Disusun Oleh:
PEMBIMBING:
Prof Dr.dr.Tengku Siti Hajar Haryuna, Sp.T.H.T-K.L. ( K )
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tugas berjudul ” OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS”. Tugas ini disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Dalam proses penyusunan laporan kasus ini, penulis menyampaika n
penghargaan dan terima kasih kepada Prof Dr.dr.Tengku Siti Hajar Haryuna,
Sp.T.H.T-K.L.(K). selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
membantu penulis selama proses penyusunan laporan kasus.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan laporan kasus di kemudian hari. Akhir kata, semoga Refarat ini
dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penulisan
ilmiah di masa mendatang.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Penguji
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
LEMABR PENGESAHAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB1 PENDAHULUHAN
1.1.......................................................................................................................Lata
r Belakang..........................................................................................1
1.2.......................................................................................................................Tuju
an .....................................................................................................2
1.3.......................................................................................................................Man
faat ...................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3
2.1. Anatomi Telinga ......................................................................................... 3
2.2 Otitis Media Supuratif Kronik..................................................................... 3
2.2.1 Defenisi..................................................................................................... 7
2.2.2 Epidemiologi............................................................................................. 7
2.2.3 Etiologi ..................................................................................................... 7
2.2.4 Faktor Risiko..........................................................................................9
2.2.5 Klasifikasi.................................................................................................. 8
2.2.6 Gejala Klinis.............................................................................................. 14
2.2.7 Diagnosis................................................................................................... 15
2.2.8 Komplikasi............................................................................................17
2.2.9. Tatalaksana........................................................................................ .19
2.2.10 Prognosis.............................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUHAN
1
1.2. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain di sebabkan kondisi
sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygine dan nutrisi yang jelek.
Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang
mempunyai kolesteatoma. Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang
paling banyak di Negara sedang berkembang.
di Indonesia sendiri prevalensi OMSK adalah 3,1% dari seluruh penduduk
Indonesia, dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkiran 6,6 juta
menderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinannya untuk berkurang
bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi, hygiene,
5
dan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih kurang.
2.2.3. Etiologi
Telinga tengah dapat menjadi terinfeksi bila bakteri masuk dari saluran
eksterna atau nasofaring melalui tuba eustachii.
Pada otitis media supuratif kronik, bakteri penyebab OMSK yaitu bakteri
aerob (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, S. aureus, Streptococcus
pyogenes, Proteus mirabilis, Klebsiella species) atau bakteri anaerob (Bacteroides,
Peptostreptococcus, Proprionibacterium). Bakteri ini cukup jarang ditemukan
pada kulit dari kanal eksternal, namun dapat berproliferasi dengan adanya trauma,
inflamasi, luka robek atau kelembaban yang tinggi.
Bakteri ini bisa masuk ke telinga tengah melalui perforasi kronik. Di
antara bakteri ini, P.aeruginosa sering disebut sebagai penyebab destruksi
progresif telinga tengah dan struktur mastoid melalui toksin dan enzim.
2.2.5. Klasifikasi
1. Tipe Benigna
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa
dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa
7
faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba Eustachius,
infeksi saluran nafas atas, pertahankan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada
pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri
aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder
dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia
goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan
mukosiliar yang jelek.
a. Aktif OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif.
b. Tidak Aktif ialah keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.
2. Tipe Maligna
a. kolesteatoma kongenital
b. kolesteatoma didapat
1. Perforasi sentral
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
8
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi
total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatoma.
3. Perforasi atik
2.2.7. Diagonis
Diagnosis OMSK didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan telinga
(pemeriksaan otoskopik) dengan atau tanpa pemeriksaan kultur bakteri.
1. Anamnesis
Meliputi riwayat nyeri pada telinga, sekret yang keluar dari telinga
atau rasa sakit saat telinga disentuh atau ditekan. Suspek OMSK juga
pada pasien dengan riwayat sakit tenggorokan, batuk dan gejala infeksi
saluran pernafasan atas.
2. Pemeriksaan Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dapat menunjukkan ada atau tidaknya
perforasi pada membran timpani dan letak perforasi.
3. Bakteri
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari
mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang
kronis berbeda dengan yang di temukan pada otitis media supuratif akut.
Bakteri yang sering di jumpai pada OMSK adalah
Pseudomonasaeruginosa, Stafilokokusaureus dan Proteus
4. Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi memiliki fungsi hampir sama dengan
10
pemeriksaan otoskopi, tetapi pemeriksaan endoskopi dapat mengetahui
luas perforasi dan letak lebih jelas dari pemeriksaan otoskopi.
5. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya di dapati
tuli konduktif. Tapi dapat pula di jumpai adanya tuli sensotineural
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga tengah.
Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK
ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk
toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstrarotundum,
sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal
kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.
2.2.8. Komplikasi
11
2.2.9. Penatalaksanaan
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa.
1. Ear Toilet
b. Mastoidektomi Radikal
Dikenal juga dengan istilah timpanoplasti tipe I, dilakukan pada OMSK tipe
aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan dari operasi ini adalah untuk menyembuhkan sekaligus memperbaiki
pendengaran. Pada operasi ini dilakukan rekonstruksi membrana timpani.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan leebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum
timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan
patologis.
2.2.10. Prognosis
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mengering. Tetapi sisa
perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau
bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan
13
membrane timpani disarankan.
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi
meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal.
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15