Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

HERNIA SKROTALIS DEXTRA STRANGULATA

Disusun oleh:
dr. Ni Made Hita Husmarika, S.Ked

Pembimbing:
dr. Sang Nyoman Suryana, Sp.B

Pendamping:
dr. Ni Made Ariani, MM
dr. I Made Gunawan

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ARI CANTI
JL. RAYA MAS, MAS, UBUD, KABUPATEN GIANYAR, BALI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Hernia Skrotalis Dextra Strangulata” tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Program Internsip
Dokter Indonesia di Rumah Sakit Ari Canti. Dalam penyusunan laporan kali ini,
Penulis memperoleh banyak bimbingan, petunjuk dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Sang Nyoman Suryana, Sp.B, selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan kasus ini,
2. dr. Ni Made Ariani, MM dan dr. I Made Gunawan, selaku pendamping
dokter internsip di Rumah Sakit Ari Canti,
3. Serta semua pihak yang telah membantu pembuatan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan,
diharapkan adanya saran demi penyempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan
kasus ini bisa memberikan sumbangan ilmiah bagi dunia kedokteran dan manfaat
bagi masyarakat. Terima kasih.

Gianyar, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2
2.1 Definisi..................................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi............................................................................................ 2
2.3 Etiologi..................................................................................................... 2
2.4 Anatomi.................................................................................................... 3
2.5 Klasifikasi Hernia Menurut Sifat............................................................. 7
2.6 Klasifikasi Hernia Inguinalis.................................................................... 10
2.7 Patofisiologi.............................................................................................. 11
2.8 Diagnosis ................................................................................................. 12
2.9 Pemeriksaan Penunjang............................................................................ 13
2.10 Diagnosis Banding................................................................................. 13
2.11 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................... 14
2.12 Diagnosis Banding................................................................................. 14
2.13 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 15
BAB III. LAPORAN KASUS......................................................................... 16
BAB IV. PEMBAHASAN.............................................................................. 24
BAB V. SIMPULAN ..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari muskulo aponeurotik dinding perut. 1 Hernia pada daerah groin
mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis dibedakan menjadi hernia
inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis indirek, kantung hernia memasuki
annulus inguinalis interna dan melalui annulus inguinalis eksterna menuju skrotum.
Sementara pada hernia inguinalis direk, kantung hernia terletak medial dari annulus
inguinalis interna. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia
inguinalis indirek dan direk juga dapat terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko
25 kali dibanding perempuan untuk mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis
indirek lebih sering terjadi di sebelah kanan karena penurunan testis sebelah kanan
yang terjadi lebih lambat diikuti gangguan atrofi prosesus vaginalis. 2 Penyebab
terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial.1
Diagnosis hernia terkadang sulit, sehingga diagnosis yang tepat dibuat melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang terarah. Riwayat perjalanan penyakit pasien
dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam mendiagnosis
hernia. Tatalaksana hernia adalah dengan dilakukan herniotomy ataupun hernioplasty.
Kesalahan dalam mendiagnosis hernia dapat menyebabkan keterlambatan dalam
penanganannya yang kemudian akan menimbulkan berbagai komplikasi. Berdasarkan
latar belakang tersebut, sebagai dokter umum penting untuk mengetahui bagaimana
mendiagnosis dan melakukan tatalaksana awal yang tepat pada hernia.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hernia

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin,
kantong dan isi hernia. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut yang dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang atau berkelanjutan dan
kelemahan otot dinding perut.1

2.2 Epidemiologi Hernia


Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia
inguinalis dibedakan menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia
inguinalis indirek, kantung hernia memasuki annulus inguinalis interna dan melalui
annulus inguinalis eksterna menuju skrotum. Sementara pada hernia inguinalis direk,
kantung hernia terletak medial dari annulus inguinalis interna. Dua pertiga kasus
hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia inguinalis indirek dan direk juga dapat
terjadi bersamaan. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding perempuan untuk
mengalami hernia inguinalis. Hernia inguinalis indirek lebih sering terjadi di sebelah
kanan karena penurunan testis sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti
gangguan atrofi prosesus vaginalis.2

