Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

KEPERAWATAN ANAK II

Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis

Disusun Oleh :

Kelompok III

1. RAHMADINI NIM.1502186
2. RIRIN SAPITRI NIM.1502187
3. SUCY APRIFA ZEN NIM.1502189
4. TIARA REGINA FADIL NIM.1502190
5. VELLYCIA ARNAZ NIM.1502191
6. WILDA WANTI NIM.1502192
7. ANDRE REYNALDY NIM.1502193
8. MUNAWARAH NIM.1602052

Dosen Pembimbing : Ns. Nike Puspita Alwi, M.Kep.

STIKes SYEDZA SAINTIKA PADANG

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas

berkat dan limpahan rahmatnya maka kami telah menyelesaikan sebuah karya

tulis dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis Pada Anak” yang menurut kami

dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari Ilmu

Keperawatan Anak II.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan

memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada keterangan dan ada tulisan

kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa

terima kasih dan semoga ALLAH SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat

memberikan manfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Padang, 28 Maret 2017

“Penulis”

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

A. Pengertian Hernia Inguinalis Pada Anak......................................................3

B. Etiologi..........................................................................................................3

C. Manifestasi Klinik.........................................................................................4

D. Klasifikasi.....................................................................................................4

E. WOC.............................................................................................................7

F. Komplikasi....................................................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA INGUINALIS.........................10

BAB IV PENUTUP...............................................................................................20

A. Kesimpulan.................................................................................................20

B. Saran............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun berok, adalah penyakit akibat
turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita
hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang terjadi
pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada
orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena
faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Ternyata penderita
hernia seringkali disertai gangguan fungsi saluran cerna lainnya, hipersensitifitas
kulit dan gangguan alergi lainnya. Meski penanganan hernia harus dioperasi tetapi
pada sebagian kasus khususnya hernia inguinalis dan umbilikasis bila dilakukan
penatalaksanaan penanganan alergi hipersentifitas saluran cerna sejak dini
ternyata dapat membantu proseses perbaikan secara spontan.
Di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk
data di jawa tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007
berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-
211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena
itu dalam mengatasi masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita
terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang
ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah
satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana
menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase
(8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya ( Ilham, 2008:17).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut bagaimana penatalaksanaan, perawatan untuk mencegah komplikasi

1
2

lebih lanjut dan bagaimana asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa
Medis Hernia Scrotalis Post Operasi Herniotomy

B. Rumusan Masalah

1. Tinjauan Pustaka Hernia Inguinalis Pada Anak ?

2. Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis Pada Anak ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Tinjauan Pustaka TB Hernia Inguinalis

Pada Anak.

2. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis

Pada Anak.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah Wawasan bagi Mahasiswa tentang Tinjauan Pustaka

Hernia Inguinalis Pada Anak.

2. Menambah Wawasan bagi Mahasiswa dan dapat Menerapkan,

Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Hernia Inguinalis Pada

Anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hernia Inguinalis Pada Anak

Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum


dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh
serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat &
Wim de Jong : 2005)
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus
yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif
Mansjoer  : 2000)

B. Etiologi

1. Usia
2. Batuk Menahun
3. Jenis Kelamin
4. Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis
dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen
yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam
kanalis inguinalis.

3
4

5. Genetik.
6. Kelahiran Prematur.
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna.

C. Manifestasi Klinik

1. Adanya benjolan di daerah inguinal.


2. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra
abdominal.
3. Sebagian besar tidak memberikan keluhan

D. Klasifikasi

Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia, menurut letaknya dan


hernia menurut sifat atau tingkatanya.

1. Hernia menurut letaknya adalah :

a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)

Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah
lateral vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga
perut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak
kecil
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)

Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa


epigastrika inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
5

c. Hernia femoralis

Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita
dibanding pria. Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang
membesar secara bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih
masuk ke dalam kantung.

d. Hernia umbilikalis

Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan


yang didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang
memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,
asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.

e. Hernia skrotalis

Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

2. Menurut sifat atau tingkatannya :

a. Hernia reponibel.

Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel.

Merupakan kebalikan dari hernia reponibel (hernia tidak masuk kembali)


biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
6

c. Hernia inkaserata.

Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi
usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini
hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan
hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel.

d. Hernia strangulata

Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke
dalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya
sehingga mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak
dapat dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
7

E. WOC

Bayi Prematur Batuk Kronik Jenis Kelamin Genetik Konstipasi

Prosesus Vaginalis Peritonei Peningkatan Tekanan Intra Abdomen


Tidak Terobiliterasi

Kanalis Inguinalis Terbuka Fasia Abdomen Tidak


Mampu Menahan Makanan

Peritoneum Tertarik Kedaerah Scrotum Fasia Abdomen Terkoyak

Hernia Inguinalis Lateralis Hernia Inguinalis Lateralis


Kongenital (Bawaan) Akuistika (Didapat)

HERNIA
Pre Operasi
Peningkatan Isi Abdomen (Usus) Memasuki Kantong Hernia
Peningkatan Tekanan

Saluran Limfe Terbendung Kantung Hernia Menyempit


Edema Usus Terjepit
Penekanan Pembuluh Darah Peristaltic Usus Terganggu
Iskemi Jaringan Regurgitasi Isi Usus
Kerusakan Jaringan Kembung
Kurang Nafsu Makan
Pelepasan Mediator Nyeri Nekrosis Mual dan Muntah
Diterima Reseptor Nyeri Perifer Penumpukan Jaringan Mati Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari
Impuls Ke SSP Kebutuhan Tubuh
8

Hipotalamus Inflamasi

Persepsi Nyeri Reaksi Peradangan


Abses
Nyeri Akut Statis Cairan Tubuh

Resiko Infeksi

Post Operasi
Tindakan Pembedahan
Terputusnya Kontinuitas Jaringan

Nyeri Didaerah Post Op Peningkatan Nociceptor Adanya Luka Insisi


Ujung Saraf Terangsang Nyeri Didaerah Post Op Trauma Jaringan Akibat
Prosedur Invasive
Impuls Ke SSP Gelisah atau Tidak Nyaman
Hipotalamus Imobilisasi Inflamasi

Persepsi Nyeri Tidak Mampu Memasuki Tidur NREM Terpapar Organisme Luar

Nyeri Akut Fase Tidur Tidak Bisa Mencapai Rubor, Dolor, Kalor
Tahap REM dan Pus Pada Luka

Tidur Tidak Lampias Resiko Infeksi

Gangguan Pola Tidur


9

F. Komplikasi

1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga


isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus.

2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus


yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis incarcerata.

3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi


penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.

4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan


pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut


kembung, muntah dan obstipasi.

6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.

7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.

8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis


metabolik, abses.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA INGUINALIS

A. Pengkajian

a. Identitas Klien :

Hernia bisa terjadi pada anak, dewasa yang melakukan aktifitas berlebihan
, melakukan pengangkatan benda berat, yang terjadi pada anak usia 2-5 tahun.

b. Keluhan utama :

Nyeri dan ada benjolan di inguinal.

c. Riwayat penyakit sekarang :

Klien mengeluh nyeri, ada benjolan, mual muntah.

d. Riwayat penyakit sebelumnya :

Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di derita klien.

e. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :

Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain seperti biasanya,


klien masih dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan
keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam proses penyembuhan.

10
11

f. Riwayat tumbuh kembang :


1) Prenatal : Ditanyakan apakah ibu menderita infeksi atau penyakit
kronik lain.
2) Antenatal : Ditanyakan Siapa penolong persalinan karena data ini
akan membantu membedakan persalinan yang bersih / higienis atau
tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat persalinan.
3) Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apa tidak.

g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I.
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2.
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.

h. Pola aktivitas sehari-hari


1) Nutrisi.
Klien mengalami mual muntah.
2) Aktivitas/istirahat
Sebelum Masuk RS :
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan, sering
melompat, ataupun terjatuh dari ketinggian.
Sesudah Masuk RS :
 Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
 Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu
bagian  tubuh.
 Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
 Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
 Gangguan dalam berjalan.
12

3) Eliminasi.
 Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
 Adanya retensi urine.
4) Istirahat tidur. : Penurunan kualitas tidur.

B. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah.

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).

              Suhu : Hipotermi (n: 36 o C- 37 o C).

              Nadi : Tachicardi (n: 80-120 x/mnt).

              RR : Normal / meningkat (n: 30-60 x/mnt).

1) Kepala dan leher

Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai,


Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara pink, konjunctiva
tidak anemis.
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada
leher.
13

2) Dada :

Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan


Palpasi    : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas, nyeri
tekan (-)
Perkusi     : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.

3) Abdomen

Inspeksi : Terdapat benjolan ingunalis


Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah inguinalis
Perkusi     : Dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)

C. Pemeriksaan Penunjang

1) Dilakukan pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan,


maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk melihat lebih
lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung
hernia tersebut.
2) Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
3) Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus
4) Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah
putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan
elektrolit.
14

D. Renpra (Rencana Asuha Keperawatan)

Post Operasi

NO ANALISA DATA PATWAY MAS. KEP

1. DO : Tindakan Pembedahan Nyeri Akut


- Ekspresi Perilaku Terputusnya Kontinuitas
Jaringan
(Gelisah,
Menangis, Nyeri Didaerah Post Op

Merengek) Ujung Saraf Terangsang


- Nyeri Saat
Impuls Diterima SSP
Dipalpasi.
Hipotalamus
- Nyeri Didaerah
Post Operasi. Persepsi Nyeri
- Nyeri Apabila Nyeri Akut
Bergerak
- Terlihat Benjolan
Di Lipatan Paha
Kanan.
- Skala Nyeri (0-10)

2. DO : Tindakan Pembedahan Gangguan Pola Tidur


Terputusnya Kontinuitas
- Nyeri Didaerah Jaringan
Post Operasi. Peningkatan Nociceptor
- Gelisah dan Tidak
Nyeri Didaerah Post Op
Nyaman.
Gelisah atau Tidak Nyaman
- Imobilisasi
- Tidak Mampu Tidak Mampu Memasuki Tidur
15

Memasuki Tidur NREM


NREM.
- Fase Tidur Tidak Fase Tidur Tidak Bisa Mencapai
Bisa Mencapai Tahap REM
Tahap REM. Tidur Tidak Lampias
- Tidur Tidak Gangguan Pola Tidur
Lampias.

3. DO : Tindakan Pembedahan Resiko Infeksi


Terputusnya Kontinuitas
- Terdapat Luka Jaringan
Jahitan Post Adanya Luka Insisi
Operasi.
Trauma Jaringan Akibat
- Area Luka Prosedur Invasive
Sekitar Bersih Inflamasi
atau Tidak.
Terpapar Organisme Luar
- Ada Pus atau
Tidak.
- Ada Tanda Rubor, Dolor, Kalor dan Pus
Pada Luka
Peradangan
atau Tidak.
Resiko Infeksi

Diagnosa Keperawatan :

1. Nyeri Akut b.d Prosedur Bedah

2. Gangguan Pola Tidur b.d Imobilisasi

3. Resiko Infeksi b.d Prosedur Invasif

Diagnosa Keperawatan Prioritas : Nyeri Akut b.d Prosedur Bedah.


