Anda di halaman 1dari 31

PRESENTASI KASUS

STROKE NON HEMORAGIK


DENGAN AFASIA

WISTHA MIYAKI
20120310147

Dokter Pembimbing
dr. Ratih Wahyu Novitasari Sp.S
Identitas Pasien

Nama : Tn. M
Usia : 49 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Mirombo
Bangsal : Flamboyan
Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2017
Tanggal Keluar RS : 22 Maret 2017
Anamnesis
Keluhan Utama : Mual dan Muntah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dibawa oleh
istrinya, pasien tidak bisa bicara sejak
mengalami sakit stroke. Menurut
keterangan istrinya pasien mengeluh
mual dan muntah 2 kali sebelum
masuk rumah sakit sejak 2 hari ini.
BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien merasa badannya lemes.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah 3 kali mengalami stroke dan riwayat
demam tinggi.

Riwayat Penyakit Keluarga


Menurut pasien tidak ada dari keluarga yang
mengalami hal serupa.

Riwayat Personal Sosial


merupakan seorang traveler riwayat pendidikan
terakhir SMA, pasien sangat suka gorengan dan
sate kambing dan riwayat merokok yang sangat
kuat dan minum alkohol disangkal.

Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : Demam (-), Pusing (+)


Sistem Cardiovaskuler : Tidak ada nyeri
dada, tidak berdebar
Sistem Respirasi : Sesek nafas (-), Batuk (-)
Sistem Gastrointestinal : mual (+), muntah
(+), nyeri (-)
Sistem Urogenital : BAK dan BAB lancar
Sistem Integumentum : Tidak ada sianosis,
Turgor kulit baik
Sistem Muskuloskeletal : Gerak dan kekuatan
ekstremitas sebelah kiri dan
ekstremitas sebelah kanan normal.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Lemas


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Suhu : 36,7o
Nadi : 82 x/m, Tegangan
kuat, isi cukup, reguler
Pernapasan: 24 x/m
Tekanan Darah : 200/124 mmHg
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala
Bentuk : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik
-/-
Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret,
tidak ada epistaksis
Telinga : Bentuk normal, simetris kanan dan
kiri, discharge tidak ada, serumen
minimal
Mulut : Tidak ada bibir sianosis,tampak
bibir kering, tidak terdapat gusi
berdarah, mukosa mulut kering,
pembesaran tonsil tidak ada.
Leher : Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Thorax dan Pulmo :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak
ada retraksi
Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : suara sonor pada lapang paru
Auskultasi : Tidak terdapat suara wheezing pada
kedua paru.
Cor
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Ictus cordis tidak teraba.
Auskultasi :Bunyi jantung 1 dan 2 murni, tidak ada
bising
Abdomen
Inspeksi : supel, datar
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. Olfactorius : masih dapat menghidu
N. Opticus : ketajaman penglihatan menurun, lapang
pandang baik.
N. Okulares : pupil isokor, reflek cahaya langsung dan
tidak langsung baik, pemeriksaan gerakan bola
mata baik.
N. Trigeminus : rangsangan sentuhan sekitar wajah
baik, masih dapat mengunyah makanan.
N. Facialis : masih dapat mersakan rasa makanan,
mengerutkan dahi baik, mengunci mulut dan
menggembungkan pipi baik, meringis baik.
N. Vestibulocochlearis: pendengaran baik.
N. Glossopharyngeus: pasien masih dapat merasakan
rasa pahit.
N. Accesorius : pergerakan kepala baik, mengangkat
bahu baik.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan reflek
Reflek fisiologis:
Bicep kanan : ++ (normal dan tidak ada perluasan)
Bicep kiri : ++ (normal dan tidak ada perluasan)
Tricep kanan: ++ (normal dan tidak ada perluasan)
Tricep kiri : ++ (normal dan tidak ada
perluasan)
Patella kanan : ++ (normal dan tidak ada
perluasan)
Patella kiri : ++ (normal dan tidak ada
perluasan)
Quadricep femoris: ++ (normal dan tidak ada
perluasan)
Reflek patologis
Babinski kanan : +
Babinski kiri : +
Openheim kanan : +
Skor Siriraj
(2,5xS) + (2xM) + (2xN) + (0,1xD) - (3xA) - 12
(2,5x0) + (2x1) + (2x0) + (0,1x124) - (3x1) - 12 = -0,6
Skor siriraj kurang <1: stroke non hemoragik
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan kesadaran : -
Nyeri Kepala :-
Babinski :+
Hasil menunjukan stroke iskemik akut atau stroke infark
Skor Hasanuddin
Sistol < 200 diastol < 110 1
Tidak sedang bergiat 1
Sakit kepala ringan 1
Tidak ada penurunan kesadaran 0
Tidak ada muntah 0
Total 3
Interpretasi dari skor hasanuddin berjumlah < 15
artinya terdapat Stroke Non Hemoragic
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Ct-Scan
Head MSCT, tampilan axial, coronal
dan sagital tanpa bahan kontras IV,
temuan :
Tak tampak soft tissue swelling
extracranial
Gyri, sulci dan fissura sylvii tak
prominent
Batas cortex dan medula tegas
Tampak lesi hipodens di ganglia basalis
dextra et sinistra
Sistema ventrikel dan sisterna tak
melebar maupun menyempit
Linea mediana di tengah, tak terdeviasi
Air cellulae mastoidea dan SPN
normodens
Kesan :
Old infark di ganglia basalis dextra et
sinistra
Tak tampak adanya pendarahan
maupun oedema cerebri pada head CT
scan saat ini.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax AP view,
semierect, asimetris,
inspirasi dan kondisi cukup,
hasil :
Kedua apex pulmo tenang
Corakan bronkhovaskuler kasar
Tak tampak penebalan pleura
space bilateral
Kedua diafragma licin.
Diafragma dextra letak tinggi
Cor, CTR= 0,54
Sistema tulang yang
tervisualisasi intak
Kesan
Pulmo aspek tenang
Besar cor normal
Diafragma dextra letak tinggi,
susp ec proses infradiafragma.
Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding

Diagnosis klinis : Afasia Global


Diagnosis etiologi : Stroke Non
Hemoragik DD stroke
Hemoragik
Diagnosis tambahan :
Hipertensi, hemiplegi
Catatan Perkembangan Rawat Inap
Tanggal/ Jam Subjective (S) Objective (O) Assessment (A) Plan (P)
20/03/2017 Mual TD : 180/110 mmHg SNH recurent - Inf, NaCl 16 tpm
N: 76 x/m Hipertensi - Inj coticolin 500 mg
RR: 20 x/m 2x1
S: 36,7 oC - Inj ranitidin 2x1
- Inj mecobalamin
2x500
- Amlodipin 1x1
- Valsartan 1x160 mg

21/03/2017 Pusing berputar, sudah TD :140/100 mmHg SNH recurent - Inf, NaCl 16 tpm
bisa berjalan sendiri ke N: 80 x/m Hipertensi - Inj coticolin 500 mg
kamar mandi RR: 20 x/m 2x1
S: 36,9oC - Inj ranitidin 2x1
- Inj mecobalamin
2x500
- Amlodipin 1x1
- Valsartan 1x160 mg

22/03/2017 Keluhan (-) TD :150/100 mmHg SNH recurent - Amlodipin 1x1


N: 86 x/m Afasia Global - Valsartan 1x160mg
RR: 20 x/m Hipertensi - Aspilet 1x80mg
S: 36,8oC - Asam Folat 2x1mg
- Lapiba 2x500mg
- BLPL
Tinjauan Pustaka
Stroke adalah suatu
penyakit defisit
neurologis akut yang
disebabkan oleh
gangguan pembuluh
darah otak yang terjadi
secara mendadak dan
dapat menimbulkan cacat
atau kematian.

Stroke dapat
diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu :1
Stroke Hemoragik
Stroke Non Hemoragik
Tinjauan Pustaka
ETIOLOGI

Pada level makroskopik, stroke iskemik


paling sering disebabkan oleh emboli
dari ekstrakranial atau trombosis di
intrakranial, tetapi dapat juga
disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah otak. Pada level seluler, setiap
proses yang mengganggu aliran darahke
otak dapat mencetuskan suatu kaskade
iskemik, yang akan mengakibatkan
kematian sel-sel otak dan infark otak
(Rahmawati, 2009)
Tinjauan Pustaka
PATOFISIOLOGI
Tinjauan Pustaka
GEJALA
Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
Buta mendadak (amaurosis fugaks).
Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia)bila
gangguan terletak pada sisi dominan.
Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)dan
dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.


Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
Bisa terjadi kejang-kejang.

Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.


Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila
tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia)
Tinjauan Pustaka
Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
Meningkatnya refleks tendon.
dalam koordinasi gerakan tubuh.
Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar
(vertigo).
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia)
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit
bicara (disatria).
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap
(strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap
lingkungan (disorientasi).
Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata
yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya
daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri
kedua mata (hemianopia homonim).
Gangguan pendengaran.
Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
Koma
Hemiparesis kontra lateral
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
Tinjauan Pustaka
Diagnosis
Anamnesis
Akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut
mencong atau bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi dengan
baik. Keadaan ini timbul sangat mendadak. Juga perlu ditanyakan
faktor-faktor resiko yang menyertai stroke. Dicatat obat-obat yang
sedang dipakai. Juga ditanyakan riwayat keluarga dan penyakit
lainnya.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi
hemiparese, monoparese, atau qudriparese, hilangnya penglihatan
monokuler atau binokuler, diplopia, disartria, ataksia, vertigo, afasia,
atau penurunan kesadaran tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala tersebut
dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan.
Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting
untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik
Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari gejala atau
onset stroke seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke).
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk
mencari pertolongan.
Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberi kemudahan untuk
membedakan antara stroke hemoragik dan stroke iskemik
diantaranya : Computerized Tomograph scanning (CT Scan), Cerebral
angiografi, Elektroensefalografi (EEG), Magnetic Resonance Imaging
(MRI), Elektrokardiografi (EKG), pemeriksaan laboratorium dan
lainnya. Faktor resiko minor
Faktor Risiko
TIA
Faktor resiko mayor
Usia
Hipertensi
Diabetes Jenis kelamin
Mellitus Peningkatan
Penyakit hematokrit
Jantung. Hiperlipidemia
Hiperuricemia
Kenaikan fibrinogen
Obesitas
Merokok
Kontrasepsi
Stress
Faktor genetik
Tinjauan Pustaka
Penatalaksanaan umum
Ditujukan terhadapfungsi vital : paru-paru, jantung,
ginjal, keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
Penatalaksanaan khusus
Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel,
dipiridamol, cilostazol
Trombolitik : Alteplase (recombinant tissue
plasminogen activator (rt-PA))
Anti koagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk
stroke emboli)
Neuroprotectan
Tinjauan Pustaka
Terapi komplikasi
Anti edema : Larutan manitol 20%
Antibiotik, Antidepresi, Antikonvulsan (sesuai indikasi)
Anti trombosis vena dan edema paru

