Laporan Kasus
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm
atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM). .
Berdasarkan survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu ini diantaranya adalah infeksi (10-20%).
Infeksi pada kehamilan 23% disebabkan oleh kejadian ketuban pecah dini. Insidensi
ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari
semua kehamilan.70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan,
sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas.
Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi.
Manajemen bergantung pada pengetahuan mengenai usia
kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm versus
manajemen ekspektatif
Tujuan
• Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis tentang Ketuban pecah dini
• Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap kasus KPD
melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan
prognosis yang baik
Manfaat
• Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan Laporan Kasus ini adalah Untuk lebih
memahami dan memperdalam secara teoritis tentang Ketuban Pecah Dinih.
• Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca tentang Ketuban Pecah
Dini
ANATOMI DAN FISIOLOGI
AMNIOKHORION
KETUBAN PECAH DINI
Defenisi
Kebocoran spontan cairan dari kantung amnion
sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian
KPD dapat terjadi sebelum atau sesudah masa
kehamilan 40 minggu.
Epidemiologi
Pada tahun 2005, WHO 9,6% kelahiran prematur,
85 % terkonsentrasi di Afrika dan Asia.
45-50 % penyebab prematur Idiopatik,
30 % penyebabnya KPD.
15-20 % indikasi medis
Di Indonesia kejadian KPD cukup tinggi, 2011dari RSUD
Dr. H. Soewondo = 455 P, 2012 = 542 P
Faktor Resiko
Jika terjadi infeksi maka lakukan manajemen aktif dengan induksi atau tindakan
bedah sesar
Antibiotik :Ampicillin 2 gram IV tiap 6 jam dan eritromycin 250 mg iv tiap 6 jam
selama 48 jam diikuti oleh 250 mg amoxilin peroral tiap 8 jam dan eritromicin
250 mg selama 5 hari
Tatalaksana Berdasarkan Usia Kehamilan
Ketuban pecah dini usia kehamilan 34-38 minggu
Bila ada tanda tanda infeksi beri antibiotik dosis tinggi dan akhiri persalinan
Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan
Magnesium Magnesium Sulfat IV:
Untuk efek neuroproteksi pada PPROM <31 Bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan infus
minggu bila persalinan diperkirakan dalam 2 gram/jam untuk dosis pemeliharaan sampai
waktu 24 jam persalinan atau sampai 12 jam terapi
Kortikosteroid Betamethasone:
Untuk menurunkan risiko sindrom distress 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis jika
pernapasan betamethasone tidak tersedia, gunakan
deksamethasone 6 mg IM setiap 12 jam
Antibiotik Ampisilin
Untuk memperlama masa laten 2 gram IV setiap 6 jam dan
Eritromisin
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam,
dikali 4 dosis diikuti dengan
Amoksisilin
250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
Eritromisin
333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika alergi ringan dengan penisilin, dapat digunakan:
Cefazolin
333 mg PO setiap 8 jam selama hari Jika alergi berat penisilin, dapat diberikan
Vancomycin
1. PERSALINAN PREMATUR
• Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan
• Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah
2. KORIOAMNIONITIS
• Korioamnionitis keadaan pada perempuan hamil di mana korion, amnion, dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri
• Penyebab korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus
urogenitalis ibu
• Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang
dari 300 cc
• Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia
KOMPLIKASI
• Sindroma Potter
• Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”, Hipoplasia Pulmonal dan kelainan
kranium yang terkait dengan oligohidramnion.
• Deformitas ekstremitas
PROGNOSIS
Riwayat Haid
HPHT : 18-04-2019
TTP : 24-01-2020
ANC : 3x di dokter spesialis kandungan
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28-30 hari
Lama Haid : 4-5 hari, teratur
Ganti pembalut : 3-4 kali sehari
Nyeri haid : -
Riwayat Persalinan
1. Hamil ini
Riwayat Pernikahan
Pertama kali dengan suami sekarang Tn.R, berusia 31tahun, sudah menikah 1 tahun.