2.3 Etiologi Hernia

Penyebab terjadinya hernia dapat berupa kongenital ataupun akuisial (faktor


pencetus selama hidup).1

 Kongenital

2
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis
kiri turun lebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital.1
 Akuisial (didapat)
Peningkatan tekanan intra abdomen kronik yang dapat mendorong isi
hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar. 1 Kondisi-
kondisi tersebut antara lain obesitas, kebiasaan mengangkat barang berat,
batuk, konstipasi (mengedan pada saat buang air besar), dan gangguan
prostat (mengedan saat buang air kecil).3

2.4 Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ–organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah
anatomis antara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale
(poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi medialnya dan
spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya ligamentum
inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi permukaan perut
dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).1

3
2.4.1 Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak
2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal
dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial,
dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar.
Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis dan
aponeurosis transverses abdominis.1

2.4.2 Annulus Inguinalis Interna


Suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, terletak sekitar 3 cm
di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di
sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika inferior. Pinggir annulus
merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian
dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.1

2.4.3 Annulus Inguinalis Eksterna


Defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s triangle) pada aponeurosis m.
Obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica. Pinggir
annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri
epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis bagian lateral, dan
batas inferior adalah ligamen inguinalis.1
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,dan

4
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirect.1

Gambar 2.1 Hernia Inguinalis

Gambar 2.2 Anatomi Regio Inguinalis

5
Gambar 2.3 Medial Triangle

2.4.5 Apponeurosis Obliqus Eksternus

Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial


dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. External oblique
aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal
terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.

2.4.6 Otot obliqus Internus

Otot obliqus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis


inguinalis .bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat
dariaponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk
membentuk conjoined tendon.

6
Gambar 2.4 Anatomi Kanalis Inguinalis

2.4.7Fascia Tranversalis

Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan


aponeurosisnya.

Gambar 2.5 Fascia Transversalis

2.5 Klasifikasi Hernia Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi empat, yaitu :

2.5.1 Hernia Reponibel

Hernia diserbut reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala

7
obstruksi usus.

2.5.2 Hernia Ireponibel


Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga
terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya pada:
femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun sumbatan usus.
Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi
obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.

2.5.3 Hernia Inkarserata


Hernia inkerserata adalah kondisi hernia bila isi hernia terjepit
oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus.
Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi
terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan terjadi
distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik,
tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia
ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan
inkarserata.

2.5.4 Hernia Strangulata


Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong
terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan
vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis. Strangulasi usus yang
paling sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi
(gangren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus menjadi permeabel
terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan
dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan,
mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan
cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial
menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi dan

8
kematian. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase sedangkan hernia
strangulate digunakan untuk menyebutkan hernia ireponibel yang disertai
gangguang vaskularisasi. Pada keadaan sebenarnya, gangguan
vaskularisasi telah terjadi saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis. Nama lazim dipakai
ialah hernia strangulata, walaupun tidak ada gejala dan tanda strangulasi.

Gambar 2.6 Gambaran Klinis Hernia

Tipe khusus Hernia lainnya


Sliding Hernia
Hernia ini adalah dimana struktur extraperitoneal
membentuk sebagian dinding kantong. Apabila sebagian dinding kantong
hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti caecum,
kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut sliding hernia. Sliding hernia
dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya
retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia,
melainkan tergeser dari retroperitoneal.
Hernia Ritcher
Pada hernia tipe ini, hanya sebagian dari usus yang terperangkap
(biasanya usus halus). Isi dari kantung hernia terdiri dari hanya satu sisi
dari dinding usus. Bahayanya hernia ini adalah usus dapat mengalami
iskemi tanpa perkembangan nyata dari gejala obstruksi. Biasanya
pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga
disertai obstruksi usus.

