Anda di halaman 1dari 28

REFERAT OKTOBER 2023

COLITIS

Disusun Oleh :

NAMA : PHILIP YORAM RAPAR


NIM : N 111 23 004

PEMBIMBING KLINIK :

dr. Andi Fitrah Muhibbah, Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA


PALUFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO PALU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

NAMA : PHILIP YORAM RAPAR


NO. STAMBUK : N 111 23 004
FAKULTAS : KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI : PROFESI DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO


JUDUL : TUBERKULOSIS PARU
BAGIAN : RADIOLOGI

Bagian Radiologi
RSUD UNDATA
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Palu,..............................................

PEMBIMBING DOKTER MUDA

dr. Andi Fitrah Muhibbah, Sp.Rad Philip Yoram Rapar

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 2
2. 1 Definisi .......................................................................................... 2
2. 2 Anatomi ......................................................................................... 2
2. 3 Epidemiologi ................................................................................. 4
2. 4 Etiologi .......................................................................................... 5
2. 5 Klasifikasi Colitis .......................................................................... 5
2. 6 Gejala Klinis.................................................................................. 6
2. 7 Diagnosa........................................................................................ 10
2. 8 Penatalaksanaan ............................................................................ 18
Daftar Pustaka ................................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Colon merupakan organ yang berfungsi untuk menyimpan feses sebelum


defekasi, namun tidak hanya itu colon juga berfungsi untuk menyerap air dan
garam sehingga terbentuk massa feses yang padat, mensekresikan larutan mukus
yang bersifat basa untuk melindungi mukosa colon dari cedera mekanik dan
kimiawi.1
Pada colon terdapat bakteri yang tidak bersifat patogen untuk meningkatkan
imunitas usus, mendorong motilitas colon, dan memberi kontribusi nutrisi seperti
vitamin K yang disintesis oleh bakteri.1
Colitis merupakan peradangan yang terjadi pada colon baik akut maupun
kronis. Colitis diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi Colitis infeksi
dan Colitis non infeksi.2 Umumnya di negara maju seperti Amerika Serikat Colitis
ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, sedangkan di negara berkembang
umumnya disebabkan oleh infeksi parasit. Colitis dapat menimbulkan gejala nyeri
perut, diare kronik, dan hematochezia.3
Diagnosis dari Colitis dapat ditegakan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengetahui
penyabab dari terjadinya Colitis dan untuk mengetahui tatalaksana lanjutan yang
dapat dilaksanakan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Colitis adalah suatu peradangan akut atau kronik yang terjadi pada colon.
Kolitis adalah peradangan pada lapisan mukosa usus besar yang mungkin
bersifat akut atau kronis. Kolitis umum terjadi dan prevalensinya meningkat
di seluruh dunia. Pasien dengan kolitis datang dengan gejala diare encer,
nyeri perut, tenesmus, urgensi, demam, kelelahan, dan darah pada tinja.
Namun, kolitis memiliki tipe yang berbeda-beda dan disebabkan oleh
beberapa mekanisme termasuk infeksi, autoimun, iskemia, dan obat-obatan.
Selain itu, penyakit ini juga dapat terjadi akibat gangguan defisiensi imun
atau akibat paparan radiasi. Karena gambaran klinis dapat sama pada
berbagai jenis kolitis, diperlukan tinjauan yang menyajikan pendekatan
untuk menilai pasien yang mengalami kolitis. Penelusuran literatur
mengungkapkan bahwa bidang ini masih kurang, dan hampir sebagian besar
publikasi berfokus pada satu aspek kolitis atau artikel berbasis penyakit.
Ulasan ini membahas tentang etiologi, epidemiologi, patofisiologi,
presentasi klinis, evaluasi, diagnosis banding, komplikasi dan
penatalaksanaan pasien kolitis.2

2.2 ANATOMI
Intestinum crassum atau yang disebut dengan usus besar terdiri atas
caecum, appendiks, colon, rectum,dan analis canalis.4 Usus besar memiliki
Panjang 1,5 m dengan diameter 6,5 cm pada manusia hidup dan cadaver.5
Intestinum crissum dapat dibedakan dari intestinum tenue dikarenakan
adanya pita otot yang menebal (taenia coli), sakulasi dinding intestinum
crassum antara taenia coli (haustra), dan kantong omentum kecil berisi
lemak (appendices epiploicae).6
Caecum merupakan bagian pertama dari intestinum crissum dan
nantinya berlanjut menjadi colon ascenden. Caecum ini merupakan organ

