoneum). Peritonitis lokal terjadi
akibat pembentukan cairan eksudat fibrinopurulen pada
permukaan serosa dan menyebar ke usus atau dinding perut.
Mukosa kelenjar nekrotik terkelupas ke dalam lumen,
yang berisi nanah. Usus buntu tanpa aliran darah menjadi
nekrotik atau gangren ketika arteri mengalami trombosis.
Segera, perforasi akan meluas ke peritoneum. Jika omentum
menutupi lubang tersebut, maka akan terbentuk abses.
Appendicitis
operasi
Post op Laparatomi
Peristaltik usus
Kerusakan Pintu Masuk
Distensi Abdomen
Ujung Syaraf Resiko Infeksi
Mual Muntah
Pelepasan Prostgladin
Risiko Hipovolumia
Spinal Cord
2.1.7 Komplikasi
1. Perforasi apendiks
Perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, jadi amati dengan
cermat. Gejala perforasi diantaranya leukositosis, malaise, demam, ileus,
abses lokal ataupun kuadran kanan dinding perut terjadi spasme otot,
nyeri meningkat. Diagnosis pasti jika klien mengalami perforasi dengan
peritonitis generalisata atau perkembangan abses sejak kedatangannya.
2. Peritonitis
Pembedahan untuk menutup lubang mengobati peritonitis umum.
Tumor di kuadran kanan bawah menonjol ke arah rektum atau vagina
jika terjadi abses usus buntu.
3. Dehidrasi
4. Sepsis
5. Elektrolit drah tidak seimbang
2. Paramedian
Sayatan perut, ± 2,5 cm dari garis tengah dan panjang ± 12,5 cm.
3. Sayatan transversal pada perut bagian atas.
Terutama sayatan sisi atas seperti kolesistotomi dan splenektomi.
4. Sayatan melintang di perut bagian bawah.
Sayatan melintang bawah dibuat ± 4 cm di atas tulang belakang iliaka
anterior, sering kali dilakukan selama operasi usus buntu.
3. Herniotomi
Kantung hernia dibebaskan sampai ke leher, kantong dibuka, dan
diperiksa isinya. Jika adhesi kendor, dilakukan reposisi. Kantong hernia
dijait dan ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
4. Gastrektomi
Pembedahan pada tukak peptik akibat perforasi atau perdarahan
dengan tujuan mengurangi sekresi dari asam lambung.
5. Splenoktomi
Pemotongan pada limpa akibat trauma tumpul maupun trauma
tajam jika kerusakan tidak tertangani dengan splenografi.
6. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi adalah pemotongan pada bagian hemoroid,
diindikasikan guna wasir internal serta eksternal tingkat 4, atau wasir
stadium apa pun yang saat di obati secara medis tidak responsif.
2.2.4 Indikasi Laparatomi
Indikasi seseorang akan dilakukan tindakan pembedahan laparatomi
adalah (Morris et al., 2023):
1. Trauma tajam pada perut/pecahnya hati
2. Peritonitis
3. Pendarahan internal pada sistem pencernaan
4. Penyumbatan usus kecil dan besar
5. Massa perut
Selain itu, bagian kebidanan dan ginekologi sering melakukan
laparotomi seperti operasi caesar.
batuk dapat menyebabkan luka pecah atau keluarnya isi perut (Zhu
et al., 2019).
4. Cedera Saraf
Cedera pada dinding abdomen dapat menimbulkan nyeri
kronik, kehilangan sensasi atau kelemahan pada bagian dinding otot.
Cedera dapat terjadi ketika saraf terpotong saat insisi, terjerat dengan
sutura saat penutupan atau tertekan atau teregang dengan instrument
bedah (Munasinghe et al., 2022).
a) PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer (Primary Suervey)
A : Airway (Jalan Nafas) + Kontrol Servikal
1. Pasien terpasang intubasi
2. Terdapat secret/sputum di paru-paru
3. Suara nafas tidak normal seperti gurgling, snoring
B : Breathing (Pernafasan)
1. Observasi adanya pernafasan efektif
2. Periksa warna kulit
3. Identifikasi pola pernafasan tidak normal
4. Observasi adanya penggunaan otot bantu nafas
C : Circulation (Sirkulasi)
1. Observasi denyut nadi, kualitas dan karakternya
2. Observasi adanya gangguan irama jantung
3. Observasi pengisian kapiler, warna kulit dan suhu tubuh
D : Disability (Susunan Saraf Pusat)
1. Tingkat kesadaran pasien menurun
2. Cek respon pupil pasien
3. Observasi sistem neurologi menurun
E : Exposure (Kontrol Lingkungan)
Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan
b. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan- keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara head to toe dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1. Kepala : terdapatnya perdarahan, sakit kepala,
wajah tidak simetris
2. Mata : perubahan pupil/penglihatan kabur,
diplopia, fotophobia, kehilangan
sebagian lapang pandang
3. Telinga : kesulitan mendengar
4. Hidung : kesulitan mencium bau
5. Mulut dan : kesulitan mengecap, kesulitan
Tenggorokan mencerna/menelan makanan,
6. Paru-paru - Perubahan pola napas (apnea yang
diselingi oleh hiperventilasi), nafas
berbunyi stridor, tersedak
- Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi
nafas
- Ronki, mengi positif
7. Jantung - Perubahan tekanan darah
(menurun/meningkat
- Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi,
irama tidak teratur)
- TD naik, TIK naik
8. Abdomen : Penurunan peristaltic usus
9. Muskuloskletal : hemiparesis/kelemahan salah satu sisi
tubuh, tidak mampu
mandi/mengenakan pakaian/makan/ke
toilet secara mandiri, dan kekuatan otot
menurun
10. Integumen : kulit tampak picat, turgor kulit buruk
jika kekurangan cairan
11. Genetalia dan : inkotinensia urin sementara karena
Anus konfusi, ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan kontrol motorik dan postural,
terkadang kontrol sfingter urine
eksternal hilang atau berkurang
b) DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan selang
- Ajarkan cara perawatan selang
- Ajarkan cara mengenali tanda-tanda infeksi
4. Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi
dengan agen keperawatan selama ...., - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas
pencedera fisik maka diharapkan nyeri, skala nyeri.
(Prosedur oprasi). menurun dengan kriteria - Identifikasi respon nyeri non-verbal.
(D.0077) hasil: - Identivikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
1. Keluhan nyeri menurun.
2. Meringis menurun.
3. Sikap protektif menurun. Terapeutik
4. Gelisah menurun. - Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Frekuensi nadi membaik. - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri.
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu.
5. Risiko hipovolemia Status cairan (L.0328) Manajemen hypovolemia (I.03116)
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
efek agen keperawatan selama ...., - Periksa tanda dan gejala hipovolemia.
farmakologis maka diharapkan - Monitor intake dan output cairan.
(D.0034) status cairan membaik Terapeutik
dengan kriteria hasil: - Berikan asupan cairan oral.
1. Kekuatan nadi meningkat. Edukasi
2. Membrane mukosa lembab - Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral.
3. Frekuensi nadi membaik. - Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak.
4. Tekanan darah membaik. Kolaborasi
5. Turgor kulit membaik - Kolaborasi peberian cairan IV.
6. Gangguan Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan mobilisasi (I.05173)
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi
(D.0054) keperawatan selama ...., - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
maka diharapkan - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi.
mobilitas fisik membaik Terapeutik
dengan kriteria hasil: - Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu
1. Pergerakan ekstremitas - Libatkan keluarga untuk membantu pasien.
meningkat Edukasi
2. Kekuatan otot meningkat - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
3. Nyeri menurun - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
4. Kecemasan menurun
5. Kelemahan fisik menurun
d) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana
keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi, pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya dan perencanaan ini disesuaikan dengan masalah yang
terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu tindakan
mandiri, tindakan observasi, tindakan health education, tindakan kolaborasi (Tarwoto
& Wartonah, 2010).
e) EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan menggunakan teknik S.O.A.P pada klien dengan
tuberculosis paru bila menemukan masalah baru menggunakan S.O.A.P.I.E.R evaluasi
meliputi evaluai / catatan perkembangan yang dialami oleh klien setelah diberikan
implementasi keperawatan (Mitayani, 2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
f) PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
Nama Initial : TN. J
Tempat/Tanggal Lahir : Pincuran Puti/1 Januari 1959
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Birugo Indah, Aur Birugo 13
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Minang
Tanggal Masuk RS : 19-04-2024
Tanggal Pengkajian : 23-04-2024
Sumber Informasi : Istri
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Nama : Ny. Y
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan Birugo Indah, Aur Birugo 13
2) B : Breathing (Pernafasan)
1. RR pasien : 14x/mnt
2. Pasien terpasang Ventilator
3. Bunyi nafas ronkhi
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
3) C : Circulation (Sirkulasi)
1. Tekanan darah : 117/79 mmHg
2. Nadi : 59 x/mnt
3. SpO2 : 95%
4. CRT : < 3 detik
5. Akral : Hangat
6. Turgor : sedang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7) G : Gastic Tube
1. Pasien tampak tidak terpasang NGT
8) H : Heart Monitor
Kepala
Inspeksi/Palpasi : kepala gundul dan bulat
Keluhan : tidak ada
Mata : Pupil an isokor, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, ukuran pupil 2 mm kanan dan kiri, tidak ada
edema pada palpebral
Keluhan : tidak ada
Telinga : Tidak ada kelainan pada telinga, tidak tampak adanya
serumen maupun darah
Keluhan : Pasien belum sadar penuh, namun saat di panggil pasien
menunjukkan adanya respon
Hidung : tidak tampak pernafasan cuping hidung, tidak ada
pendarahan serta pembengkakan,
Keluhan : Tidak ada keluhan
Mulut dan : Bibir tampak pucat namun tidak sianosis, mukosa bibir
Tenggorokan kering, adanya penumpukan sekret di mulut
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid
Inspeksi/Palpasi : adanya penumpukan sekret di tenggorokkan, tidak
Nampak adanya pembesaran kelenjer tiroid, nadi karotis
teraba
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada tampak simentris, tidak terdapat jejas,
luka, maupun lesi, ada penggunaan otot bantu
pernafasan, terdapat secret pada jalan nafas
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4-5, tidak teraba adanya
krepitasi, tidak terdapat edema
Perkusi : Sonor pada paru dan redup pada jantung
Auskultasi Paru : Vesikuler dan terdapat bunyi nafas tambahan yaitu ronkhi
Auskultasi Jantung : Bunyi S1 lup dan S2 dub, tidak ada bunyi tambahan pada
jantung
Pola Ventilator : Pasien terpasang ventilator
Deskripsi Ventilator : - mode ventilator/ terapi O2 : VC-SIM V
- FiO2 : 100%
- PC/PS : 12
- PEEP : 10
- VTi/VTe : 400
- Minute Volume : 6,31
- RR pasien/ senting vent : 12
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
VIII. PENGOBATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif dibuktikan dengan sekresi yang tetahan ditandai
dengan (D.0149)
2. Gangguan pertukaran gas dibuktikan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan (D.0003)
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif (D.0142)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
- Lakukan kebersihan
tangan sebelum dan
sesudah perawatan
selang
- Berikan selang yang
cukup panjang untuk
memaksimalkan
mobilisasi
- Kosongkan kantung
penampung sesuai
indikasi
- Sambungkan selang
dengan alat penghisap,
jika perlu
- Ganti selang secara
rutin sesuai indikasi
- Lakukan perawatan
kulit pada daerah
insersi selang
- Motivasi pningkatan
aktivitas fisik secara
berahap
TANGGAL Dx DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
- Klem selang saat
mobilisasi
- Berikan dukungan
emosional
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
selang
- Ajarkan cara perawatan
selang
Ajarkan cara mengenali tanda-
tanda infeksi
Terapeutik
- Lakukan kebersihan tangan sebelum
dan sesudah perawatan selang
- Berikan selang yang cukup panjang
untuk memaksimalkan mobilisasi
- Kosongkan kantung penampung sesuai
indikasi
- Sambungkan selang dengan alat
penghisap, jika perlu
- Ganti selang secara rutin sesuai
indikasi
- Lakukan perawatan kulit pada daerah
insersi selang
- Motivasi pningkatan aktivitas fisik
secara berahap
- Klem selang saat mobilisasi
- Berikan dukungan emosional
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan selang
