Disusun Oleh:
Nama mahasiswa / NIM :
1. Lintang Faturohmah / 202102063
2. Merlin / 202102064
3. Mulia Abdillah Sunarya / 202102066
Ruang / RS :
At-tin / RS PKU Muhammadiyah Gamping
KATA PENGANTAR
Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami harap laporan
ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita semua. Amin.
ii
Penulis
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Appendisitis akut merupakan penyakit yang sering dijumpai, penyakit ini
membutuhkan penanganan pembedahan dan penanganan yang tepat. (Wibowo et al.,
2020).
Penyakit appendisitis jika tidak segera ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi yang parah seperti sepsis atau perforasi dan bisa menyebabkan kematian. Oleh
sebab itu, penyakit appendisitis dapat di tangani dengan melakukan tindakan pembedahan
atau sering disebut dengan appendiktomi, dan jika terjadi perforasi dapat dilakukan
laparotomi (Sumarni, 2019).
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
BAB II
TEORI
A. Pengertian
Apendisitis yaitu peradangan pada usus buntu yang merupakan penyebab paling
umum dari sakit perut akut. Penyakit ini sering terjadi pada pria antara usia 10 sampai 30
tahun, meskipun dapat menyerang semua usia, baik pada pria maupun wanita (Wedjo,
2019). Apendisitis yaitu suatu kondisi di mana usus buntu terinfeksi. Kasus ringan dapat
disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi sering kali memerlukan pengangkatan usus buntu
yang terinfeksi dan laparotomi (Hidayat, 2020).
Apendisitis akut merupakan salah satu kegawatan bedah yang paling sering, dan
apendiktomi termasuk operasi darurat yang paling sering dilakukan di seluruh dunia
(Tampi, Sapan, & Sumangkut, 2016).
B. Etiologi
Etiologi dari appendisitis menurut (S. Bakhri, 2015) meliputi :
1. Hiperplasi jaringan limfoid.
Istilah medis hipertrofi jaringan limfoid dan hiperplasia limfatik umumnya
menyebabkan radang usus buntu pada anak-anak. Kondisi ini biasanya diidentifikasi
dengan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium patologi. Pembesaran jaringan
limfoid akibat perubahan struktur dinding apendiks dapat menyebabkan inflamasi.
Perubahan ini umumnya terkait dengan penyakit radang usus (IBD), infeksi saluran
cerna maupun Chorn’s disease.
2. Fekalit.
Fekalit / timbunan tinja yang keras dan menjadi penyebab utama seseorang
dapat mengalami radang usus buntu. Keadaan statis / diam secara terus-menerus
menyebabkan banyak kuman berkambang biak. Ini menginduksi peradangan di
sekitar struktur dan sekum, menyebabkan gejala pada pasien. Secara umum,
apendisitis akibat penutupan tinja sering terjadi pada anak-anak dan orang tua. Hal ini
dipengaruhi oleh gaya hidup yang sangat sedikit mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat atau membatasi aktivitas fisik.
2
3. Tumor apendiks
Tumor langka ini terbentuk dibagian bawah saluran pencernaan yang dapat
menyebabkan peradangan pada usus buntu. Tumorlebih cenderung menyebabkan
peradangan yang mengganggu struktur sekum yang sedang tumbuh.
4. Infeksi parasit.
Infeksi parasit seperti cacing gelang (Ascaris lumbricoides), amuba
(Entamoeba histolica), cacing benang (Strongiloides stercoralis), cacing kremi
(enterobiasis), dan Blastocystis hominis merupakan penyebab peradangan pada usus
buntu. Biasanya infeksi parasit ditularkan dari hewan maupun cara hidup yang tidak
sehat, seperti kurang menjaga kebersihan diri. Adanya infeksi parasit menyebabkan
perlukaan atau erosi di lapisan usus buntu, sehingga peradangan dapat terjadi dengan
mudah.
5. Makanan rendah serat
Seseorang yang mengkonsumsi sedikit makanan berserat akan mengalami
feses yang kering, keras dan kecil yang memerlukan kontraksi otot yang lebih besar
untuk mengeluarkannya sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi menyebabkan
terjadinya obstruksi fekalit dalam usus sehingga meningkatkan produksi mukus di
saluran pencernaan. Peningkatan tekanan dinding appendiks meningkatkan tekanan
kapiler dan menyebabkan iskemia mukosa dan translokasi bakteri menembus dinding
appendiks menyebabkan terjadinya inflamasi di appendiks yaitu appendisitis.