2
yang berbentuk seperti kantong yang menghubungkan ileum pada bagian
medial caecum yang disebut sebagai ileocaecal junction dan colon ascenden
di superior dari caecum ini. Selain itu terdapat pula organ yang berhubungan
dengan caecum di bagian posteromedial yaitu appendiks vermiformis.4
Colon terbagi menjadi 4 bagian yaitu colon ascenden, colon
transversum, colon descenden, dan colon sigmoid.4
 Colon ascenden merupakan lanjutan dari caecum dengan panjang
sekitar 12,5 cm. Memanjang ke atas pada sisi kanan abdomen dari
caecum sampai ke permukaan inferior dari lobus kanan hepar dan
membentuk lekukan kearah kiri yang disebut dengan fleksura
hepatica.4,5
 Colon transversum merupakan bagian yang terpanjang dari colon
dengan panjang sekitar 50 cm dimulai dari fleksura hepatica
memanjang secara transversal dan membelok kearah inferior pada
permukaan inferior lien sehingga disebur dengan fleksura
lienalis.4,5
 Colon descenden memiliki panjang 25 cm, memanjang kearah
inferior pada sisi kiri abdomen dari fleksura lienalis sampai crista
iliaca setelah itu membentuk seperti huruf S yang disebut dengan
sigmoid dengan panjang sekitar 37,5 cm dan akan menjadi rectum
pada segmen sacrum tiga yang ditandai dengan berakhirnya taenia
coli.4,5,6
Rectum memiliki panjang 15 cm dan terletak di anterior sacrum dan
coccygeus. Sekitar 2-3 cm dari ujung usus besar disebut dengan analis
canalis. Bagian yang terbuka dari analis canalis ini disebut dengan anus.

3
Pada anus ini terdapat dua sphincter yaitu sphincter analis internus
(involunter) dan sphincter analis externus (volunter). 5
Gambar 1. Anatomi Colon
Colon memperoleh perdarahan dari a. iliocolica, a.colica dextra, dan a.
colica media yang merupakan cabang dari a. mesenterica superior selain itu
colon juga memperoleh perdarahan dari a. colica sinistra merupakan cabang
dari a. mesenterica inferior.4,6

Gambar 2. Perdarahan Colon

2.3 EPIDEMIOLOGI
Sekitar satu hingga dua juta orang di Amerika Serikat diperkirakan
mengalami Colitis ulcerative maupun crohn disease, dengan insiden
berkisar 70-150 kasus per 100.000 individu. Sedangkan di Eropa angka
kejadian Colitis ulcerative berkisar 7,3 kasus per 100.000 penduduk.
Sedangkan di Indonesia belum didapatkan studi epidemiologi secara pasti
hanya berdasarkan laporan dari rumah sakit. Di Jakarta pada tahun 2002
dilaporkan 5,2% kasus crohn disease dan Colitis ulcerative dari total kasus
colonoskopi yang di lakukan di RS Cipto Mangunkusumo.7

4
2.4 ETIOLOGI
Peradangan pada colon dapat disebabkan oleh infeksi,
hipersensitivitas terhadap berbagai allergen, iskemia, vasculitis, ataupun
akibat konsumsi obat tertentu. Penyebab Colitis pada Inflammatory Bowel
Disease (IBD) tidak diketahui, namun berdasarkan bukti yang ada
menunjukan adanya respon imun yang abnormal yang mungkin disebabkan
oleh faktor lingkungan.Selain itu genetik juga dapat memungkinkan
terjadinya IBD.
Di Amerika Serikat yang umumnya dapat menyebabkan Colitis adalah
infeksi bakteri dan virus, sedangkan di negara berkembang Colitis
umumnya disebabkan oleh infeksi parasit.3

