“AKALASIA ESOFAGUS”
Referat ini dibuat untuk melengkapi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
di Bagian Radiologi di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai
Disusun Oleh:
Dwi Costarica Sawitri
`102119021
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas izinnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini yang berjudul “AKALASIA
Djoelham Binjai.
pengarahan agar refarat ini lebih baik dan bermanfaat. Tentunya penulis
menyadari bahwa refarat ini banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya
Besar harapan penulis agar refarat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
meningkatkan keilmuannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Akalasia adalah suatu keadaan khas yang ditandai dengan tidak adanya
peristaltik korpus esofagus bagian bawah dan sfingter esofagus bagian bawah
degenerasi ganglia pleksus mesentrikus. Akibat keadaaan ini akan terjadi statis
Achalasia dideskripsikan pertama kali pada tahun 1672 oleh Sir Thomas
Willis. Pada tahun 1881, von Mikulicz mendeskripsikan penyakit ini sebagai
fungsional daripada suatu gangguan mekanik. Pada tahun 1929, Hurt dan Rake
sebuah kata dari bahasa Yunani yang berarti gagal untuk berelaksasi.2
dengan distribusi laki-laki perempuan sama. Tidak ada predileksi berdasarkan ras.
Akalasia terjadi pada semua umur dengan kejadian dari lahir sampai dekade 7-8
dan puncak kejadian pada umur 30-60 tahun. Data Divisi Gastroenterologi,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI didapatkan 48 kasus dalam kurun waktu
1
5 tahun (1984-1988). Sebagian besar kasus terjadi pada umur pertengahan dengan
sekitar 2000 kasus akalasia setiap tahun dan sebagian besarnya pada usia 25-60
tahun dan hanya sedikit pada anak-anak. Kelainan ini tidak diturunkan dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan rata-rata diameter 2 cm, yang memanjang dari faring sampai lambung.
Esofagus:
Melewati hiatus esofagus eliptikal dalam otot krus kanan diafragma, hanya
ke sebelah kiri dari bidang median pada tingkat vertebra thorakalis T10.
kiri dari garis tengah pada tingkaty kartilago kosta kiri yang ke-7 dan
Esofagus sirkular dan lapisan longitudinal ekterna otot. Pada superior ke-3,
lapisan eksternal terdiri atas otot striata volunter, inferior ke-3 tersusun
atas otot halus, dan sepertiga tengah terbentuk dari kedua tipe otot.4
dari esofagus ke mukosa gaster, yang disebut sebagai Z-line secara klinis.
Superior terhadap hubungan ini, otot diafragma yang membentuk hiatus esofagus
3
berelaksasi. Studi radiologis menunjukkan bahwa makanan atau cairan mungkin
dihentikan disini pada saat tertentu dan bahwa mekanisme sphincter secara normal
Suplai arteri dari arteri gastrica sinistra, cabang dari trunkus celiaca, dan
Drainase vena secara primer pada sistem vena portal melalui vena gastrica
melewati vena azygos. Meskipun demikian, vena dari dua bagian esofagus
4
2.2 Fisiologi Esofagus
dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi
esofagus selama tahap faringeal dari proses menelan. Gelombang ini berjalan dari
faring ke lambung dalam waktu sekitar 8 sampai 10 detik. Makanan yang ditelan
bahkan lebih cepat daripada gelombang persitaltik itu sendiri, sekitar 5 sampai 8
detik, akibat adanya efek gravitasi tambahan yang menarik makanan ke bawah.5
5
yang dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan,
lambung. Gelombang peristaltik sekunder ini sebagian dimulai oleh sirkuit saraf
intrinsik dalam sistem saraf mienterikus dan sebagian oleh refleks-refleks yang
dimulai pada faring lalu dihantarkan ke atas melalui serabut-serabut aferen vagus
Susunan otot dinding faring dan sepertiga bagian atas esofagus adalah otot
lurik. Karena itu, gelombang peristaltik di daerah ini diatur oleh sinyal saraf
rangka dari saraf glosofaringeal dan saraf vagus. Pada dua pertiga bagian bawah
esofagus, susunan ototnya merupakan otot polos, namun bagian esofagus ini juga
secara kuat diatur oleh saraf vagus yang bekerja melalui perhubungan dengan
sistem saraf mienterikus esofageal. Sewaktu saraf vagus yang menuju esofagus
dipotong, setelah beberapa hari pleksus saraf mienterikus esofagus menjadi cukup
tanpa bantuan dari refleks vagal. Karena itu, bahkan sesudah paralisis refleks
penelanan batang otak, makanan yang dimasukkan melalui selang atau dengan
6
mempersiapkan lebih awal untuk menerima makanan yang didorong ke esofagus
Pada ujung bawah esofagus, meluas ke atas sekitar tiga sentimeter di atas
intraluminal pada titik ini di esofagus sekitar 30 mmHg, berbeda dengan bagian
Untungnya, konstriksi tonik dari sfingter esofagus bagian bawah akan membantu
untuk mencegah refluks yang bermakna dari isi lambung ke dalam esofagus
2.3 AKALASIA
2.3.1 Definisi
7
