Anda di halaman 1dari 42

2023

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK


Judul: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 1 Pada Ny.D Dengan Apendisitis
Akut Ruang At-tin Di RS PKU Muhammadiyah Gamping

Disusun Oleh:
Nama mahasiswa / NIM :
1. Lintang Faturohmah / 202102063
2. Merlin / 202102064
3. Mulia Abdillah Sunarya / 202102066

Ruang / RS :
At-tin / RS PKU Muhammadiyah Gamping

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN
2023

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim, puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada kehadiran


Allah SWT, sholawat dan salam saya panjatkan kepada junjungan nabi besar kita sayyidina
Muhammad SAW.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan dan laporan tentang pekerjaan
yang penulis lakukan selama praktik klinik Pemenuhan Kebutuhan Keperawatan Medikal Bedah
1, yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 1 Pada Ny.D Dengan Apendisitis Akut
Di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak
lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
Kami ucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Selaku Pembimbing Akademik
2. Selaku Pembimbing Akademik

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami harap laporan
ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Gamping, 07 Maret 2023

ii
Penulis

DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Appendisitis akut merupakan penyakit yang sering dijumpai, penyakit ini
membutuhkan penanganan pembedahan dan penanganan yang tepat. (Wibowo et al.,
2020).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) 2014, di beberapa negara


berkembang seperti di negara Singapura memiliki prevalensi appendisitis yang tinggi
yaitu berjumlah 15% terjadi pada anak-anak. 16% pada dewasa. Thailand berjumlah 7%
terjadi pada anak-anak 10% pada dewasa, dan dibagian negara maju seperti Amerika
Serikat berjumlah 11% sedangkan di Indonesia berjumlah 7% (Lolo & Novianty, 2018).
Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2008) hasil survei di 12
provinsi menunjukkan kasus appendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251
kasus. Jumlah kasus appendisitis mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu 1.236 orang. Appendisitis merupakan salah satu isu
prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional dikarenakan mempunyai dampak besar
bagi kesehatan masyarakat (Sukmahayati, 2016). Diagnosis appendisitis sulit pada anak,
dan sekitar 30- 60% merupakan faktor yang memungkinkan terjadi perforasi. Resiko
untuk perforasi terbesar terjadi pada rentang usia 1-4 tahun (70-75%) dan terendah pada
usia remaja (30-40%). yang tingkat pravelensinya tinggi menurut usia adalah pada masa
anak (Neslon, 2000). Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2009),
jumlah kasus appendisitis yang dilaporkan sebanyak 5.980 penderita, dan 177 diantaranya
dapat menyebabkan kematian. Jumlah appendisitis tertinggi berada di kota Semarang,
yaitu 970 orang (Astutik, 2012).

Penyakit appendisitis jika tidak segera ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi yang parah seperti sepsis atau perforasi dan bisa menyebabkan kematian. Oleh
sebab itu, penyakit appendisitis dapat di tangani dengan melakukan tindakan pembedahan
atau sering disebut dengan appendiktomi, dan jika terjadi perforasi dapat dilakukan
laparotomi (Sumarni, 2019).

B. Rumusan Masalah

1
C. Tujuan

BAB II

TEORI

A. Pengertian
Apendisitis yaitu peradangan pada usus buntu yang merupakan penyebab paling
umum dari sakit perut akut. Penyakit ini sering terjadi pada pria antara usia 10 sampai 30
tahun, meskipun dapat menyerang semua usia, baik pada pria maupun wanita (Wedjo,
2019). Apendisitis yaitu suatu kondisi di mana usus buntu terinfeksi. Kasus ringan dapat
disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi sering kali memerlukan pengangkatan usus buntu
yang terinfeksi dan laparotomi (Hidayat, 2020).

Apendisitis akut merupakan salah satu kegawatan bedah yang paling sering, dan
apendiktomi termasuk operasi darurat yang paling sering dilakukan di seluruh dunia
(Tampi, Sapan, & Sumangkut, 2016).

B. Etiologi
Etiologi dari appendisitis menurut (S. Bakhri, 2015) meliputi :
1. Hiperplasi jaringan limfoid.
Istilah medis hipertrofi jaringan limfoid dan hiperplasia limfatik umumnya
menyebabkan radang usus buntu pada anak-anak. Kondisi ini biasanya diidentifikasi
dengan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium patologi. Pembesaran jaringan
limfoid akibat perubahan struktur dinding apendiks dapat menyebabkan inflamasi.
Perubahan ini umumnya terkait dengan penyakit radang usus (IBD), infeksi saluran
cerna maupun Chorn’s disease.
2. Fekalit.
Fekalit / timbunan tinja yang keras dan menjadi penyebab utama seseorang
dapat mengalami radang usus buntu. Keadaan statis / diam secara terus-menerus
menyebabkan banyak kuman berkambang biak. Ini menginduksi peradangan di
sekitar struktur dan sekum, menyebabkan gejala pada pasien. Secara umum,
apendisitis akibat penutupan tinja sering terjadi pada anak-anak dan orang tua. Hal ini
dipengaruhi oleh gaya hidup yang sangat sedikit mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat atau membatasi aktivitas fisik.

