Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS

Disusun Oleh:
Luthfi Mahfuzh 130100158
William Jonathan 140100135
Asdar Raya 140100010
Clare Anthony 140100261
Kiko Sihombing 1201000046

Pembimbing:
dr. Supredo Kembaren Sp. B

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hernia
Inguinalis”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Supredo Kembaren Sp. B selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Medan, 06 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi 3
2.2 Embriologi dan Anatomi 4
2.3 Etiologi 6
2.4 Klasifikasi 8
2.5 Patofisiologi 11
2.6 Gambaran Klinis 13
2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding 14
2.8 Tatalaksana 19
2.9 Komplikasi 22
BAB III STATUS ORANG SAKIT 25
BAB IV FOLLOW-UP 31
BAB V DISKUSI 32
BAB VI KESIMPULAN 37
DAFTAR PUSTAKA 38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam
kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis
bersifat strangulasi (ireponibel disertai gangguan pasase) dan inkarserasi
(ireponibel disertai gangguan vascularisasi). Inkarserasi merupakan penyebab
obstruksi usus nomor satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah
apendicitis akut di Indonesia.1,2

Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10


kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase
sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis
10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 %. 1,3 Secara umum,
kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki
dan 2,1 % pada perempuan.4

Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah


tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus prosedur
bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi di seluruh dunia tidak
diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat
yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam
satu tahun.5 Kasus hernia inguinalis di USA (United States America) sekitar
800.000 kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000 kasus setiap tahun.4

Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka kejadian
hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi
bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan
pada usia rerata 40 tahun. Pada anak, insidensinya 1-2%, dengan 10 % kasus
mengalami komplikasi inkarserasi. Pada usia sekitar satu tahun, sekitar 30 %

1
processus vaginalis belum tertutup. Hernia inguinalis lebih sering terjadi di
sebelah kanan 60 %, sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral 15 %.1,2

Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu


peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat
dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan,
prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional,
overweight dan obesitas).1,2

Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu


tindakan konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah atau penunjang untuk
memepertahankan isi hernia yang telah direposisi. Sedangkan penanganan operatif
yang dilakukan adalah herniotomi dan hernioplastik. Namum pada hernia
inguinalis hampir semua memerlukan tindakan operatif kecuali jika ada kelainan
lokal atau umum yang merupakan kontra indikasi.6

1.2 Tujuan

1. Meningkatkan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah di bidang


kedokteran.
2. Memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior
Program Pendidikan Profesi Kedokteran di Departemen Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara.

1.3 Manfaat

Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah


pengetahuan mengenai hernia inguinalis sehingga dokter muda dapat mengenali
penyakit ini dan menangani sesuai dengan kompetensinya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia adalah penonjolan
abnormal organ intra abdomen melalui suatu defek bawaan atau defek yang
didapat. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi
melalui celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris
resistensiae baik bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intra abdomen yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot
dinding perut.1

2.2. Embriologi dan Anatomi


Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari
pole inferior gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati
dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk
bagian ventral gubernaculums bilateral. Testis awalnya retroperitoneal dan dengan
processus vaginalis testis akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum
dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan
terlebih dahulu sehingga, yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.7

Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum
ke dalam tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian dibungkus oleh suatu
lipatan refleksi prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis
dikenal sebagai tunika vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain kantong
peritoneum membentuk tunika vaginalis testis lamina parietalis. Saluran sempit
yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum,

3
menutup pada saat lahir atauu segera sesudahnya. Disamping dibungkus oleh
lapisan-lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga
terbungkus di dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior
yang dilewatinya.8

Gambar 1. Proses Desensus Testis

Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan


berobliterasi masuk kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan
obliterasi processus vaginalis oleh tunika vaginalis mengakibatkan berbagai
anomaly inguinal.9

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior


menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna.9
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum
inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi
medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya

4
ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).9

* Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan


terletak 2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis. 9

Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.


Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils
adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah. 9

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari


trigonum Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,
dan ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral
dari trigonum adalah hernia indirect. 9

5
Gambar 2. Segitiga Hesselbach's

* Aponeurosis Obliqus External

Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial


dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external

6
oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. 9

Gambar 3. Otot Oblique

* Otot Oblique internus

Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk
conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya te;ah banyak
diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien. 9

* Fascia Transversalis

Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutanb dari otot transversalis dan


aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan: "The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar
dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan
ke linea semulunaris. 9

7
Gambar 4. Fascia Transversalis

* Ligamentum Cooper

Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan


dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. 9

* Preperitoneal Space

preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh


darah dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah
adalah nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus
cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari
nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan
dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral
ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior. 9

Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan


kadang dari L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital
dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam
sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.

8
ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan
medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah
jaringan lemak sangat bervariasi.

2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial


(faktor pencetus selama hidup).

 Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritoneum. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal
tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang
kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena
tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.1
 Acquired (didapat)
1. peninggian tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong
isi hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar,
seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat,
konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga
dapat membuka kembali kanalis inguinalis.1
2. Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia.1

9
3. kelemahan otot dinding perut karena usia, malnutrisi, ataupun
paralisis dari saraf motorik.1
4. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya
yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR
(Locus minoris resistance).1
5. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.1

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi empat yaitu:10
1. Hernia reponible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit
.
dengan tepi yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical) Tidak ada keluhan
rasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang
lebih besar untuk terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.
3. Hernia Inkerserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya
gangguan pasase usus. biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika
obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan
terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik, tetapi
lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang
mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.
4. Hernia Strangulata

10
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan
terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi
nekrosis. Strangulasi usus yang paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis
yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi
permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan
dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang
mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis.
Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan kematian.

Gambar 2.Gambaran Hernia berdasarkan sifatnya10

Berdasarkan arah herniasi antara lain:10


a. Hernia eksterna
Merupakan hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
penonjolan hernia ke arah luar.
1). Hernia inguinalis medialis (direk) dan lateralis (indirek)

11
Hernia inguinalis medialis disebabkan faktor peninggian tekanan intra
abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach,
berbentuk bulat. Hernia inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di
lateral pembuluh darah epigastrika inferior. Disebut indirek karena melalui
dua pintu saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis berbentuk lonjong.
2). Hernia femoralis
Peninggian tekanan intra abdomen akan mendorong lemak
preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Wanita lebih banyak menderita hernia ini karena faktor
penyebab kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan ikat karena
usia lanjut. Pintu masuk hernia adalah anulus femoralis selanjutnya isi hernia
akan masuk di kanalis femoralis.
3). Hernia epigastrica
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan
prosesus xiphoideus.
4). Hernia obturatoria
Adalah hernia yang melalui canalis obturatoria. Canalis obturatoria
adalah saluran yang terbentuk akibat membran obturatoria tidak menutupi
foramen obturatoria, secara keseluruhan adalah defek pada sulcus
obturatorius.
5). Hernia semilunaris
Hernia yang terjadi di sepanjang linea semilunaris abdomen. Linea
semilunaris adalah gambaran garis yang terdapat di lateral. Rectus abdominis,
linea ini terbentuk karena penyatuan 3 aponeurosis muskulus abdominalis
yaitu m.obliqus eksternus, m.obliqus internus, m.transversus abdominis.
6). Hernia perinealis
Hernia perinealis merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui
defek pada dasar panggul yang dapat terjadi secara primer.
7). Hernia ischiadica
Meruupakan hernia yang melalui foramen ischiadikum major dan
foramen ischiadikum minus.

12
b. Hernia interna
Disebut hernia eksterna karena isi hernia masuk ke dalam rongga lain
misalnya cavum thorax atau bursa omentalis atau masuk ke dalam recessus di
cavum abdomen.
1). Pada cavum abdomen
a. hernia epiploika winslowi
Hernia viscera abdomen melalui foramen epiploika winslowi.
b. Hernia bursa omentalis
Lanjutan dari hernia epiploika dimana viscera tidak hanya di foramen
epiploika tetapi sudah masuk ke dalam bursa omentalis.
c. Hernia mesenterica
Herniasi jaringan ataupun organ retroperitoneal ke dalam mesenterium.
d. Hernia retroperitoneal
Hernia ini disebut retroperitoneal karena viscera abdomen masuk ke dalam
kantung-kantung yang terbentuk akibat lipatan peritoneum parietal yang
menutupi organ-organ retroperitoneal.
2). Pada cavum thorax
Herniasi yang terjadi dari cavum abdomen menuju cavum thorax karena
melewati struktur diafragmatika maka dikenal sebagai hernia diafragmatika.
Hernia diafragmatika terjadi karena adanya lubang maupun defek abnormal
pada diafragma yang menyebabkan viscera abdomen dapat melalui lubang
tersebut menuju cavum thorax.
a. Hernia diafragmatica traumatica
Defek timbul karena tembakan, pukulan, tusukan, atau proses
pengerusakan diafragma.
b. Hernia diafragmatica non traumaticum
1). Kongenital
Karena adanya proses pertumbuhan diafragma
2). Acquisital
Hernia ini akan melewati lubang pada diafragmatica yang memang sudah ada
seperti hiatus esofagus.

13
2.5 Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan
yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis,
faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus
ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun
manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.2
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia
maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.2
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik
usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul
gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri
yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah.2

14
Gambar 3. Patofisiologi Hernia

2.6 Gambaran Klinis


Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.