Akibatnya bagian proksimal dari tempat penyempitan akan melebar dan disebut
mega-esofagus.6
2.3.2 Epidemiologi
Akalasia merupakan kasus yang jarang. Insidensi dari penyakit akalasia ini
berdasarkan ras. Akalasia terjadi pada semua umur dengan kejadian dari lahir
sampai dekade 7-8 dan puncak kejadian pada umur 30-60 tahun
kasus terjadi pada umur pertengahan dengan perbandingan jenis kelamin yang
hampir sama. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar 2000 kasus akalasia setiap
tahun dan sebagian besarnya pada usia 25-60 tahun dan hanya sedikit pada anak-
8
anak. Kelainan ini tidak diturunkan dan biasanya membutuhkan waktu bertahun-
2.3.3 Etiologi
ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu akalasia primer dan akalasia sekunder
neurotropik yang berakibat lesi pada nucleus dorsalis vagus pada batang
paska vagotomi.7
2.3.4 Patofisiologi
bawah esofagus yang tidak dapat berelaksasi dan esofagus yang mengalami
menjadi seluas 16 cm. Secara histologis, abnormalitas utama berupa hilangnya sel
Beberapa lesi neuropatik lain juga dapat ditemukan, antara lain: a). Inflamasi atau
9
fibrosis pleksus myenterikus pada awal penyakit, b). Penurunan varikosa serabut
nukleus motoris n. Vagus dan f). Inklusi intrasitoplasma yang jarang pada dorsal
motor nukleus vagus dan pleksus myenterikus. Segmen esofagus di atas sfingter
esofagogaster (LES) yang panjangnya berkisar antara 2-8 cm menyempit dan tidak
Gejala klinis yang sering ditemukan pada penderita akalasia adalah adalah
disfagia, regurgitasi, rasa terbakar dan nyeri substernal, serta penurunan berat
badan. Disfagia merupakan keluhan utama dari penderita Akalasia. Disfagia dapat
terjadi secara tiba-tiba setelah menelan atau bila ada gangguan emosi. Disfagia
yang terjadi secara progresif dari makanan padat diikuti oleh makan cair sering
menjadi keluhan pertama pada penderita akalasia esofagus dan terjadi pada 82%
Regurgitasi dapat timbul setelah makan atau pada saat berbaring. Sering
regurgitasi terjadi pada malam hari pada saat penderita tidur, sehingga dapat
10
Rasa terbakar dan nyeri substernal dapat dirasakan pada stadium
permulaan. Heartbun pada akalasia esofagus terjadi pada 27 % sampai 42% pasien
Pada stadium lanjut akan timbul rasa nyeri hebat di daerah epigastrium dan rasa
nyeri ini dapat menyerupai serangan angina pektoris. Chest pain pada akalasia
esofagus terjadi pada 17 % sampai 95% pasien. Penurunan berat badan terjadi
regurgitasi dan perasaan nyeri di daerah substernal. Gejala lain yang biasa
dirasakan penderita adalah rasa penuh pada substernal dan akibat komplikasi dari
retensi makanan.8
tidak ada.
11
B. ESOFAGOGRAFI
terlebih dahulu, dimana disfagia pada keganasan akan mudah terjadi perforasi
mulai dari proksimal sampai distal di mana terjadi penyempitan pada daerah
perlahan- lahan bagian distal menyempit dengan gambaran paruh burung (bird’s
beak)
12
Tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal esophagus dengan
13
Barium swallow memperlihatkan rat-tail appearance
dilatasi pada daerah dua pertiga distal esofagus dengan gambaran peristaltic yang
abnormal atau hilang dengan gambaran penyempitan di bagian distal menyerupai
ekor tikus
C. MANOMETRI ESOFAGUS
antara lain:
14
esophagus secara simultan sebagai reaksi dari proses menelan.
Tanda klasik achalasia esofagus yang dapat terlihat adalah tekanan yang
saat istirahat lebih besar dari 45 mmHg), dan tekanan esofagus bagian
15
2.3.7 Penatalaksanaan
esofagus tidak dapat dipulihkan kembali. Terapi dapat dilakukan dengan memberi
Medikamentosa Oral
esophagus bawah, obat tersebut antara lain nitrat (isosorbid dinitrat) dan
Esofagomiotomi
penumatik
hebat
16
Injeksi Toksin Botulinum
17
BAB III
KESIMPULAN
pemeriksaan radiologik, tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal esofagus
esofagus tidak dapat dipulihkan kembali. Terapi dapat dilakukan dengan memberi
baik dalam menghilangkan gejala pada sebagian besar pasien dan seharusnya
lebih baik dilakukan daripada pneumatic dilatation apabila ada ahli bedah yang
tersedia.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismail, Ali. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid ll. Edisi Ketiga.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal. 320-2
2. Patti MG. Achalasia [online]. 2011 [cited 2012 August 17]. Available
from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/169974
3. Bakri F. Akalasia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
keenam. Editor Sudoyo AW, Setiohadi, Alwi I, Simadibrata, Setiati S.
Penerbit Interna Publising. 2014: 1743-1748
4. Moore KL, Agur AMR. Essential clinical anatomy, 3rd ed. Ontario:
Lippincott Williams & Wilkins. 2007
5. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology, 11th ed.
Singapore: Elsevier. 2008.