Anda di halaman 1dari 55

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Laporan Kasus

Pembimbing:dr. Hayu Lestari Haryono, M.Ked (OG), Sp.OG(K)


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Anggota
Luthfi Mahfuzh 130100152
William Jonathan 140100131
Asdar Raya 140100010
Clare Anthony 140100261
Pendahuluan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan.

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm
atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM). .

Berdasarkan survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor yang dapat menyebabkan kematian ibu ini diantaranya adalah infeksi (10-20%).
Infeksi pada kehamilan 23% disebabkan oleh kejadian ketuban pecah dini. Insidensi
ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari
semua kehamilan.70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan,
sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas.
Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi.
Manajemen bergantung pada pengetahuan mengenai usia
kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm versus
manajemen ekspektatif
Tujuan
• Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis tentang Ketuban pecah dini
• Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap kasus KPD
melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan
prognosis yang baik

Manfaat
• Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan Laporan Kasus ini adalah Untuk lebih
memahami dan memperdalam secara teoritis tentang Ketuban Pecah Dinih.
• Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca tentang Ketuban Pecah
Dini
ANATOMI DAN FISIOLOGI
AMNIOKHORION
KETUBAN PECAH DINI
Defenisi
Kebocoran spontan cairan dari kantung amnion
sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian
KPD dapat terjadi sebelum atau sesudah masa
kehamilan 40 minggu.

Epidemiologi
Pada tahun 2005, WHO 9,6% kelahiran prematur,
85 % terkonsentrasi di Afrika dan Asia.
45-50 % penyebab prematur Idiopatik,
30 % penyebabnya KPD.
15-20 % indikasi medis
Di Indonesia kejadian KPD cukup tinggi, 2011dari RSUD
Dr. H. Soewondo = 455 P, 2012 = 542 P
Faktor Resiko

1. Pasien berkulit Hitam memiliki resiko lebih tinggi daripada berkulit


putih
2. Sosioekonomi rendah
3. Perokok
4. Riwayat Infeksi Menular seksual
5. Riwayat persalinan Prematur
6. Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya
7. Perdarahan Pervaginam
8. Distensi Uterus (kehamilan multiple dan polihidramnion)
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
Pasien merasakan adanya cairan yang keluar secara tiba-tiba
Anamnesis dari jalan lahir atau basah pada vagina. Cairan ini berwarna
bening dan pada tingkat lanjut dapat disertai mekonium.

Pemerik Terdapat cairan ketuban yang keluar melalui bagian yang


saan bocor menuju kanalis servikalis atau forniks posterior, pada
tingkat lanjut ditemukan cairan amnion yang keruh dan
inspekul berbau.
o
DIAGNOSIS
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang/ oligohidramnion,
Pemeriksaan
USG
namun dalam hal ini tidak dapat dibedakan KPD sebagai penyebab
oligohidramnion dengan penyebab lainnya.

Leukositosis maternal (> 15.000/uL)


peningkatan C-reactive protein cairan ketuban serta amniosentesis
Pemeriksaan Tes lakmus (Nitrazine Test), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
Laboratorium menunjukkan adanya air ketuban
Tes Fern diamati di bawah mikroskop untuk mencari pola kristalisasi natrium klorida
yang berasal dari cairan ketuban menyerupai bentuk seperti pakis
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA

• Tujuan utama tatalaksana KPD adalah untuk


mencegah mortalitas dan morbiditas perinatal
pada ibu dan bayi karena infeksi atau akibat
kelahiran preterm pada kehamilan dibawah 37
minggu.
Manajemen Penatalaksanaan KPD

Manajemen ekspetatif: Manajemen aktif:


penanganan dengan melibatkan klinisi untuk
pendekatan tanpa lebih aktif mengintervensi
intervensi persalinan
Tatalaksana Berdasarkan Usia Kehamilan
Ketuban pecah dini usia kehamilan <24 minggu

Kemungkinan morbiditas minor neonatus seperti hiperbilirubinemia dan


takipnoe transien lebih besar pada pasien

Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernafasan dan perdarahan


intraventrikuler tidak signifikan

Pada usia kehamilan 24-30 minggu mempertahankan kehamilan lebih baik


daripada dilahirkan dan untuk usia 30-34 minggu berlaku sebaliknya
Ketuban pecahdini usia kehamilan<24 minggu

Jika terjadi infeksi maka lakukan manajemen aktif dengan induksi atau tindakan
bedah sesar