Penatalaksanaan faktor resiko


Antihipertensi : fase akut stroke dengan
persyaratan tertentu
Antidiabetika : fase akut stroke dengan
persyaratan trtentu
Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi non medikamentosa
Operatif
Phlebotomi
Neurorestorasi (dalam fase akut) dan rehabilitasi medik
Low Level Laser Theraphy (ekstravena/intravena)
AFASIA
Afasia adalah suatu gangguan
berbahasa yang diakibatkan oleh
kerusakan otak. Afasia tidak termasuk
gangguan perkembangan bahasa
(disebut juga disfasia), gangguan
bicara motorik murni, ataupun
gangguan berbahasa sekunder akibat
gangguan pikiran primer, misalnya
skizofrenia.
PATOFISIOLOGI AFASIA
Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang
mengatur kemampuan berbahasa, yaitu area
Broca dan area Wernicke. Area Broca atau area 44
dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Lesi pada area ini
akan mengakibatkan kersulitan dalam artikulasi
tetapi penderita bisa memahami bahasa dan
tulisan. Area Wernicke atau area 41 dan 42
Broadmann, merupakan area sensorik penerima
untuk impuls pendengaran. Lesi pada area ini akan
mengakibatkan penurunan hebat kemampuan
memahami serta mengerti suatu bahasa.
KLASIFIKASI AFASIA
Berdasarkan manifestasi klinik, afasia dapat dibedakan atas:
Afasia tidak lancar atau non-fluent
Afasia lancar atau fluent
Berdasarkan lesi anatomik, afasia dapat dibedakan
berdasarkan:
Sindrom afasia peri-silvian
Afasia Broca (motorik, ekspresif)
Afasia Wernicke (sensorik, reseptif)
Afasia konduksi
Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)
Afasia transkortikal motorik
Afasia transkortikal sensorik
Afasia transkortikal campuran
Sindrom afasia subkortikal
Afasia talamik
Afasia striatal
Sindrom afasia non-lokalisasi
Afasian anomik
Afasia global
PEMBAHASAN

Dari hasil CT scan menunjukkan Old


infark di ganglia basalis dextra et
sinistra dan tidak tampak adanya
pendarahan maupun oedema cerebri.
Ini menunnjukkan bahwa dulu sudah
pernah terjadi stroke iskemik yang
ditunjukan adalnya old infark pada
hasil ct scan.
PEMBAHASAN
Pasein mengalami afasia ini merupakan gejala akibat
gangguan fungsi luhur dari stoke non hemoragik atau
stroke infark dan terjadi penyumbatan di daerah arteri
cerebri mediana sehingga menyebabkan afasia.

Afasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.


Aphasia dibagi dua yaitu,Aphasia motorik adalah
ketidakmampuan untuk berbicara,mengeluarkan isi
pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara
kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap
baik. Aphasia Sensorik adalah ketidakmampuan
untuk mengerti pembicaraan orang lain,namun masih
mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar,
walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti,
tergantung dari luasnya kerusakan otak.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini mengalami apasia global yaitu adalah bentuk
afasia yang paling berat. Ini disebabkan lesi yang luas yang
merusak sebagian besar atau semua area bahasa pada otak.
Keadaan ini ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang
sekali bahasa spontan dan menjadi beberapa patah kata
yang diucapkan secara berulang-ulang, misalnya baaah,
baaah, baaah atau maaa, maaa, maaa. Pemahaman
bahasa hilang atau berkurang. Repetisi, membaca dan
menulis.juga terganggu berat. Afasia global hampir selalu
disertai dengan hemiparese atau hemiplegia.

Setelah diagnosis ditegakan pasien dilakukan


penatalaksanaan sesuai perawatan stroke non hemoragik
yaitu dilakukan tirah baring dan dilakukan pengobatan.
Selain itu pasien di konsulkan kepada teman sejawat untuk
mendapatkan fisioterapi guna melatih kemampuan
pembicaraan.

Anda mungkin juga menyukai