Disusun Oleh:
Muthi’ah Nabillah 1102014175
Naufal Kamal Yurnadi 1102014189
Perty Hasanah P 1102014209
Puput Aurelia H 1102014210
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 66 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Medan
Masuk RS : 01-01-2019
II. ANAMNESIS
1
terasa nyeri. Riwayat pingsan disangkal oleh pasien. BAK dan BAB pasien
dalam batas normal. Pasien mengatakan pernah didiagnosis memiliki
penyakit jantung dan mendapat perawatan dirumah sakit. Riwayat Hipertensi
(+) DM (+) diketahuhi 3 minggu yang lalu setelah masuk perawatan Rumah
sakit sebelumnya.
• Riwayat DM (+)
Terdapat anggota keluarga pasien yaitu kakak pasien yang menderita hipertensi.
Riwayat Pengobatan
Pasien rutin berobat serta konsumsi obat bisoprolol 1 x 2,5mg, Nitrokaf 1x
2,5 mg, aspilet 1 x 80mg, simvastatin 1 x 20mg, lantus 1 x 13 unit, novurapit 1
3x13mg. (Amlodipin dan Isosorbid Dinitrat) karena penyakit jantung, namun
selama 2-3 minggu ini tidak minum obat karena obat pasien habis.
2
III. PEMERIKSAAN FISIK
Suhu : 36.7 o C.
Berat badan : 67 kg
Status Generalis
KEPALA
- Bentuk : Bulat, simetris, normocephal
- Kulit : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : Bentuk normal, simetris
- Hidung : Bentuk normal, tidak deviasi, tidak ada napas cuping hidung
THORAX
Bentuk normal, tidak ada retraksi, simetris saat statis dan dinamis
3
JANTUNG
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS VI dipertengahan linea
midclavicularis sinistra dengan linea axilaris anterior sinistra
- Perkusi : Batas jantung kanan: ICS V linea parasternalis dextra
Batas pinggang jantung: ICS III linea midclavicularis sinistra
Batas jantung kiri: ICS VI linea midclavicularis sinistra
- Auskultasi : S1 S2 tunggal irreguler, murmur (+), gallop (-)
PARU
- Inspeksi : pergerakan dinding dan bentuk dada simetris kanan dan kiri
- Palpasi : fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-),
edema (-), krepitasi (-)
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
ABDOMEN
- Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-).
- Auskultasi : Bising usus normal, tidak terdapat suara aliran dalam
pembuluh darah.
- Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites (-), massa (-)
- Perkusi : Shifting dullness (-)
EKSTREMITAS
- Superior : Oedem (-/-), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-),
capillary refill time < 2 detik
- Inferior : Oedem (-/-), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-),
capillary refill time < 2 detik
4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium RSUK Kramat Jati
Tanggal 1 Januari 2019
Hematologi
Hematokrit 45,9 40 – 52 %
Kimia Darah
Ginjal
Ureum 30 10 – 50 mg/dL
Kreatinin 1,0 0,5 – 1,5 Mg/dL
Gula Darah
GDS 224 <200 mg/dl
Tanggal 2 Januari
Kimia Darah
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
GDS 139 <200 mg/dl
EKG
(1 Januari 2019)
5
(2 Januari 2019)
6
( 4 Januari 2019)
Jam 00:31:28
Jam 06 : 23 : 35
7
Jam 20 : 08 : 15
( 5 Januari 2019 )
8
( 6 Januari 2019 )
9
( 7 Januari 2019 )
10
( 8 Januari 2019 )
11
Kesan:
Kardiomegali
12
V. Resume
1 Januari 2019
13
P: - IVFD RL 7 tetes/ menit
- Drip Lasix 2,5 g/jam
- Lisinopril 1 x 5 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Nitrocaf 1 x 2,5 mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
- Simvastatin 1x 20 mg
- Inj Lantus 1 x 13 U
- Inj Novorapid 3 x 13 U
- Lansoprazole 3x1
- Rebamipide 2 x1
- Sucralfat Syrup 3x1 cth
VI. Follow Up
2 Januari 2019
14
Coronary Artery Disease
3 Januari 2019
15
- Nitrocaf 1 x 2,5mg
- Captopril 3 x 25 mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Simvastatin 1 x 20mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
- Lantus 3 x 13 U
- Inj Novorapid 3 x 13 U
- Rebamipide 2 x 1
4 Januari 2019
16
- Inj Dopamin 2 mc/ kgbb
- Spironolaktone 1x25 mg
- Inj Lasix 5mg/jam
- Nitrocaf 1 x 2,5mg
- Ramipril 1 x 5mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Amlodipin 1 x 10 mg
- Inj Lantus 1 x 13 U
- Inj Novorapid 3 x 13 U
- Rantin 2 x 1
5 Januari 2019
17
P: - IVFD NaCl 0,9% 7 tetes per menit
- Inj Dopamin 2 mc/ kgbb
- Drip Lasix 2,5 mg/jam
- Spironolaktone 1x25 mg
- Nitrocaf 1 x 2,5mg
- Simvastatin 1x 20mg
- Ramipril 1 x 5mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Inj Lantus 1 x 13 U
- Inj Novorapid 3 x 13 U
- Rantin 2 x 1
6 Januari 2019
18
- Inj Dopamin 2 mc/ kgbb
- Drip Lasix 2,5 mg/jam
- Spironolaktone 1x25 mg
- Nitrocaf 1 x 2,5mg
- Simvastatin 1x 20mg
- Ramipril 1 x 5mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Inj Lantus 1 x 13 U
- Inj Novorapid 3 x 13 U
- Rantin 2 x 1
- Ambroxol 3 x 1tab
7 Januari 2019
19
- Simvastatin 1x 20mg
- Aspilet 1 x 80 mg
- Inj Lantus 1 x 13 U
- Inj Novorapid 3 x 13 U
- Rantin 2 x 1
- Ambroxol syrup 3 x 1cth
7 Januari 2019
20
- Rantin 2 x 1
21
VIII. RENCANA MONITORING
- Vital sign
- EKG
- Keluhan
- Balance cairan
IX. PROGNOSIS
• Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
• Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
• Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
23
Gambar 1. Gambaran CHF
24
menurun secara tiba-tiba menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa
disertai edema perifer.
Contoh gagal jantung kronik adalah kardiomiopati dilatasi atau kelainan
multivalvular yang terjadi secara perlahan-lahan.Kongesti perifer sangat
menyolok, namun tekanan darah masih terpelihara dengan baik.
Curah jantung yang kurang memadai, juga disebut forward failure ,
hampir selalu disertai peningkatan kongesti/ bendungan di sirkulasi vena
(backward failure), karena ventrikel yang lemah tidak mampu memompa
darah dalam jumlah normal, hal ini menyebabkan peningkatan volume
darah di ventrikel pada waktu diastol, peningkatan tekanan diastolik akhir
di dalam jantung dan akhirnya peningkatan tekanan vena . Gagal jantung
kongestif mungkin mengenai sisi kiri dan kanan jantung atau seluruh
rongga jantung.2
2.2 ETIOLOGI
25
Dalam Buku Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung yang diterbitkan oleh
PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia) disebutkan
beberapa faktor pencetus dan penyebab gagal jantung akut yang dapat terjadi
secara sangat cepat maupun tidak terlalu cepat 12 :
Keadaan yang menyebabkan gagal jantung secara cepat :
o Gangguan takiaritmia atau bradikakardia yang berat
o Sindroma koroner akut
o Komplikasi mekanis pada sindroma koroner akut (rupture septum
intravetrikuler, akut regurgitasi mitral, gagal jantung kanan)
o Emboli paru akut
o Krisis hipertensi
o Diseksi aorta
o Tamponade jantung
o Masalah perioperative dan bedah
o Kardiomiopati peripartum
Keadaan yang menyebabkan gagal jantung yang tidak terlalu cepat
o Infeksi ( termasuk infektif endokarditis )
o Eksaserbasi akut PPOK / asma
o Anemia
o Disfungsi ginjal
o Ketidakpatuhan berobat
o Penyebab iatrogenik ( obat kortikosteroid, NSAID )
o Aritmia, bradikardia, dan gangguan konduksi yang tidak
o menyebabkan perubahan mendadak laju nadi
o Hipertensi tidak terkontrol
o Hiper dan hipotiroidisme
o Penggunaan obat terlarang dan alkohol
2.3 EPIDEMIOLOGI
26
Walaupun iskemia akut menyebabkan disfungsi diastolik, namun peran
coronary artery disease dan iskemia dalam kontribusinya terhadap disfungsi
diastolik kronis masih spekulatif. Diabetes Mellitus adalah faktor risiko yang
poten untuk gagal jantung. Prevalensi diabetes sama pada pasien dengan
gagal jantung dengan penurunan atau normal ejeksi fraksi.5
Angka Insidens Gagal Jantung di Amerika tetap stabil selama beberapa
dekade ini , dengan >650.000 kasus gagal jantung baru didiagnosa setiap
tahunnya. Insidens Gagal jantung mengingkat dengan usia , peningkatan dari
20 kasus per 1,000 individu usia 65-69 tahun hingga > 80 per 1.000
individual diantara usia >85 tahun kehidupan.1
2.4 PATOFISIOLOGI
27
terdekompensasi sehingga muncul gejala klinis tergantung dari ventrikel yang
terkena sehingga muncul ADHF.
28
Gambar 2. Patofisiologi dan Simptomatologi HF.
29
beratnya gagal jantung, toleransi terhadap latihan semakin menurun dan gejala-
gejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih ringan. Gejala-gejala dari
gagal jantung kongestif bervariasi diantara individu sesuai dengan sistem organ
yang terlibat dan juga tergantung pada derajat penyakit.
Dispnea, atau perasaan sulit bernapas adalah manifestasi gagal jantung
yang paling umum. Dispnea disebabkan oleh meningkatnya kerja
pernapasan akibat kongesti vaskular paru yang mengurangi kelenturan
paru.meningkatnya tahanan aliran udara juga menimbulkan dispnea.
Seperti juga spektrum kongesti paru yang berkisar dari kongesti vena paru
sampai edema interstisial dan akhirnya menjadi edema alveolar, maka
dispnea juga berkembang progresif. Dispnea saat beraktivitas
menunjukkan gejala awal dari gagal jantung kiri. Ortopnea (dispnea saat
berbaring) terutama disebabkan oleh redistribusi aliran darah dari bagian-
bagian tubuh yang di bawah ke arah sirkulasi sentral.reabsorpsi cairan
interstisial dari ekstremitas bawah juga akan menyebabkan kongesti
vaskular paru-paru lebih lanjut. Paroxysmal Nocturnal Dispnea (PND)
dipicu oleh timbulnya edema paru intertisial. PND merupakan manifestasi
yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri dibandingkan dengan dispnea
atau ortopnea.
Batuk non produktif juga dapat terjadi akibat kongesti paru, terutama pada
posisi berbaring.
30
Timbulnya ronki yang disebabkan oleh transudasi cairan paru adalah ciri
khas dari gagal jantung, ronki pada awalnya terdengar di bagian bawah
paru-paru karena pengaruh gaya gravitasi.
Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial yang terjadi
akibat distensi vena.
Gagal pada sisi kanan jantung menimbulkan gejala dan tanda kongesti
vena sistemik. Dapat diamati peningkatan tekanan vena jugularis; vena-
vena leher mengalami bendungan .tekanan vena sentral (CVP) dapat
meningkat secara paradoks selama inspirasi jika jantung kanan yang gagal
tidak dapat menyesuaikan terhadap peningkatan aliran balik vena ke
jantung selama inspirasi.
Dapat terjadi hepatomegali; nyeri tekan hati dapat terjadi akibat
peregangan kapsula hati.
Gejala saluran cerna yang lain seperti anoreksia, rasa penuh, atau mual
dapat disebabkan kongesti hati dan usus.
Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstisial.
Edema mula-mula tampak pada bagian tubuh yang tergantung, dan
terutama pada malam hari; dapat terjadi nokturia (diuresis malam hari)
yang mengurangi retensi cairan.nokturia disebabkan oleh redistribusi
cairan dan reabsorpsi pada waktu berbaring, dan juga berkurangnya
vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat.
Gagal jantung yang berlanjut dapat menimbulkan asites atau edema
anasarka. Meskipun gejala dan tanda penimbunan cairan pada aliran vena
sistemik secara klasik dianggap terjadi akibat gagal jantung kanan, namun
manifestasi paling dini dari bendungan sistemik umumnya disebabkan
oleh retensi cairan daripada gagal jantung kanan yang nyata.
31
Seiring dengan semakin parahnya gagal jantung kongestif, pasien dapat
mengalami sianosis dan asidosis akibat penurunan perfusi jaringan.
Aritmia ventrikel akibat iritabilitas miokardium dan aktivitas berlebihan
sietem saraf simpatis sering terjadi dan merupakan penyebab penting
kematian mendadak dalam situasi ini.3,7,8
32
Tabel 1. Manifestasi Klinis Gagal Jantung
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Kurang Tipikal
Kurang Tipikal - Edema perifer
- Krepitasi pulmonal
- Suara pekak di basal paru pada
- Batuk di malam/dini hari
- Mengi perkusi
- Berat badan bertambah > 2 - Takikardia
- Nadi ireguler
kg/minggu
- Nafas cepat
- Berat badan turun (gagal jantung
- Hepatomegaly
stadium lanjut) - Asites
- Perasaan kembung/begah - Kaheksia
- Nafsu makan menurun
- Perasaan bingung (terutama pasien
usia lanjut)
- Depresi
- Berdebar
- Pingsan
Sumber :ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic
heart failure 2008. In: Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung Edisi Pertama Tahun
2015.
2.6 DIAGNOSIS
33
thorax, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan
biomarker.
Kriteria Diagnosis :
Kriteria Framingham dipakai untuk diagnosis gagal jantung kongestif
Kriteria Major :
1. Paroksismal nokturnal dispnea
2. Distensi vena leher
3. Ronkhi paru
4. Kardiomegali
5. Edema paru akut
6. Gallop S3
7. Peninggian tekana vena jugularis
8. Refluks hepatojugular
Kriteria Minor :
1. Edema eksremitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea d’effort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
7. Takikardi (>120/menit)
Diagnosis gagal jantung ditegakkan jika ada 2 kriteria mayor atau 1 kriteria major
dan 2 kriteria minor.
NYHA class I , penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam
kegiatan fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung
seperti cepat lelah, sesak napas atau berdebar-debar, apabila melakukan
kegiatan biasa.
NYHA class II , penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik.
Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik
34
yang biasa dapat menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti
kelelahan, jantung berdebar, sesak napas atau nyeri dada.
NYHA class III , penderita penyakit dengan pembatasan yang lebih
banyak dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu
istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti yang tersebut di
atas.
NYHA class IV , penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun
tanpa menimbulkan keluhan, yang bertambah apabila mereka melakukan
kegiatan fisik meskipun sangat ringan.2,7,8
distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara
jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure pada
manuver valsava. Status perfusi ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang
kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak
disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan
35
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ketika pasien datang dengan gejala dan tanda gagal jantung, pemeriksaan
penunjang sebaiknya dilakukan.
2. Elektrokardiogram (EKG) :
36
atau riwayat MI (ada atau tidak adanya Q wave). EKG Normal biasanya
menyingkirkan kemungkinan adanya disfungsi diastolik pada LV.
3. Radiologi :
4. Penilaian fungsi LV :
37
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan dari terapi pada kondisi gagal jantung akut di setiap tahapnya sebagai
berikut12 :
a. Segera ( UGD/ unit perawatan intensif )
- Mengobati gejala
- Memulihkan oksigenasi
- Memperbaiki hemodinamik dan perfusi organ
- Membatasi kerusakan jantung dan ginjal
- Mencegah tromboemboli
- Meminimalkan lama perawatan intensif
b. Jangka menengah (Perawatan di ruangan)
- Stabilisasi kondisi pasien
- Inisiasi dan optimalisasi terapi farmakologi
- Identifikasi etiologi dan komorbiditas yang berhubungan
c. Sebelum pulang dan jangka panjang
38
- Merencanakan strategi tindak lanjut
- Memasukan pasien ke dalam program manajemen penyakit secara
- keseluruhan (edukasi, rehab, manajemen gizi, dll )
- Rencana untuk mengoptimalkan dosis obat gagal jantung
- Mencegah rehospitalisasi dini
- Memperbaiki gejalan kualitas hidup dan kelangsungan hidup
- Memastikan dengan tepat alat bantu (bila memang diperlukan)
Tata laksana gagal jantung akut di layanan primer dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut12:
39
Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan
secara non farmakologis dan secara farmakologis.Penatalaksanaan gagal jantung
baik akut maupun kronik ditujukan untuk mengurangi gejala dan memperbaiki
prognosis, meskipun penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi
serta beratnya kondisi.
Non –farmakologi :
- Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan
- Aktivasi social dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti
biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang masih bisa
dilakukan.
- Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ringan
dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal
jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan).
- Hentikan rokok
- Hentikan alcohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada yang
lainnya.
- Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-30
menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban
70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan
sedang).
- Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut.
Farmakologi
a. Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Misal : digoxin.
b. Diuretik, untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta
mengurangi edema paru. Misal : furosemide ( lasix ).
c. Vasodilator, untuk mengurangi impedansi ( tekanan ) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Misal : natrium nitropusida,
nitrogliserin.
d. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor ( ACE inhibitor ) adalah agen
yang menghambat pembentukan angiotensin II sehingga menurunkan
tekanan darah. Obat ini juga menurunkan beban awal ( preload ) dan beban
40
akhir ( afterload ). Misal : captopril, quinapril, ramipril, enalapril,
fosinopril,dll.
e. Inotropik ( Dopamin dan Dobutamin )
1) Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah , curah jantung
dan produksi urine pada syok kardiogenik.
2) Dobutamin menstimulasi adrenoreseptor di jantung sehingga
meningkatkan kontraktilitas dan juga menyebabkan vasodilatasi
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan kerja jantung
2. Meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miocard
3. Menurunkan retensi garam dan air
4. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
5. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
bahan-bahan farmakologis
6. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretic diet dan istirahat
41
2.9 PENCEGAHAN
2.10 PROGNOSIS
42
Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui. Sedangkan
DAFTAR PUSTAKA
43
1. Yancy C, et al.ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart
Failure: Executive Summary, Journal of the American College of
Cardiology (2013).
2. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ed.IV,
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. h.
1514-7.
3. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV,
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. h.
1638-45.
5. Redfield MM, Recognizing and managing the patient with heart failure
and preserved ejection fraction. In Management of Heart Failure. Wiley-
Blackwell, UK. 2011.
10. Nicholas J. Talley, Nimish Vakil. 2005. Guidelines for the Management of
Dyspepsia, Practice Parameters Committee of the American College of
Gastroenterology. American Journal of Gastroenterology.
44
11. Brashers V L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan &
Manajemen. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. h. 261-5.
12. Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE,
dkk. 2015. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung. PERKI.
13. John JV MC Murry dkk. Diakses pada tanggal 10 Januari 2019
http://www.escardio.org/guidelines-s u r v e y s / e s c g u i d e l i n e s / G
u i d e l i n esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-
FT.pdf
14. Rani A A, dkk. 2009. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta. h. 83-6.
45