2
3. Tumor apendiks
Tumor langka ini terbentuk dibagian bawah saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan peradangan pada usus buntu. Tumorlebih cenderung menyebabkan
peradangan yang mengganggu struktur sekum yang sedang tumbuh.
4. Infeksi parasit.
Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba
(Entamoeba histolica), cacing benang (Strongiloides stercoralis), cacing kremi
(enterobiasis), dan Blastocystis hominis merupakan penyebab peradangan pada usus
buntu. Biasanya infeksi parasit ditularkan dari hewan maupun cara hidup yang tidak
sehat, seperti kurang menjaga kebersihan diri. Adanya infeksi parasit menyebabkan
perlukaan atau erosi di lapisan usus buntu, sehingga peradangan dapat terjadi dengan
mudah.
5. Makanan rendah serat
Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat akan mengalami
feses yang kering, keras dan kecil yang memerlukan kontraksi otot yang lebih besar
untuk mengeluarkannya sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi menyebabkan
terjadinya obstruksi fekalit dalam usus sehingga meningkatkan produksi mukus di
saluran pencernaan. Peningkatan tekanan dinding appendiks meningkatkan tekanan
kapiler dan menyebabkan iskemia mukosa dan translokasi bakteri menembus dinding
appendiks menyebabkan terjadinya inflamasi di appendiks yaitu appendisitis.
6. Konstipasi
Pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya akan
menjadi tempat bakteri bersarang dan berkembang biak, sebagai infeksi . Hal ini akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks
dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon. Penyumbatan yang tetjadi
pada lapisan usus buntu yang menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab usus
buntu. Bakteri yang berkembang biak dengan cepat akhirnya menyebabkan appendiks
menjadi meradang, bengkak, dan penuh nanah. Bila tidak segera diobati usus buntu
bisa pecah (Wedjo, 2019).
C. Anatomi & Fisiologi Appendicitis
1. Anatomi Appendisitis

3
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah
organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung
jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm).
Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah
junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan

menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014)

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di region


iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik
sepertiga bawah yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus
yang disebut titik McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).

Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan


mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan peritoneum berjalan
kontinue disepanjang apendiks dan berakhir di ujung apendiks. Vaskularisasi dari
apendiks berjalan sepanjang mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana
tidak terdapat mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri
ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri apendikular yang
memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius.
Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena
mesentrik superior dan kemudian masuk ke sirkulasi portal (Eylin, 2009).

2. Fisiologi Appendisitis

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari. Lendir


normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalirkan ke sekum.

4
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yangterdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).

D. Tanda dan gejala


1. Kehilangan nafsu makan
2. Perut kembung
3. Tidak boisa buang gas (kentut)
4. Mual
5. Konstipasi atau diare
6. Demam

E. Patofisiologi
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh
feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa
apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).

Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa
(peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut
ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen,
menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).

Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang
menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera
terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh
omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, 2007).

F. Penatalaksanaan
Adapun pengobatan/penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk radang usus buntu
yaitu :
1. Terapi Konservatif

Terapi ini diterapkan untuk pasien yang tidak dapat menerima layanan bedah
berupa antibiotik. Mengkonsumsi antibiotik dapat membantu mencegah infeksi.

5
2. Operasi

Sudah jelas telah terdeteksi apendisitis maka tindakan yang dilakukan yaitu
operasi pengangkatan apendiks. Operasi pengangkatan usus buntu disebut appendikomi
(Wedjo, 2019).

G. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium

Ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil (CRP). Tes darah
menunjukkan jumlah sel darah putih 10.000-18.000/mm3 leukositosis dan lebih dari 75%
neutrofil, tetapi CRP menunjukkan peningkatan jumlah serum..
2. Radiologi

Termasuk ultrasound (USG) dan komputer tomography scanning(CTscan).


Ultrasound menemukan bagian longitudinal dari apendiks yang meradang, tetapi CT
menunjukkan apendiks yang meradang dan bagian apendiks yang melebar.
3. Pemeriksaan abdomen singkat

Pemeriksaan ini tidak menunjukkan tanda-tanda apendisitis yang jelas. Namun,


penting untuk membedakan penyakit apendisitis dari batu ureter kanan atau obstruksi
usus halus (Sulekale, 2016).
H. Komplikasi
Anak mempunyai dinding appendiks yang belum tebal, sekum pendek yang belum
berkembang dengan sempurna, sehingga terjadi perforasi, dan orang yang lebih tua
mengalami pengurangan pembuluh darah. Komplikasinya antara lain:
1. Abses

Abses yaitu peradangan pada usus buntu yang mengandung nanah. Massa jaringan
lunak dapat teraba di kuadran kanan bawah atau di panggul. Benjolan ini awalnya selulit
dan berkembang menjadi rongga berisi nanah. Ini terjadi ketika apendisitis memiliki
mikrofosil yang ditutupi dengan kelenjar getah bening atau perikardium.
2. Perforasi

Usus buntu pecah berisi nanah yang memungkinkan bakteri menyebar dalam
perut. Perforasi akan jarang dalam rentang waktu 12 jam setelah timbulnya nyeri, tetapi
meningkat dengan cepat setelah 24jam.
3. Peritonitis

Peradangan peritoneum atau komplikasi berbahaya yang dapat terjadi. Peritonitis


sistemik ditimbulkan oleh infeksi luas pada permukaan peritoneum. Peristaltik
mengembangkan ileus paralitik dan berkurang sampai usus meregang dan kehilangan
elektrolit, menyebabkan dehidrasi, syok, gangguan peredaran darah, dan pollakiuria
(Sulekale, 2016).

6
I. Pathway

7
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan


mengumpulkan data-data yang akurat, dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.

