PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Hani Noviani
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Alamat : Kp. Cipelang RT 3 RW 02 Cicantayan Kab. Sukabumi
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 13 November 2016 pukul 12. 00 WIB
ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala hebat sejak 1 hari SMRS, sakit
kepala hebat ini terjadi secara mendadak setelah suhu badan os mendadak tinggi.
Karena pasien tidak kunjung merasakan perbaikan walaupun sudah minum obat
penghilang rasa nyeri sebanyak 3 butir maka keluarga membawa pasien untuk
pergi ke rumah sakit. Keluhan sakit kepala disertai muntah yang menyembur dan
mual. Keluhan kejang disangkal, tetapi pasien seperti orang linglung dan susah
diajak untuk berbicara, lebih banyak diam dan hanya sesekali merintih. BAB dan
BAK tidak terdapat keluhan. 2 bulan sebelumnya pasien mengeluh demam dan
disertai nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk post melahirkan, sembuh dengan
meminum obat, tetapi telinga jadi sering berdenging dan sesekali sakit kepala dan
meriang meriang hingga sampai saat ini. Dan puncaknya sekarang sampai mual
2
dan muntah menyembur, gejala tidak hilang dengan pengobatan. Dan pasien juga
pernah batuk dengan dahak bercampur darah 2 kali.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Pengobatan
PEMERIKSAAN FISIK
3
Saat di IGD ( 13 November 2016, 12.15)
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Delirium
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 76 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 0C
- TD : 110/80 mmHg
PEMERIKSAAN FISIK (Bangsal, 14 November 2016)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Delirium
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 80 x/menit, reguler.
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 37,6 0C
- TD : 100/80 mmHg
STATUS GENERALIS
Status Generalis
Kepala dan leher
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
- Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Mulut : bibir kering (+), bibir simetris, sianosis (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-).
Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : tidak dapat dilakukan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
4
Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat pada ICS 5
midclavikula sinistra
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula
sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar,
lien,
tidak teraba.
Ekstremitas
STATUS NEUROLOGIK
Kesadaran : Delirium
Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk : (+)
5
- Brudzinski I : (+)
- Brudzinski II : (-)
SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius) : KANAN KIRI
6
N.III(Okulomotorius) KANAN KIRI
Ptosis : - -
- Atas : - -
- Bawah : - -
- Medial : - -
Refleks cahaya :
Sensibilitas
Menyeringai normal
N.XII(Hipoglosus)
MOTORIK
Kekuatan Otot DBN
SENSORIK
Nyeri : Ektremitas Atas :+
Ekstremitas Bawah : +
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (13 November 2016)
Hb : 13,1 g/dl
Ht : 40,6 %
Leukosit : 8,4 103/ul
Trombosit : 381 103/%
GDS : 138 mg/%
Ureum : 14 mg%
Kreatinin : 0,6 mg%
LED : 57 mm/jam
RADIOLOGI
14 NOVEMBER 2016
18 NOVEMBER 2016
EKG
FOLLOW UP
14 November 2016
15 November 2016
S Sakit kepala sedang, Batuk (+), demam (+)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, Apatis
T : 38,8 OC RR : 20 x/menit
P : 110 x/menit TD : 120/90 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (+), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+)
Burdinzki 1 (+)
A Susp TB paru aktif , susp peritonitis TB, Meningitis ?? Hiponatremia
P Expertise Rho Thorax, USG abdomen
Dokter Penyakit Dalam : Saran B20
Terapi :
- Nacl 2000 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Mertigo 2x1 tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Flunarizin 1 x 5mg tab
- Episan syrup 3 x1 c
- Pumpitor 1 x 40 mg iv
- Mecobalamin 3 x 500 mg tab
- Sanmol 3 x500 mg tab
16 November 2016
S Sakit kepala, berputar(+), mual (+), muntah(+), demam (-)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36,6 OC RR : 22 x/menit
P : 88 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/-)
17 November 2016
S Sakit kepala Hebat, berputar(-), mual (+), muntah(+), demam (+)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 37,6 OC RR : 22 x/menit
P : 84 x/menit TD : 110/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (+/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/+)
A TB paru , Meningitis TB
P Dokter Penyakit Dalam : ekpertisi ulang Rho thorax PA
Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
19 November 2016
S Sakit Kepala (+), Muntah (+) 3 kali
Klinis Mengalami Perbaikan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36 C RR : 22 x/menit
P : 80 x/menit TD : 110/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/+)
A TB paru, Meningitis TB
P Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
20 November 2016
S Sakit Kepala (-), Muntah Muntah tiap kali makan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 35,8 OC RR : 22 x/menit
P : 84 x/menit TD : 120/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
A TB paru, Meningitis TB
P Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
21 November 2016
S Sakit Kepala (-), Muntah (-)
Klinisi mengalami perbaikan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36 C RR : 20 x/menit
P : 80 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (-), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
A TB paru, Meningitis TB
P Dokter Penyakit Dalam : Pantau jika KU stabil dan baik pasien boleh pulang
besok dan kontrol rutin pengobatan TB di poli.
Lapor ke dokter saraf
Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Episan syrup 3 x1 c
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
22 November 2016
S Sakit Kepala (-), Muntah (-)
Klinisi mengalami perbaikan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36 C RR : 20 x/menit
P : 80 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (-), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
A TB paru, Meningitis TB
P Dokter Penyakit Dalam : Pasien boleh pulang
Terapi sementara:
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala hebat sejak 1 hari SMRS, sakit kepala
hebat ini terjadi secara mendadak setelah suhu badan os mendadak tinggi. Karena pasien
tidak kunjung merasakan perbaikan walaupun sudah minum obat penghilang rasa nyeri
sebanyak 3 butir maka keluarga membawa pasien untuk pergi ke rumah sakit. Keluhan sakit
kepala disertai muntah yang menyembur dan mual. Keluhan kejang disangkal, tetapi pasien
seperti orang linglung dan susah diajak untuk berbicara, lebih banyak diam dan hanya
sesekali merintih. BAB dan BAK tidak terdapat keluhan. 2 bulan sebelumnya pasien
mengeluh demam dan disertai nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk post melahirkan, sembuh
dengan meminum obat, tetapi telinga jadi sering berdenging dan sesekali sakit kepala dan
meriang meriang hingga sampai saat ini. Dan puncaknya sekarang sampai mual dan muntah
menyembur, gejala tidak hilang dengan pengobatan. Dan pasien juga pernah batuk dengan
dahak bercampur darah 2 kali.
Pasien selama ini tidak memiliki riwayat hipertensi, Riwayat kolesterol, penyakit
kencing manis, penyakit ginjal maupun riwayat stroke sebelumnya.
Suami pasien menderita sakit TB paru.
Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan :
Kesadaran : Delirium
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 76 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 0C
- TD : 110/80 mmHg
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku Kuduk (+)
DIAGNOSA
Tuberkulosa Paru dengan Meningitis e.c suspek bakteri tuberkulosa
DIAGNOSA BANDING
Enchepalitis
vertigo
PENATALAKSANAAN
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Definisi
3.1.1 TB Paru
Tuberkulosis paru adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini mnyebar melalui inhalasi droplet nuclei. Kemudian masuk kesaluran pernafasan dan
bersarang di jaringan paru hingga membentuk afek primer. Afek primer dapat timbul dimana
saja dalam paru berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari afek primer ini diikuti dengan
terjadinya inflamasi pada kelenjar getah bening menuju hilus (limfangitis local) disertai
pembesaran KGB di hilus (limfadenitis regional). Kompleks primer adalah afek primer
disertai dengan limfangitis regional. Kompleks primer dapat menjadi :
Sembuh, tidak cacat
Sembuh dengan sedikit bekas(garis fibrotic,sarang perkapurandi hilus, sarang Ghon)
Menyebar :
1. Perkontinuatum (sekitarnya)
2. Bronkogen (penyebaran kebagian paru lain ataupun sebelahnya)
3. Hematogen dan Limfogen (dapat menyebar hingga tulang, ginjal, genitalia,
tuberculosis milier, meningitis). (10)
3.1.2 Meningitis TB
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau meningen yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari
penyebaran hematogen dan limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer
(5).
pada paru Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan Cerebrospinal
Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS), yaitu: meningitis purulenta
dengan penyebab bakteri selain bakteri Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa
dengan penyebab bakteri tuberkulosis ataupun virus. Tanda dan gejala klinis meningitis
hampir selalu sama pada setiap tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih
untuk menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan selanjutnya yang
disesuaikan dengan etiologinya. Untuk meningitis tuberkulosis dibutuhkan terapi yang lebih
spesifik dikarenakan penyebabnya bukan bakteri yang begitu saja dapat diatasi dengan
antibiotik spektrum luas. World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 menyatakan
meningitis tuberkulosis terjadi pada 3,2% kasus komplikasi infeksi primer tuberkulosis, 83%
disebabkan oleh komplikasi infeksi primer pada paru (10)
(7)
Meningen terdiri dari tiga lapis, yaitu : 1. Pia mater merupakan selaput jaringan
penyambung yang tipis yang menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulkus,
fisura dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam
fisura transversalis di bawah corpus callosum. Di tempat ini piamater membentuk tela
choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung dengan ependim dan pembuluh-
pembuluh darah choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikelventrikel ini.
Pia dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea
di tempat itu. 2. Arachnoid merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dan
durameter. 3. Dura mater merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari
jaringan ikat yang tebal dan kuat. Dura kranialis atau pachymeninx adalah struktur fibrosa
yang kuat dengan lapisan dalam (meningen) dan lapisan luar (periosteal). Duramater lapisan
luar melekat pada permukaan dalam cranium dan juga membentuk xi periosteum. Di antara
kedua hemispher terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri yang melekat pada crista galli
dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia occipitalis interna, tempat
dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke kedua sisi
Gambar 2.3.1 Struktur meningen dari luar
Gejala tuberkulosis paru yang paling umum adalah batuk produktif yang persisten, sering
disertai gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan penurunan berat badan. Gejala
lain yang dapat ditemukan adalah batuk darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, serta
anoreksia. Limfadenopati dengan TB paru juga dapat ditemukan, terutama pada pasien
(15)
dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) . Walaupun kebanyakan pasien
dengan TB paru memiliki gejala batuk, gejala tersebut tidak spesifik untuk tuberkulosis.
Batuk dapat terjadi pada infeksi saluran napas akut, asma, serta Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK). Walaupun begitu, batuk selama 2-3 minggu merupakan kriteria suspek TB
dan digunakan pada guideline nasional dan internasional, terutama pada daerah dengan
prevalensi TB yang sedang sampai tinggi. Pada negara dengan prevalensi TB yang rendah,
batuk kronik lebih mungkin disebabkan kondisi selain TB (15). Dengan memfokuskan terhadap
dewasa dan anak dengan batuk kronik, kesempatan mengidentifikasi pasien dengan TB paru
dapat dimaksimalkan. Selain gejala batuk, pada pasien anak penting mengevaluasi berat
badan yang sulit naik dalam kurun waktu 2 bulan terakhir atau gizi buruk. Beberapa studi
menunjukkan bahwa tidak semua pasien dengan gejala respiratori menerima evaluasi yang
adekuat untuk TB. Kegagalan ini terjadi karena kurangnya deteksi dini TB sehingga
menyebabkan meningkatnya keparahan penyakit pada pasien dan meningkatnya
(15)
kemungkinan transmisi Mycobacterium tuberculosis ke orang-orang di sekitarnya . xv
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan. Pada awal perkembangan penyakit sulit ditemukan kelainan. Pada umumnya
kelainan paru terletak di lobus superior terutama apeks dan segmen posterior, serta daerah
apeks lobus inferior. Temuan yang bisa didapatkan antara lain suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
(15)
. Pada pleuritis TB, apabila cairan di rongga pleura cukup banyak, dapat ditemukan redup
atau pekak pada perkusi. Pada auskultasi suara napas melemah sampai tidak terdengar pada
sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis TB terdapat pembesaran kelenjar getah bening,
(15)
tersering di daerah leher . Dari urutan terjadinya, tuberkulosis ekstrapulmoner paling
banyak terjadi di nodus limfa, pleura, sistem genitourinaria, tulang dan sendi, meningen,
peritoneum, dan perikardium. Secara singkat tuberkulosis ekstrapulmoner diterangkan
sebagai berikut (15):
Kejadian tuberkulosis ekstrapulmoner dapat terjadi sekitar 15-20% pada populasi yang
prevalensi HIV-nya rendah. Kejadian ini akan semakin meningkat dengan tingginya
prevalensi infeksi HIV. Sebagaimana yang diketahui bahwa tuberkulosis merupakan
infeksi poportunistik tersering pada ODHA di Indonesia. Tuberkulosis paru adalah jenis
tuberkulosis yang paling banyak ditemukan pada ODHA, sedangkan tuberkulosis
ekstrapulmoner sering ditemukan pada ODHA dengan hitung CD4 yang lebih rendah (16,17)
Untuk mendiagnosis tuberkulosis ekstrapulmoner, sampel perlu didapakan dari tempat-
tempat yang cenderung sulit, sehingga konfirmasi bakteriologis tuberkulosis
ektrapulmoner menjadi lebih sulit dibandingkan tuberkulosis paru. Selain itu terdapat
kecenderungan jumlah mikroorganisme M. tuberculosis pada situs ekstrapulmoner lebih
sedikit sehingga pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam (BTA) menjadi lebih sulit.
Sebagai contoh, pemeriksaan cairan pleura pada pleuritis tuberkulosis hanya berhasil
menemukan BTA pada sekitar 5-10% kasus, dan temuan sama rendahnya pada meningitis
tuberkulosis. Mengingat fakta ini, kultur dan pemeriksaan histopatologi terhadap jaringan
(misal: biopsi jarum halus nodus limfa) menjadi penting sebagai alat diagnostik.
Pemeriksaan foto toraks juga sebaiknya dilakukan untuk mengetahui adanya TB paru atau
TB milier bersamaan dengan TB ekstraparu. Pada pasien anak, bila memungkinkan
dilakukan pemeriksaan dahak (15).
3.4 Diagnosis
Anamnesis
Gejala local (respiratorik), yaitu batuk > 2 minggu, hemoptisis,sesak nafas dan
nyeri dada. Gejala sistemik, yaitu demam, malaise dan berat badan menurun.
Pemeriksaan Fisis
Pada pasienTB dapat ditemukan suara napas bronchial amforik, suara nafas
melemah atau ronki basah.
Pemeriksaan Bakteriologi
Diambil dari specimen : dahak, cairan pleura, cairan cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, biopsy. Untuk pengambilan dahak dilakukan 3 kali
(sps).
Radiologi
Foto polos toraks PA yang biasa dilakukan , dicurigai lesi TB aktif :
- Bayangan berawan/nodular dilobus atas paru segmen apical dan posterior,
lobus bawah segmen posterior.
- Kavitas
- Bercak milier
- Efusi pleura
Diagnosis ataupun suspek meningitis TB memerlukan gejala dan tanda meningitis yang
disertai klinis yang mengarahkan ke infeksi tuberkulosa dan pada hasil foto rontgen toraks
serta cairan serebrospinalis menunjukkan infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosa dapat terjadi melalui 2 tahapan. Tahap pertama adalah ketika basil
My-cobacterium tuberculosis masuk melalui inhalasi droplet menyebabkan infeksi
terlokalisasi di paru dengan penyebaran ke limfonodi regional. Basil tersebut dapat masuk ke
jaringan meningen atau parenkim otak membentuk lesi metastatik kaseosa focisubependimal
yang disebut rich foci. Tahap kedua adalah bertambahnya ukuran rich foci sampai kemudian
(29)
ruptur ke dalam ruang subarachnoid dan mengakibatkan meningitis . Meningitis
tuberkulosa merupakan bentuk tuberkulosis paling fatal dan menimbulkan gejala sisa yang
permanen, oleh karena itu, dibutuhkan diagnosis dan terapi yang segera. Penyakit ini
merupakan tuberkulosis ekstrapulmoner kelima yang sering dijumpai dan diperkirakan
sekitar 5,2% dari semua kasus tuberkulosis ekstrapulmoner serta 0,7% dari semua kasus
tuberkulosis. Gejala klinis saat akut adalah defisit saraf kranial, nyeri kepala, meningismus,
dan perubahan status mental. Gejala prodromal yang dapat dijumpai adalah nyeri kepala,
muntah, fotofobia, dan demam (29).
Penatalaksanaan
Pengobatan meningitis tuberkulosis harus tepat dan adekuat, koreksi gangguan cairan
dan elektrolit, dan penurunan tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa
ditunda bila ada kecurigaan klinis ke arah meningitis tuberkulosis.
Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni:
- Kategori I : 2RHZE/ 7-12 RH
- Kategori II : 2 RHZES/ 7- 12 RH
- Tambahkan piridoksin (vit B6) dengan dosis 25-50 mg/kgBB/hari. Untuk mencegah
efek samping neuritis perifer.
- Terapi steroid jika ditemukan : penurunan kesadaran, papil edema, deficit neurologis
fokal, tekanan CSS > 300 cmH2O.
- Dosis steroid :
- Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2
minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan. . Prednison dengan dosis 1-2
mg / kgBB / hari selama 4-6 minggu, setelah itu dilakukan penurunan dosis secara
bertahap (tappering off) selama 4-6 minggu sesuai dengan lamanya pemberian
regimen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Susana Chavez-Bueno, MD, George H. McCracken, Jr, MD. Bacterial Meningitis in
Children. Department of Pediatrics, Division of Pediatric Infectious Diseases, University of
Texas Southwestern Medical Center of Dallas. Pediatr Clin N Am 2005; 52: 795810.
3. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL et al. Practice guidelines for the management of
bacterial meningitis. Clinical Infectious Diseases 2004; 39: (9) 1267-84
6. Nofareni. Status Imunisasi BCG dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Terjadinya
Meningitis Tuberkulosa. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU. 2003; 1-13.
9. Hardiono D. Pusponegoro et al. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. IDAI. 2004
12. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th ed. Philadelphia : Elvesier saunders;
2005. h. 106-13.