ILEUS OBSTRUKTIF
Pembimbing :
Penyusun :
Andrian 150100036
Alicia 150100103
MEDAN
2020
2
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYa sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Ileus Obstruktif”.
Selama penyusunan laporan kasus ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada dr. Budi Irwan, SpB-KBD selaku
supervisor pembimbing laporan kasus di Departemen Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan waktunya dalam
membimbing dan membantu hingga laporan kasus ini dapat selesai dengan baik.
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian
pembelajaran dalam kepaniteraan klinik senior. Penulisan laporan kasus ini
merupakan salah satu untuk melengkapi persyaratan Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis sangat menyadari laporan kasus ini pasti tidak luput dari
kekurangan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus
ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
iii. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan
menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang
12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke
eksterior di anus.
Untuk lebih jelas, sistem pencernaan manusia dapat dilihat pada gambar
1.1.
Gambar 1.14
2.2. Ileus Obstruksi
2.2.1. Definisi
Ileus adalah gangguan/hambat an pasase isi usus yang me rupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan
atau tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus
paralitik.5,6
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana
isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena
adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam
7
lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen
usus tersebut.5,6 Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah
keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik
untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya
peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik.5,6,7
2.2.2. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi,antara lain:7
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari
gaster sampai ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari
ileum terminal sampairectum).
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan
stadiumnya, antara lain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang
tidak disertaiterjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan
aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis ataugangren.
2.2.3. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain7:
1. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,
jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam,
harus diadakan herniotomi segera.
8
biasanya dimulai secara akut dengan gejala yang berat, ileus usus besar
sering dimulai dengan gejala ringan. Manifestasi utamanya adalah
kembung (80%), nyeri perut (60%), dan retensi tinja dan flatus (50%).15
Flatus dan / atau feses yang masih ada lebih dari 6 hingga 12 jam
setelah timbulnya gejala adalah karakteristik khas obstruksi parsial.
Tanda-tanda obstruksi usus termasuk distensi perut. Bunyi usus pada
awalnya hiperaktif, tetapi pada tahap akhir obstruksi usus, bising usus
mungkin terdengar minimal. Tanda-tanda obstruksi strangulata adalah
nyeri perut yang hebat yang menandakan iskemia usus. Pasien mungkin
akan mengeluhkan gejala takikardi, demam, dan nyeri tekan abdomen
terlokalisir.11
2.2.7. Diagnosis
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pada anamnesis, obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau
terdapat hernia. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan
elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan di
usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan
muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan
usus ataukejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,
hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali
defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi.
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk
mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang
abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan
kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung
yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi
diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya
pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga terlihat
gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya
14
distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian
ini mudah membesar.16
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi
(bising usus).Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat
keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.16
2. Pemeriksaan Penunjang
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada
pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral
dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang
mengalami dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan
menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus
obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in
loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi
hernia.16
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada
urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan
adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit
meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi peritonitis.
Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.17
Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam
mendiagnosis secara awal ileus obstruktif usus secara dini. 16 Foto polos
abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnose ileus obstruksi.
Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar.
Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak
untuk melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal
lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus
biasanya tidak tampak. 17
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple
air fluid level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon
15
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan
difus, dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak
terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus
disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala dari
penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan
pancreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.18
2.2.9. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga
perut dengan akibat peritonitis umum.18
2.2.10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi
biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah
tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh
perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah
sakit.19
1. Persiapan
2. Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.19
3. Operasi
4. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan apabila ada strangulasi, obstruksi lengkap, hernia
17
2.2.11. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti
umur, etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita
sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun
tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan
mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi
dibandingkan obstruksi usus halus.19
18
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
HR : 97 kali/menit
RR : 22 kali/menit
Temperatur : 36.5C
Kepala :
- Wajah : Dalam batas normal
- Mata : Pupil isokor, reflex cahaya (+/+), konjungtiva
palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Telinga, hidung, dan mulut : Dalam batas normal
Thorax
Paru
- Inspeksi : Simetris Fusiformis
- Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : SP: Vesikuler; ST: Tidak dijumpai
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba
- Perkusi : Batas atas jantung ICS II LMCS
Batas kiri jantung ICS IV 1 cm LMCS
Batas kanan jantung: ICS IV LPSD
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reg, gallop(-), murmur(-)
Abdomen
- Inspeksi : Distensi abdomen (+), tampak benjolan pada
umbilikus
- Auskultasi : Peristaltik dalam batas normal
- Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+)
- Perkusi : Timpani
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik
20
GINJAL
- Blood Urea 30 mg/dL 10-20
Nitrogen
(BUN) 64 mg/dL 21-43
- Ureum 1,58 mg/dL 0.6-1.1
- Kreatinin
ELEKTROLIT
- Natrium 135 mEq/L 135-155
- Kalium 4.2 mEq/L 3,6-5,5
- Klorida 102 mEq/L 96-106
KGDS 162 mg/dL <200
FAAL HEMOSTASIS
Waktu Protrombin
- Pasien 14.7 detik
- Kontrol 14.2 detik
INR 1,18 0,8-1,3
21
Uraian:
- Posisi asimetris, inspirasi kurang
- Kedua sinus costophrenicus lancip, kedua diafragma lancip
- Tampak infiltrate pada paracardial kanan
- Jantung ukuran normal CTR <50%
- Aorta elongasi
- Trakea ditengah
- Tulang-tulang dan soft tissue baik
Kesimpulan:
- Bronkopneumonia dd/ TB Paru
- Aorta elongasi
23
2.
Uraian:
- Preperitoneal fat liner baik
- Psoas line dan kontur kedua ginjal sulit dinilai
- Tampak gambaran opak pada abdomen sisi kanan setentang L1-L3
- Tampak penebalan dan pelebaran kaliber dinding usus dengan
pelebaran kaliber terbesar 4,7 cm disertai gambaran herringbone
- Pada posisi erect tampak multiple air fluid level yang step ladder
- Tidak tampak gambaran udara bebas extra luminal
- Distribusi udara usus sampai ke distal
- Tulang-tulang intact
Kesimpulan :
- Ileus obstruksi letak tinggi
- Tidak terdapat gambaran perforasi
- Massa berkalsifikasi dd/ Nefrolithiasis kanan
3.6. Diagnosis
Total Mechanical Bowel Obstruction d/t Hernia Umbicalis Inkarserata
BAB IV
FOLLOW UP
04 Februari 2020 (Hari Rawatan 1)
S lemas
O Sensorium: Compos Mentis, TD : 130/90 mmHg, HR: 108 kali/menit,
RR: 20 kali/menit, T : 36C.
Abdomen: simetris, soepel, normoperistaltik, nyeri tekan dijumpai
sekitar luka operasi
A post laparotomy eksplorasi + ileal resection Total Mechanical
Bowel Obstruction d/t Hernia Umbicalis Inkarserata
P - Bed rest
- NGT dan Kateter terpasang.
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
- Cefriaxone 1 gr / 12 j
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
26
Rencana:
- Puasa
- Pantau hemodinamik
- Cek darah lengkap, elektrolit, KGDS, albumin post operasi
P - Bed rest
- NGT dan Kateter terpasang.
- IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
- Cefriaxone 1 gr / 12 j
- Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Rencana:
- Diet susu 50cc/6 jam
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Epidemiologi
Kasus obstruksi lebih banyak Pasien seorang perempuan berusia
terjadi pada laki-laki (75,20%) 51 tahun, datang dengan keluhan
dibandingkan perempuan (24,79%). nyeri perut, tidak bisa BAB dan
Kelompok umur yang paling sering buang angin dalam 10 hari ini
mengalami ileus obstruksi adalah Pasien juga mengeluhkan terdapat
usia 20 – 60 tahun benjolan pada pusar sejak 10 tahun
Di Indonesia, penyebab tersering ini
obstruksi usus adalah hernia, baik Pasien sebelumnya berobat ke
sebagai penyebab obstruksi rumah sakit di Vina Estetica,
sederhana (51%) maupun obstruksi kemudian dikatakan terdapat
usus strangulasi (63%). Di negara sumbatan pada usus.
maju, adhesi intraabdomen
merupakan penyebab terbanyak
terjadinya obstruksi usus. Pada
pasien digestif yang memerlukan
tindakan reoperasi, 30-41%
disebabkan obstruksi usus akibat
adhesi. Adhesi pasca operasi timbul
setelah terjadi cedera pada
permukaan jaringan, sebagai akibat
insisi, kauterisasi, jahitan atau
mekanisme trauma lainnya.