6. Konstipasi
Pengerasan tinja (konstipasi) dalam waktu lama, sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya akan
menjadi tempat bakteri bersarang dan berkembang biak, sebagai infeksi . Hal ini akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks
dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon. Penyumbatan yang tetjadi
pada lapisan usus buntu yang menyebabkan infeksi diduga menjadi penyebab usus
buntu. Bakteri yang berkembang biak dengan cepat akhirnya menyebabkan appendiks
menjadi meradang, bengkak, dan penuh nanah. Bila tidak segera diobati usus buntu
bisa pecah (Wedjo, 2019).
C. Anatomi & Fisiologi Appendicitis
1. Anatomi Appendisitis
3
Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks adalah
organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan banyak mengandung
jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm).
Dasarnya melekat pada permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah
junctura iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal dan
2. Fisiologi Appendisitis
4
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan pada patogenesis apendiks.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid
Tissue) yangterdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.
Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
disaluran cerna dan diseluruh tubuh (Arifin, 2014).
E. Patofisiologi
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan oleh
feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan pengamatan epidemiologi bahwa
apendisitis berhubungan dengan asupan serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).
Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.
Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan serosa
(peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut
ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen,
menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).
Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen, yang
menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit
dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera
terjadi dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh
omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, 2007).
F. Penatalaksanaan
Adapun pengobatan/penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk radang usus buntu
yaitu :
1. Terapi Konservatif
Terapi ini diterapkan untuk pasien yang tidak dapat menerima layanan bedah
berupa antibiotik. Mengkonsumsi antibiotik dapat membantu mencegah infeksi.
5
2. Operasi
Sudah jelas telah terdeteksi apendisitis maka tindakan yang dilakukan yaitu
operasi pengangkatan apendiks. Operasi pengangkatan usus buntu disebut appendikomi
(Wedjo, 2019).
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium
Ini termasuk hitung kelengkapan darah dan protein penghasil (CRP). Tes darah
menunjukkan jumlah sel darah putih 10.000-18.000/mm3 leukositosis dan lebih dari 75%
neutrofil, tetapi CRP menunjukkan peningkatan jumlah serum..
2. Radiologi
Abses yaitu peradangan pada usus buntu yang mengandung nanah. Massa jaringan
lunak dapat teraba di kuadran kanan bawah atau di panggul. Benjolan ini awalnya selulit
dan berkembang menjadi rongga berisi nanah. Ini terjadi ketika apendisitis memiliki
mikrofosil yang ditutupi dengan kelenjar getah bening atau perikardium.
2. Perforasi
Usus buntu pecah berisi nanah yang memungkinkan bakteri menyebar dalam
perut. Perforasi akan jarang dalam rentang waktu 12 jam setelah timbulnya nyeri, tetapi
meningkat dengan cepat setelah 24jam.
3. Peritonitis
6
I. Pathway
7
J. Rencana Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Data subjectif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini ( 2018)
meliputi :
1) Nama: untuk mengetahui nama jelas dan lengkap
2) Umur : Dicatat dalam tahun
3) Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing
4) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya
5) Pekerjaan : untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya
6) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bisa
diperlukan
b. Keluhan utama : untuk mengetahui masalah yang dihadapi berkaitan
dengan masa nifas
c. Riwayat kesehatan menurut Ambarwati ( 2018) riwayat kesehatan
meliputi :
1) Riwayat kesehatan yang lalu data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti jantung,
diabetes, mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada
masa post partum ini.
2) Riwayat kesehatan sekarang data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa post partum dan bayinya.
3) Riwayat kesehatan keluarga data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya.
4) Riwayat menstruasi
8
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui
jumlah kehamilan dan kelahirannya
6) Riwayat kehamilan sekarang menurut Saifudin ( 2016) meliputi :
a) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya.
b) Keluhan keluhan pada trimester I, II, III
c) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
d) Selama hamil berapa kali ibu periksa
e) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
f) Pergerakan anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa
minggu
g) Imunisasi : sudah/belum berapa kali telah dilakukan Imunisasi
selama hamil
h) Keadaan psikologis untuk mengetahui tentang perasaan ibu
sekarang, apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan
sekarang
i) Penggunaan obat obatan/rokok untuk mengetahui apakah ibu
mengkomsumsi obat terlarang atau ibu merokok.