Pemberian antibiotik direkomendasikan apabila paru-paru janin sudah matang


baik secara parenteral maupun peroral

Antibiotik :Ampicillin 2 gram IV tiap 6 jam dan eritromycin 250 mg iv tiap 6 jam
selama 48 jam diikuti oleh 250 mg amoxilin peroral tiap 8 jam dan eritromicin
250 mg selama 5 hari
Tatalaksana Berdasarkan Usia Kehamilan
Ketuban pecah dini usia kehamilan 34-38 minggu

Pada usia 34-38 minggu mempertahankan kehamilan


akan meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis

Penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan


kehamilan lebih buruk dibanding melakukan persalinan
KPD Memanjang
• Antibiotik dipertimbangkan apabila KPD memanjang (> 24 jam)
• Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm
• Pemberian co-amoxiclav tidak disarankan karena dapat
menyebabkan neonatal necrotizing enterocolitis
• Pemberian eritromisin dan penisilin adalah pilihan terbaik
Medikamentosa D R Frekuensi
Benzilpenisilin 1.2 gram IV Setiap 4 jam
Klindamisin (jika
600 mg IV Setiap 8 jam
sensitif pada penisilin)
Manajemen Aktif
Pada kehamilan ≧ 37 minggu induksi awal menjadi pilihan

Induksi dengan pemberian prostaglandin pervaginam meningkatkan resiko


korioamnionitis dan infeksi neonatal dibanding dengan oksitosin

Alternatif lainnya berupa pemberian misoprostol 25-50 microgram intravaginal


tiap 6 jam maksimal 4 kali

Bila ada tanda tanda infeksi beri antibiotik dosis tinggi dan akhiri persalinan

Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan
Magnesium Magnesium Sulfat IV:
Untuk efek neuroproteksi pada PPROM <31 Bolus 6 gram selama 40 menit dilanjutkan infus
minggu bila persalinan diperkirakan dalam 2 gram/jam untuk dosis pemeliharaan sampai
waktu 24 jam persalinan atau sampai 12 jam terapi

Kortikosteroid Betamethasone:
Untuk menurunkan risiko sindrom distress 12 mg IM setiap 24 jam dikali 2 dosis jika
pernapasan betamethasone tidak tersedia, gunakan
deksamethasone 6 mg IM setiap 12 jam
Antibiotik Ampisilin
Untuk memperlama masa laten 2 gram IV setiap 6 jam dan
Eritromisin
250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam,
dikali 4 dosis diikuti dengan
Amoksisilin
250 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari dan
Eritromisin

333 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari, jika alergi ringan dengan penisilin, dapat digunakan:
Cefazolin

1 gram IV setiap 8 jam selama 48 jam dan


Eritromisin

250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan:


Cephalexin

500 mg PO setiap 6 jam selama 5 hari dan


Eritromisin

333 mg PO setiap 8 jam selama hari Jika alergi berat penisilin, dapat diberikan
Vancomycin

1 gram IV setiap 12 jam selama 48 jam dan


Erythromycin

250 mg IV setiap 6 jam selama 48 jam diikuti dengan


Clindamycin

300 mg PO setiap 8 jam selama 5 hari


KOMPLIKASI

1. PERSALINAN PREMATUR
• Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan

• Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah

• Pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam

• Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu


KOMPLIKASI

2. KORIOAMNIONITIS
• Korioamnionitis keadaan pada perempuan hamil di mana korion, amnion, dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri

• Penyebab korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus
urogenitalis ibu

• Pada ibu dapat terjadi korioamnionitis

• Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, dan omfalitis


KOMPLIKASI

3. HIPOKSIA DAN ASFIKSIA AKIBAT OLIGOHIDROMION

• Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang
dari 300 cc

• Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-


paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya

• Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia
KOMPLIKASI

4. SINDROM DEFORMITAS JANIN


• KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnion yang
berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain :

• Sindroma Potter
• Sindroma Potter dapat berbentuk “clubbed feet”, Hipoplasia Pulmonal dan kelainan
kranium yang terkait dengan oligohidramnion.

