Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Meningitis adalah sebuah inflamasi dari membran pelindung yang


(1)
menutupi otak dan medula spinalis yang dikenal sebagai meningens . Inflamasi
dari meningen dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau mikroorganisme
(2)
lain dan penyebab paling jarang adalah karena obat-obatan . Meningitis dapat
mengancam jiwa dan merupakan sebuah kondisi kegawatdaruratan (1,3). Klasifikasi
meningitis dibuat berdasarkan agen penyebabnya, yaitu meningitis bakterial,
meningitis viral, meningitis jamur, meningitis parasitik dan meningitis non
infeksius.
Meningitis bakterial merupakan meningitis yang disebabkan infeksi
bakteri dan merupakan kondisi yang serius yang dapat jika tidak segera ditangani
(1,3)
akan menyebabkan kerusakan otak dan bahkan kematian . Berdasarkan
penelitian epidemiologi mengenai infeksi sistem saraf pusat di Asia, pada daerah
Asia Tenggara, meningitis yang paling sering dijumpai adalah meningitis
tuberkulosis (4).

1
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Hani Noviani
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Alamat : Kp. Cipelang RT 3 RW 02 Cicantayan Kab. Sukabumi
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 13 November 2016 pukul 12. 00 WIB

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama :

Sakit Kepala hebat 1 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala hebat sejak 1 hari SMRS, sakit
kepala hebat ini terjadi secara mendadak setelah suhu badan os mendadak tinggi.
Karena pasien tidak kunjung merasakan perbaikan walaupun sudah minum obat
penghilang rasa nyeri sebanyak 3 butir maka keluarga membawa pasien untuk
pergi ke rumah sakit. Keluhan sakit kepala disertai muntah yang menyembur dan
mual. Keluhan kejang disangkal, tetapi pasien seperti orang linglung dan susah
diajak untuk berbicara, lebih banyak diam dan hanya sesekali merintih. BAB dan
BAK tidak terdapat keluhan. 2 bulan sebelumnya pasien mengeluh demam dan
disertai nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk post melahirkan, sembuh dengan
meminum obat, tetapi telinga jadi sering berdenging dan sesekali sakit kepala dan
meriang meriang hingga sampai saat ini. Dan puncaknya sekarang sampai mual

2
dan muntah menyembur, gejala tidak hilang dengan pengobatan. Dan pasien juga
pernah batuk dengan dahak bercampur darah 2 kali.

Pasien selama ini tidak memiliki riwayat hipertensi, Riwayat kolesterol,


penyakit kencing manis, penyakit ginjal maupun riwayat stroke sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit


kencing manis, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung disangkal, batuk
berdarah 2 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menyangkal bahwa terdapat riwayat penyakit keluarga seperti penyakit


hipertensi, kencing manis, penyakit jantung ataupun penyakit ginjal, namun suami
pasien di rumah menderita sakit paru (TB).

Riwayat Kebiasaan

Pekerjaan Ibu rumah tangga

Riwayat Pengobatan

Obat di beli di apotek :


Molex flue
Paracetamol
Asam Mafenamat
Panadol
Amoxixilin

PEMERIKSAAN FISIK

3
Saat di IGD ( 13 November 2016, 12.15)
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Delirium
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 76 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 0C
- TD : 110/80 mmHg
PEMERIKSAAN FISIK (Bangsal, 14 November 2016)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Delirium
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 80 x/menit, reguler.
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 37,6 0C
- TD : 100/80 mmHg

STATUS GENERALIS
Status Generalis
Kepala dan leher
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
- Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Mulut : bibir kering (+), bibir simetris, sianosis (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-).

Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : tidak dapat dilakukan
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

4
Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat pada ICS 5
midclavikula sinistra
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula
sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra

Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra

Auskultasi : BJ I-II ireguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
Perkusi : timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar,
lien,
tidak teraba.
Ekstremitas

Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis


(-/-)
Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis
(-/-)

STATUS NEUROLOGIK
Kesadaran : Delirium

Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk : (+)

- Lasegue sign : tidak terbatas/ tidak terbatas

- Kernig sign : tidak terbatas/tidak terbatas

5
- Brudzinski I : (+)

- Brudzinski II : (-)

- Brudzinski III : (-)

SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius) : KANAN KIRI

Daya pembau tidak dapat dilakukan tidak dapat dilakukan


N.II (Optikus) KANAN KIRI

Visus : tidak dilakukan tidak dilakukan

Lapang pandang : tidak dilakukan tidakdilakukan

Funduskopi : tidak dilakukan

6
N.III(Okulomotorius) KANAN KIRI

Ptosis : - -

Ukuran pupil : 1-2 mm 1-2 mm

Bentuk pupil : bulat (isokor)


bulat(isokor)

Gerakan bola mata : Sulit dinilai

- Atas : - -
- Bawah : - -
- Medial : - -
Refleks cahaya :

- Refleks cahaya direk + +


- Reflek cahaya indirek + +

N.IV (Trokhlearis) KANAN KIRI

Gerakan mata ke medial bawah susah dinilai susah dinilai

N.V(Trigeminus) KANAN KIRI

Menggigit belum dapat dinilai

Membuka mulut belum dapat dinilai

Sensibilitas

Refleks kornea belum dapat dinilai

N.VI(Abdusens) KANAN KIRI

Gerak mata ke lateral sulit dinilai


N.VII(Fasialis)

Kerutan kulit dahi tidak dapat dinilai

Lipatan nasolabialis tidak dapat dinilai

Menutup mata tidak dapat dinilai

Mengangkat alis tidak dapat dinilai

Menyeringai normal

Daya kecap lidah 2/3 depan tidak dapat dinilai

N.VIII(Vestibulokokhlearis) KANAN KIRI

Tes bisik belum dapat dinilai

Tes rinne belum dapat dinilai

Tes weber belum dapat dinilai

Tes schwabach belum dapat dinilai

Past pointing test belum dapat dinilai


N.IX&X KANAN KIRI

Daya kecap lidah 1/3 belakang belum dapat dinilai

Uvula secara pasif sulit dinilai

Menelan belum dapat dinilai

Refleks muntah belum dapat dinilai

N.XI(Aksesorius) KANAN KIRI

Memalingkan kepala belum dapat dinilai

Mengangkat bahu belum dapat dinilai

N.XII(Hipoglosus)

Sikap lidah : belum dapat dinilai

Atrofi otot lidah : (-)

Fasikulasi lidah : (-)

MOTORIK
Kekuatan Otot DBN

SENSORIK
Nyeri : Ektremitas Atas :+

Ekstremitas Bawah : +

Raba : Ektremitas Atas :+


Ekstremitas Bawah : +

Suhu : Ektremitas Atas :+


Ekstremitas Bawah : +

REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)

REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)

Refleks Pupil (+/+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (13 November 2016)
Hb : 13,1 g/dl
Ht : 40,6 %
Leukosit : 8,4 103/ul
Trombosit : 381 103/%
GDS : 138 mg/%
Ureum : 14 mg%
Kreatinin : 0,6 mg%
LED : 57 mm/jam

RADIOLOGI
14 NOVEMBER 2016

18 NOVEMBER 2016

EKG
FOLLOW UP
14 November 2016

S Sakit kepala Hebat, berputar(+), mual (+), muntah(+), demam (+)


RPT : (-)
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, Delirium
T : 37,6 OC RR : 20 x/menit
P : 80 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+)
Burdinzki 1 (+)
A Susp TB paru aktif , Meningitis?, vertigo, obs Febris
P EKG, Rho thorax, Na, K, LED, SGOT,SGPT, Konsul dokter saraf
Terapi :
- RL 2000 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Mertigo 2x1 tab
- Ondancentron 3 x 4 mg iv
- Flunarizin 1 x 5mg tab
- Episan syrup 3 x1 c
- Pumpitor 1 x 40 mg iv
- Mecobalamin 3 x 500 mg tab
- Sanmol 3 x500 mg tab