b. Data Objective yaitu data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
1) Status generalis
a) Keadaan umum untuk mengetahui untuk mengetahui apakah ibu
dalam keadaan baik, cukup atau kurang.
b) Kesadaran untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah compass
mentis,apatis,somnolen,spair
c) Tanda tanda vital
d) Tinggi badan dan berat badan
2) Pemeriksaan esktremitas
a) Inspeksi
Rambut untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok
atau tidak
Muka untuk mengetahui keadaan, muka pucat atau tidak
adakah kelainan, edema
Mata untuk mengetahui edema atau tidak, konjungtiva, anemia
atau tidak, sklera ikterik atau tidak
9
Abdomen untuk mengetahui ada luka bekas operasi atau tidak,
ada strie atau tidak, ada tidaknya linea alba nigra
Vulva untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
b) Palpasi
Leher untuk mengetahui adakah pembesaran thyroid, ada
benjolan atau tidak
Dada untuk mengetahui keadaan payudara, benjolan, nyeri dan
kesimetrisan
Abdomen untuk mengetahui kontraksi uterus : keras, lemah,
tinggi fundus uteri
Ekstremitas untuk mengetahui ada cacat atau tidaknya, edema
dan varises
Diagnosa keperawatan
Intervensi
10
DX TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWAT KRITERIA HASIL
AN
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.D
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 26 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Kawin / Menikah
f. Pekerjaan : Perawat
g. Pendidikan Terakhir : S1 Keperawatan
h. Alamat : Pedusan Argosari sedayu
i. No.CM :
j. Diagnostik Medis : Gl. Abd. Ecsup. App. Akut
PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Tn H
b. Umur : 27 tahun
c. Pendidikan : SMK
d.Pekerjaan : Wirausaha
e. Alamat : Pedusan Argosari Sedayu
12
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah, nyeri terasa Panas, di tusuk
tusuk , perih.
2) Kronologi Penyakit Saat Ini
Pasien mengatakan, hari sabtu habis pulang kerja Shift siang Demam naik
turun, Hari Minggu pasien diare , mual dan nyeri perut kanan bawah,
senin pasien mengatakan tidak kuat di bawa ke Rs PKU
Muhammmadiyah Gamping.
3) Pengaruh Penyakit Terhadap Pasien
4) Pasien berharap pelayanan kesehatan mampu memenuhi kebutuhan
pasiennya
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Pasien mengatakan pada masa anak anak pernah mengalami asma, flek
paru paru
2) Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
3) Pasien mengatakan tidak pernah di rawat RS
4) Pasien mengatakan pengobatan terakhir di RS PKU Muhammadiyah
Gamping
13
= Meninggal
= pasien
= Garis Keturunan
= garis tinggal serumah
1) Pasien mengatakan masih tinggal bersama ibu mertua
jumlah keluarga 5 suami, anak, ibu , ayah
2) Pasien mengatakan anaknya memiliki penyakit serupa asma dan dari
nenek mempunyai riwayat penyakit usus buntu
3) Pasien mengatakan dari keluarga mempunyai penyakit menurun yaitu
asma
4) Jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit pihak keluarga selalu
memberi support untuk cepat sembuh
14
3) Pasien mengatakan saat nyeri muncul yang dilakukan pasien adalah di
kompres dibagian perut
4) Kompres dengan air ketika nyeri muncul
5) Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada riwayat pembedahan
Saat sakit
1) Pasien mengatakan saat sakit aktifitas terbatasi karena nyeri
2) Terdapat gangguan aktifitas
ISTIRAHAT
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pola istirahat terpenuhi
Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit pola istirahat terganggu
TIDUR
Sebelum Sakit
1) Pasien mengatakan sebelum sakit pola tidur tidak terganggu
2) pola tidur terpenuhi
3) Pasien mengatakan tidurnya nyenyak
15
Saat Sakit
1) Pasien mengatakan saat sakit pola tidur terganggu
2) Pasien mengatakan hanya tidur 2 jam
3) Pasien mengatakan sering terbangun dan tidak nyenyak
4) Pasien mengatakan saaat sakit badan terasa mudah lelah/lemas
5) Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat penenang
sebelum tidur
CAIRAN
1) Pasien mengatakan sebelum dan saat sakit cairan terpenuhi
2) Pasien minum 2 botol air mineral perhari ( 1500 ml )
3) Pasien mengatakan sering minum air mineral
4) Minum 5 gelas perhari
5) tidak ada pantangan untuk minuman
6) pasien mengatakan tidak mengkomsumsi alcohol
7) tidak terdapat pembatasan cairan
NUTRISI
Sebelum sakit
1) Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya makan nasi, lauk, sayur.