9
2.6 Klasifikasi Hernia Inguinalis
2.6.1 Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,
diduga mempunyai penyebab kongenital. Kantong hernia merupakan sisa
prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum yang menonjol
keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan kanalis inguinalis.
Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis inguinalis melalui
anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
anulis inguinalis eksternus. lateral dari arteria dan vena epigastrika
inferior.10 Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan. Hernia
inguinalis indirek dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Merupakan sisa prosessus vaginalis dan oleh karena itu
bersifat kongenital.
b. Angka kejadian hernia indirek lebih banyak dibandingkan
hernia inguinalis direk.
c. Hernia indirek lebih sering pada pria daripada wanita.
d. Hernia indirek lebih sering pada sisi kanan.
e. Sering di temukan pada anak-anak dan dewasa muda.
f. Kantong hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui
anulus inguinalis profundus dan lateral terhadap arteria dan
vena epigastrika inferior.
g. Kantong hernia dapat meluas melalui anulus inguinalis
superficialis, terletak di atas dan medial terhadap
tuberkulum pubikum.
h. Kantong hernia dapat meluas ke arah bawah ke dalam
kantong skrotum atau labium majus.
2.6.2 Hernia inguinalis direk
Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis.
Hernia ini melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. 10 Hernia inguinalis
direk jarang pada perempuan, dan sebagian bersifat bilateral. Hernia ini

10
merupakan penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan otot
dinding abdomen.11

2.7 Patofisiologi
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 2-
8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila
bayilahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering
belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
makakanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal,
kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah
ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk- batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang- barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Pria lebih banyak dari
wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan
wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya
usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian
menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,konstipasi.

11
Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga
terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.1

2.8 Diagnosis
Diagnosa hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, gejala klinis maupun pemeriksaan khusus. Gejala utama dari hernia
inguinalis adalah benjolan atau pembengkakan pada daerah lipat paha. Beberapa
pasien mengeluhkan rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang
timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar
hingga skrotum. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum,
hernia disebut hernia skrotalis. Diagnosis ditengakkan atas dasar benjolan yang
dapat direposisi atau tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan
jelas disebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
Hernia sering ditemukan pada pemeriksaan medis rutin.3
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan yang dapat direposisi atau
tidak dapat direposisi. Pasien perlu diperiksa pada posisi berdiri dan berbaring.
Identifikasi annulus inguinalis eksterna dapat dilakukan dengan melakukan
palpasi pada skrotum dengan jari pada superolateral tuberkulum pubikum. Untuk
menegakkan diagnosis hernia, pemeriksa harus merasakan adanya protrusi
jaringan pada annulus inguinalis eksterna saat pasien batuk. Hernia yang turun
ke skrotum hampir pasti merupakan suatu hernia inguinalis indirek. Pada
pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan mengedan, hernia direk tampak
sebagai benjolan sirkular yang simetris dan benjolan menghilang saat pasien
berbaring. Sementara pada hernia indirek, benjolan tampak berbentuk elips dan
lebih sulit mengalami reposisi.3
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis
inguinalis yang keras dan tegang pada hernia indirek dan dinding yang relaks
atau tidak teraba pada hernia direk. Bila jari pemeriksa diletakkan pada annulus
inguinalis eksterna dan terjadi protrusi saat pasien batuk, pada hernia direk
protrusi terjadi pada bagian samping jari sementara pada hernia indirek protrusi
dirasakan pada ujung jari. Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk menentukan
ada tidaknya komponen usus pada hernia.3

12
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah
dari traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.4
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis. Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran
ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse yaitu suatu
keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga extraperitoneal.4

2.10 Diagnosa Banding


Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia menggunakan
pemeriksaan transiluminasi yang hasilnya positif pada hidrokel. Cara lain
untuk membedakan hidrokel dengan hernia adalah dengan mencoba
meraba batas atas benjolan. Batas atas hidrokel dapat teraba, namun pada
hernia batas atas tidak teraba. Pada perabaan, varikokel memberikan
sensasi “bag of worms”. Pada kondisi inflamasi seperti epididimoorkitis,
nyeri hebat yang menjalar hingga skrotum disertai tenderness dan
pembesaran testis serta epididimis. Pada torsio testis, benjolan teraba keras
dan testis tidak teraba pada palpasi skrotum. Pada tumor testis didapatkan
konsistensi yang padat pada palpasi. Pada pseudohernia terjadi denervasi
otot dinding abdomen, misalnya pada pasien dengan polio sebelumnya,
sehingga terjadi penonjolan otot dinding abdomen pada saat pasien
mengedan. Aneurisma arteri femoralis dapat dibedakan dengan dengan
adanya denyut dan bising yang kadang didapatkan.5