• Deformitas ekstremitas
PROGNOSIS

• Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram


mempunyai prognosis yang lebih jelek dibanding bayi lebih
besar
• Presentasi : presentasi bokong menunjukkan prognosis yang
jelek, khususnya jika bayinya premature.
• Infeksi intrauterine meningkatkan mortalitas janin.
• Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah,
semakin tinggi insidensi infeksi dan semakin buruk prognosis.
STATUS ORANG SAKIT
1. Identitias Pasien
Nama : Ny. A.A
Umur : 28 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku/Agama : Batak/ Katolik
Status : Menikah
Alamat : Dusun I Kutalimbaru Kab. Deli Serdang
Tanggal Masuk : 27 Desember 2019 pukul 23.05 WIB
No. MR : : 08.78.86
2. Anamnesis
Keluhan utama : Keluar air-air dari kemaluan
Telaah :
- Hal ini dialami pasien sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi 2 kali
ganti pakaian dalam. Riwayat keluar lendir darah tidak dijumpai. Riwayat perut
mules-mules seperti mau melahirkan tidak dirasakan.
- HPHT pasien terakhir 18/04/2019. Pasien telah 3 kali melakukan antenatal care ke dokter
spesialis kandungan.
- Riwayat mengalami cidera fisik disangkal, riwayat berhubungan dengan suami disangkal,
riwayat demam sebelumnya disangkal, riwayat keputihan tidak dijumpai, riwayat konsumsi
obat-obatan selama kehamilan tidak dijumpai.
- BAK (+), BAB (+), kesan normal
Riwayat Penggunaan Obat
Tidak dijumpai

Riwayat Penyakit Terdahulu


Tekanan darah tinggi, gula, jantung, asma, dan alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak dijumpai

Riwayat Haid
HPHT : 18-04-2019
TTP : 24-01-2020
ANC : 3x di dokter spesialis kandungan
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28-30 hari
Lama Haid : 4-5 hari, teratur
Ganti pembalut : 3-4 kali sehari
Nyeri haid : -
Riwayat Persalinan
1. Hamil ini

Riwayat Pernikahan
Pertama kali dengan suami sekarang Tn.R, berusia 31tahun, sudah menikah 1 tahun.

Riwayat Kontrasepsi
Tidak pernah

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien saat ini tinggal dengan suaminya. Pasien adalah seorang Pegawai Swasta dan suami pasien bekerja sebagai
pegawai negeri. Biaya hidup sehari-hari diperoleh dari gaji yang didapat sang ibu dan suami. Pasien mengaku tidak
pernah mengonsumsi alkohol maupun merokok.

Riwayat Operasi
Tidak dijumpai
3. Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
TD : 110/80 mmHg Ikterus : (-)
HR : 80 x/i, teratur Sianosis : (-)
RR : 20 x/i Dyspnea : (-)
Temperatur : 36,5 ºC Edema : (-)

Status Generalisata
Kepala :
Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil isokor ka=ki, ø 3 mm
Hidung : Konka eutrofi, septum medial
Mulut : Kandidiasis oral (-), uvula medial, tonsil T1/T1
Telinga : Sekret (-/-), pendengaran (+)
Pemeriksaan Fisik Depan Belakang
Simetris fusiformis, pernafasan Simetris fusiformis, pernafasan torakoabdominal, pergerakan
Inspeksi
torakoabdominal, pergerakan otot-otot otot-otot nafas tambahan (-)
nafas tambahan (-), hiperpigmentasi areola
mammae (+)
Stem fremitus kanan=kiri, kesan normal. Stem fremitus paru kanan=kiri, kesan normal.
Palpasi
Sonor pada kedua lapangan paru. Sonor pada kedua lapangan paru.
Perkusi
Batas jantung relatif

Atas : ICS III sinistra

Kanan: LPS dextra

Kiri : 2 cm medial LMCS, ICS V


Paru Paru
Auskultasi
RR: 20 x/i SP: vesikuler pada seluruh lapangan paru

SP: vesikuler pada seluruh lapangan paru ST: -

ST: -

Jantung

S1/S2 normal, HR: 80 x/i, reguler, murmur (-),


gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Membesar asimetris
Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) N
Ekstremitas : Jejas (-), luka (-), edema(-)
Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal.
Refleks fisiologis dalam batas normal, refleks patologis tidak
dijumpai
Status Obstetri
Abdomen : Membesar asimetris
Leopold I : TFU setinggi processus xyphodeus, bagian teratas janin bokong
Leopold II : Punggung janin di sebelah kiri
Leopold III : Bagian terbawah janin kepala, belum masuk pintu atas panggul
Leopold IV : konvergen 5/5
HIS : tidak ada
DJJ : 141 x/i
Gerak janin : (+)