Riwayat Kontrasepsi
Tidak pernah
Riwayat Operasi
Tidak dijumpai
3. Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
TD : 110/80 mmHg Ikterus : (-)
HR : 80 x/i, teratur Sianosis : (-)
RR : 20 x/i Dyspnea : (-)
Temperatur : 36,5 ºC Edema : (-)
Status Generalisata
Kepala :
Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor ka=ki, ø 3 mm
Hidung : Konka eutrofi, septum medial
Mulut : Kandidiasis oral (-), uvula medial, tonsil T1/T1
Telinga : Sekret (-/-), pendengaran (+)
Pemeriksaan Fisik Depan Belakang
Simetris fusiformis, pernafasan Simetris fusiformis, pernafasan torakoabdominal, pergerakan
Inspeksi
torakoabdominal, pergerakan otot-otot otot-otot nafas tambahan (-)
nafas tambahan (-), hiperpigmentasi areola
mammae (+)
Stem fremitus kanan=kiri, kesan normal. Stem fremitus paru kanan=kiri, kesan normal.
Palpasi
Sonor pada kedua lapangan paru. Sonor pada kedua lapangan paru.
Perkusi
Batas jantung relatif
ST: -
Jantung
Status Ginekologi
Inspekulo : Tampak cairan menggenang di daerah fornix posterior, jernih, tidak
berbau, dibersihkan kesan mengalir, Nitrazin test (+), Valsava test (+)
Adekuasi Panggul
Promontorium : Tidak teraba
Linea Inominata : Teraba 2/3 anterior
Arkus pubik : >90
Spina Ischiadica : Tidak menonjol
Os sacrum : Concave
Os coccygeus : Mobile
Kesimpulan : Panggul adekuat
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,6 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 40 % 38 - 44 %
MCV 91,5 fL 82 – 92 fl
MCH 30,40 fL 27 – 31 pg
MCHC 32,60 fL 32 – 36 g%
Ur 13,1 <50
Cr 0,61 0,6-1,3
Diagnosis
KPD + PG + KDR (37-38) minggu + PK + AH
Penatalaksanaan
- IVFD RL + oksitosin 5 IU 10 gtt/i
- Inj. Ampicilin 1 gr/ 6 jam
- Inj. Dexamethasone 5 mg 3 amp/iv
- Inj. Ranitidine 50 mg/ iv
- Pemasangan balon kateter
Rencana
Persalinan Spontan Pervaginam
Laporan persalinan
• Pasien dibaringkan di atas meja ginekologi dengan posisi litotomi
• Sudah terpasang IV line dan telah dilakukan pengosongan
kandung kemih
• Pada his yang adekuat tampak kepala maju mundur di introitus
vagina dan kemudian menetap
• Tampak kepala tidak maju setelah dipimpin mengejan.
Diputuskan dilakukan ekstraksi vakum
• Dilakukan pemasangan cup vakum sedekat mungkin dengan
UUK.
• Evaluasi cup vakum, tidak ada bagian ibu yang terjepit oleh
vakum.
• Tekanan vakum dinaikkan menjadi 0.2, 0.4, 0.6 kg/cm2 dengan selang
waktu 2 menit sambil evaluasi apakah ada jepitan pada jalan lahir.
• Pada his yang adekuat dilakukan traksi terkendali searah jalan lahir
• Dilakukan episiotomy mediolateralh setelah kepala crowning
• lahirlah berturut-turut UUK, UUB, dahi, wajah, dagu, dan seluruh
kepala, lalu cup dilepas kemudian terjadi putar paksi luar
• Dengan pegangan biparietal, kepala ditarik ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, ditarik ke atas untuk melahirkan bahu
belakang. Dengan sanggah susur dilahirkan seluruh tubuh. Pada pukul
22.00 Lahir bayi perempuan, BB:3215 gr, PB: 49 cm APGAR Score
8/10 Anus : +
• Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting di antaranya
• Kemudian kandung kemih dikosongkan
• Oksitosin 10 IU disuntikkan ke anterolateral paha, dengan PTT
dilahirkan plasenta kesan: lengkap
• Laserasi bekas episiotomi dilakukan repair dengan menggunakan
Chromic cat-gut no. 2.0
• Evaluasi jalan lahir
• Evaluasi perdarahan
• KU ibu post partum: baik
Terapi
- IVFD RL + Oxytocin 10 IU à 20 gtt/i
- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Vit B Kompleks 2x1 tab
Anjuran
- Pantau kontraksi uterus, vital sign, perdarahan pervaginam
- Cek darah rutin 2 jam pasca operasi
FOLLOW UP
28 Desember 2019 (01.00)
S Keluar air-air dari kemaluan
terjadi pada kehamilan di aterm, namun di - Hal ini dialami pasien sejak 2 jam
pusat rujukan, lebih dari 50% kasus dapat sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi
terjadi pada kehamilan preterm. 2 kali ganti pakaian dalam. Riwayat
keluar lendir darah tidak dijumpai.