13
2.11 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah di reposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulate, kecuali pada pasien anak – anak. Reposisi dilakukakan
secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin
hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi.6,7
2. Operatif
Ditegakkannya diagnosis merupakan indikasi untuk
melakukan pembedahan. Prinsip pembedahan pada hernia adalah
herniotomi dan herniorafi. Herniotomi adalah tindakan membuka
dan melepaskan kantung hernia, sedangkan herniorafi adalah
tindakan memperbaiki dinding posterior kanalis inguinalis.
Pendekatan yang dapat digunakan dalam herniorafi antara lain
open, preperitoneal, dan laparoskopik.8

14
2.12 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia
irreponsibel; ini dapat terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari
omentum, organ ektraperitoneal atau hernia akreta. Disini tidak timbul
gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik
oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulate yang menimbulkan
gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau
parsial seperti pada hernia richter. 6 Bila cincin hernia sempit, kurang
elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria,
lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde
yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia dan satu
segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti hurup W. 9 Jepitan
hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin
bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut. Gambaran klinik hernia inkarserata
yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila sudah
terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi gangguan toksik
akibat gangrene, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius.
Penderita mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia, nyeri akan menetap
karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan
benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan
tergantung keadaaan isi hernia dapat dijumpai tanda pereitonitis atau abses
lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat karena perlu
mendapat pertolongan segera.6

15
2.13 Prognosis

Presentasi kematian untuk operasi elektif repair hernia adalah 0,1


% untuk dibawah, 0,2 % antara usia 60 & 69, 1,6% antara usia 70&79,
3,3% diatas usia 80. Resiko untuk operasi darurat hernia strangulate adalah
10 kali lebih besar dan banyak pasien di atas usia 80 tahun meninggal.
Secara keseluruhan, tingkat kematian untuk hernia strangulate adalah
10%.9

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : PDS
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 13 Agustus 1999
Umur : 22 tahun
Alamat : Br. Dinas Lakah, Sidetapa, Banjar, Buleleng
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 13 Maret 2022

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri area genital
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Ari Canti dalam keadaan sadar pada tanggal 13
Maret 2022 pukul 23.37 Wita dengan keluhan nyeri pada area genital sejak 2 jam
SMRS. Nyeri dirasakan setelah makan dan terdapat benjolan pada testis kanan

16
sebesar bola kasti. Benjolan tersebut menetap, ukuran benjolan tidak berubah-
ubah saat sedang batuk atau mengedan, dan tidak hilang saat berbaring. Pasien
menyangkal adanya benjolan di tempat lain. Benjolan dikatakan tidak bisa
dimasukkan lagi. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sebanyak 4x berisi
makanan. BAB dan BAK normal. Riwayat demam disangkal. Pasien mengatakan
sebelumnya masih bisa kentut. Pasien tidak pernah mengalami trauma pada
daerah buah zakar, lipat paha maupun perut sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan


Pasien tidak ada minum obat untuk meredakan keluhannya. Pasien pernah
mengalami keluhan serupa pada saat kelas 3 SD, benjolan dikatakan bisa
dimasukkan dan baru kali ini benjolan menetap dan nyeri. Pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 2019 dan sempat minum obat tensi namun lupa nama
obat. Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, asma, dan penyakit kronis lain
disangkal. Riwayat operasi disangkal. Riwayat alergi obat disangkal.