Status Ginekologi
Inspekulo : Tampak cairan menggenang di daerah fornix posterior, jernih, tidak
berbau, dibersihkan kesan mengalir, Nitrazin test (+), Valsava test (+)
Adekuasi Panggul
Promontorium : Tidak teraba
Linea Inominata : Teraba 2/3 anterior
Arkus pubik : >90
Spina Ischiadica : Tidak menonjol
Os sacrum : Concave
Os coccygeus : Mobile
Kesimpulan : Panggul adekuat
Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin 13,6 g/dl 12-16 g/dl

Hematokrit 40 % 38 - 44 %

Red Blood Cell 4,19 x 106 /mm³ 3,8 - 5,2 /mm³

Leukosit 14.250/mm³ 3.600 – 11.000 /mm³

Trombosit 219.000 m³ 140.000 – 440.000 /mm³

MCV 91,5 fL 82 – 92 fl

MCH 30,40 fL 27 – 31 pg

MCHC 32,60 fL 32 – 36 g%

GDS 107 <200

Natrium 139 135 – 155

Kalium 3,61 3,5 – 5,0

Klorida 105 96 – 106

Ur 13,1 <50

Cr 0,61 0,6-1,3
Diagnosis
KPD + PG + KDR (37-38) minggu + PK + AH
Penatalaksanaan
- IVFD RL + oksitosin 5 IU  10 gtt/i
- Inj. Ampicilin 1 gr/ 6 jam
- Inj. Dexamethasone 5 mg 3 amp/iv
- Inj. Ranitidine 50 mg/ iv
- Pemasangan balon kateter
Rencana
Persalinan Spontan Pervaginam
Laporan persalinan
• Pasien dibaringkan di atas meja ginekologi dengan posisi litotomi
• Sudah terpasang IV line dan telah dilakukan pengosongan
kandung kemih
• Pada his yang adekuat tampak kepala maju mundur di introitus
vagina dan kemudian menetap
• Tampak kepala tidak maju setelah dipimpin mengejan.
Diputuskan dilakukan ekstraksi vakum
• Dilakukan pemasangan cup vakum sedekat mungkin dengan
UUK.
• Evaluasi cup vakum, tidak ada bagian ibu yang terjepit oleh
vakum.
• Tekanan vakum dinaikkan menjadi 0.2, 0.4, 0.6 kg/cm2 dengan selang
waktu 2 menit sambil evaluasi apakah ada jepitan pada jalan lahir.
• Pada his yang adekuat dilakukan traksi terkendali searah jalan lahir
• Dilakukan episiotomy mediolateralh setelah kepala crowning
• lahirlah berturut-turut UUK, UUB, dahi, wajah, dagu, dan seluruh
kepala, lalu cup dilepas kemudian terjadi putar paksi luar
• Dengan pegangan biparietal, kepala ditarik ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, ditarik ke atas untuk melahirkan bahu
belakang. Dengan sanggah susur dilahirkan seluruh tubuh. Pada pukul
22.00 Lahir bayi perempuan, BB:3215 gr, PB: 49 cm APGAR Score
8/10 Anus : +
• Tali pusat diklem di dua tempat dan digunting di antaranya
• Kemudian kandung kemih dikosongkan
• Oksitosin 10 IU disuntikkan ke anterolateral paha, dengan PTT
dilahirkan plasenta kesan: lengkap
• Laserasi bekas episiotomi dilakukan repair dengan menggunakan
Chromic cat-gut no. 2.0
• Evaluasi jalan lahir
• Evaluasi perdarahan
• KU ibu post partum: baik
Terapi
- IVFD RL + Oxytocin 10 IU à 20 gtt/i
- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- Vit B Kompleks 2x1 tab

Anjuran
- Pantau kontraksi uterus, vital sign, perdarahan pervaginam
- Cek darah rutin 2 jam pasca operasi
FOLLOW UP
28 Desember 2019 (01.00)
S Keluar air-air dari kemaluan