15 November 2016
S Sakit kepala sedang, Batuk (+), demam (+)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, Apatis
T : 38,8 OC RR : 20 x/menit
P : 110 x/menit TD : 120/90 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (+), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+)
Burdinzki 1 (+)
A Susp TB paru aktif , susp peritonitis TB, Meningitis ?? Hiponatremia
P Expertise Rho Thorax, USG abdomen
Dokter Penyakit Dalam : Saran B20
Terapi :
- Nacl 2000 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Mertigo 2x1 tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Flunarizin 1 x 5mg tab
- Episan syrup 3 x1 c
- Pumpitor 1 x 40 mg iv
- Mecobalamin 3 x 500 mg tab
- Sanmol 3 x500 mg tab

16 November 2016
S Sakit kepala, berputar(+), mual (+), muntah(+), demam (-)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36,6 OC RR : 22 x/menit
P : 88 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/-)

A Susp TB paru aktif , Meningitis?,susp peritonitis TB,Hiponatremia


P Dokter Saraf : Elevasi Kepala
Dokter Penyakit Dalam : terapi dilanjutkan
Terapi :
- Nacl 2000 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Mertigo 2x1 tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Flunarizin 1 x 5mg tab
- Episan syrup 3 x1 c
- Pumpitor 1 x 40 mg iv
- Mecobalamin 3 x 500 mg tab
- Sanmol 3 x500 mg tab

17 November 2016
S Sakit kepala Hebat, berputar(-), mual (+), muntah(+), demam (+)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 37,6 OC RR : 22 x/menit
P : 84 x/menit TD : 110/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (+/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/+)

A Susp TB paru aktif , Susp Meningitis TB,syndrome dyspepsia


P Dokter Saraf : Lumbal Pungsi jika ada
Dokter Penyakit Dalam : BTA sputum jika dahak sudah bisa dikeluarkan
Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
18 November 2016
S Sakit kepala Hebat, berputar(-), mual (+), muntah(+), demam (+)
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36,6 OC RR : 20 x/menit
P : 80 x/menit TD : 120/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (+/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/+)

A TB paru , Meningitis TB
P Dokter Penyakit Dalam : ekpertisi ulang Rho thorax PA
Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab

19 November 2016
S Sakit Kepala (+), Muntah (+) 3 kali
Klinis Mengalami Perbaikan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36 C RR : 22 x/menit
P : 80 x/menit TD : 110/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku kuduk (+/+)

A TB paru, Meningitis TB
P Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab

20 November 2016
S Sakit Kepala (-), Muntah Muntah tiap kali makan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 35,8 OC RR : 22 x/menit
P : 84 x/menit TD : 120/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (+), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)

A TB paru, Meningitis TB
P Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab

21 November 2016
S Sakit Kepala (-), Muntah (-)
Klinisi mengalami perbaikan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36 C RR : 20 x/menit
P : 80 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (-), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)

A TB paru, Meningitis TB
P Dokter Penyakit Dalam : Pantau jika KU stabil dan baik pasien boleh pulang
besok dan kontrol rutin pengobatan TB di poli.
Lapor ke dokter saraf
Terapi :
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Episan syrup 3 x1 c
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab

22 November 2016
S Sakit Kepala (-), Muntah (-)
Klinisi mengalami perbaikan
RPT : (-) Batuk darah +/- 2 bulan lalu
RPK : Suami TB paru
O KU : tampak sakit sedang, composmentis
T : 36 C RR : 20 x/menit
P : 80 x/menit TD : 100/80 mmHg
Pembesaran KGB (-)
Thorax : dbn
Cor : Bj 1 Bj2 normal
Pulmo : vesikuler (+/+)
Wheezing (-/-)
Ronkhi (-/-)
Abdomen : distensi (-), Nyeri Tekan (-), BU normal
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
Reflek Cahaya direct/indirect : dbn
REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)

A TB paru, Meningitis TB
P Dokter Penyakit Dalam : Pasien boleh pulang
Terapi sementara:
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
RESUME

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala hebat sejak 1 hari SMRS, sakit kepala
hebat ini terjadi secara mendadak setelah suhu badan os mendadak tinggi. Karena pasien
tidak kunjung merasakan perbaikan walaupun sudah minum obat penghilang rasa nyeri
sebanyak 3 butir maka keluarga membawa pasien untuk pergi ke rumah sakit. Keluhan sakit
kepala disertai muntah yang menyembur dan mual. Keluhan kejang disangkal, tetapi pasien
seperti orang linglung dan susah diajak untuk berbicara, lebih banyak diam dan hanya
sesekali merintih. BAB dan BAK tidak terdapat keluhan. 2 bulan sebelumnya pasien
mengeluh demam dan disertai nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk post melahirkan, sembuh
dengan meminum obat, tetapi telinga jadi sering berdenging dan sesekali sakit kepala dan
meriang meriang hingga sampai saat ini. Dan puncaknya sekarang sampai mual dan muntah
menyembur, gejala tidak hilang dengan pengobatan. Dan pasien juga pernah batuk dengan
dahak bercampur darah 2 kali.
Pasien selama ini tidak memiliki riwayat hipertensi, Riwayat kolesterol, penyakit
kencing manis, penyakit ginjal maupun riwayat stroke sebelumnya.
Suami pasien menderita sakit TB paru.

Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan :
Kesadaran : Delirium
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 76 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,9 0C
- TD : 110/80 mmHg

REFLEK FISIOLOGI
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Kaku Kuduk (+)
DIAGNOSA
Tuberkulosa Paru dengan Meningitis e.c suspek bakteri tuberkulosa

DIAGNOSA BANDING
Enchepalitis
vertigo

PENATALAKSANAAN
- Nacl 0,9% 1500 ml/24 jam
- Diet lunak 1500 kkal/hari
- Cefotaxime 3 x 1 gr iv
- Azitromisin 1 x500mg tab
- Ondancentron 3 x 8 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp
- Episan syrup 3 x1 c
- Betahistin 2 x 1 tab
- Dexametason 3 x 1 amp
- Pro Tb4 1 x 3 tab
- B6 1 x 1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 Definisi
3.1.1 TB Paru
Tuberkulosis paru adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman
ini mnyebar melalui inhalasi droplet nuclei. Kemudian masuk kesaluran pernafasan dan
bersarang di jaringan paru hingga membentuk afek primer. Afek primer dapat timbul dimana
saja dalam paru berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari afek primer ini diikuti dengan
terjadinya inflamasi pada kelenjar getah bening menuju hilus (limfangitis local) disertai
pembesaran KGB di hilus (limfadenitis regional). Kompleks primer adalah afek primer
disertai dengan limfangitis regional. Kompleks primer dapat menjadi :
Sembuh, tidak cacat
Sembuh dengan sedikit bekas(garis fibrotic,sarang perkapurandi hilus, sarang Ghon)
Menyebar :
1. Perkontinuatum (sekitarnya)
2. Bronkogen (penyebaran kebagian paru lain ataupun sebelahnya)
3. Hematogen dan Limfogen (dapat menyebar hingga tulang, ginjal, genitalia,
tuberculosis milier, meningitis). (10)
3.1.2 Meningitis TB
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau meningen yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari
penyebaran hematogen dan limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer
(5).
pada paru Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan Cerebrospinal
Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS), yaitu: meningitis purulenta
dengan penyebab bakteri selain bakteri Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa
dengan penyebab bakteri tuberkulosis ataupun virus. Tanda dan gejala klinis meningitis
hampir selalu sama pada setiap tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih
untuk menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan selanjutnya yang
disesuaikan dengan etiologinya. Untuk meningitis tuberkulosis dibutuhkan terapi yang lebih
spesifik dikarenakan penyebabnya bukan bakteri yang begitu saja dapat diatasi dengan
antibiotik spektrum luas. World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 menyatakan
meningitis tuberkulosis terjadi pada 3,2% kasus komplikasi infeksi primer tuberkulosis, 83%
disebabkan oleh komplikasi infeksi primer pada paru (10)

3. 2 Anatomi dan Fisiologi

(7)
Meningen terdiri dari tiga lapis, yaitu : 1. Pia mater merupakan selaput jaringan
penyambung yang tipis yang menutupi permukaan otak dan membentang ke dalam sulkus,
fisura dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam
fisura transversalis di bawah corpus callosum. Di tempat ini piamater membentuk tela
choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung dengan ependim dan pembuluh-
pembuluh darah choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikelventrikel ini.
Pia dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea
di tempat itu. 2. Arachnoid merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dan
durameter. 3. Dura mater merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari
jaringan ikat yang tebal dan kuat. Dura kranialis atau pachymeninx adalah struktur fibrosa
yang kuat dengan lapisan dalam (meningen) dan lapisan luar (periosteal). Duramater lapisan
luar melekat pada permukaan dalam cranium dan juga membentuk xi periosteum. Di antara
kedua hemispher terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri yang melekat pada crista galli
dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia occipitalis interna, tempat
dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke kedua sisi
Gambar 2.3.1 Struktur meningen dari luar

3.3 Tuberkulosis Ekstrapulmoner

Gejala tuberkulosis paru yang paling umum adalah batuk produktif yang persisten, sering
disertai gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan penurunan berat badan. Gejala
lain yang dapat ditemukan adalah batuk darah, sesak napas, nyeri dada, malaise, serta
anoreksia. Limfadenopati dengan TB paru juga dapat ditemukan, terutama pada pasien
(15)
dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) . Walaupun kebanyakan pasien
dengan TB paru memiliki gejala batuk, gejala tersebut tidak spesifik untuk tuberkulosis.
Batuk dapat terjadi pada infeksi saluran napas akut, asma, serta Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK). Walaupun begitu, batuk selama 2-3 minggu merupakan kriteria suspek TB
dan digunakan pada guideline nasional dan internasional, terutama pada daerah dengan
prevalensi TB yang sedang sampai tinggi. Pada negara dengan prevalensi TB yang rendah,
batuk kronik lebih mungkin disebabkan kondisi selain TB (15). Dengan memfokuskan terhadap
dewasa dan anak dengan batuk kronik, kesempatan mengidentifikasi pasien dengan TB paru
dapat dimaksimalkan. Selain gejala batuk, pada pasien anak penting mengevaluasi berat
badan yang sulit naik dalam kurun waktu 2 bulan terakhir atau gizi buruk. Beberapa studi
menunjukkan bahwa tidak semua pasien dengan gejala respiratori menerima evaluasi yang
adekuat untuk TB. Kegagalan ini terjadi karena kurangnya deteksi dini TB sehingga
menyebabkan meningkatnya keparahan penyakit pada pasien dan meningkatnya
(15)
kemungkinan transmisi Mycobacterium tuberculosis ke orang-orang di sekitarnya . xv
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan TB paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan. Pada awal perkembangan penyakit sulit ditemukan kelainan. Pada umumnya
kelainan paru terletak di lobus superior terutama apeks dan segmen posterior, serta daerah
apeks lobus inferior. Temuan yang bisa didapatkan antara lain suara napas bronkial, amforik,
suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
(15)
. Pada pleuritis TB, apabila cairan di rongga pleura cukup banyak, dapat ditemukan redup
atau pekak pada perkusi. Pada auskultasi suara napas melemah sampai tidak terdengar pada
sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis TB terdapat pembesaran kelenjar getah bening,
(15)
tersering di daerah leher . Dari urutan terjadinya, tuberkulosis ekstrapulmoner paling
banyak terjadi di nodus limfa, pleura, sistem genitourinaria, tulang dan sendi, meningen,
peritoneum, dan perikardium. Secara singkat tuberkulosis ekstrapulmoner diterangkan
sebagai berikut (15):

Limfadenitis tuberkulosis dicirikan dengan pembesaran kelenjar getah bening yang


tidak nyeri (pada umumnya servikalis posterior dan supraklavikular).
Tuberkulosis pleura dapat bermanifestasi mulai dari efusi yang kecil, hingga efusi
besar sehingga menimbulkan nyeri pleura dan dispnu. Pemeriksaan fisik
menunjukkan efusi pleura (redup pada perkusi, suara napas menghilang). Jenis efusi
perlu ditentukan dengan melakukan pungsi pleura. Dapat pula terjadi empiema
tuberkulosis yang lebih jarang, pada umumnya disebabkan oleh ruptur kavitas.
Tuberkulosis saluran napas atas merupakan komplikasi dari tuberkulosis paru dengan
kavitasi. Tuberkulosis jenis ini melibatkan laring, faring, dan/atau epiglotis sehingga
memunculkan gejala serak, disfonia, dan disfagia disertai dengan batuk produktif.
Tuberkulosis genitourinaria dapat menimbulkan gejala frekuensi, disuria, nokturia,
hematuria, serta nyeri abdomen.
Tuberkulosis sistem muskuloskeletal mengenai tulang dan sendi, dan patogenesisnya
terkait dengan reaktivasi dari fokus hematogen dan penyebaran melalui nodus limfa
paravertebra. Dapat pula mengenai vertebra sehingga terkena tuberkulosis spinal
(Potts disease atau spondilitis tuberkulosis). Tuberkulosis meningitis dan
tuberkuloma
Tuberkulosis perikardial akibat ekstensi langsung nodus limfa mediastinal atau
hilus.

Kejadian tuberkulosis ekstrapulmoner dapat terjadi sekitar 15-20% pada populasi yang
prevalensi HIV-nya rendah. Kejadian ini akan semakin meningkat dengan tingginya
prevalensi infeksi HIV. Sebagaimana yang diketahui bahwa tuberkulosis merupakan
infeksi poportunistik tersering pada ODHA di Indonesia. Tuberkulosis paru adalah jenis
tuberkulosis yang paling banyak ditemukan pada ODHA, sedangkan tuberkulosis
ekstrapulmoner sering ditemukan pada ODHA dengan hitung CD4 yang lebih rendah (16,17)
Untuk mendiagnosis tuberkulosis ekstrapulmoner, sampel perlu didapakan dari tempat-
tempat yang cenderung sulit, sehingga konfirmasi bakteriologis tuberkulosis
ektrapulmoner menjadi lebih sulit dibandingkan tuberkulosis paru. Selain itu terdapat
kecenderungan jumlah mikroorganisme M. tuberculosis pada situs ekstrapulmoner lebih
sedikit sehingga pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam (BTA) menjadi lebih sulit.
Sebagai contoh, pemeriksaan cairan pleura pada pleuritis tuberkulosis hanya berhasil
menemukan BTA pada sekitar 5-10% kasus, dan temuan sama rendahnya pada meningitis
tuberkulosis. Mengingat fakta ini, kultur dan pemeriksaan histopatologi terhadap jaringan
(misal: biopsi jarum halus nodus limfa) menjadi penting sebagai alat diagnostik.
Pemeriksaan foto toraks juga sebaiknya dilakukan untuk mengetahui adanya TB paru atau
TB milier bersamaan dengan TB ekstraparu. Pada pasien anak, bila memungkinkan
dilakukan pemeriksaan dahak (15).

3.4 Diagnosis

3.4.1 Diagnosis TB paru

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan dari gambaran klinis, pemeriksaan mikrobilogis


dan hasil radiologi.(10)

Anamnesis
Gejala local (respiratorik), yaitu batuk > 2 minggu, hemoptisis,sesak nafas dan
nyeri dada. Gejala sistemik, yaitu demam, malaise dan berat badan menurun.
Pemeriksaan Fisis
Pada pasienTB dapat ditemukan suara napas bronchial amforik, suara nafas
melemah atau ronki basah.
Pemeriksaan Bakteriologi
Diambil dari specimen : dahak, cairan pleura, cairan cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, biopsy. Untuk pengambilan dahak dilakukan 3 kali
(sps).
Radiologi
Foto polos toraks PA yang biasa dilakukan , dicurigai lesi TB aktif :
- Bayangan berawan/nodular dilobus atas paru segmen apical dan posterior,
lobus bawah segmen posterior.
- Kavitas
- Bercak milier
- Efusi pleura

3.4.2 Diagnosis dan suspek Meningitis TB

Diagnosis ataupun suspek meningitis TB memerlukan gejala dan tanda meningitis yang
disertai klinis yang mengarahkan ke infeksi tuberkulosa dan pada hasil foto rontgen toraks
serta cairan serebrospinalis menunjukkan infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosa dapat terjadi melalui 2 tahapan. Tahap pertama adalah ketika basil
My-cobacterium tuberculosis masuk melalui inhalasi droplet menyebabkan infeksi
terlokalisasi di paru dengan penyebaran ke limfonodi regional. Basil tersebut dapat masuk ke
jaringan meningen atau parenkim otak membentuk lesi metastatik kaseosa focisubependimal
yang disebut rich foci. Tahap kedua adalah bertambahnya ukuran rich foci sampai kemudian
(29)
ruptur ke dalam ruang subarachnoid dan mengakibatkan meningitis . Meningitis
tuberkulosa merupakan bentuk tuberkulosis paling fatal dan menimbulkan gejala sisa yang
permanen, oleh karena itu, dibutuhkan diagnosis dan terapi yang segera. Penyakit ini
merupakan tuberkulosis ekstrapulmoner kelima yang sering dijumpai dan diperkirakan
sekitar 5,2% dari semua kasus tuberkulosis ekstrapulmoner serta 0,7% dari semua kasus
tuberkulosis. Gejala klinis saat akut adalah defisit saraf kranial, nyeri kepala, meningismus,
dan perubahan status mental. Gejala prodromal yang dapat dijumpai adalah nyeri kepala,
muntah, fotofobia, dan demam (29).

Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa


BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi
Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru / focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meningens

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif / dormain

Bila daya tahan tubuh menurun



Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS.

Pemeriksaan Rangsangan Meningeal


a. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda
kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke
dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian
ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+)
bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)


Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan
kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh
mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)


Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti pada
pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter
pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

Pemeriksaan Penunjang Meningitis


a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Warna: jernih (khas), bila dibiarkan mengendap akan membentuk batang-batang. Dapat
juga berwarna xanthochrom bila penyakitnya telah berlangsung lama dan ada hambatan di
medulla spinalis.
Jumlah sel: 100 500 sel / l. Mula-mula, sel polimorfonuklear dan limfosit sama
banyak jumlahnya, atau kadang-kadang sel polimorfonuklear lebih banyak (pleositosis
mononuklear). Kadang-kadang, jumlah sel pada fase akut dapat mencapai 1000 / mm3.
Kadar protein: meningkat (dapat lebih dari 200 mg / mm 3). Hal ini menyebabkan liquor
cerebrospinalis dapat berwarna xanthochrom dan pada permukaan dapat tampak sarang
laba-laba ataupun bekuan yang menunjukkan tingginya kadar fibrinogen
Kadar glukosa: biasanya menurun (<>liquor cerebrospinalis dikenal sebagai
hipoglikorazia. Adapun kadar glukosa normal pada liquor cerebrospinalis adalah 60% dari
kadar glukosa darah.
Kadar klorida normal pada stadium awal, kemudian menurun
Pada pewarnaan Gram dan kultur liquor cerebrospinalis dapat ditemukan kuman
Untuk mendapatkan hasil positif, dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal selama 3 hari
berturut-turut. Terapi dapat langsung diberikan tanpa menunggu hasil pemeriksaan pungsi
lumbal kedua dan ketiga .

Gambar : Lumbal pungsi

Tabel interpretasi lumbal pungsi


Tes Meningitis Meningitis Meningitis
Bakterial Virus TBC
Tekanan Meningkat Biasanya Bervariasai
LP Keruh Normal Xanthochrom
Warna 1000 ml Jernih i
Jumlah Sel Predominan PMN < 100/ml
Jenis sel Sedikit meningkat Predominan Bervariasi
Protein Normal/menurun MN Predominan
Glukosa Normal/meningkat MN
Biasanya normal Meningkat
Rendah

Dari pemeriksaan radiologi:


Foto toraks : dapat menunjukkan adanya gambaran tuberkulosis.
Pemeriksaan EEG (electroencephalography) menunjukkan kelainan kira-kira pada 80%
kasus berupa kelainan difus atau fokal
CT-scan kepala : dapat menentukan adanya dan luasnya kelainan di daerah basal, serta
adanya dan luasnya hidrosefalus.
Gambaran dari pemeriksaan CT-scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala
pada pasien meningitis tuberkulosis adalah normal pada awal penyakit. Seiring
berkembangnya penyakit, gambaran yang sering ditemukan adalah enhancement di daerah
basal, tampak hidrosefalus komunikans yang disertai dengan tanda-tanda edema otak atau
iskemia fokal yang masih dini. Selain itu, dapat juga ditemukan tuberkuloma yang silent,
biasanya di daerah korteks serebri atau talamus .

Penatalaksanaan
Pengobatan meningitis tuberkulosis harus tepat dan adekuat, koreksi gangguan cairan
dan elektrolit, dan penurunan tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa
ditunda bila ada kecurigaan klinis ke arah meningitis tuberkulosis.
Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni:
- Kategori I : 2RHZE/ 7-12 RH
- Kategori II : 2 RHZES/ 7- 12 RH
- Tambahkan piridoksin (vit B6) dengan dosis 25-50 mg/kgBB/hari. Untuk mencegah
efek samping neuritis perifer.
- Terapi steroid jika ditemukan : penurunan kesadaran, papil edema, deficit neurologis
fokal, tekanan CSS > 300 cmH2O.
- Dosis steroid :
- Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2
minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan. . Prednison dengan dosis 1-2
mg / kgBB / hari selama 4-6 minggu, setelah itu dilakukan penurunan dosis secara
bertahap (tappering off) selama 4-6 minggu sesuai dengan lamanya pemberian
regimen.

DAFTAR PUSTAKA
1. Susana Chavez-Bueno, MD, George H. McCracken, Jr, MD. Bacterial Meningitis in
Children. Department of Pediatrics, Division of Pediatric Infectious Diseases, University of
Texas Southwestern Medical Center of Dallas. Pediatr Clin N Am 2005; 52: 795810.

2. Ginsberg L. Difficult and recurrent meningitis. Journal of Neurology, Neurosurgery and


Psychiatry. 2004; 75: 16-21

3. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL et al. Practice guidelines for the management of
bacterial meningitis. Clinical Infectious Diseases 2004; 39: (9) 1267-84

4. T Ducomble, K Tolksdorf, I Karagiannis, B Hauer, B Brodhun, W Haas, L Fiebig. The


burden of extrapulmonary and meningitis tuberculosis: an investigation of national
surveillance data, Germany 2002 to 2009. Euro Surveill. 2013; 18(12) 20436.

5. Diagnosis and therapy of tuberculous meningitis in children. Nicola Principi*, Susanna


Esposito. Department of Maternal and Pediatric Sciences, Universit degli Studi di Milano,
Fondazione IRCCS Ca Granda Ospedale Maggiore Policlinico, Via Commenda 9, 20122
Milan, Italyen

6. Nofareni. Status Imunisasi BCG dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Terjadinya
Meningitis Tuberkulosa. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU. 2003; 1-13.

7. Yayan A. Israr. Meningitis. Faculty of Medicine University of Riau, Arifin Achmad


General Hospital of Pekanbaru. 2008; 1-6.

8. Rahajoe N, Basir D, Makmuri, Kartasasmita CB, 2005, Pedoman Nasional Tuberkulosis


Anak, Unit Kerja Pulmonologi PP IDAI, Jakarta, halaman 54-56.

9. Hardiono D. Pusponegoro et al. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. IDAI. 2004

10. Meningitis tuberculosis. http://www.mayoclinic.com/health/tuberculosis Accessed


September, 25th 2013.

11. Epidemiologi tbc Indonesia. http://www.tbindonesia.or.id. Accessed September, 25th


2013.

12. Fenichel GM. Clinical Pediatric Neurology. 5th ed. Philadelphia : Elvesier saunders;
2005. h. 106-13.

Anda mungkin juga menyukai