2.5 KLASIFIKASI COLITIS


1) Colitis Infeksi
a. Colitis Amebik ( Amebiasis Colon)
Peradangan colon yang disebabkan oleh protozoa
Entamoeba histolytica. 2
b. Disentri Basiler ( Shigellosis )
Infeksi akut ileum terminalis dan colon yang disebabkan
oleh bakteri genus Shigell.2
c. Escherichia Coli ( Patogen )
Infeksi colon oleh serotie Escherichia coli tertentu
(O157:H7) yang menyebabkan diare berdarah/tidak.2
d. Colitis Tuberkulosa
Infeksi colon oleh kuman Mycobacterium tuberculosae.2
e. Colitis Pseudomembran
Colitis pseudomembran adalah peradangan colon akibat
toksin yang ditandai dengan terbentuknya lapisan eksudatif
(pseudomembran) yang melekat di permukaaan mukosa colon.
Colitis pseudomembran sering dihubungkan dengan penggunaan
antibiotika yang mengakibatkan perubahan keseimbangan flora

5
normal usus dan memungkinkan pertumbuhan beberapa
2
organisme, termasuk C.
2) Colitis Non-Infeksi
a. Colitis Ulserativa
Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor
keturunan dan respon sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif di
usus, diduga berperan dalam terjadinya Colitis ulserativa.2
b. Colitis Iskemik
Colitis iskemik adalah gangguan yang berkembang ketika
aliran darah ke suatu bagian dari usus besar (colon) berkurang. Hal
ini dapat menyebabkan peradangan pada daerah usus besar dan,
dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan kerusakan usus
permanen.7
c. Colitis Gangrenosa
Merupakan komplikasi dari colitis iskemik yang tidak
diobati yang mengakibatkan kematian jaringan (gangren) di colon.
Gangren dapat berkembang setelah penurunan awal aliran darah ke
colon dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak menerima
pengobatan tepat waktu.2

2.6 DIAGNOSA
2.6.1 ANAMNESIS8-23
Gejala yang umumnya dikeluhkan pada pasien dengan colitis adalah diare
yang disertai darah dan lendir, nyeri perut, tenesmus, demam dan terkadang
disertai penurunan berat badan. Gejala klinis yang dapat dibedakan pada colitis
adalah sebagai berikut:

PENYAKIT KARAKTERISTIK KLINIS

Colitis Ulcerative Diare berdarah, nyeri Gejala timbul timbul


perut pada kuadran kiri bertahap dan progresif.
bawah Terdapat keluhan

6
Crohn’s Disease Lesi perianal, perdarahan ekstraintestinal seperti
merah terang frekuensi terdapat ruam dan lesi
lebih sedikit dari colitis pada kulit (erythema
ulcerative, nyeri perut nodosum dan pyoderma
dengan lokasi tidak gangrenosum), nyeri pada
menentu bergantung sendi perifer ataupun
bagian intestinal yang axial (arthritis), keluhan
terkena pada mata berupa uveitis
maupun gejala pada
sclerosis cholangitis,
hipertensi portal, dan
sirosis.12

Colitis Iskemik Pada kelompok usia tua,


terdapat gangguan
vascular, serangan
mendadak, umumnya
nyeri
Colitis tuberkulosis Terdapat riwayat kontak
dengan pasien TB atau
terdapat riwayat TB
sebelumnya, keringat
malam, dan konstipasi
Colitis Riwayat konsumsi Tampak membrane saat
Pseudomembranous antibiotik. dilakukan sigmoidoscopy,
toksin C. difficile
ditemukan pada feses.
Colitis Amebik Riwayat berpergian ke di dapatkan amoeba pada
tempat endemis, gejala feses
dapat timbul setelah 1 – 2

7
minggu mengonsumsi
makanan yg mengandung
amoeba. (onset lambat)
Shigellosis Gejala timbul 1 – 2 hari
setelah mengkonsumsi
makanan yang
mengandung Shigella
(onset cepat)