O Sensorium: Compos mentis


TD 110/70 mmHg
HR: 80 x/i
RR: 20 x/i
Temp: 36,50C
DJJ : 143x/i
Gerak : (+)
A KPD + PG + KDR (37-38) minggu + PK + AH
P - IVFD RL + Oksitosin 5 IU  10 gtt/I
- Inj. Ampicillin 1gr/6 jam
- Inj Ranitidine /12 jam
R - IVFD RL + Oksitosin 5 IU  10 gtt/I
- Inj. Ampicillin 1gr/6 jam
28 Desember 2019 (12.00 WIB)
S Mulas mulas mau melahirkan
O Sensorium : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg HR:84x/i
RR : 20 x/I T: 36,40C Persiapkan persalinan
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 33 cm
Teregang : kiri
Terbawah : kepala
DJJ : 150 x/I reguler
HIS : 3x20”/10’
VT : cervix axial, pembukaan: 3 cm eff: 100% kepala Hodge II-III
ST : lendir darah (+)
A KPD + PG + KDR (37-38) minggu + PK + AH + Inpartu
P IVFD RL + Oksitosin 5 IU  20 gtt/i
- Inj. Ampicillin 1gr/6 jam
- Inj. Ranitidine/ 12 j
R Monitoring kemajuan persalinan + Pantau VS, DJJ, HIS
29 Desember 2019
S
O Sensorium : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 18x/i
Abdomen : soepel, normoperistaltik
TFU : 2 jari di bawah pusat
P/V : tidak dijumpai
L/O: lochia rubra (+)

A Post ekstraksi vakum a/i kala II memanjang + NH1


P - IVFD RL 20 gtt/i + Oksitosin 10 IU
- Asam Mefenamat tab 3x 500 mg
- Cefadroxil tab 2x 500 mg
- Vit B comp 2x1
R Monitoring VS dan kontraksi
PBJ besok 30/12/2019
30 Desember 2019
S Post Partum Care
O Sensorium : Compos mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 84x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,80C
Abdomen : soepel, normoperistaltik
TFU : 2 jari di bawah pusat
P/V : tidak dijumpai
L/O: lochia rubra (+)
A Post ekstraksi vakum a/i kala II memanjang + NH2
P - Asam Mefenamat tab 3x 500 mg
- Cefadroxil tab 2x 500 mg
- Vit B comp 2x1
R PBJ hari ini
Kontrol poli Kamis, 2 Desember 2019
PEMBAHASAN
TEORI KASUS

Definisi Identitias Pasien


Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan Nama : Ny. A.A.
sebagai kebocoran spontan cairan dari kantung Umur : 28 tahun
amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Pendidikan : S1
Kejadian KPD dapat terjadi sebelum atau Pekerjaan : Pegawai Swasta
sesudah masa kehamilan 40 minggu. Suku/Agama : Batak Karo/ Katolik

Berdasarkan waktunya, KPD dapat terjadi Status : Menikah


Alamat : Dusun I kutalimbaru
pada kehamilan preterm atau kehamilan kurang
Deli Serdang
bulan terjadi sebelum minggu ke-37 usia
Tanggal Masuk : 29 November 2019
kehamilan, sedangkan pada kehamilan aterm
pukul 23.05 WIB
atau kehamilan cukup bulan terjadi setelah
minggu ke-37 dari usia kehamilan. No. MR : 08.78.86

Keluhan utama : Keluar air-air dari


Epidemiologi kemaluan

Sekitar 70% kasus ketuban pecah dini Telaah :

terjadi pada kehamilan di aterm, namun di - Hal ini dialami pasien sejak 2 jam

pusat rujukan, lebih dari 50% kasus dapat sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi
terjadi pada kehamilan preterm. 2 kali ganti pakaian dalam. Riwayat
keluar lendir darah tidak dijumpai.
Riwayat perut mules-mules seperti mau
Gejala Klinis melahirkan tidak dirasakan.
1. Gejala yang terpenting adalah keluar - HPHT pasien terakhir 18/04/2019.
air-air dari kemaluan berupa cairan Pasien telah 3 kali melakukan antenatal
jernih. care ke dokter spesialis kandungan.
2. Cairan tampak di introitus - Riwayat mengalami cidera fisik
3. Tidak ada his dalam 1 jam disangkal, riwayat berhubungan dengan
4. Gejala Klinis lainnya adalah adalah suami disangkal, riwayat demam
gejala dari infeksi atau korioamnionitis sebelumnya disangkal, riwayat
seperti adanya demam yang menyertai. keputihan tidak dijumpai, riwayat
konsumsi obat-obatan selama
kehamilan tidak dijumpai.
Diagnosis Status Obstetri
Abdomen : Membesar asimetris
Pemeriksaan Fisik
Leopold I : TFU setinggi
Inspeksi processus xyphodeus (33 cm), bagian teratas
 Dapat keluar air-air dari kemaluan janin bokong
 Abdomen membesar asimetris Leopold II : Punggung janin di
sebelah kiri
Palpasi Leopold III : Bagian terbawah
 Pemeriksaan inspekulo Terdapat cairan janin kepala, belum
ketuban yang keluar melalui bagian masuk pintu atas
yang bocor menuju kanalis servikalis panggul
atau forniks posterior, pada tingkat Leopold IV : konvergen 5/5
lanjut ditemukan cairan amnion yang HIS : tidak ada
keruh dan berbau. DJJ : 141 x/i
Gerak janin : (+)