1. Data subjectif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini ( 2018)
meliputi :
1) Nama: untuk mengetahui nama jelas dan lengkap
2) Umur : Dicatat dalam tahun
3) Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing
4) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya
5) Pekerjaan : untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya
6) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bisa
diperlukan
b. Keluhan utama : untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan
dengan masa nifas
c. Riwayat kesehatan menurut Ambarwati ( 2018) riwayat kesehatan
meliputi :
1) Riwayat kesehatan yang lalu data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung,
diabetes, mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa post partum ini.
2) Riwayat kesehatan sekarang data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa post partum dan bayinya.
3) Riwayat kesehatan keluarga data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya.
4) Riwayat menstruasi

8
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui
jumlah kehamilan dan kelahirannya
6) Riwayat kehamilan sekarang menurut Saifudin ( 2016) meliputi :
a) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya.
b) Keluhan keluhan pada trimester I, II, III
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
d) Selama hamil berapa kali ibu periksa
e) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
f) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa
minggu
g) Imunisasi : sudah/belum berapa kali telah dilakukan Imunisasi
selama hamil
h) Keadaan psikologis untuk mengetahui tentang perasaan ibu
sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan
sekarang
i) Penggunaan obat obatan/rokok untuk mengetahui apakah ibu
mengkomsumsi obat terlarang atau ibu merokok.
b. Data Objective yaitu data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
1) Status generalis
a) Keadaan umum untuk mengetahui untuk mengetahui apakah ibu
dalam keadaan baik, cukup atau kurang.
b) Kesadaran untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah compass
mentis,apatis,somnolen,spair
c) Tanda tanda vital
d) Tinggi badan dan berat badan
2) Pemeriksaan esktremitas
a) Inspeksi
 Rambut untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok
atau tidak
 Muka untuk mengetahui keadaan, muka pucat atau tidak
adakah kelainan, edema
 Mata untuk mengetahui edema atau tidak, konjungtiva, anemia
atau tidak, sklera ikterik atau tidak

9
 Abdomen untuk mengetahui ada luka bekas operasi atau tidak,
ada strie atau tidak, ada tidaknya linea alba nigra
 Vulva untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
b) Palpasi
 Leher untuk mengetahui adakah pembesaran thyroid, ada
benjolan atau tidak
 Dada untuk mengetahui keadaan payudara, benjolan, nyeri dan
kesimetrisan
 Abdomen untuk mengetahui kontraksi uterus : keras, lemah,
tinggi fundus uteri
 Ekstremitas untuk mengetahui ada cacat atau tidaknya, edema
dan varises

Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut standar diagnosa


keperawatan indonesia (2016) pada appendisitis akut yaitu :

1. Nyeri akut b.d agen pecedra fisik


2. Hipertermia b.d proses penyakit
3. Nausea b.d efek agen farmakologis

Intervensi

10
DX TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWAT KRITERIA HASIL
AN

Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Observasi


agen pencedera tindakan keperawtan 3x 1. Identifkasi lokasi,
fisik 24 jam di harapkan nyeri karakteristik
berkurang dengzan durasi, frekuensi
kreiteria hasil kulitas intesitas
1. Mampu nyeri
mengontrol nyeri, 2. Identifikasi skala
mampu nyeri
nenggunakan 3. Mengkaji PQRST
teknik nyeri
nomfarmakologis Terapeutik
untuk mengurangi 1. Berikan teknik
nyeri nonfarmakologis
2. TTV dalam batas untuk mengurangi
normal rasa nyeri
3. Pasien tampak Edukasi
rileks 1. Jelaskan strategi
4. Kaji tingkat nyeri meredakan nyeri
dengan standar Kolborasi
PQRST 1. Pemberian
Analgetik jika
perlu

Hipertermia b.d Setelah dilakukan Observasi


proses penyakit tindakan keperawatan 1. Identifikasi
3x24 jam di harpkan penyebab
hipertermia berkurang . hipertermia
1. Tidakan ( mis.Dehidrasi,
menggigil terpapar panas,
2. Warna kulit penggunaan
normal inkubator.
11
3. Tidak kejang 2. Monitor suhu
4. Suhu tubuh tubuh tekanan
BAB III

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 APENDISITIS AKUT

PADA TN.D DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Hari/Tanggal : 14 Febuari 2023


Jam : 10.00
Tempat : Ruang AT-TIN
Oleh : Lintang Faturohmah
: Merlin
: Mulia Abdillah Sunarya

PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.D
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 26 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin / Menikah
f. Pekerjaan : Perawat
g. Pendidikan Terakhir : S1 Keperawatan
h. Alamat : Pedusan Argosari sedayu
i. No.CM :
j. Diagnostik Medis : Gl. Abd. Ecsup. App. Akut

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Tn H
b. Umur : 27 tahun
c. Pendidikan : SMK
d.Pekerjaan : Wirausaha
e. Alamat : Pedusan Argosari Sedayu

12
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah, nyeri terasa Panas, di tusuk
tusuk , perih.
2) Kronologi Penyakit Saat Ini
Pasien mengatakan, hari sabtu habis pulang kerja Shift siang Demam naik
turun, Hari Minggu pasien diare , mual dan nyeri perut kanan bawah,
senin pasien mengatakan tidak kuat di bawa ke Rs PKU
Muhammmadiyah Gamping.
3) Pengaruh Penyakit Terhadap Pasien
4) Pasien berharap pelayanan kesehatan mampu memenuhi kebutuhan
pasiennya
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Pasien mengatakan pada masa anak anak pernah mengalami asma, flek
paru paru
2) Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
3) Pasien mengatakan tidak pernah di rawat RS
4) Pasien mengatakan pengobatan terakhir di RS PKU Muhammadiyah
Gamping

b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram

13
= Meninggal

= Laki laki/ perempuan

= pasien

= Garis Keturunan
= garis tinggal serumah
1) Pasien mengatakan masih tinggal bersama ibu mertua
jumlah keluarga 5 suami, anak, ibu , ayah
2) Pasien mengatakan anaknya memiliki penyakit serupa asma dan dari
nenek mempunyai riwayat penyakit usus buntu
3) Pasien mengatakan dari keluarga mempunyai penyakit menurun yaitu
asma
4) Jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit pihak keluarga selalu
memberi support untuk cepat sembuh