2) pasien mengatakan makan 2x sehari
3) pasien mengatakan tidak ada makanan yang di pantang
4) pasien mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau
mengunyah
5) pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu makan
6) tidak terdapat gangguan pencernaan
7) tidak ada alergi terhadap makanan
Saat sakit
1)Pasien mengatakan saat sakit tidak nafsu makan
2) pasien mengatakan saat sakit makan 1x sehari 3 -5 sendok
3)pasien mengatakan tidak ada makanan yang di pantang
4)pasien mengatakan tidak ada kesulitan menelan atau mengunyah
16
5)pasien tidak menggunakan alat bantu makan
6)terdapat gangguan pecernaan di bagian usus
7)pasien mengatakan tidak ada alergi makanan
Saat sakit
a.pasien mengatakan bab 2x sehari
b.pasien tidak menggunakan obat pencahar
c.pasien mengatakan bab lancar teratur
d.pasien tidak menggunakan alat bantu untuk defeksi
Eliminasi Urine :
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan bak 6x sehari bak
b.pasien tidak menggunakan alat bantu dalam miksi
c.pasien mengatakan bak teratur
d.pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat bak
Saat sakit
a.pasien mengatakan bak 6x sehari bak
b.pasien tidak menggunakan alat bantu dalam miksi
c.pasien mengatakan bak teratur
d.pasien mengatakan tidak ada kesulitan saat bak
Saat Sakit
a.pasien mengatakan saat sakit tidak ada kesulitan dalam bernafas
b.pasien mengatakan untuk mengatasi masalah berusaha tenang
c.pasien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
d.pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
e.pasien tidak merokok/mengkonsumsi obat obat
f.pasien tidak memiliki alergi debu / obat obat
g.pasien mengtakan tidak pernah di rawat dengan gangguan pernafasan
h.pasien mengtakan pernah ada riwayat gangguan pernafasan pada
masa anak anak asma
KARDIVASKULER
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan tidak cepat lelah
b. pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, pusing / rasa berat
di dada
c.pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
d.pasien tidak ada gangguan kardiovaskuler
Saat sakit
a.pasien mengatakan cepat lelah
b. pasien mengatakan tidak ada keluhan nyeri dada, pusing / rasa berat
di dada
18
c.pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
d.pasien tidak ada gangguan kardiovaskuler
PERSONAL HYGIENE
Sebelum sakit
a.pasien mengatakan mandi 2x sehari
b.pasien mengatakan cuci rambut seminggu 3x
c.pasien mengatakan tidak memmerlukan bantuan melakukan personal
hygiene
Saat sakit
a.pasien mengatakan mandi 1x sehari
b.pasien mengatakan saat sakit seminggu 2x cuci rambut
c.pasien mengatakan tidak memmerlukan bantuan melakukan personal
hygiene
SEX
a.pasien mengtakan tidak ada kesulitan hubungan seksual
b.pasien mengatakan penyakit sekarang tidak mempengaruhi fungsi
seksual
c.pasien mengatakan mempunyai anak 1
19
Saat sakit
1)emosi stabil
2)pasien mengatakan saat sakit perasanya sedih
3)pasien mengatakan suasana hati sedih saat sakit ingin cepat
sembuh
4)perasan pasien saat ini sedih
5)pasien selalu mendapat support dari keluarganya ,memotivasi
pasien agar cepat sembuh sakit
6)pasien memandang dirinya lemah ketika sakit
b. Hubungan sosial :
1)pasien tidak mempunyai teman dekat
2)pasien mengatakan percaya pada keluarganya
3)pasien mengikuti dalam kegiatan masyarakat (sebelum sakit )
4)pekerjaan pasien sekarang sebagai perawat sesuai kemampuanya.
c. Spiritual
a. pasien menganut 1 agama islam
b.tidak ada gangguan dalam beribadah saat sakit,.
c. hubungan antara manusia dan tuhan dalam agama pasien
Tuhan adalah satu satunya .