2.6.2 PEMERIKSAAN FISIK8-23


Pada pemeriksaan fisik secara umum didapatkan demam tinggi 38℃, nyeri
tekan saat dilakukan palpasi abdomen, bising usus dapat normal atau meningkat,
dan dapat disertai tanda-tanda dehidrasi. Yang membedakan umumnya letak nyeri
tekan pada abdomen.
Pada colitis amebik dapat ditemukan distensi abdomen. Pada colitis
amebik, Shigellosis, colitis tuberkulosa, colitis pseudomembranous nyeri tekan
pada perut terutama pada perut kanan bawah, sedangkan pada colitis ulcerative
nyeri tekan di kuadran kiri bawah, dan pada crohn’s disease nyeri tekan
berdasarkan lokasi terjadinya inflamasi. Pada colitis tuberculosis pada
pemeriksaan fisik dapat teraba massa, tersering di kuadran kanan bawah, dan
didapatkan asites.
Gejala colitis ischemic bermanifestasi dalam hitungan jam dan akan terus
memburuk disertai dengan ketidakstabilan sistemik. Colitis ischemic dapat
menyebabkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) terkait dengan
takikardi, hipotensi, takipnea, dan terjadi peningkatan suhu.
Untuk membedakan crohn’s disease dan colitis ulcerative, pada crohn’s disease
dapat ditemukan fistula perianal. Untuk membedakan penyebab pasti dari colitis
yaitu dengan dilakukan pemeriksaan penunjang lanjutan.

2.6.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

8
A. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Dengan istilah colitis dimaksudkan penyakit-penyakit inflamasi pada colon.
Berbagai jenis penyakit inflamasi colon menghasilkan perubahan beraneka ragam
pada mukosa dan dindingnya. Tidak ada satupun tanda radiologik yang khas
untuk golongan ini. Keterangan klinis dan laboratorium sangat penting untuk
menegakkan diagnosis.
Berbagai bentuk perubahan pada colon dari ringan-berat dapat disebutkan
sebagai berikut:
 Perubahan mukosa
Dapat berupa hilangnya struktur linea innominata, granuler, atau
timbulnya ulsera (halo sign, bulls-eye, target lesion)
 Perubahan dinding
Dapat berupa hilang/berkurangnya haustrae, kekakuan dan kerancuan
dinding, lumen menyempit dan pemendekan colon.
Adapun jenis-jenis pemeriksaan radiologi yang biasanya digunakan untuk
mendiagnosis colitis adalah sebagai berikut :

1) Foto Polos Abdomen


Gambaran colon terlihat memendek dan struktur haustra
menghilang. Foto polos abdomen juga merupakan pemeriksaan awal untuk
melakukan pemeriksaan barium enema. Pemeriksaan foto polos abdomen
ditemukan tanda-tanda perforasi maka pemeriksaan barium enema
merupakan kontra indikasi.

9
Gambar 3. Foto polos abdomen menunjukkan distensi colon transversum yang
berhubungan dengan edema mukosa. 24

Gambar 4. Peningkatan ruang postrectal adalah fitur yang diketahui dari


colitis ulserativa.24

2) Barium Enema
Barium enema merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
apabila ada kelainan pada colon. Pemeriksaan barium enema dapat
dilakukan dengan teknik kontras tunggal (single contrast) maupun dengan
kontras ganda (double contrast) yaitu barium sulfat dan udara. Teknik
double contrast sangat baik untuk menilai mukosa colon dibandingkan

10
dengan teknik single contrast, walaupun prosedur pelaksanaan teknik
double contrast cukup sulit.

Gambar 5. Studi enema kontras tunggal pada pasien dengan colitis total
menunjukkan ulkus mukosa.25

Gambar 6. Gambaran barium enema kontras ganda menunjukkan


perubahan penyakit awal. 25

11
Gambar 7. Gambaran colitis ulseratif stadium berat dimana haustra tidak
terlihat hampir menyeluruh di semua colon. 25

Gambar 8. Gambaran pemeriksaan kontras ganda, Crohn’s disease tahap


dini ditandai dengan adanya ulkus aptosa yang tersebar, yang terlihat
sebagai bintik-bintik barium yang dikelilingi oleh edema yang
radiolusen.25