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS ( Dikaji sebelum dan sesudah sakit )


RASA AMAN NYAMAN
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit bisa mandiri beraktifitas tanpa
merasakan nyeri
Saat Sakit
1) Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut kanan bawah
P: pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah.
Q: Nyeri seperti di tusuk tusuk panas, perih.
R: Nyeri di bagian pusar menyebar perut kanan bawah
S: skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul kurang lebih 4 menit
2) Pasien mengatakan aktifitasnya terganggu karena nyeri

14
3) Pasien mengatakan saat nyeri muncul yang dilakukan pasien adalah di
kompres dibagian perut
4) Kompres dengan air ketika nyeri muncul
5) Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat pembedahan

AKTIFITAS ISTIRAHAT – TIDUR


AKTIFITAS
Sebelum sakit
1) Pasien mengatakan melakukan kegiatan olahraga tetapi tidak sering
Jenis OR : Bersepeda
2) Pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam
beraktifitas
3) Pasien mengatakan tidak terdapat gangguan aktifitas
4) Pasien mengatakan bekerja 8 jam per hari
5) Pasien mengatakan mempunyai ketrampilan pada bidang
keperawatan saja
6) Pasien mengatakan tidak perlu bantuan dalam beraktifitas

Saat sakit
1) Pasien mengatakan saat sakit aktifitas terbatasi karena nyeri
2) Terdapat gangguan aktifitas

ISTIRAHAT
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pola istirahat terpenuhi

Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit pola istirahat terganggu

TIDUR
Sebelum Sakit
1) Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidur tidak terganggu
2) pola tidur terpenuhi
3) Pasien mengatakan tidurnya nyenyak

15
Saat Sakit
1) Pasien mengatakan saat sakit pola tidur terganggu
2) Pasien mengatakan hanya tidur 2 jam
3) Pasien mengatakan sering terbangun dan tidak nyenyak
4) Pasien mengatakan saaat sakit badan terasa mudah lelah/lemas
5) Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat penenang
sebelum tidur

CAIRAN
1) Pasien mengatakan sebelum dan saat sakit cairan terpenuhi
2) Pasien minum 2 botol air mineral perhari ( 1500 ml )
3) Pasien mengatakan sering minum air mineral
4) Minum 5 gelas perhari
5) tidak ada pantangan untuk minuman
6) pasien mengatakan tidak mengkomsumsi alcohol
7) tidak terdapat pembatasan cairan

NUTRISI
Sebelum sakit
1) Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya makan nasi, lauk, sayur.
2) pasien mengatakan makan 2x sehari
3) pasien mengatakan tidak ada makanan yang di pantang
4) pasien mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau
mengunyah
5) pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu makan
6) tidak terdapat gangguan pencernaan
7) tidak ada alergi terhadap makanan

Saat sakit
1)Pasien mengatakan saat sakit tidak nafsu makan
2) pasien mengatakan saat sakit makan 1x sehari 3 -5 sendok
3)pasien mengatakan tidak ada makanan yang di pantang
4)pasien mengatakan tidak ada kesulitan menelan atau mengunyah

16
5)pasien tidak menggunakan alat bantu makan
6)terdapat gangguan pecernaan di bagian usus
7)pasien mengatakan tidak ada alergi makanan

ELIMINASI URIN DAN FESES


Eliminasi feses :
Sebelum sakit
a. pasien mengatakan bab 3x sehari
b. pasien tidak mengkomsumsi obat pencahar
c.pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam bab
d. pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu untuk defeksi

Saat sakit
a.pasien mengatakan bab 2x sehari
b.pasien tidak menggunakan obat pencahar
c.pasien mengatakan bab lancar teratur
d.pasien tidak menggunakan alat bantu untuk defeksi

Eliminasi Urine :
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan bak 6x sehari bak
b.pasien tidak menggunakan alat bantu dalam miksi
c.pasien mengatakan bak teratur
d.pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat bak

Saat sakit
a.pasien mengatakan bak 6x sehari bak
b.pasien tidak menggunakan alat bantu dalam miksi
c.pasien mengatakan bak teratur
d.pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat bak

KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA


PERNAFASAN.
17
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam bernafas
b.pasien mengatakan bisa mengatasi masalah sendiri
c.pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
d.pasien tidak merokok/mengkonsumsi obat obat
e.pasien tidak memiliki alergi debu / obat obat
f.pasien mengtakan tidak pernah di rawat dengan gangguan pernafasan
g.pasien mengtakan pernah ada riwayat gangguan pernafasan pada
masa anak anak asma

Saat Sakit
a.pasien mengatakan saat sakit tidak ada kesulitan dalam bernafas
b.pasien mengatakan untuk mengatasi masalah berusaha tenang
c.pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
d.pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
e.pasien tidak merokok/mengkonsumsi obat obat
f.pasien tidak memiliki alergi debu / obat obat
g.pasien mengtakan tidak pernah di rawat dengan gangguan pernafasan
h.pasien mengtakan pernah ada riwayat gangguan pernafasan pada
masa anak anak asma

KARDIVASKULER
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan tidak cepat lelah
b. pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, pusing / rasa berat
di dada
c.pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
d.pasien tidak ada gangguan kardiovaskuler

Saat sakit
a.pasien mengatakan cepat lelah
b. pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, pusing / rasa berat
di dada