15
 Inspeksi :   diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris
dapat dilihat

 Palpasi :   dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba


konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direpoisi.
Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk  atau jari kelingking pada
anak-anak, kadang cincin hernia dapat teraba berupa annulus inguinalis
yang melebar.

b. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)

Terjadi karena hernia menonjol langsung ke depan melalui trigonum


Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh :

Inferior :       ligamentum inguinale

Lateral  :       pembuluh darah epigastrika inferior

Medial  :       tepi otot rectus

Dasar trigonum Hasselbach dibentuk oleh facia transversa yang


diperkuat oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah.
Hernia inguinalis medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis
dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi  karena cincin
hernia longgar.

Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor peninggian


tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di  trigonum
Hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami
inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung

16
sebagian dinding kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur
dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan
tajam yang sering mengalami strangulasi.

Pemeriksaan fisik

Inspeksi  : terlihat adanya massa tumor pada annulus inguinalis eksterna


yang mudah mengecil bila tidur. Karena besarnya defek pada dinding
posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

Palpasi    : jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien
berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini langsung
menuju annulus unguinalis eksterna sehingga disebut hernis direkta. Bila
hernia ini dimasukkan sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke
bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari massa hernia. Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis
eksterna, tidak akan ditemukan dinding belakang. Bila pasien di suruh
mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah dapat
meraba ligamentum Cooper pada ramus superior tulang pubis.

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan,
dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan

17
kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya
keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan
tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibelKeluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah
berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah
epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena
ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering mengeluh tidak
nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi
manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan gerak badan hernia
akanmuncul lagi.
Tabel 1. Perbedaan gambaran klinis hernia2

Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak Toksik


sakit
Reponibel / bebas + - - - -
Ireponibel/ akreta - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulasi - ++ + + ++

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi2,14
 Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring.
 Hernia inguinal
o Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

18
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
 Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
 Hernia perineum : benjolan di perineum.
Palpasi2,14
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di
lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis
medialis.
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.

19
Perkusi2,14
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
Auskultasi2,14
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).6
 Colok dubur Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship –
romberg (hernia obtutaratoria).
 Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
 Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan
Tumb test.
Cara pemeriksaannya sebagai berikut:
 Pemeriksaan Finger Test :2,14
o Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
o Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
o Penderita disuruh batuk:
o Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
o Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 4. Finger test

 Pemeriksaan Ziemen Test :2,14

20
o Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita). Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
o Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
o jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
o jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
o jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 5. Zieeman test

 Pemeriksaan Thumb Test:2,14


o Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
o Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Gambar 6. Thumb test

21
Tabel 2. Diagnosis Banding
HIL HIM H-FEMORALIS
USIA Semua umur Orang tua Dewasa/tua
JENIS Terutama pria Pria dan wanita Terutama wanita
KELAMIN
LOKASI Diatas lig Diatas lig Dibawah lig.
inguinal inguinal
THUMB TEST Tonjolan - Tonjolan + Tonjolan +
FRINGER Ujung jari + Sisi jari +
TEST
ZIEMAN TEST Jari II + Jari III + Jari IV +

Pemeriksaan Penunjang
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT scan,
maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang “terperangkap” dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium
dapat dilakukan untuk kepentingan operasi. 2
Pemeriksaan USG pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine
dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna
untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau
penyebab lain dari suatu massa yang terabadiinguinal.2

2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu
tindakan konservatif dan operatif
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulasilata kecuali pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh
cincin hernia lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan

22
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia.
Jika berhasil dilakukan operasi hari berikutnya, jika bila tidak berhasil
dalam waktu enam jam dilakukan operasi segera.5
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Cara ini pada anak-anak dapat menimbulkan atrofi
testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah
testis. Pemberian sabuk hernia merupakan kontaindikasi bagi hernia
femoralis.7
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
femoral yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang merupakan
kontraindikasi operasi. Operasi terdiri atas herniotomi disusul
hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus femoralis6.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.7
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.7

Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dpat


dikelompokan dalam tiga tipe ; (1) low approach (pendekatan
bawah) melalui irisan dibawah ligamentum inguinale, meliputi
teknisk Bassini dan Kirschner; (2) high approach (pendekatan atas)
melalui irisan di atas ligamentum inguinale, meliputi teknik
oschowitz dan Lotheissen-McVay; dan (3) preperitoneal approach