12
Gambar 9. Barium enema kontras tunggal menunjukkan ulserasi mukosa
yang luas yang dihasilkan dari colitis Shigella.25

3) Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi sampai saat ini belum merupakan
modalitas pemeriksaan yang diminati untuk kasus-kasus IBD. Sebelum
dilakukan pemeriksaan USG sebaiknya pasien dipersiapkan saluran
pencernanya dengan menyarankan pasien untuk makan makanan rendah
residu dan banyak minum air putih. Persiapan dilakukan selama 24 jam
sebelum pemeriksaan. Sesaat sebelum pemeriksaan sebaiknya colon diisi
dulu dengan air. Persiapan dilakukan selama 24 jam sebelum pemeriksaan.
Sesaat sebelum pemeriksaan sebaiknya colon diisi dulu dengan air.
Pada pemeriksaan USG, kasus dengan colitis ulseratif didapatkan
penebalan dinding usus yang simetris dengan kandungan lumen colon
yang berkurang. Mukosa colon yang terlibat tampak menebal dan
berstruktur hipoekhoik akibat dari edema. Usus menjadi kaku,
berkurangnya gerakan peristalsis dan hilangnya haustra colon.25

13
Gambar 10. Mukosa colon yang terlibat tampak menebal dan berstruktur
hipoekhoik akibat dari edema, Dengan USG Doppler, pada colitis ulseratif selain
dapat dievaluasi penebalan dinding usus dapat pula dilihat adanya hypervascular
pada dinding usus.25

4) CT-Scan
CT standar dapat dilakukan dengan atau tanpa kontras intravena,
tergantung pada pengaturan klinis. Sebagai perbandingan, CTE melibatkan
konsumsi agen kontras oral netral bervolume besar bersama dengan
kontras intravena iodinasi, biasanya dalam fase enterik (50 detik setelah
injeksi), untuk memaksimalkan visualisasi meningkatkan lesi usus dan
peradangan.

14
Gambar 11. Computed tomography enterography pada wanita 55
tahun dengan kolitis ulserativa pancolonic. Panah putih menyoroti wilayah
dengan penebalan dan peningkatan dinding.25
5) MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah pilihan pencitraan non-
invasif lain untuk pasien UC. Aplikasi pencitraan MRI dan indikasi di UC
mirip dengan CT, kecuali penilaian kekuatan tulang, yang belum
divalidasi dengan MRE. Beberapa temuan MRI untuk peradangan usus
aktif telah dilaporkan pada pasien UC. Ini dapat bervariasi tergantung pada
teknik MR, tingkat keparahan peradangan dan kronisitas penyakit.
Penyakit kolon aktif ringan dapat menunjukkan penebalan halus dinding
kolon dan mengurangi distensibility. Penyakit sedang hingga berat dapat
menunjukkan penebalan dinding usus, edema mural, ulserasi, kehilangan
haustra, hiperpensifikasi mural, membesar vasa recta (tanda sisir) dan
kelenjar getah bening perikolonik membesar.25

15
Gambar 12. a: Penebalan dinding colon (panah putih) dan hyperenhancement dari
colon kanan. b: Pembengkakan vasa recta pericolonic (panah putih) dengan
penebalan dinding colon dan hyperenhancement di colon sigmoid.25

Gambar 13. Pada gambaran MRI menunjukkan adanya penebalan dinding


colon yang ditunjukkan oleh anak panah pada pasien penderita penyakit
Chron’s disease.25

16
2.7 PENATALAKSAAN
Penatalaksaan yang diberikan pada penderita colitis juga bervaiasi
tergantung dari etiologi penyebabnya, adapun penatalaksaan yang diberikan
sebagai berikut ;

a) Colitis Amebik ( Amebiasis Colon )

1. Karier asimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen usus


(luminal agents) antara lain: Iodoquinol (diiodohidroxyquin) 650
mg tiga kali per hari selama 20 hari atau Paromomycine 500 mg 3
kali sehari selama 10 hari.
2. Colitis ameba akut

Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5 – 10 hari, ditambah


dengan obat luminal tersebut di atas.

3. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba).


Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah
dengan obat luminal tersebut diatas. Penggunaan 2 macam atau
lebih amebisidal ekstra intestinal tidak terbukti lebih efektif dari
satu macam obat.

b) Disentri Basiler ( Shigellosis )

1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sebagian besar


pasien disentri dapat diatasi dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan
diare berat, disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan
sehingga tidak dapat dilakukan rehidrasi oral harus dilakukan rehidrasi
intravena.
2. Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik sepenuhnya berdasarkan
beratnya penyakit yaitu pasien dengan gejala disentri sedang sampai

17
berat, diare persisten serta perlu diperhatikan pola sensitivitas kuman di
daerah tersebut. Beberapa jenis antibiotik yang dianjurkan adalah:
 Ampisilin 4 kali 500 mg per hari
 Kontrimoksazol 2 kali 2 tablet per hari
 Tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari

c) Escherichia Coli ( Patogen )