18
c.pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
d.pasien tidak ada gangguan kardiovaskuler

PERSONAL HYGIENE
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan mandi 2x sehari
b.pasien mengatakan cuci rambut seminggu 3x
c.pasien mengatakan tidak memmerlukan bantuan melakukan personal
hygiene

Saat sakit
a.pasien mengatakan mandi 1x sehari
b.pasien mengatakan saat sakit seminggu 2x cuci rambut
c.pasien mengatakan tidak memmerlukan bantuan melakukan personal
hygiene

SEX
a.pasien mengtakan tidak ada kesulitan hubungan seksual
b.pasien mengatakan penyakit sekarang tidak mempengaruhi fungsi
seksual
c.pasien mengatakan mempunyai anak 1

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Psikologi.
Sebelum sakit
1)emosi stabil
5)pasien selalu mendapat support dari keluarganya
6)pasien memandang dirinya lemah ketika sakit
7)pasien melihat diriniya wanita yang tegar dan kuat
8) hal hal yg di sukai sebelum sakit adalah bekerja
9)pasien memandang dirinya sebagi ibu/ orangtua satu anak
10)pasien mampu mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dirinya.
11) hal hal yg di lakukan pasien sebelum sakit bekerja

19
Saat sakit
1)emosi stabil
2)pasien mengatakan saat sakit perasanya sedih
3)pasien mengatakan suasana hati sedih saat sakit ingin cepat
sembuh
4)perasan pasien saat ini sedih
5)pasien selalu mendapat support dari keluarganya ,memotivasi
pasien agar cepat sembuh sakit
6)pasien memandang dirinya lemah ketika sakit

7)pasien melihat diriniya lemah saat sakit


8)tidak ada hal hal yg di sukai saat sakit
9)pasien memandang dirinya sebagi ibu/ orangtua satu anak harus
kuat
10)pasien mampu mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dirinya.
11)saat sakit tidak ada hal hal yg di lakukan pasien.

b. Hubungan sosial :
1)pasien tidak mempunyai teman dekat
2)pasien mengatakan percaya pada keluarganya
3)pasien mengikuti dalam kegiatan masyarakat (sebelum sakit )
4)pekerjaan pasien sekarang sebagai perawat sesuai kemampuanya.

c. Spiritual
a. pasien menganut 1 agama islam
b.tidak ada gangguan dalam beribadah saat sakit,.
c. hubungan antara manusia dan tuhan dalam agama pasien
Tuhan adalah satu satunya .

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAAN UMUM
1) CM Composmentis

20
2.)TD :142/93 N: 87x/mnt, S; 37,5 C, RR: 20x/mnt
3.)TB: 164 BB : 48
4. )Keadaan Kulit : Bersih
Warna: Coklat
Tekstur : Lembut
Tidak ada kelainan kulit

b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL


a. Kepala
1)bentuk bulat, simetris tidak ada luka, rambut hitam panjang bersih rapih
2) Mata :bentuk bulat, reflek cahaya langsung, mampu melihat jelas pada
jarak normal.
3) Telinga : tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu,tidak
ada sekret telinga
4) Hidung :tidak ada sekret, tidank ada polip, tidak ada nafas cuping
5) Mulut :selaput mukosa lembab dan bewarna merah , tidak ada bau
mulut, gigi rapih.

b. Leherdan tenggorokan : posisi trakea simetris tidak ada benjolan pada


leher, tidak ada nyeri saat menelan tidak ada pembesaran tonsil dan tidak
ada obstruksi jalan nafas

c. Dada
1) inspeksi :bentuk dan pergerakan simetri tidak ada luka tidak ada sesek
nafas teratur
2) auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
3) perkusi :suara redup
4) palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan taktil fremitus kana
dan kiri simetris

d. Abdomen
1) inspeksi :simetris, tidak ada benjolan asupan massa
2) auskultasi :tidak terdengar bunyi bising usus
3) perkusi :Normal , tidak ada gangguan , suara timpani

21
4) palpasi :nyeri tekan pada abdomen

e. Genetalia, Anus rektum


1. Inspeksi :tidak terpasang alat bantu
2. Palpasi :tidak teraba penumpukan urine

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil


Rapid Test Antigen
SARS.Cov.
Antigen SARS. Cov.2 Negatif Negatif N

APTT
APPT 23.0.45.0 29.6 N

PT ( PROTHOROMBINE
TIME)
11.0.170 13.0 N
PPT
RHESUS
Positif N
RHRSUS FAKTOR
A
Gol Darah
Na.K.CI 3.5.5.1 3.40 L
KALIUM 98.0.107.0 1.06.0 N
KLORIDA 136. 146 140.0 N
NATRIUM
HBSAG TES Non Reactive N
Non Reactive
HBS AG
DARAH RUTIN (Auto) 2 N
2.4
EOSIONOFIL. 11.7.15.5 14.6 N
4.20.5.40
HEMOGLOBIN 5.15 N
35.0.49.0
ERITROSIT 44.1 N
4.5.11.5
HEMATOKRIT 6.78 N
LEUKOSIT 80.0 94.0 N
85.6
26.0.32.0
MCU N

22
MCH 320.36.0 28.2 N
150.450
MCHC 33.1 N
TROMBOSIT 188

5. TERAPHI YANG DIBERIKAN

Hari/tanggal Nama Obat Dosis Cara Manfaat

Ceftriaxone 1gr lv jenis obat antibiotik yang


biasa diresepkan dokter
untuk mengobati infeksi
bakteri
Ketorolac 30 mg lv obat anti inflamasi non
steroid yang digunakan
untuk meredakan
peradangan dan rasa
nyeri.
paracetamol 500 infus digunakan untuk
mg mengatasi demam dan
nyeri tubuh. Obat ini
bekerja secara cepat dan
efektif untuk beberapa
kondisi kesehatan yaitu:
Sakit kepala. Sakit gigi.
ondansentron 4 mg lv obat resep yang
digunakan sebagai

23
profilaksis dan untuk
mengobati gejala mual
dan muntah akibat
kehamilan, kemoterapi,
radiasi dan pasca operasi.
Obat ini termasuk dalam
kelas obat yang disebut
antiemetik, selektif 5-
HT3 antagonis.