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAAN UMUM
1) CM Composmentis
20
2.)TD :142/93 N: 87x/mnt, S; 37,5 C, RR: 20x/mnt
3.)TB: 164 BB : 48
4. )Keadaan Kulit : Bersih
Warna: Coklat
Tekstur : Lembut
Tidak ada kelainan kulit
c. Dada
1) inspeksi :bentuk dan pergerakan simetri tidak ada luka tidak ada sesek
nafas teratur
2) auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
3) perkusi :suara redup
4) palpasi :tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan taktil fremitus kana
dan kiri simetris
d. Abdomen
1) inspeksi :simetris, tidak ada benjolan asupan massa
2) auskultasi :tidak terdengar bunyi bising usus
3) perkusi :Normal , tidak ada gangguan , suara timpani
21
4) palpasi :nyeri tekan pada abdomen
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
APTT
APPT 23.0.45.0 29.6 N
PT ( PROTHOROMBINE
TIME)
11.0.170 13.0 N
PPT
RHESUS
Positif N
RHRSUS FAKTOR
A
Gol Darah
Na.K.CI 3.5.5.1 3.40 L
KALIUM 98.0.107.0 1.06.0 N
KLORIDA 136. 146 140.0 N
NATRIUM
HBSAG TES Non Reactive N
Non Reactive
HBS AG
DARAH RUTIN (Auto) 2 N
2.4
EOSIONOFIL. 11.7.15.5 14.6 N
4.20.5.40
HEMOGLOBIN 5.15 N
35.0.49.0
ERITROSIT 44.1 N
4.5.11.5
HEMATOKRIT 6.78 N
LEUKOSIT 80.0 94.0 N
85.6
26.0.32.0
MCU N
22
MCH 320.36.0 28.2 N
150.450
MCHC 33.1 N
TROMBOSIT 188
23
profilaksis dan untuk
mengobati gejala mual
dan muntah akibat
kehamilan, kemoterapi,
radiasi dan pasca operasi.
Obat ini termasuk dalam
kelas obat yang disebut
antiemetik, selektif 5-
HT3 antagonis.
PROSES KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : Agen pecedera fisik Nyeri akut (D.0077)
P: pasien mengatakan nyeri
Pada perut kanan bawah.
Q: Nyeri seperti di tusuk
tusuk panas, perih.
R: Nyeri di bagian pusar
menyebar perut kanan
bawah
S: skala nyeri 6
T: Nyeri hilang timbul
kurang lebih 4 menit
DO :
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
meringis kesakitan
- Pasien tampak pucat
24
TTV :TD: 142/92
N : 87x/mnt
S : 37,5 C
RR : 22x/mnt
DO :
- wajah pasien
tampak kemerahan
- bibir pasien tampak
kering mukosa bibir
kering
- Akral teraba hangat
25
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut b,d Agen pecedra Fisik
b) Hipetermia b,d proses penyakit
c) Nauesea b.d Efek agen Farmakologi
3. INTERVENSI
TUJUAN DAN
DX KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWAT
AN
Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Observasi
agen pencedera tindakan keperawtan 3x 1. Identifkasi lokasi, karakteristik
fisik 24 jam di harapkan nyeri durasi, frekuensi kulitas intesitas
berkurang dengan nyeri
kreiteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mampu 3. Mengkaji PQRST nyeri
mengontrol nyeri, Terapeutik
mampu 1. Berikan teknik
nenggunakan nonfarmakologis untuk
teknik mengurangi rasa nyeri
nomfarmakologis Edukasi
untuk mengurangi 1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri nyeri
2. TTV dalam batas Kolaborasi
normal 1. Pemberian Analgetik jika
3. Pasien tampak perlu
rileks
4. Kaji tingkat nyeri
dengan standar
PQRST
26
Hipertermia b.d Setelah dilakukan Observasi
proses penyakit tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan hipertermia ( mis.Dehidrasi,
3x24 jam di terpapar panas, penggunaan
harapkan inkubator.
hipertermia 2. Monitor suhu tubuh tekanan
berkurang dengan darah, freukuensi pernafasan
kriteria hasil : dan nadi
1. Tidak 3. Monitor warna dan suhu
menggigil tubuh
2. Warna kulit Terapeutik
normal 1. Berikan cairan oral
3. Tidak kejang 2. Ganti pakaian linen basah
4. Suhu tubuh Kolaborasi
36,5C-37,5C 1. .Pemberian cairan dan elektrolit
intravena
27
4. IMPLEMENTASI
1. Nyeri akut b.d Agen pecedra fisik
28
skala 3
DO:
-pasien tampak gelisah
-Pasien tampak meringis
-pasien tampak pucat.
TD: 142/92
N: 87x/mnt
S: 37,5x/mnt
Terpasang Rl. 500 cc
29
hangat/dingin nyreri pasien berkrang
menjadi 3
DO :
TTV :
TD: 131/82
N: 88x/mnt
S: 36,2C
RR; 20x/mnt
- Pasien tidak gelisah
- Pasien sudah tidak meringis
- Pasien sudah tidak pucat
- Masalah terastasi sebagian..
30
gelisah,cemas,pucat.
-intervensi di berhentikan.
Selasa 1.mengidentifikikasi Ds : 1.
14-2- penyebab hipetermia pasien mengatakan dan mengeluh
2023 2.mengkaji keluhan pasien demam naik turun.
3. Memonitor TTV, Suhu
tubuh, tekanan darah Do:
frekuensi pernafasan dan TTV :
nadi. TD: 142/92 Mmhg
4. memonitor warna dan suhu N: 87x/mnt
tubuh S: 37, 5C
5. memberikan cairan oral RR: 20x/mnt
( paracetamol 500 mg) dan
(paracetamol infus 100ml) 4. Pasien tampak pucat dan wajah
kemerahan
-mukosa bibir tempat kering
-akral teraba hangat pasien
31
Rabu 1. Mengkaji keluhan DS: 1. pasien mengtakan
15 -2- pasien demam reda tidak turun
2023 naik .
2. Memonitor Tanda 1. DO: TTV
tanda vital TD: 131/82
3. Memonitor suhu N: 88x/mnt
tubuh dan warna S: 36,2C
(mengidentifikasi RR: 20x/mnt
apakah pasien tampak 2. Pasien sudah tidak pucat
pucat dan wajah dan wajah tdk kemerahan.
kemerahan) 3. Setelah di berikan
4. Pemberian cairan paracetamol inf 100 ml.
elektrolit dan pasien demam mereda
intravena (pemberian - Masalah teratasi sebagian
paracetamol inf 100
ml
32
3. Nausea bd. Efek Agen Farmakologi
33
6.memonitor TTV sendok.
- masalah belum teratasi
intervensi di lanjutkan…
34
1. Memonitor asupan dan berikan asupan nutrisi dan
nutrisi kalori kalori yang cukup tidak
2. Memonitor TTV merasakan mual
3. Kolaborasi pemberian DO
antimetik 3. TD : 124/84
(memberikan injeksi S:36,2C
ondansetron 4mg/2ml N: 96/mnt
- Intervensi di berhetikan
DO:
5.EVALUASI
Hari/
Tgl DIAGNOSA EVALUASI
Kamis
16 -2- Nyeri akut b.d S: -Pasien mengatakan nyeri
2023 Agen pecedra fisik berkurang menjadi 3
-pasien mengatakan perut kanan
bawah sudah tidak nyeri
-Klien mengtakan sudah mengerti
teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri
35
S: 36,2C
RR: 20x/mnt
P: Nyeri perut kanan bawah
Q: Nyeri di tusuk tusuk tusuk panas,
perih
R: nyeri titik pusar menyebar perut
kanan bawah
S: skala Nyeri 3
T: Nyeri hilang timbul
A: Masalah Teratasi
P: Hentikan intervensi
A: Masalah teratasi
P: intervensi di berhentikan
36
A: : Masalah Teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
37
Diharapkan dalam perawatan luka apendisitis perawat dapat memfasilitasi pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan sarana prasarana yang dan mendukung keterampilan perawat
dengan meningkatkan pelatihan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti berjunjung
Daftar Pustaka
Eylin. (2009a). Karakteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus Appendisitis
Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran UI RSUP
Cipto Mangunkusumo.
Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien Appendisitis Akut
dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Sibuea, Siti Hardiyanti. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien
Appendisitis Akut dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Sumarni, T. A. (2019). Viva Medika. Jurnal Kesehatan, 12, 50-63.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
38
Wibowo, W. J., Wahid, T. O. R., & Masdar, H. (2020). Hubungan Onset Keluhan Nyeri
Perut Dan Jumlah Leukosit Dengan Tingkat Keparahan Apendisitis Akut Pada Anak Health
& Medical Journal. 2(2), 26-36.
39