16

E. Asuhan Keperawatan

Hari/Tanggal :

Diagnosa NOC NIC Aktivitas

Keperawatan

Nyeri Akut Setelah melakukan 1. Manajemen a. Lakukan pengkajian

asuhan keperawatan Nyeri. nyeri komprehensif yang

selama 2x24 jam meliputi lokasi,

diharapkan : karakteristik,

1. Tingkat Nyeri onset/durasi, frekuensi,

a. Nyeri yang kualitas, intensitas atau

dilaporkan dari beratnya nyeri dan

deviasi sering faktor pencetus.

menunjukkan b. Berikan informasi

(4) ditingkatkan mengenai nyeri, seperti

ke deviasi penyebab nyeri, berapa

jarang lama nyeri akan

menunjukkan dirasakan dan antisipasi

(2). dari ketidaknyamanan

akibat prosedur.

b. Panjangnya c. Kurangi atau eliminasi

episode nyeri faktor-faktor yang dapat

dari deviasi meningkatkan nyeri

sering (misalnya, ketakutan)


17

menunjukkan d. Pilih dan

(4) ditingkatkan implementasikan

ke deviasi tindakan yang beragam

jarang (misalnya, farmakologi,

menunjukkan non farmakologi,

(2). interpersonal) untuk

memfasilitasi penurunan

nyeri, sesuai dengan


c. Tidak bisa
kebutuhan.
beristirahat dari
e. Berikan individu
deviasi sering
penurun nyeri yang
menunjukkan
optimal dengan
(4) ditingkatkan 2. Manajemen
peresepan analgesik.
ke deviasi Pengobatan

jarang
a. Tentukan obat apa yang
menunjukkan
diperlukan, dan kelola
(2).
menurut resep.

b. Monitor efektifitas cara


2. Kontrol Nyeri
pemberian obat yang
a. Mengenali
sesuai.
Kapan Nyeri
c. Monitor tanda dan
Terjadi dari
gejala toksisitas obat.
deviasi sering
d. Monitor interaksi obat
menunjukkan
3. Pemberian yang non terapeutik.
(4) ditingkatkan
18

ke deviasi Analgesik.

jarang a. Tentukan lokasi,

menunjukkan karakteristik, kualitas

(2). dan keparahan nyeri

sebelum mengobati

b. Menggunakan pasien.

Tindakan b. Cek perintah

Pengurangan pengobatan meliputi

(Nyeri) tanpa obat, dosis, dan

Analgesik dari frekuensi obat

deviasi sering analgesik yang

menunjukkan diresepkan.

(4) ditingkatkan c. Cek adanya riwayat

ke deviasi alergi obat.

jarang d. Berikan kebutuhan

menunjukkan kenyamanan dan

(2). aktivitas lain yang

dapat membantu

c. Menggunakan relaksasi untuk

Analgesik yang memfasilitasi

direkomendasik penurunan nyeri.

an dari deviasi e. Monitor TTV sebelum

sering dan setelah

menunjukkan memberikan analgesik


19

(4) ditingkatkan narkotik pada

ke deviasi pemberian dosis

jarang pertama kali atau jika

menunjukkan ditemukan tanda-tanda

(2). yang tidak biasanya.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati


dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut
(nettina, 2001 : 253).
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hernia omphalokel yang terjadi karena
sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih
terbuka.
Pelaksanaannya adalah dengan resposisi secara manual, dengan memakai
sabuk hernia untuk penderita yang tidak memerlukan tindakan bedah, herniografi
(bedah perbaikan hernia) adalah di seksi dari kantung hernia dan di kembalikan
pada susunan semua pada cavum abdomen, hernioplash adalah perbaikan pada
jaringan yang lemah sehingga menguatkan dengan kawat jalinan baju / tascia,
pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan dan


pengetahuan tentang tinjauan pustaka dan askep hernia inguinalis pada anak.
Perawat sebaiknya sudah harus memahami dan mengerti tentang askep hernia
inguinalis pada anak agar dapat menerapkannya dan dapat memberikan pelayanan
yang baik kepada pasien dan keluarga.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8

vol 3. Jakarta: EGC

2. Herdman T. Heather, dkk. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.

Jakarta : EGC

3. Moorhead Sue, dkk. 2015-2017.NOC. Edisi 5. Jakarta : EGC

4. Bulechek, Gloria M, dkk. 2015-2017.NIC.edisi 6. Jakarta : EGC

5. Kozier & Erb. (2004) Hernia Scrotalis Post Surgery Management dan
Wounds. Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice (7th
ed.). EGC

21

Anda mungkin juga menyukai