23
(pendekatan preperitoneal) yang meliputi teknik MvEvedy dan
Henry.5

Gambar 7. Mc-Vay open anterior

Pada teknik Bassini, hernioplasti dilakukan dengan


menjahitkan ligamentum inguinale pada fascia pectinia yang
menutup musculus pectineus. Sedangkan pada teknik Kirschner
ligamentum inguinale dijahitkan pada ligamentum Cooper dengan
menggunakan teknik Bassini. Teknik ini tidak dianjurkan bila
dicurigai adanya strangulasi dan hernia inguinalis yang menyertai.5
Pada teknik Moschowitz, hernioplati dilakukan dengan
menjahitkan ligamentum inguinale pada ligamentum Cooper
(ligamentum iliopectiniale). Teknik ini biasa digunakan jika sudut
yang terbentuk ligamnetum inguinale dan ligamentum iliopectineale
cukup besar dan jarak kedua struktur tersebut terlalu jauh. Pada
Teknik McVay-Lotheissen dilakukan penjahitan tendon dan arcus
aponeurosis transverses pada ligamentum Cooper. Dengan teknik ini
adanya hernia inguinalis yang menyertai hernia femoralis dapat di
operasi pada saat yang sama.5

24
Gambar 8. Open mesh repair

Teknik McEvedy merupakan varisasi dari pendekatan


preperitoneal, yang pertama kali dideskripsikan oleh Henry dan
Chetale. Dilakukan insisi vertical sepanjang tepi leteral musculus
rectus sampai ruang preperitoneal. variasi irisan yang lainadalah
insisi transversal dan oblik. Anulus femoralis ditutup dengan
menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum Cooper. Pada teknik
Henry dilakukan insisi median dari umbilicus sampai symphisis
pubis diperdalam sampai ruang preperitoneal. Hernioplasti dilakukan
dengan menjahit iliopubic tract pada ligamentum Cooper. Bila defek
terlalu luas dapat dipasang mesh. Teknik ini memungkinkan reparasi
hernia femoralis kontralateral pada saat yang sama.5
Hernia femoralis dengan orifisium yang kecil pada wanita,
hanya diperbaiki dari bawah ligamentum inguinalis dengan sedikit
jahitan atau disumbat dengan sumbat silindris dari Marlex, karena
hernia ini jarang berkaitan dengan hernia di atas ligamentum
inguinalis. Hernia femoralis yang besar pada wanita dan semua
hernia femoralis pada pria, bagaimanapun juga, diperbaiki dengan
perbaikan ligamentum Cooper McVay-Lotheissen. Hernia femoralis
strangulata lebih baik didekati secara properitoneal, karena ini
memberikan jalur langsung ke orifisium hernia femoralis yang
berkonstriksi, usus yang terjebak mudah dilepaskan dengan insisi

25
traktus iliopubik dan ligamentum lakunaris, dan tersedia ruang yang
luas untuk reseksi usus.9

Gambar 9. Laparoscopic repair


2.9 Komplikasi
Komplikasi dari hernia jika tidak segera dilakukan penanganan adalah:
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis ireponibilis. pada keadaan ini belum ada ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia
dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar
lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.6
2. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada
hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap
didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga
peritoneum seperti hurup Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan
perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi
kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat
berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.Gambaran klinik

26
hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa.3
3. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut
herniainguinalis strangulata. Bila sudah terjadi strangulasi karena
gangguan vaskularisasiterjadi gangguan toksik akibat gangrene, gambaran
klinik menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri
lebih hebat ditempat hernia, nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneum.Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi
hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia
strangulate merupakan keadaan gawat darurat karena perlu mendpat
pertolongan segera.3

Komplikasi lainnya dapat timbul setelah dilakukan operasi yakni9:


1. Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N.
ilioinguinalis, N. iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk
pada hernia geser.9
2. Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa
hematoma, infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi
hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.9
3. Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau
bendungan pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting
adalah hernia residif.9

27
TINJAUAN PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R.; Karnadihardja, W.; Prasetyono,T.O.H.; Rudiman, R.,


2010.Sjamsuhidajat-De Jong: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC.pp: 619-37
2. Greenberg, M.I.; Hendrickson, R.G.; Silvenberg, M., 2008. Greenberg Teks
Atlas:Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga, pp. 312-3
3. Lavelle, M. et al, 2002. Surgery 1. Edisi 2. London: Churchill Livingstone,
pp. 75-8
4. Ruhl, C.E.; Everhart, J.E., 2007. Risk Factors for Inguinal Hernia among
Adults in the US Population. Am J Epidemiol. 165(10): 1154-61
5. Burney, R., 2012. Inguinal Hernia. https://online.epocrates.com/u/2911723/
Inguinal + Hernia
6. Hachisuca, takehiro. 2003. Femoral Hernia Repair. Surg Clin N Am 83
(2003)1189–1205.http://medicina.iztacala.unam.mx/medicina/Femoral
%20hernia%20repair.pdf
7. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono.
Edisi ke-7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
8. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 20 April 2017)
9. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi
I.Penerbit Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
10. Utama, HSY. 2013. Jenis Jenis Hernia Dan Penanganannya (Hernia And
Treatment).http://herrysetyayudha.wordpress.com/tag/herry-setya-yudha-
utama/

28

Anda mungkin juga menyukai