Riwayat Keluarga
Keluhan serupa pada keluarga disangkal. Ibu pasien memiliki riwayat
hipertensi. Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, asma, dan penyakit kronis
lain dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang waiters, dikatakan 2 minggu terakhir pasien selalu
mengangkat benda berat saat bekerja. Riwayat merokok dan minum alkohol
disangkal. Pasien mengaku makan terakhir pukul 20.00 WITA

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanda-Tanda Vital
Status Present
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran (GCS) : Compos mentis (E4V5M6)
Tekanan Darah : 185/106 mmHg

17
Nadi : 97x/ menit, regular, isi cukup
Laju Pernafasan : 20x/menit, regular, thorakoabdominal
Suhu aksila : 36,0 0C
SpO2 : 98% udara ruangan
VAS : 7/10

Status Generalis
Mata : konjungtiva anemis (-/-); sklera ikterus (-/-), refleks pupil
(+/+) 2 mm/2 mm isokor, edema palpebra (-/-)
THT : Telinga : Sekret -/-, hiperemis -/-
Hidung : Sekret -/-, mukosa nasalis intak/intak
Tenggorokan : Tonsil T1 /T1, faring hiperemis (-)
Lidah : Ulkus (-), papil lidah atrofi (-),
Bibir : Mukosa basah, sianosis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi :
Batas Kanan : Sela iga IV garis parasternal dekstra
Batas Kiri : Sela iga V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris statis dan dinamis
Perkusi Sonor Sonor :

Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi :

18
Vesikuler : + + Ronki : - - Wheezing : - -
++ -- - -
++ -- - -
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-), scar (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Genitalia
(status lokalis)
Ekstremitas :
Hangat + +
+ +

Edema - -
- -

CRT < 2 detik

Status lokalis Area Genitalia


• Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat lonjong di
daerah skrotum dextra, sewarna kulit.
• Palpasi : teraba massa dengan bentuk agak bulat lonjong dengan
ukuran ± 8 x 7 x 5 cm di daerah skrotum dextra, permukaan rata, nyeri
tekan (+), batas atas tidak teraba, tidak ada fluktuasi, tidak bisa
dimasukkan, tes transiluminasi negatif.

Foto klinis pasien

19
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (13 Maret 2022)
Parameter Hasil Unit Nilai Keterangan
Rujukan
WBC 11.1 103/μL 4.1 – 11.0 Tinggi
LYM% 13.3 % 13 – 40
MID% 4.6 % 4.0 – 18.0
GRA% 82.1 % 40.0 – 74.0 Tinggi
LYM 1.4 103/μL 1.00 – 4.00
MID 0.6 103/μL 0.1 – 1.5
GRAN 9.1 103/μL 1.2 – 8.0 Tinggi
RBC 5.27 106/μL 4.5 – 5.9

HGB 13.6 g/dl 13.5 – 17.5


HCT 39.7 % 41.0 – 53.0 Rendah
MCV 75.3 Fl 80.0 – 100.0 Rendah
MCH 25.9 Pg 26.0 – 34.0 Rendah
MCHC 34.4 g/dl 31.0 – 36.0
RDW% 15.3 % 11.6 – 14.8 Tinggi
RDWa 58.7 fl 30.0 – 150.0
PLT 303 103/ul 150 – 440
MPV 9.9 fL 6.80 – 10.0
PDW 11,9 fl 0.1 – 99.9

20
PCT 0.3 % 0.0 – 10.0
LPCR 26.8 % 0.1 – 99.9

Kimia Klinik (14 Maret 2022, 3.00.55 AM)


Parameter Hasil Unit Nilai Keterangan
Rujukan
Kalium 2,68 mmol/l 3,50-5,10 Rendah
Natrium 147,3 mmol/l 136,0-145,0 Tinggi
Chlorida 105,9 mmol/l 94,0-110,0
Calcium Ion - mmol/l 1,1-1,4