Pengobatan infeksi E.Coli patogen tidak spesifik, terutama


pengobatan suportif dan simtomatik. Komplikasi SHU dilaporkan lebih
banyak terjadi pada pasien yang mendapat antibiotik dan obat yang
menghambat motilitas. Di samping itu pemberian kontrimoksazol
dilaporkan tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap perjalanan
gejala gastrointestinal, ekskresi organisme dan komplikasi SHU. 2

d) Colitis Tuberkulosa

Diperlukan kombinasi 3 macam atau lebih obat anti tuberculosis


seperti pada pengobatan tuberculosis paru, demikian pula lama
pengobatan dan dosis obatnya. Kadang-kadang perlu tindakan bedah
untuk mengatasi komplikasi. Beberapa obat anti tuberculosis yang sering
dipakai adalah :2

 INH 5 – 10 mg/kgBB atau 400 mg sekali sehari


 Etambutol 15 – 25 mg/kgBB atau 900 – 1200 mg sekali sehari
 Rifampisin 10 mg/kgBB atau 400 – 600 mg sekali sehari
 Pirazinaidid 25 -3 mg/kgBB atau 1,5 – 2 g sekali sehari

e) Colitis Pseudomembran
Terapi pada colitis pseudomembran meliputi: antibiotika yang
diduga menjadi penyebab dihentikan, terapi suportif non spesifik dan
beberapa kasus diberikan antibiotika terhadap C. difficile. Terapi suportif
diberikan pada kasus ringan dan sedang. Terapi awal yang penting adalah

18
menghentikan penggunaan antibiotika yang diduga menyebabkan colitis
pseudomembran atau minimal mengganti dengan antibiotika yang kecil
kemungkinan untuk pertumbuhan C. difficile, menghindari penggunaan
obat yang mengganggu peristaltik (seperti narkotik dan antidiare),
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada kasus berat
penderita perlu dirawat untuk rehidrasi secara intravena. Pada penderita
tua dan colitis pseudomembran yang berat antibiotika empiris harus
dimulai setelah dicurigai colitis pseudomembranous. 28

f) Colitis Ulserativa

Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi


gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Penderita
sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah untuk mengurangi
cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang. Diet bebas susu bisa
mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia
yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja. Obat-obatan
antikolinergik atau dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan
pada diare yang relatif ringan. Untuk diare yang lebih berat, mungkin
dibutuhkan dosis yang lebih besar dari difenoksilat atau opium yang
dilarutkan dalam alkohol, loperamide atau codein. Pada kasus-kasus yang
berat, pemberian obat-obat anti-diare ini harus diawasi secara ketat,
untuk menghindari terjadinya megacolon toksik.2

Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk


mengurangi peradangan pada colitis ulserativa dan untuk mencegah
timbulnya gejala. Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga
diberikan sebagai enema (cairan yang disuntikkan ke dalam usus) atau
supositoria (obat yang dimasukkan melalui dubur).Penderita dengan
colitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan rumah sakit,
biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti
prednisone.Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan.

19
Setelah prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan
sulfasalazine, olsalazine ataumesalamine. Secara bertahap dosis
prednisone diturunkan dan akhirnya dihentikan. Pemberian
kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping, meskipun
kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.2

Bila colitis ulserativa yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri
usus besar (colon desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema
dengan kortikosteroid atau mesalamine. Bila penyakitnya menjadi berat,
penderita harus dirawat di rumah sakit dan diberikan kortikosteroid
intravena (melalui pembuluh darah). Penderita dengan perdarahan
rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan
intravena. Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan
azathioprine dan merkaptopurin. Siklosporin diberikan kepada penderita
yang mendapat serangan berat dan tidak memberikan respon terhadap
kortikosteroid. Tetapi sekitar 50% dari penderita ini, akhirnya
memerlukan terapi pembedahan. 29