27
adalah suatu hal yang penting, sebab angin sejak 10 hari sebelum masuk
semakin fekulen muntah pasien rumah sakit. Keluhan dirasakan
menandakan obstruksi yang lebih secara tiba-tiba.
berat. Nyeri khas pada obstruksi yaitu Perut terasa kembung dan mulas.
rasa seperti tertekan yang tumpul, atau Keluhan mual dan muntah dijumpai.
seperti diremas dengan periode Muntah muncul setiap kali pasien
eksaserbasi kram dan gelombang yang makan. Muntah berisi apa yang
muncul secara bergantian dimakan dan berwarna kehijauan.
Pasien juga mengeluhkan terdapat
benjolan pada pusar sejak 10 tahun
ini yang awalnya dapat masuk
kembali, namum 8 hari terakhir,
benjolan tersebut tidak dapat masuk
kembali.
Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Gejala obstruksi: mual muntah, Keluhan pasien: Nyeri perut, tidak
nyeri perut, distensi perut, bisa BAB dan buang angin, mual
kembung, dan retensi feses dan muntah, kembung, dan terdapat
flatus benjolan di pusar yang menetap.
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik
- Inspeksi: pada inspeksi - Inspeksi: Distensi abdomen (+),
diperhatikan pembesaran perut tampak benjolan pada umbilikus
yang tidak pada tempatnya - Auskultasi: Peristaltik dalam
misalnya pembesaran setempat batas normal
karena peristaltis yang hebat - Palpasi : Soepel, nyeri tekan (+)
sehingga terlihat gelombang - Perkusi: timpani
usus ataupun kontur usus pada
dinding perut. Biasanya distensi
terjadi pada sekum dan kolon
bagian proksimal karena bagian
28
ini mudah membesar
- Auskultasi: dengan stetoskop,
diperiksa suara normal dari usus
yang berfungsi (bising usus).
Pada penyakit ini, bising usus
mungkin terdengar sangat keras
dan bernada tinggi sewaktu
serangan kolik
- Palpasi: pemeriksaan dengan
meraba dinding perut bertujuan
untuk mencari adanya nyeri
tumpul dan pembengkakan atau
massa yang abnormal
- Perkusi: hipertimpani karena
adanya akumulasi udara
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Pemeriksaan Penunjang
Nilai laboratorium pada awalnya Laboratorium
normal, kemudian akan terjadi Darah lengkap:
hemokonsentrasi Hb/Ht/Leu/Plt:
Leukosit normal atau sedikit 10.4/32%/10.430/402.000
meningkat, jika sudah tinggi Kesan: anemia
kemungkinan sudah terjadi Elektrolit:
peritonitis Na/K/Cl: 135/ 4.2 / 102
Kimia darah sering adanya Kesan: normal
gangguan elektrolit Fungsi ginjal:
BUN/Ur/Cr: 30 / 64 / 1,58
Radiologi
Radiologi
Untuk menegakkan diagnosis secara
Foto polos abdomen supine dan erect
radiologis, pada ileus obstruktif
Tampak gambaran multiple air fluid
dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang
level yang step ladder dan herringbone
29
dapat ditemukan pada pemeriksaan pattern. Kesan: ileus obstruktif
foto abdomen ini antara lain:
- Dilatasi di proksimal sumbatan
(sumbatan paling distal di ileocecal
junction) dan kolaps usus di bagian
distal sumbatan
- Coil spring appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek
dan banyak (step ladder sign)
Tatalaksana Tatalaksana
1. Persiapan - Bed rest
Pipa lambung harus dipasang untuk - Pasien puasa 3-5 hari
mengurangi muntah, mencegah aspirasi - NGT dan Kateter terpasang.