Pemeriksaan Penunjang Status Ginekologi


 Pemeriksaan Nitrazin Test positif Inspekulo : Tampak cairan
(kertas lakmus merah berubah menjadi menggenang di
biru artinya air ketuban keluar). daerah fornix

 Pemeriksaan USG Ditemukan volume posterior, jernih,

cairan amnion yang berkurang / tidak berbau,

oligohidramnion, namun dalam hal ini dibersihkan kesan

tidak dapat dibedakan KPD sebagai mengalir,

penyebab oligohidramnion dengan Nitrazin test (+),

penyebab lainnya. Valsava test (+)

 Pemeriksaan Laboratorium Untuk


menentukan ada atau tidaknya infeksi, Adekuasi Panggul

kriteria laboratorium yang digunakan Promontorium : Tidak teraba

adalah adanya Leukositosis maternal Linea Inominata : Teraba 2/3 anterior

(lebih dari 15.000/uL), adanya Arkus pubik : >90

peningkatan C-reactive protein cairan Spina Ischiadica : Tidak menonjol

ketuban serta amniosentesis untuk Os sacrum : Concave


Tatalaksana Terapi
- IVFD RL + oksitosin 5 IU  10 gtt/i
Prinsip utama penatalaksanaan KPD
- Inj. Ampicilin 1 gr/ 6 jam
adalah untuk mencegah mortalitas dan
- Inj. Dexamethasone 5 mg 3 amp/iv
morbiditas perinatal pada ibu dan bayi yang
- Inj. Ranitidine 50 mg/ iv
dapat meningkat karena infeksi atau akibat
- Pemasangan balon kateter
kelahiran preterm pada kehamilan > 37
minggu.
Anjuran
Terdapat dua manajemen dalam  Pantau vital sign, serta perdarahan
penatalaksanaan KPD yaitu:  Persalinan Spontan Pervaginam

- Manajemen Ekspektatif
Penanganan dengan pendekatan tanpa
intervensi, memberikan edukasi pada
pasien.
- Manajemen Aktif
Melibatkan klinisi untuk lebih aktif
mengintervensi persalinan.
- Pengelolaan konservatif dilakukan
bila tidak ada penyulit baik pada ibu
dan janin dan harus dirawat inap.
- Resusitasi cairan
- Berikan Antibiotik (Ampicilin
4x500 mg selama 7 hari atau
eritromisin dan Metronidazol 2x
500 mg selama 7 hari
- Magnesium untuk efek
neuroproteksi pada PPROM <31
minggu nila persalinan diperkirakan
dalam waktu 24 jam
- Jika usia kehamilan 32-34 minggu
berikan steroid untuk memicu
kematangan paru janin dengan
Dexametasone 12 mg/24 jam
KESIMPULAN
• Ny. A.A., 24 tahun, G1P0A0, Ny. A.A, Katolik, Pegawai swasta, datang dengan keluhan
keluar air-air dari kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan
obstetric Leopold I dengan TFU 33 cm 2 jari dibawah processus xyphoideus dan bagian
teratas janin bokong, Leopold II dengan punggung janin di sebelah kanan, Leopold III
bagian terbawah janin kepala dan belum masuk pintu atas panggul, serta Leopold IV
dengan konvergen 5/5. Pada pemeriksaan inspekulo dijumpai cairan menggenang di
daerah fornix posterior, jernih, tidak berbau, dibersihkan kesan mengalir, Nitrazin test (+),
Valsava test (+). Pemeriksaan adekuasi panggul menunjukkan panggul yang adekuat. Pasien
didiagnosis dengan KPD + Primigravida + KDR (37-38 minggu) + presentasi kepala dengan
anak hidup. Pasien dilakukan tindakan persalinan dengan ekstraksi vakum atas indikasi kala
II memanjang dan dilakukan pemantauan kontraksi uterus, vital sign, perdarahan
pervaginam lalu diterapi dengan IVFD RL+ oxytocin 10 IU 20 gtt/i, Cefadroxil 500 mg 2x1,
Asam Mefenamat 500 mg 3x1, dan Vitamin B kompleks 2x1.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai