UNIVERSITAS JAMBI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh
Fitry Febrianti, S.Ked
G1A221047
PEMBIMBING
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Session ini
dengan judul “Appendisitis pada Anak”. Artikel ini merupakan bagian dari tugas
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Willy Hardy
Marpaung, Sp.BA selaku pembimbing yang telah memberikan arahan sehingga Clinical
Science Session ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.Sebagai penutup semoga kiranya
laporan Clinical Science Session ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia
kesehatan pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Anatomi
2.2. Definisi
Apendisitis adalah inflamasi pada appendiks vermiformis. Appendisitis
merupakan suatu emergensi bedah abdomen yang umum terjadi. Kelompok usia
yang umunya mengalami appendisitis yaitu pada usia antara 20 -30 tahun,
namun penyakit ini juga dapat terjadi segala usia.
Apendisitis akut merupakan salah satu penyebab umum nyeri perut pada
anak. Risiko seumur hidup mengembangkan apendisitis akut antara laki-laki dan
perempuan adalah 8,6 dan 6,7%, masing-masing. Meskipun apendisitis akut
jarang terjadi pada bayi dan anak-anak, masih banyak kasus neonatus dan
prenatal yang pernah dilaporkan. Insiden apendisitis akut secara bertahap
meningkat setelah lahir, mencapai puncaknya pada akhir masa remaja dan secara
bertahap menurun pada usia geriatri. Studi yang baru-baru ini diterbitkan telah
mengungkapkan bahwa kejadian apendisitis akut sangat bervariasi menurut jenis
kelamin, ras, status sosial ekonomi dan imigran dari populasi umum.
2.4. Patofisiologi
Patogenesis yang tepat dari apendisitis akut adalah multi faktor meskipun
masih belum jelas. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa obstruksi lumen biasanya
ada. Pada anak anak pra sekolah, obstruksi ini biasanya disebabkan oleh
hiperplasia limfoid dan lebih kecil kemungkinannya karena fekolit, sebagai
appendix mengandung jaringan limfoid dalam jumlah berlebihan di submukosa
yang meningkat dalam ukuran dan jumlah seiring bertambahnya usia, mencapai
jumlah dan ukuran maksimum pada masa remaja dengan kemungkinan lebih
tinggi untuk berkembang menjadi apendisitis akut. Faecoliths dibentuk oleh
overlayering garam kalsium dan puing-puing tinja pada tinja inspissated dalam
lumen apendiks vermiform. Obstruksi luminal dengan sekresi terus menerus dan
stagnasi cairan dan mukus dari sel epitel mengakibatkan peningkatan tekanan
intraluminal dan distensi apendiks. Bakteri usus dalam apendiks berkembang
biak, dan dinding edema memicu invasi bakteri. Juga, gangguan suplai darah,
penurunan aliran balik vena, dan akhirnya trombosis arteri dan vena
appendicular memperburuk proses inflamasi, mengakibatkan iskemia, nekrosis,
gangren, dan perforasi.1,2
a. Nyeri
Nyeri perut adalah keluhan utama pasien appendisitis akut.4 Nyeri awalnya
timbul di periumbilical yang meningkat 24 jam pertama menjadi konstan dan
tajam kemudian menyebar ke kuadran kanan bawah.4 Nyeri bersifat viseral,
berasal dari kontraksi appendiceal atau distensi dari lumen. Biasanya disertai
dengan adanya rasa ingin defekasi atau flatus. Nyeri biasanya berlangsung
selama 4-6 jam. Selama inflamasi menyebar dipermukaan parietal peritoneal.
Biasanya pasien berbaring, melakukan fleksi pada pinggang, serta
mengangkat lututnya untuk mengurangi pergerakan dan menghindari nyeri
yang semakin parah.3
c. Demam ringan
Pasien dengan appendisitis akut biasanya mengalami demam ringan dimana
temperatur berkisar 37,2 c – 38 c, tetapi > 38,3 menandakan adanya
perforasi.3,4
d. Abdominal tenderness
Kekakuan dan tenderness apabila kondisi berlanjut ke tahap perforasi dan
peritonitis atau difus.3
e. Leukosit
Peningkatan jumlah leukosit > 14000/mm3 menandakan adanya perforasi.2
b. Palpasi
Nyeri maksimal dapat ditemukan di titik McBurney pada abdomen kuadran
kanan bawah. Dapat teraba massa jika apendiks sudah perforasi. Nyeri lepas
tekan, defans muskular lokal, kontraksi involunter dari muskulus rektus atau
oblikus (tanda peritoneal).2
c. Perkusi
Nyeri ketok pada abdomen kanan bawah. 2
d. Auskultasi
Bising usus normal atau meningkat pada awal appendisitis, dan bising
melemah jika terjadi perforasi. 2
e. Pada pemeriksaan fisik jantung dan paru dapat ditemukan takikardi dan
takipnoe karena dehidrasi atau kesakitan.
f. Pemeriksaan khusus pada appendisitis akut :
Rovsing sign
Dengan penekanan pada perut kiri bawah kemudian agak didorong ke
kanan, penderita akan merasa nyeri diperut kanan bawah.
Psoas sign
Pasien dalam posisi tidur miring ke kiri. Pemeriksa dibelakang
penderita. Tangan kiri pemeriksa memegang panggul penderita dan
tangan kanan menarik lutut kanan penderita (hyperextensi). Penderita
akan merasa nyeri diperut kanan bawah bila positif.
Obturator sign
Penderita dalam posisi terlentang, fleksi pada pangkal paha dan lutut
kanan, kemudian dilakukan endo eksorotasi paha. Bila positif
penderita akan merasa nyeri di perut kanan bawah.
Ten horn sign
Ini khusus pada penderita laki-laki. Penderita dalam posisi terlentang
kemudian testis kanan ditarik ke bawah, bila positif penderita akan
merasa nyeri diperut kanan bawah.
b. Pemeriksaan Radiografi
Karena risiko radiasi dari CT scan, USG dengan kompresi lebih disukai sebagai
pemeriksaan pencitraan pertama apendisitis akut pada anak, yaitu dengan cara
menentukan lokasi apendiks, kemudian mengusahakan untuk menekan lumennya.
Temuan positif berupa diameter transversal lumen apendiks melebar (6 mm atau
lebih) dan tidak dapat dikompresi, timbul nyeri fokal pada titik McBurney ketika
dilakukan kompresi dengan probe USG, apendikolit, dan cairan dalam lumen
apendiks. Pada pasien dengan apendisitis perforasi, tampak gambaran flegmon
atau abses di sekitar apendiks.1
Interpretasi:
Skor 1-4 : Tidak dipertimbangkan mengalami apendisitis akut
Skor 5-6 : Dipertimbangkan apendisitis akut, tapi tidak perlu operasi segera
Skor 7-8 : Dipertimbangkan mengalami apendistis akut
Skor 9-10 : Hampir definitif mengalami apendisitis akut dan dibutuhkan
tindakan bedah
Interpretasi :
PAS < 5 berisiko rendah untuk terjadi apendisitis. Anak dengan PAS < 5
dapat dirawat jalan. Namun, nyeri perut yang menetap atau adanya keluhan
tambahan lain harus dievaluasi ulang.
PAS > 9 berisiko tinggi untuk terjadi apendisitis komplikata. Anak dengan
PAS > 9 harus dioperasi apendektomi.
PAS 6 – 8 lebih sering dijumpai apendisitis sederhana. Anak dengan PAS 6 –
8 juga dioperasi apendektomi.
a. Konservatif non-operatif
2.7 Komplikasi
BAB III
KESIMPULAN