dan mengurangi distensi abdomen - IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
(dekompresi). Pasien dipuasakan, - Inj. Cefriaxone 1 gr / 12 j
kemudian dilakukan juga resusitasi - Inj. Ketorolac 30 mg/12 jam
cairan dan elektrolit untuk perbaikan - Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
keadaan umum. Setelah keadaan - Dilakukan laparotomi eksplorasi
optimum tercapai barulah dilakukan cito pada hari pertama. Hasil
laparatomi. operasi: ditemukan kantong
2. Operasi hernia melekat pada jaringan
Operasi dapat dilakukan bila sudah sekitar. Ileum dijumpai pus,
tercapai rehidrasi dan organ-organ vital fibrin, perforasi dengan ukuran
berfungsi secara memuaskan. Tetapi 1x1cm dengan jarak 128cm dari
yang paling sering dilakukan adalah ileocaecal.
pembedahan sesegera mungkin.
Tindakan bedah dilakukan apabila ada
strangulasi, obstruksi lengkap, hernia
inkarserata, tidak ada perbaikan dengan
pengobatan konservatif (dengan
30
pemasangan NGT, infus, oksigen dan
kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting
terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah
terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien
masih dalam keadaan paralitik
BAB V
KESIMPULAN
31
Pasien M, Perempuan, berusia 51 tahun, datang dengan keluhan nyeri
perut sejak kurang lebih 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut
dikeluhkan setelah pasien tidak bisa BAB dan buang angin sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba. Perut
terasa kembung dan mulas. Keluhan mual dan muntah dijumpai. Muntah
muncul setiap kali pasien makan. Muntah berisi apa yang dimakan dan
berwarna kehijauan. Pasien juga mengeluhkan terdapat benjolan pada pusar
sejak 10 tahun ini yang awalnya dapat masuk kembali, namum 8 hari
terakhir, benjolan tersebut tidak dapat masuk kembali. Demam tidak
dijumpai pada pasien. BAB berdarah dan seperti kotoran kambing
disangkal. Pasien sebelumnya berobat ke rumah sakit di Vina Estetica,
kemudian dikatakan terdapat sumbatan pada usus. Pasien didiagnosis
dengan Total Mechanical Bowel Obstruction d/t Hernia Umbicalis
Inkarserata, kemudian dilakukan operasi laparatomi eksplorasi + ileal
resection end to end anastomosis, kemudian diberikan terapi paska bedah
berupa IVFD Ringer laktat 20gtt/I, Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam, Inj.
Ketorolac 30 mg/8 jam dan Inj dan Ranitidin 150 mg/8 jam.
32
DAFTAR PUSTAKA
3. Ethel, S., 2003. Anatomi dan Fisiogi Manusia untuk Pemula. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Guyton A.C., Hall J.E. 2005a. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-
9. Jakarta : EGC.
33
12. Summers RW. Approach to the patient with ileus and obstruction. In:
Yamada T, Owyang C, Powell DW. Textbook of Gastroenterology vol I
4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2003. Pg: 829-
842
13. Bielefeldt K, Bauer AJ. Approach to the patient with ileus and
obstruction . In: Yamada T, Alpers DH, Kalloa AN et. al. Principles of
clinical gastroenterology. Singapore: WileyBlackwell; 2008. Pg: 287- 300
14. Gearhart SL, Silen W. Acute intestinal obstruction. . In: Kasper,
Braunwald, Fauci et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine vol II
17 th ed. New York: McGrawHill; 2005. Pg : 1912-1914
15. Vilz TO, Stoffels B, Strassburg C et al. Ileus in adults: Pathogenesis,
investigation and treatment. Dtsch Arztebl Int [Internet]. 2017. H. 508–
518
16. Middlemiss, J.H. 1949. Radiological Diagnosis of Intestinal Obstructionby
Means of DirectRadiography. Volume XXII No. 253.
17. Sari, Dina Kartika dkk. 2005. Chirurgica . Yogyakarta : Tosca
Enterprise.pp : 32-26.
18. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar IlmuBedah .
Edisi2. Jakarta : EGC. Hal: 623.
19. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1.
Edisi7. London :Churchill Livingstone.
34