Riwayat perut mules-mules seperti mau
Gejala Klinis melahirkan tidak dirasakan.
1. Gejala yang terpenting adalah keluar - HPHT pasien terakhir 18/04/2019.
air-air dari kemaluan berupa cairan Pasien telah 3 kali melakukan antenatal
jernih. care ke dokter spesialis kandungan.
2. Cairan tampak di introitus - Riwayat mengalami cidera fisik
3. Tidak ada his dalam 1 jam disangkal, riwayat berhubungan dengan
4. Gejala Klinis lainnya adalah adalah suami disangkal, riwayat demam
gejala dari infeksi atau korioamnionitis sebelumnya disangkal, riwayat
seperti adanya demam yang menyertai. keputihan tidak dijumpai, riwayat
konsumsi obat-obatan selama
kehamilan tidak dijumpai.
Diagnosis Status Obstetri
Abdomen : Membesar asimetris
Pemeriksaan Fisik
Leopold I : TFU setinggi
Inspeksi processus xyphodeus (33 cm), bagian teratas
Dapat keluar air-air dari kemaluan janin bokong
Abdomen membesar asimetris Leopold II : Punggung janin di
sebelah kiri
Palpasi Leopold III : Bagian terbawah
Pemeriksaan inspekulo Terdapat cairan janin kepala, belum
ketuban yang keluar melalui bagian masuk pintu atas
yang bocor menuju kanalis servikalis panggul
atau forniks posterior, pada tingkat Leopold IV : konvergen 5/5
lanjut ditemukan cairan amnion yang HIS : tidak ada
keruh dan berbau. DJJ : 141 x/i
Gerak janin : (+)
- Manajemen Ekspektatif
Penanganan dengan pendekatan tanpa
intervensi, memberikan edukasi pada
pasien.
- Manajemen Aktif
Melibatkan klinisi untuk lebih aktif
mengintervensi persalinan.
- Pengelolaan konservatif dilakukan
bila tidak ada penyulit baik pada ibu
dan janin dan harus dirawat inap.
- Resusitasi cairan
- Berikan Antibiotik (Ampicilin
4x500 mg selama 7 hari atau
eritromisin dan Metronidazol 2x
500 mg selama 7 hari
- Magnesium untuk efek
neuroproteksi pada PPROM <31
minggu nila persalinan diperkirakan
dalam waktu 24 jam
- Jika usia kehamilan 32-34 minggu
berikan steroid untuk memicu
kematangan paru janin dengan
Dexametasone 12 mg/24 jam
KESIMPULAN
• Ny. A.A., 24 tahun, G1P0A0, Ny. A.A, Katolik, Pegawai swasta, datang dengan keluhan
keluar air-air dari kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan
obstetric Leopold I dengan TFU 33 cm 2 jari dibawah processus xyphoideus dan bagian
teratas janin bokong, Leopold II dengan punggung janin di sebelah kanan, Leopold III
bagian terbawah janin kepala dan belum masuk pintu atas panggul, serta Leopold IV
dengan konvergen 5/5. Pada pemeriksaan inspekulo dijumpai cairan menggenang di
daerah fornix posterior, jernih, tidak berbau, dibersihkan kesan mengalir, Nitrazin test (+),
Valsava test (+). Pemeriksaan adekuasi panggul menunjukkan panggul yang adekuat. Pasien
didiagnosis dengan KPD + Primigravida + KDR (37-38 minggu) + presentasi kepala dengan
anak hidup. Pasien dilakukan tindakan persalinan dengan ekstraksi vakum atas indikasi kala
II memanjang dan dilakukan pemantauan kontraksi uterus, vital sign, perdarahan
pervaginam lalu diterapi dengan IVFD RL+ oxytocin 10 IU 20 gtt/i, Cefadroxil 500 mg 2x1,
Asam Mefenamat 500 mg 3x1, dan Vitamin B kompleks 2x1.
TERIMA KASIH