SGOT 21 U/L 11,00 – 33,00

SGPT 14 U/L 11,00 – 50,00

BUN 7,46 mg/dl 8,00 – 23,00 Rendah

Kreatinin 0,92 mg/dl 0,70 – 1,20

Glukosa 132 mg/dL 70 – 140


Sewaktu
BT 1’ 30” mnt 1.00 – 3.00

CT 7’ 30” mnt 5.00 – 15.00

Rapid Antigen SARS-COV2 : negative


Rontgen Thorax AP : 14 Maret 2022

3.5 DIAGNOSIS KERJA

21
Hernia skrotalis dextra strangulata

3.6 PENATALAKSANAAN
Planning Terapi
 Injeksi ondancentron 4 mg Terapi di UGD
 Inj dexprofen 1 ampul  terapi di IGD
 Captopril 25 mg IO  terapi IGD
 MRS
 IVFD RL 20tpm
 Posisikan tredelenberg, masukan hernia pelan-pelan
 Cukur bulu pubis
 Pro Herniotomy tanggal 14 Maret 2022 pukul 07.00 Wita
 Konsul interna :
- drip Nicardipine 0,5 mcg/kgBB/jam
- Ukur tekanan darah tiap jam
- Acc OK apabila TD <160/90
 Premedikasi :
- Injeksi Ceftriaxone 2 gram IV

Planning Monitoring
 Keluhan
 Keadaan umum
 Tanda-tanda vital

3.7 RENCANA EDUKASI


 Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien, penyakit
yang diderita, dan rencana terapi yang akan dilakukan.
 Menjelaskan segala tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien, baik
untuk diagnosis, terapi, maupun monitoring.
 Menjelaskan kemungkinan perkembangan penyakit.
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mengikuti terapi

22
dengan baik sesuai petunjuk dokter.

3.8 FOLLOW UP RUANGAN


Tanggal 14/03/2022
P : Tatalaksana post operasi
- Ceftriaxone 1x2 gr
- Ranitidine 2x50 mg
- Analgetic sesuai TS anestesi

Tanggal 15/03/2022
S : nyeri pada luka operasi (+), demam (-), mual (-), muntah (-)
O : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : E4V5 M6 (compos mentis)
Vital sign
- TD : 100/60 mmHg
- N : 62 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,5 °C
- SpO2 : 98% udara ruangan
- VAS : 1/10

Status generalis interna :


- Kepala : normocephali
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
- THT : dalam batas normal
- Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
- Thorax :
Pulmo : Vesikular +/+, ronkhi -/-, wheezing-/-
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
- Abdomen : BU (+) normal, nyeri pada luka operasi (+), luka
tertutup perban, tidak ada rembesan darah.

23
- Ekstremitas : Hangat keempat ekstremitas, CRT < 2 detik.
A : Post Herniotomy + mesh
P:
Terapi :
- Cefixime 2x100 mg
- Dexketoprofen 3x25mg
- Vip albumin 2x1
Monitoring : Keadaan umum, TTV, keluhan, luka post operasi.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Epidemiologi Hernia Skrotalis


Berdasarkan teori, hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh
hernia. Laki-laki memiliki risiko 25 kali dibanding perempuan untuk mengalami
hernia inguinalis. Dua pertiga kasus hernia inguinalis adalah jenis indirek. Hernia
inguinalis indirek lebih sering terjadi di sebelah kanan karena penurunan testis
sebelah kanan yang terjadi lebih lambat diikuti gangguan atrofi prosesus
vaginalis. Teori ini sesuai dengan keadaan pasien, dimana pasien merupakan
seorang laki-laki, pasien mengalami keluhan yang sesuai dengan hernia inguinalis
indirek dan penurunan testis terjadi disebelah kanan.

4.2 Diagnosis pada Hernia Skrotalis

24
Berdasarkan teori, gejala utama dari hernia inguinalis adalah benjolan atau
pembengkakan pada daerah lipat paha. Beberapa pasien mengeluhkan rasa nyeri
yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang timbul saat mengangkat benda berat
atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar hingga skrotum. Jika kantong hernia
inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Pada
pemeriksaan fisik hernia yang turun ke skrotum hampir pasti merupakan suatu
hernia inguinalis indirek. Pada pemeriksaan inspeksi saat pasien berdiri dan
mengedan, hernia direk tampak sebagai benjolan sirkular yang simetris dan
benjolan menghilang saat pasien berbaring. Sementara pada hernia indirek,
benjolan tampak berbentuk elips dan lebih sulit mengalami reposisi. Pada
pemeriksaan palpasi, didapatkan dinding posterior kanalis inguinalis yang keras
dan tegang. Pada hernia skrotalis diagnosis ditengakkan atas dasar benjolan yang
dapat direposisi atau tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan
jelas disebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
Hal ini sesuai dengan pasien, dimana keluhan pasien berupa rasa nyeri pada area
skrotum, pada saat berdiri maupun mengedan benjolan menetap dan pada saat
dilakukan pemeriksaan palpasi teraba keras, tegang dan tidak adanya batas atas
yang jelas.