PROSES KEPERAWATAN

1. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Agen pecedera fisik Nyeri akut (D.0077)
P: pasien mengatakan nyeri
Pada perut kanan bawah.
Q: Nyeri seperti di tusuk
tusuk panas, perih.
R: Nyeri di bagian pusar
menyebar perut kanan
bawah
S: skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
kurang lebih 4 menit

DO :
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak pucat

24
TTV :TD: 142/92
N : 87x/mnt
S : 37,5 C
RR : 22x/mnt

DS : - pasien mengatakan Proses Penyakit Hipertermia ( D.0130 )


demam naik turun

DO :
- wajah pasien
tampak kemerahan
- bibir pasien tampak
kering mukosa bibir
kering
- Akral teraba hangat

Efek Agen Farmakologis


Nausea ( D.0076)
DS :
- Pasien mengeluh
mual nafsu makan
menurun, mulut
terasa asam.

DO : - pasien tampak lemah


- Pasien makan 3
sendok
TTV : TD: 142/92 Mmhg
N: 87x/ mnt
S: 37,5 C
RR : 22x/mnt

25
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut b,d Agen pecedra Fisik
b) Hipetermia b,d proses penyakit
c) Nauesea b.d Efek agen Farmakologi

3. INTERVENSI
TUJUAN DAN
DX KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWAT
AN
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Observasi
agen pencedera tindakan keperawtan 3x 1. Identifkasi lokasi, karakteristik
fisik 24 jam di harapkan nyeri durasi, frekuensi kulitas intesitas
berkurang dengan nyeri
kreiteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mampu 3. Mengkaji PQRST nyeri
mengontrol nyeri, Terapeutik
mampu 1. Berikan teknik
nenggunakan nonfarmakologis untuk
teknik mengurangi rasa nyeri
nomfarmakologis Edukasi
untuk mengurangi 1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri nyeri
2. TTV dalam batas Kolaborasi
normal 1. Pemberian Analgetik jika
3. Pasien tampak perlu
rileks
4. Kaji tingkat nyeri
dengan standar
PQRST

26
Hipertermia b.d Setelah dilakukan Observasi
proses penyakit tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan hipertermia ( mis.Dehidrasi,
3x24 jam di terpapar panas, penggunaan
harapkan inkubator.
hipertermia 2. Monitor suhu tubuh tekanan
berkurang dengan darah, freukuensi pernafasan
kriteria hasil : dan nadi
1. Tidak 3. Monitor warna dan suhu
menggigil tubuh
2. Warna kulit Terapeutik
normal 1. Berikan cairan oral
3. Tidak kejang 2. Ganti pakaian linen basah
4. Suhu tubuh Kolaborasi
36,5C-37,5C 1. .Pemberian cairan dan elektrolit
intravena

Neausea b.d Setelah dilkukan Observasi


efek agen tindakan keperawatan 1. Identifikasi pengalaman mual
farmakologis 3x24 jam Nauesa 2 Identifikasi dampak mual ( mis,
berkurang atau hilang nafsu makan, aktivitas kinerja,
dengan kriteria hasil : tanggung jawab, peran dan tidur
1 Tidak ada 3 Monitor asupan nutrisi dan
perasaan muntah kalori
2. Nafsu makan Terapeutik
meningkat 1. Berikan makanan dalam jumlah
3. Perasaan asam di kecil dan menarik
mulut menurun Edukasi
4. Wajah pucat 1. Anjurkan istirahat dan tidur
membaik yang cukup
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antimetik jika perlu

27
4. IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut b.d Agen pecedra fisik

Hari/ Tindakan Keperawatan Respon Pasien


Tgl
Selasa 1. Mengidentifikasi lokasi, 1. DS :
14 -2- karakteristik durasi, P: pasien mengatakan nyeri pada
2023 frekuensi kulitas dan perut kanan bawah
intesitas Q : pasien mengatakan nyeri seperti
nyeri.mengidentifikasi di tusuk tusuk
skala nyeri R: pasien mengatakan nyeri titik
2. memberikan teknik bagian pusar lalu menyebar
nonfarmakologis untuk Perut kanan bawah
mengurangi rasa nyeri S: pasien mengatakan skala nyeri
( meberikan kompres dari 1-10 = 6
hangat/ dingin pada T : pasien mengatakan nyeri hilang
pasien ) timbul.
3. menjelaskan
strategi untuk 2. Setelah di berikan kompres
meredakan hangat/dingin rasa nyeri
nyeri ( mengajarkan berkurang.
pasien teknik imajinasi
terbimbing 3. Setelah diberikan imjinasi
membayangkan hal yang terbimbing rasa nyeri pasien
menyenangkan dan berkurang
mendengrakan music.
4. Setelah pemberian analgetik
4. Memberikan analgetik
injeksi antarain 2ml nyeri
antrain injeksi 2ml.
pasien berkurang menjadi

28
skala 3

DO:
-pasien tampak gelisah
-Pasien tampak meringis
-pasien tampak pucat.
TD: 142/92
N: 87x/mnt
S: 37,5x/mnt
Terpasang Rl. 500 cc

-Intervensi belum teratasi di


lanjutkan….

Rabu 1. Monitor TTV 1. DS: P: pasien mengatakan


15 -2- 2. Mengidentifikasi skala nyeri pada perut kanan bawah
2023 nyeri pasien berkurang
3. Mengidentifikasi
keluahan pasien Q : pasien mengatakan nyeri seperti
4. Memberikan analgetik di tusuk tusuk berkurang
antrain 2ml R: pasien mengatakan nyeri titik
5. Menganjurkan pasien bagian pusar menyebar
teknik kompres Perut kanan bawah sudah berkurang.
hangat/dingin S: pasien mengatakan skala nyeri
dari 1-10 = 3
T : pasien mengatakan nyeri hilang
timbul sudah berkurang.

2.setelah diberikan injeksi antrain


pasien mengatkan nyeri berkurang
menjad skala 3

3.Setelah pemberian kompres

29
hangat/dingin nyreri pasien berkrang
menjadi 3
DO :
TTV :
TD: 131/82
N: 88x/mnt
S: 36,2C
RR; 20x/mnt
- Pasien tidak gelisah
- Pasien sudah tidak meringis
- Pasien sudah tidak pucat
- Masalah terastasi sebagian..

Kamis 1. Mengkaji keluhan DS. 1. Pasien mengatakan nyeri


16-2- pasien sudah berkurang banyak.
2023 2. Mengkaji skala nyeri 2. Pasien mengatakan skala
pasien nyeri dari 1-10 :3
3. Memberikan analgetik 3. Setelah diberikan injeksi
antrain 2ml antrain 2ml nyeri berkurang
4. Monitor ttv 4. DO
5. Menganjurkan pasien TD: 124/82
istirahat N; 96x/mnt
S:36,2C
RR: 20x/mnt
-pasien sudah tidak

30
gelisah,cemas,pucat.

-intervensi di berhentikan.

2. Hipetermia b.d Proses Penyakit

Hari/ Tindakan Keperawatan Respon Pasien


Tgl

Selasa 1.mengidentifikikasi Ds : 1.
14-2- penyebab hipetermia pasien mengatakan dan mengeluh
2023 2.mengkaji keluhan pasien demam naik turun.
3. Memonitor TTV, Suhu
tubuh, tekanan darah Do:
frekuensi pernafasan dan TTV :
nadi. TD: 142/92 Mmhg
4. memonitor warna dan suhu N: 87x/mnt
tubuh S: 37, 5C
5. memberikan cairan oral RR: 20x/mnt
( paracetamol 500 mg) dan
(paracetamol infus 100ml) 4. Pasien tampak pucat dan wajah
kemerahan
-mukosa bibir tempat kering
-akral teraba hangat pasien

5. Setelah di berikan cairan


oral pafracetamol 500 mg
- Terpasang Rl. 500 cc
- Masalah belum teratasi

31
Rabu 1. Mengkaji keluhan DS: 1. pasien mengtakan
15 -2- pasien demam reda tidak turun
2023 naik .
2. Memonitor Tanda 1. DO: TTV
tanda vital TD: 131/82
3. Memonitor suhu N: 88x/mnt
tubuh dan warna S: 36,2C
(mengidentifikasi RR: 20x/mnt
apakah pasien tampak 2. Pasien sudah tidak pucat
pucat dan wajah dan wajah tdk kemerahan.
kemerahan) 3. Setelah di berikan
4. Pemberian cairan paracetamol inf 100 ml.
elektrolit dan pasien demam mereda
intravena (pemberian - Masalah teratasi sebagian
paracetamol inf 100
ml

Kamis 1. Mengkaji keluhan DS:


16 -2- pasien 1. Pasien mengatakan sudah
2. Memonitor Tanda
2023 tidak demam.
tanda vital
3. Pemberian cairan 2. DO:
elektrolit dan TD: 124/84
intravena (pemberian
N: 96x/mnt
paracetamol inf 100
ml S: 36,2C
4. Anjurkan pasien RR: 20x/mnt
beristirahat
3. Setelah di berikan
paracetamol
inf 100ml pasien demam
mereda
4. Intervensi di berhentikan..

32
3. Nausea bd. Efek Agen Farmakologi

Hari/ Tindakan Keperawatan Respon Pasien


Tgl
Selasa 1.mengidentifikasi DS :
14-2- pengalaman mual 1. Pasien mengatakan mual setelah
2023 (faktor pengalaman mual dan di berikan terapi farmakologi
efek farmakologi) 2. Pasien mengatakan mual
5. Mengidentifikasi berdampak nafsu makan
dampak mual terhadap menurun makan 3 sendok
nafsu makan, aktivitas Pasien mengatakan tidur
kinerja, tanggung terganggu
jawab peran dan tidur 3. Setelah diberikan nutrisi yang
6. Memonitor asupan cukup pasien merasakan mual
nutrisi dan kalori berkurang
Memberikan nutrisi 4. Setelah mengaanjurkan pasien
pasien yang cukup dan istirahat yg cukup pasien
terpenuhi agar merasakan lebih nyaman.
mencegah mual
4. Menganjurkan DO:
istirahat yang cukup 5. Setelah pemberian injeksi
Menganjurkan pasien ondansetron4mg/2mg
istirahat yang cukup mengatakan mual berkurang.
5. Kolaborasi Terpasang infus Rl. 500cc
pemberian antimetik TD: 142/92
jika perlu N: 87x/mnt
: pemberian injeksi S: 37,5C
ondansetron 4mg/2mg RR: 22x/mn
-pasien tampak lemah makan 3

33
6.memonitor TTV sendok.
- masalah belum teratasi
intervensi di lanjutkan…

Rabu 1.mengidentifikasi DS:1. Pasien mengatkan mual sedikit


15-2- pengalaman mual berkurang
2023 (faktor pengalaman mual 1. Pasien mengatakan nafsu
dan efek farmakologi makan meningkat , pasien
1. Mengidentifikasi mengatakan tidur lancar
dampak mual aktivitas 2. Pasien mengatakan setelah di
kerja, tanggung jawab berikan asupan nutrisi dan
peran dan tidur kalori yang cukup tidak
2. Memonitor asupan dan merasakan mual
nutrisi kalori 3. DO: TD: 131/82
3. Memonitor TTV N: 88x/mnt
4. Kolaborasi pemberian S: 36,2
antimetik jika RR: 20x/mnt
perlu( injeksi 4. Setelah di berikan antimetik
ondansetron 4mg/2ml injeksi ondansetron 4mg/2mg
pasien merasakan tidak mual
dan nyaman
- Pasien sudah tidak lemah
- Pasien makan lebih dari 3
sendok
- Terpasang infus Rl 500cc
- Maslah teratasi sebagian …

Kamis 1.mengidentifikasi DS:


16-2- pengalaman mual 1. Pasien mengatkan mual sedikit
2023 (faktor pengalaman mual berkurang
dan efek farmakologi 2. Pasien mengatakan setelah di

34
1. Memonitor asupan dan berikan asupan nutrisi dan
nutrisi kalori kalori yang cukup tidak
2. Memonitor TTV merasakan mual
3. Kolaborasi pemberian DO
antimetik 3. TD : 124/84
(memberikan injeksi S:36,2C
ondansetron 4mg/2ml N: 96/mnt
- Intervensi di berhetikan

DO:

5.EVALUASI

Hari/
Tgl DIAGNOSA EVALUASI

Kamis
16 -2- Nyeri akut b.d S: -Pasien mengatakan nyeri
2023 Agen pecedra fisik berkurang menjadi 3
-pasien mengatakan perut kanan
bawah sudah tidak nyeri
-Klien mengtakan sudah mengerti
teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri

O: -pasien lebih tenang


-pasien tidak meringis
_ gelisah menurun
TD: 124/84 Mmhg
N: 96x/mnt

35
S: 36,2C
RR: 20x/mnt
P: Nyeri perut kanan bawah
Q: Nyeri di tusuk tusuk tusuk panas,
perih
R: nyeri titik pusar menyebar perut
kanan bawah
S: skala Nyeri 3
T: Nyeri hilang timbul

A: Masalah Teratasi
P: Hentikan intervensi

Kamis S: pasien mengatakan demam berkurang


16 -2- Hipetermia
O:akral teraba tidak panas
2023 b.d Proses
Penyakit TD:124/84 Mmhg
N: 96x/ Mmhg
S: 36,2 C
RR: 20x/mnt

-Warna kulit normal

A: Masalah teratasi

P: intervensi di berhentikan

Kamis Nausea bd. S: pasien mengatakan Sudah tidak


16 -2- Efek Agen merasakan mual pasien mengatakan sudah
2023 Farmakologi tidak ada perasaan asam di mulut

O: TD: 124/84 Mmhg


N : 96x/mnt
S : 36,2C
RR: 20x/mnt

36
A: : Masalah Teratasi
P: Hentikan intervensi

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab


abdomen akut yang palingsering. Penyakit mengenai umur laki-laki perempuan, lebih sering
menyerang laki-laki berusia sampai 30 tahun. Apendiksiris menjadi yaitu apendiksitis akut
apendisitis kronik. Apendiksitis eksudat rongga maupun permukaan apendiks. Apendiksinis
biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus diproduksi mukosa apendiks mengalami bendungan.Semakin mukus tersebut semakin
namun clasitas apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan luka dengan mamantau
keadaan luka, melakukan penggatian balutan verban) mencegah terjadinya Penggunaan
antibiotic topical luka apendisitis seperti metrodinazole sangat untuk membunuh bakteri
menimbulkan bau (Gitaraja, 2014).
Pembalut luka merupakan sarana untuk mengatur kelembaban menyerap apendisitis.
Diharapkan memiliki kemampuan khusus dalam merawat luka apendisitis.GV yang
dilakukan Ny.D" yang bertujuan untuk luka kontaminasi, meningkatkan penyembuhan dan
menjaga kebersihan dengan dijadikan pedoman bagi pelaksanaan asuhan keperawatan
apendisitis perforasi dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperwatan dimasa
yang datang.

B. Saran

37
Diharapkan dalam perawatan luka apendisitis perawat dapat memfasilitasi pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan sarana prasarana yang dan mendukung keterampilan perawat
dengan meningkatkan pelatihan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti berjunjung

Daftar Pustaka

Astutik, C. (2012). GANGGUAN SISTIMPENCERNAAN POST APPENDIKTOMI HARI


KE 1 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN. 1-13.

Eylin. (2009a). Karakteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus Appendisitis
Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI RSUP
Cipto Mangunkusumo.

Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien Appendisitis Akut
dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Sibuea, Siti Hardiyanti. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien
Appendisitis Akut dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Sumarni, T. A. (2019). Viva Medika. Jurnal Kesehatan, 12, 50-63.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

38
Wibowo, W. J., Wahid, T. O. R., & Masdar, H. (2020). Hubungan Onset Keluhan Nyeri
Perut Dan Jumlah Leukosit Dengan Tingkat Keparahan Apendisitis Akut Pada Anak Health
& Medical Journal. 2(2), 26-36.

39

Anda mungkin juga menyukai