TANGGAL Dx DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
- Ajarkan cara perawatan selang
Ajarkan cara mengenali tanda-tanda infeksi
25/04/2024 1. Bersihan jalan nafas Penghisapan jalan nafas (I.01020) S : Pasien mengatakan dahak sudah mulai
tidak efektif Observasi berkuang
- Mengidentifikasi kebutuhan dilakukan O:
penghisapan - Kesadaran composmentis dengan GCS
- Mengauskultasi suara napas sebelum dan E4M6Vventilator
setelah dilakukan penghisapan - Terpasang ventilator mode SPN-CPAP,
- Memonitor status oksigenasi (Sao, dan Fio2 60%, PEEP : 7, PS : 10
SvO₂), status neurologis (status mental, - Sekret tampak berkurang
tekanan intrakranial, tekanan perfusi - Bunyi nafas vesikuler
serebral) dan status hemodinamik (MAP - MAP : 104 mmHg
dan irama jantung) sebelum, selama dan - TTV
setelah tindakan TD :130/86 mmHg
- Memonitor dan catat wama, jumlah dan N : 81 x/i
konsistensi sekret S : 36,7 °C
Terapeutik P : 15 x/i
- Memilih ukuran kateter suction yang A : Bersihan jalan nafas membaik
menutupi tidak lebih dari setengah P : Intervensi penghisapan jalan nafas di
diameter ETT Lakukan penghisapan lanjutkan dan pasien pindah keruangan HCU
mulut, nasofaring, trakea dan/atau bedah
endotracheal tube (ETT)
- Memberikan oksigen dengan konsentrasi
tinggi (100%) paling sedikit 30 detik
sebelum dan setelah tindakan
- Melakukan pengisapan lebih dari 15 detik
- Melakukan pengisapan ETT dengan
tekanan rendah (80-120 mmHg)
TANGGAL Dx DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
- Melakukan penghisapan hanya di
sepanjang ETT untuk meminimalkan
invasif
- Menghentikan pengisapan dan berikan
terapi oksigen jika mengalami kondisi-
kondisi seperti bradikardi, penurunan
saturasi
25/04/2024 2. Gangguan pola nafas Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) S : Pasien mengatakan badan terasa lemas dan
Observasi nafas sedikit sesak
- Memeriksa indikasi ventilator mekanik O:
(mis. kelelahan otot napas, disfungsi - Kesadaran composmentis dengan GCS
neurologis, asidosis respiratorik) E4M6Vventilator
- Memonitor efek ventilator terhadap - Terpasang ventilator mode SPN-CPAP,
status oksigenasi (mis. bunyi paru, X Fio2 60%, PEEP : 7, PS : 10
ray paru, AGD, SaO, SVO₂, ETCO₂, - Pasien tampak mulai fresh
respon subyektif pasien) - Bunyi nafas vesikuler
- Memonitor efek negatif ventilator (mis. - SPO2 : 96 %
deviasi trakea, barotrauma, volutrauma, - Hasil AGD
penurunan curah jantung, distensi PH : 7,425
gaster, emfisema subkutan) PCO2 : 37,4 mmHg
peningkatan pernapasan (mis. PO2 : 182,6 mmHg
peningkatan denyut jantung atau A : Gangguan pola nafas membaik
pernapasan P : Intervensi manajemen ventilasi mekanik
- Memonitor gejala peningkatan tekanan dihentikan dan pasien pindah keruangan HCU
darah, diaforesis, perubahan status bedah
mental)
- Memonitor kondisi yang meningkatkan
konsumsi oksigen (mis. demam,
menggigil, kejang, dan nyeri)
- Memonitor gangguan mokusa oral,
TANGGAL Dx DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
nasal, trakea dan laring
Terapeutik
- Mengatur posisi kepala 45-60° untuk
mencegah aspirasi Reposisi pasien
setiap 2 jam, jika perlu
- Melakukan perawatan mulut secara
rutin, termasuk sikat gigi setiap 12 jam
- Melakukan penghisapan lendir sesuai
kebututan
- Mendokumentasikan respon terhadap
ventilator
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemilihan mode
ventilator (mis, kontrol volume, kontrol
tekanan atau gabungan)
- Mengkolaborasi penggunaan PS atau
PEEP untuk meminimalkan
hipoventilasi alveolus
25/04/2024 3. Risiko infeksi Perawatan Selang (I.14568)
Observasi
- Identifikasi indikasi dilakukan
pemasangan selang
- Monitor kepatenan selang
- Monitor jumlah, warna, dan
konsistensi drainase selang
- Monior kulit disekitar iinsersi selang
(mis. Kemerahan dan kerusakan kulit)
TANGGAL Dx DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Terapeutik
- Lakukan kebersihan tangan sebelum
dan sesudah perawatan selang
- Berikan selang yang cukup panjang
untuk memaksimalkan mobilisasi
- Kosongkan kantung penampung sesuai
indikasi
- Sambungkan selang dengan alat
penghisap, jika perlu
- Ganti selang secara rutin sesuai
indikasi
- Lakukan perawatan kulit pada daerah
insersi selang
- Motivasi pningkatan aktivitas fisik
secara berahap
- Klem selang saat mobilisasi
- Berikan dukungan emosional
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan selang
- Ajarkan cara perawatan selang
Ajarkan cara mengenali tanda-tanda infeksi