4.3 Penatalaksanaan pada Hernia Skrotalis


Berdasarkan teori, reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual.
Tindakan operatif merupakan pilihan untuk hernia inguinalis strangulate.
Tatalaksana hernia berupa tindakan operatif yaitu herniotomy maupun
hernioplasty. Sebelum dilaksanakan tindakan operatif, maka pasien dipuasakan,
diberikan analgetik, dan antibiotika preoperative untuk mengurangi terjadinya
infeksi post operasi. Pasien juga harus tetap terhidrasi dengan memberikan cairan
kristaloid. Dalam kasus ini, penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien telah
sesuai dengan teori yakni pada pasien diberikan analgetik berupa dexprofen 1
ampul IV, IVFD RL 20tpm, ondansentron 4 mg IV untuk keluhan mual muntah,
dan antibiotic profilaksis berupa Ceftriaxone 2 gram IV.

25
BAB V
SIMPULAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Semua hernia terjadi melalui
celah lemah yang potensial pada dinding abdomen (lokus minoris resistensiae
baik bawaan maupun didapat) yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra
abdomen yang berulang atau berkelanjutan dan kelemahan otot dinding perut.
Hernia pada daerah groin mencakup 75% dari seluruh hernia. Hernia inguinalis
dibedakan menjadi hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis
indirek, kantung hernia memasuki annulus inguinalis interna dan melalui annulus
inguinalis eksterna menuju skrotum. Penyebab terjadinya hernia dapat berupa
kongenital ataupun akuisial seperti peningkatan tekanan intraabdominal.

26
Diagnosis hernia skrotalis strangulata dilakukan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pasien dating dengan benjolan atau pembengkakan pada
daerah lipat paha disertai rasa nyeri yang muncul tiba-tiba dan penonjolan yang
timbul saat mengangkat benda berat atau mengedan. Rasa nyeri dapat menjalar
hingga skrotum. Pada pemeriksaan fisik hernia yang turun ke skrotum hampir
pasti merupakan suatu hernia inguinalis indirek. Pada pemeriksaan inspeksi saat
pasien berdiri dan mengedan, benjolan tampak berbentuk elips dan lebih sulit
mengalami reposisi.
Penatalaksanaan dari hernia inguinalis adalah konservatif dan operatif.
Pada kondisi strangulata tindakan operatif merupakan pilihan tatalaksana. Prinsip
dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashcraft, K. W., & George, W. H. I. (2010). Ashcraft’s Pediatric Surgery.


Inguinal Hernias And Hydroceles (fifth; C. L. Snyder, ed.). philadelphia:
Saunders Elsevier.
2. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook
of surgery. 18th ed. Saunders Elsevier; 2007.
3. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 12th ed. McGraw-
Hill; 2006.

4. ttp://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
diakses pada 1 Maret 2022

27
5. Richard AT, Quinn TH, Fitzgibbons RJ. Abdominal wall hernias. Dalam:
Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Maier RV, Upcurch GR.
Greensfield’s surgery: scientific principles and practice. 4th ed. Lippincott
Williams & Wilkins; 2006.

6. Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. Buku Ajar Ilmu Bedah


Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan Tindak Bedahnya (1). 4th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2017.

7. Scwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6,


Jakarta, EGC, Hal: 509 – 517

8. Cheek c, Kingsnorth A. Inguinal and femoral hernias. Dalam: Oxford


textbook of surgery. 2 nd ed. Oxford University Press; 2002

9. Henry, MM, Thompson JN, 2005, Principle of surgery, 2nd edition,


Elsevier Sounders, page 431 – 445
10. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Media Aesculapius.
Jakarta. Indonesia.
11. Snell R, S. 2006. Anatomi Klinik. EGC. Jakarta. Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai