Anda di halaman 1dari 27

Referat

HERNIA INGUINALIS

Oleh :

dr. Suria Nainggolan

Pembimbing:
Dr. Awaludin, Sp. B

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulisan referat ini dapat
diselesaikan. Selanjutnya shalawat dan salam penulis panjatkan ke pangkuan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa umat manusia ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun referat dengan judul ”Hernia Inguinalis” ini diajukan sebagai
salah satu tugas dalam menjalani Program Internsip Dokter Indonesia. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing referat kami, yang telah
bersedia meluangkan waktu membimbing penulis untuk menyelesaikan penulisan
tugas ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para sahabat dan rekan-
rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil sehingga tugas ini dapat
selesai pada waktunya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam referat ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan referat ini.

Kisaran, 11 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
BAB II TINJUAUAN PUSTAKA.................................................. 3
2.1 Anatomi...................................................................... 3
2.2 Definisi Hernia.......................................................... 4
2.3 Klasifikasi Hernia..................................................... 4
2.4 Klasifikasi Hernia Inguinalis................................... 6
2.5 Etiologi Hernia Inguinalis........................................ 7
2.6 Patofisiologi............................................................... 9
2.7 Diagnosa Hernia Inguinalis...................................... 10
2.8 Diagnosa Banding..................................................... 12
2.9 Komplikasi................................................................. 12
2.10 Tatalaksana............................................................... 13
2.11 Komplikasi Post Operasi.......................................... 13
2.12 Prognosis.................................................................... 14
BAB III LAPORAN KASUS............................................................ 15
BAB IV PEMBAHASAN KASUS................................................... 19
BAB V KESIMPULAN................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 23

iii
BAB 1
PENDAHULAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital
dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai
dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dan lain-lain. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa
hernia inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak
ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel, maka usus dapat
terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserata) dan aliran darahnya
terputus (strangulata). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami
strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan
untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada
dinding perut agar hernia ingunalis tidak berulang.
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Di berbagai negara di dunia, hernia inguinal
lebih sering terjadi 8 hingga 20 kali daripada hernia femoral. Perbandingan angka
kejadian pada pria sepuluh kali daripada wanita dan sekitar 55% hernia inguinal
terjadi pada sisi kanan. Sekitar 70 % dari hernia inguinal adalah hernia inguinal
indirek. Hernia bilateral empat kali lebih sering terjadi pada hernia direk daripada
hernia indirek. Setiap tahun, sekitar 85.000 reparasi hernia inguinal dilakukan di
Inggris dan 750.000 kasus di Amerika.
Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hernia inguinalis lateralis
diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat, konstipasi, riwayat
batu kronik, dan aktivitas fisik. Pengobatan operatif merupakan satu- satunya

1
pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada saat
diagnosis ditegakkan. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki
secara operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar
terutama inkarserata, strangulata, termasuk gangren saluran cerna (usus), testis,
serta peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari kutis, lemak
subkutis, fasia skarpa, muskulus obligus eksterna, muskulus obligus abdominis
interna, muskulus abdominis tranversal, fasia transversalis, lemak peritoneal,
peritoneum.

Gambar 1. Muskulus pada Dinding Anterior Abdomen.

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus


yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial
bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis

3
eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.Obligus eksternus. Atapnya ialah
aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar 2. Regio Inguinalis

2.2 Definisi Hernia


Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan, melalui cacat congenital
atau akuisita dalam parietas musculoaponeurotik dinding abdomen, yang
normalnya tidak dapat dilewati.Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi.

2.3 Klasifikasi Hernia


a. Berdasarkan terjadinya
 Hernia kongenital
 Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan arah penonjolan

4
 Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding
perut, pinggang, atau perineum.
 Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen winslaow atau resesus
retrocaecalis.
c. Berdasarkan tempatnya:
 Hernia Inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (region Inguinalis).
 Hernia femoralis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
 Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah perut.
 Hernia diafragmatik adalah hernia yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam rongga dada.
 Hernia ventralis hernia yang tombul akibat insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau yang terpisah akibat
tegangan abnormal.
 Hernia epigastrika adalah hernia yang timbul antara umbilicus dan
prosesus sifoideus.
 Hernia parastomal adalah hernia yang melalui lubang yang sama yang
dibentuk untuk kolostomi atau ileostomy.
 Hernia spigelian adalah hernia melalui fasia spigelian.
 Hernia obturator adalah hernia yang berjalan melalui canalis obturator
didalam pelvis.
 Hernia lumbalis adalah hernia yang timbul dalam daerah lumbalis
melalui dinding abdomen posterior.
 Hernia skiatika adalah hernia yang keluar melalui foramen skiatika
mayor.
 Henia perineum adalah hernia melalui otot fasia lantai perineum.
 Hernia interparietalis adalah hernia yang kantongnya menjorok kedalam
celah antara lapisan dinding perut.
d. Berdasarkan sifatnya

5
 Hernia reponibel yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum
abdominalis lagi tanpa operasi.
 Hernia ireponibel yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
 Hernia akreta yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong
hernia.
 Hernia inkarserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
e. Berdasarkan isinya
 Hernia adipose adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
 Hernia richter adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian
dinding ususnya saja yang terjepit di dalam cincin hernia.
 Sliding hernia adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebagian dari
dinding kantong hernia.
 Hernia littre adalah adanya divertikulum meckel dalam kantong hernia

2.4 Klasifikasi Hernia Inguinalis


1. Hernia inguinalis indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena
keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang,menonjol keluar dari annulus inguinalis
ekternus. Apabila hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus
kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam

funikulus spermatikus. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.
Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penutunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih
dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis

6
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalamiobliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris
resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuista.
2. Hernia inguinalis direk (medialis)
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung
ke anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena
epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia
ini tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum.
Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut
usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita. Hernia direk sangat jarang bahkan
tidak pernah mengalami strangulasi atau inkaserata. Faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian tekanan
intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach, batuk
yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada perokok berat
yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan jaringan-jaringan penyokong
atau penyangga dan kerusakan dari saraf ilioinguinalis biasanya pada pasien
denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering dirasakan penderita hernia ini
adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan intensitas nyeri semakin
meningkat apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat.

2.5 Etiologi Hernia Inguinalis


Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki dibanding perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu.

7
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus
ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi
trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia. Beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain :
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites,
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Defisiensi otot,
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit
sistemik.
Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka,
sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum
tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak
sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih
dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral,
tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya
prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya
hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis
dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis

mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Anak yang menjalani operasi
hernia pada waktu bayi mempunyai kemungkinan mendapat hernia kontralateral

8
pada usia dewasa (16%). Bertambahnya umur menjadi faktor risiko,
dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra
abdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

2.6 Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan

yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Ovarium juga turun
kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga abdomen.
Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan
bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk
melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita
meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai
kanal nuck.Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan
timbul hernia inguinalis kongenital.
Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus
minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan
intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita.
faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil,batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut
melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari

9
anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada laki- laki, sehingga
menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun
manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan
kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika
terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga
terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala
obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi
hernia ini akan menjadi nekrosis. Jika kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan
peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan

timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi

nyeri yang timbul letih berat dan kontiniu, daerah benjolan menjadi merah.

2.7 Diagnosa Hernia Inguinalis


A. Anamnesa
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
atau perut bagian bawah pada scrotum atau labium mayor pada wanita.yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Pada bayi dan anak, adanya benjolan yang hilang timbul di lipatan paha
biasanya diketahui orang tuanya.
Keluhan nyeri jarang dijumpai. Jika ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangrene
B. Pemeriksaan Fisik

10
 Inspeksi  Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris
pada posisi berdiri.Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita
diminta untuk melakukan manuver valsava. Benjolan berbentuk
lonjong (HIL) atau bulat (HIM). Tanda tanda radang ada atau tidak,
pada hernia inguinalis biasanya tidak ditemukan tanda radang.
 Palpasi  Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bula tidak
tampak benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan
maneuver valsava. Tentukan konsistensinya. Lakukan reposisi (bisa
masuk atau tidak). Kompresable umumnya (+).
 Auskultasi  Ditemukan suara bising usus diatas benjolan
C. Pemeriksaan Khusus
 Zieman’s Test
Penderita dalam keadaan berdiri atau jika kantong hernia
berisi,masukkan terlebih dahulu kedalam cavum abdomen.Untuk
Memeriksa bagian kanan digunakan tangan kanan dan sebaliknya.Test ini
dapat dilakukan pada penderita laki lakiu dan perempuan. Dengan jari
kedua yangan pemeriksa diletakkan diatas annulus inguinalis internus (1,5
cm diatas pertengahan siasdan tuberculum pubicum),jari ketiga diletakkan
pada annulus inguinalis ekternus dan jari keeempat pada fossa
ovalis.Penderita diminta mengejan,maka akan timbul dorongan pada salah
satu jari tersebut diatas.Bilamana terdapat dorongan poda jari kedua berarti
hernia inguinalis lateralis, bila pada jari ketigfa berarti hernia inguinalis
medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.
 Finger Test
Test ini hanya dilakukan pada laki laki.dengan menggunakan jari
telunjuk atau kelingking, skrotum di invaginasikan meneyelusuri annlulus
eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita
diminta batuk.Jika ada dorongan tatu tekanan imbul pada ujung jari maka
didapatkan hernia inguinalis lateralis,bila pada samping jari maka
didapatkan hernia inguinalis medialis.
 Thumb Test

11
Penderita dalam posisi tidur telentang atau dalam posisi
berdiri.setelah benjolan dimasukkan kedalam rongga perut,ibu jari kita
ditekankan pada annulus internus.penderita diminta mengejan atau meniup
dengan hidung atau mulut tertutup.Bila benjolan keluar pada waktu
mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila benjolan tidak keluar
berarti hernia inguinalis lateralis.
D. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intraperitoneal yang
meningkat sebagai penyebab timbulnya hernia.
 Rectum toucher : BPH, Stenosis anal, tumor recti
 Thorak foto : batuk kronik,tumor paru
 USG abdomen : asites, tumor abdomen
 Genetalia eksterna: striktur uretra,phymosis

2.8 Diagnosa Banding


 Hidrokel testis
 Limfadenopati
 Abses inguinal
 Varikokel
 Hematom karena trauma
 Lipoma
 Tumor testis

2.9 Komplikasi
 Terjadi perlekatan antara isi hernia dan kantung hernia sehinga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Pada keaadan ini belum ada terjadi
obstruksi.
 Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Sehingga cincin hernia menjadi relative sempit menimbulkan
obstruksi usus keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.

12
 Bila inkarserata dibiarkan maka timbul edem sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
strangulate.
 Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh drah dan menimbulkan nekrosis
 Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung
muntah dan obstipasi.
 Bila isi perut terjepit dapat terjadi syock, demam, asidosis metabolik,
abses.
2.10 Tata Laksana
a) Non Operatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata,kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena
cincin hernia yang lebih elastis). Indikasi :
 Bila menolak operasi
 Disertai penyakit berat yang dapat meningkat tekanan intraabdominal (asites,
sirosis hepatis, tumor paru)
 Hernia inguinalis medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi dahulu
faktor penyebabnya)
Reposisi dilakukan secara bimanual.Tangan kiri memegang hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan
tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara
yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi,
antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan,
sedangkan strangulasi tetap mengancam.
b) Operatif

13
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operatif :
 Hernia inguinalis dengan omplikasi inkarserata ataupun strangulate
 Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau
irreponibilis)
 Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dang mengganggu.

2.11 Komplikasi Post Operasi


 Hematoma (pada luka atau pada skrotum)
 Infeksi pada luka operasi
 Nyeri kronis
 Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
 Rekurensi/residif
 Cedera v.femoralis, n.ilioinguinalis, n.iliofemoralis, duktus deferens, atau
buli buli.

2.12 Prognosis
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan.Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi kecuali pada hernia berulang atau hernia besar yang memerlukan
penggunaan materi prosthesis.Pada kasus herbia, yang terpenting adalah
mencegah factor predisposisinya.

14
BAB III
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 53 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan


nyeri perut yang dirasakan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya,
nyeri muncul setelah muncul benjolan di lipatan paha sebelah kanan. Keluhan
tersebut dirasakan sejak ± 1 tahun, selama ± 1 tahun benjolan tersebut dapat
keluar masuk, keluar bila pasien berdiri, mengedan atau saat mengangkat beban,
kemudian hilang saat beristirahat. Pasien mengaku benjolan tidak nyeri dan dapat
dimasukkan secara manual menggunakan jari. Benjolan tidak nyeri jika ditekan.
Pasien merasakan keluhan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
keluhan yang dirasakan berupa nyeri pada lipat paha, buang air kecil yang sedikit.
Seringkali pasien merasa mual dan disertai muntah dengan frekuensi kurang lebih
5 kali perhari. Pasien tidak mengeluh demam, nafsu makan pasien juga baik,
pasien tidak memiliki riwayat penyakit batuk yang lama ataupun buang air besar
yang keras.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 210/110 mmHg, nadi 69 kali/ menit,

frekuensi nafas 22 kali per menit, suhu 36,8 oC, saturasi oksigen 99% room air,
skor nyeri VAS 8-9. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi tampak
datar berbentuk, auskultasi bising usus 6 kali per menit, palpasi lemas, perkusi:
timpani. Pada pemeriksaan regio inguinalis dekstra didapatkan hasil inspeksi

15
tampak benjolan berbentuk benjolan, warna sama dengan sekitar, palpasi teraba
benjolan, batas atas tidak tegas, konsistensi kenyal, tidak dapat masuk kembali ke
dalam rongga abdomen.
Pasien didiagnosis hernia inguinalis dekstra inkarserata dan diberikan
tatalaksana infus cairan ringer laktat 20 tetes per menit, injeksi ketorolac 1 ampul
per 8 jam, injeksi ranitidine 1 ampul per 8 jam, pemasangan kateter urine dan pro
hernioraphi.

Gambar 3. Foto Klinis.

16
Gambar 4. Foto Intra Operasi.
Tabel 1. Follow Up Pasien
11/5/2022 S/ A/
Nyeri perut, mual, muntah juga Hernia inguinalis dekstra
dirasakan inkarserata

O/ P/
TD : 210/110 mmHg - IVFD RL 20 tpm
HR : 108 kali/menit - Inj ketorolac 1 amp/8 jam
RR : 22 kali/menit - Inj ranitidine 1 amp/8 jam
T : 36,5 C - kateter urine
SpO2 : 99% room air - pro hernioraphi
12/5/2022 S/ A/
Nyeri perut (+), mual, muntah Hernia inguinalis dekstra
juga dirasakan inkarserata

O/ P/

17
TD : 170/110 mmHg - IVFD RL 20 tpm
HR : 106 kali/menit - Inj ketorolac 1 amp/8 jam
RR : 22 kali/menit - Inj ranitidine 1 amp/8 jam
T : 36,5 C - kateter urine
SpO2 : 99% room air - pro hernioraphi hari ini
12/5/2022 S/ A/
Post op hernioraphi, nyeri bekas Post op hernioraphi a.i
operasi Hernia inguinalis dekstra
inkarserata
O/
TD : 150/90 mmHg P/
HR : 108 kali/menit - IVFD RL 20 tpm
RR : 20 kali/menit - Inj ketorolac 1 amp/8 jam
T : 36,5 C - Inj ranitidine 1 amp/8 jam
SpO2 : 99% room air - kateter urine (aff)

12/5/2022 S/ A/
Post op hernioraphi, nyeri bekas Post op hernioraphi a.i
operasi berkurang Hernia inguinalis dekstra
inkarserata (H2)
O/
TD : 160/90 mmHg P/
HR : 106 kali/menit - IVFD RL 20 tpm (aff)
RR : 20 kali/menit - Inj ketorolac 1 amp/8 jam
T : 36,5 C - Inj ranitidine 1 amp/8 jam
SpO2 : 99% room air - Rencana PBJ

18
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Terdapat beberapa poin
penting dalam hernia, yaitu : defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga,
kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia yaitu daerah penyempitan kantung
hernia akibat defek tersebut. Hernia Inguinalis adalah kondisi dimana lemak intra-
abdominal atau bagian dari intestinum menonjol melewati defek atau bagian
lemah dari otot abdomen bagian bawah.
Menurut lokasinya hernia dapat dibedakan menjadi hernia inguinalis yang
merupakan hernia yang terjadi dilipatan paha; hernia umbilikus yang merupakan
hernia di pusat dan hernia femoralis yang terjadi di paha. Sedangkan berdasarkan
klinis hernia dibedakan menjadi.
1. Hernia reponibel yaitu hernia yang isinya dapat keluar masuk baik secara
spontan atau dengan manipulasi. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan

19
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut. Tidak ada keluhan
nyeri atau obstruksi usus.
2. Hernia irreponibel yaitu hernia yang isinya tidak dapat lagi masuk baik secara
spontan atau dengan manipulasi. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia.
3. Hernia inkarserata yaitu hernia yang tidak dapat lagi kembali ke rongga
abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong hernia
terperangkap. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan pada hernia
ireponibel untuk gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
hernia strangulata.
Menurut anamnesis serta pemeriksaan fisik pada pasien ini, pasien
digolongkan ke dalam hernia inkarserata, dimana pasien merasakan nyeri perut
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Saat ini, benjolan sudah menetap. Pasien
juga seringkali merasa mual dan disertai muntah dengan frekuensi kurang lebih 5
kali perhari.

Penegakan diagnosis hernia ditegakkan melalui anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesis pasien banyak pasien hernia tidak
menunjukan gejala hingga pasien menyadari adanya pembengkakan di daerah
lipat paha. Beberapa pasien menunjukan gejala nyeri yang timbul mendadak dan
bertambah berat ketika mengangkat benda berat. Gejala dan tanda klinis hernia
banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel, keluhan satu-
satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri
jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
periumbilikal berupa nyeri viseral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul jika terjadi
inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Secara umum, hernia direk menunjukkan lebih sedikit gejala daripada
hernia indirek dan jarang mengakibatkan inkarserata ataupun strangulata dan dari
pemeriksaan fisik pada hernia inguinal inkarserata, pemeriksaan fisik inspeksi

20
ditemukan benjolan dilipat paha yang tidak menghilang meski telah berbaring.
Pada hernia lateralis umumnya benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong sedangkan medialis tonjolan
biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.Pada palpasi, mungkin teraba usus,
omentu, atau ovarium. Dengan jari telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak,
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Jika hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berati
hernia inguinalis lateralis, dan jika bagian sisi jari yang menyentuhnya, berati
hernia inguinalis medialis. Pada perkusi bisa didapatkan perkusi perut kembung
dan auskultasi terdengar hiperperistaltis akibat obstruksi usus.
Penatalaksanaan pada kasus hernia berupa operatif. Pengobatan operatif
merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
atas herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan pembedahan kantong
hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka, dan isi direposisi. Kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Hernioplasty merupakan gabungan herniotomi dan plasty (menutup pintu).
Pada bayi tidak perlu dilakukan hernioplasty karena anulus eksternus dan
internusnya saling tumpang tindih. Fascia transversa yang merupakan lokus
minorisnya ditutup sehingga terbentuk jaringan ikat. Pada hernioplasty, dilakukan
tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernioplasty lebih penting dalam mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel. Hal ini
dapat terjadi jika isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ
ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Jepitan cicin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi
bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada

21
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan
berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

BAB V
KESIMPULAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.Secara umum diklasifikasikan menjadi, hernia eksterna,
hernia intraparietal, hernia interna, hernia reponibel (reducible hernia), hernia
ireponibel (inkarserata) dan hernia strangulasi.
Berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi hernia inguinalis,
hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia paraumbilikalis, hernia ventralis,
hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia Littre, herniaSpeighel, hernia
obturatoria, hernia perinealis, hernia pantalon. Gambaran klinik dan penegakkan
diagnosis pada hernia tergantung dari perkembangan dan lokasi hernia.
Penatalaksanaan hernia ada dua yaitu konservatif dan operatif, tergantung
dari gambaran klinis dan jenis hernia. Prognosa tergantung pada keadaan umum
penderita serta ketepatan penanganan.Tapi pada umumnya baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisyah, Siti, Hernawan, Andri Dwi, Sustriwanto. 2014. Faktor yang


Berhungan dengan Kejadian Penyakit Hernia Inguinal Pada Laki-Laki Di
Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak.
2. American Sugery Society. Inguinal hernia: anatomy and managemen
[internet]. 2012 [disitasi tanggal 10 Juli 2019] tersedia dari
http://www.medscape.com/viewarticle/ 420354_4.
3. Brunicardi, F Charles. Inguinal hernias: schwartz’s principles of surgery. Edisi
ke8. New York: Mc Graw-Hill; 2005. hlm. 1353-94.
4. Courtney T.M. et al. Sabiston textbook of surgery. Edisi ke-17. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2004. hlm. 1199-217.
5. Kerry VC. Incarcerated hernia [internet]. 2005 [disitasi tanggal 10 Juli 2019]
tersedia dari: http://www.webmed.com.
6. Rasjad, C. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 2010. hlm. 619-29.

23
7. Sadler, T.W. Embriologi kedokteran langman. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2010.
hlm. 304-9.
8. Sesa, Indri Mayasari, Efendi, Asri Ahram. 2015. Karakteristik Penderita
Hernia Inguinalis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu.
9. Sjamsuhidajat R & de Jong W. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 4, Jakarta:
EGC, Jakarta.
10. Snell, R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC; 2006, hlm. 14865,189-90.

24

Anda mungkin juga menyukai