g) Colitis Iskemik
Pilihan pengobatan untuk colitis iskemik tergantung pada derajat
keparahan. Bila colitis iskemik ringan, dapat diberikan obat untuk
menjaga tekanan darah pada tingkat normal, yang akan membantu
memperlancar aliran darah ke usus. Pemberian antibiotik untuk
mencegah infeksi. Dengan langkah-langkah konservatif tersebut, gejala
sering berkurang dalam 24 hingga 48 jam dalam kasus-kasus ringan,
tanpa perlu rawat inap.2
Namun, jika pasien mengalami dehidrasi, perlu diberikan cairan dan
nutrisi melalui pembuluh darah, mungkin juga perlu pembatasan asupan
makanan selama beberapa hari untuk mengistirahatkan usus. Pada kasus
ringan, penyembuhan dapat terjadi dalam dua minggu atau kurang.
Dalam kasus yang lebih parah, pemulihan dapat memakan waktu lebih
lama, dan kekambuhan dapat terjadi.2

20
Jika colitis iskemik berkembang sebelum usia 50 atau pada pasien
yang memiliki riwayat hiperkoagulable atau gangguan yang
meningkatkan kecenderungan darah untuk membeku (faktor V Leiden)
dapat diberi warfarin (Coumadin), yang dapat membantu mencegah
episode colitis iskemik.2

h) Colitis Gangrenosa

Gangren memerlukan evaluasi darurat dan perawatan. Secara umum,


jaringan yang mati harus dibuang untuk memungkinkan penyembuhan
jaringan hidup di sekitarnya dan mencegah infeksi lebih lanjut.
Tergantung pada daerah yang memiliki gangren, kondisi secara
keseluruhan orang itu, dan penyebab gangren, pengobatan dapat
mencakup:2
 Mengamputasi bagian tubuh yang telah gangrene
 Suatu operasi darurat untuk menemukan dan membuang jaringan
mati
 Sebuah operasi untuk meningkatkan suplai darah ke daerah tersebut
 Antibiotik
 Operasi berulang untuk membuang jaringan mati (debridement)
 Pengobatan di unit perawatan intensif (bagi pasien sakit parah)

21
BAB III
KESIMPULAN

Colitis merupakan peradangan yang terjadi pada colon baik akut maupun
kronis. Colitis diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi Colitis infeksi
dan Colitis non infeksi. Etiologi terjadinya colitis sangat bervariasi namun
umumnya di negara maju seperti Amerika Serikat Colitis ini disebabkan oleh
infeksi bakteri dan virus, sedangkan di negara berkembang umumnya disebabkan
oleh infeksi parasit.
Gejala klinis pada penyakit colitis sagat bervariasi tergantung oleh etiologi
yang menyebabkan terjadinya colitis pada pasien. Secara garis besar gejala yang
umumnya dikeluhkan pada pasien dengan colitis adalah diare yang disertai darah
dan lendir, nyeri perut, tenesmus, demam dan terkadang disertai penurunan berat
badan. Oleh karena itu, penatalaksaan yang diberikan pada penderita colitis juga
bervariasi tergantung dari etiologi penyebabnya .

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC,


2014 : 666-8
2. Oesman N. Colitis Infeksi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I
dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing, 2014 : 1827
3. Firmansyah MA. Perkembangan Terkini Diagnosis dan Penatalaksanaan
Inflammatory Bowel Disease. CDK-203 2013;40(4):247-52
4. Singh V. Small and Large Intestine dalam Textbook of Anatomy
Abdomen and Lower Limb. Volume II. 2nd Ed. India: Elsevier, 2014 :
148-62
5. Tortora GJ, Derrickson B. The Digestive System dalam Principles of
Anatomy & Physiology. 14th Ed. Danvers: Wiley, 2014 : 924-6
6. Moore KL, Agur AM. Abdomen dalam Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:
Hipokrates, 2002 : 109-13
7. Green, Bryan T., and David A. Tendler. "Ischemic Colitis: a clinical
review." Southern medical journal 98.2 (2005): 217-222.
8. Fleming R, Cooper CJ, Ramirez-Vegal R. Huerta-Alardin A, Boman D,
Zuckerman MJ. Clinical manifestations and endoscopic findings of amebic
Colitis in a United States-Mexico border city: a case series. BMC Res
Notes 2015 8;781:1-9
9. Dhawan VK. Amebiasis Clinical Presentation. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/212029-clinical#b1 Accessed 8
Agustus 2018
10. Anorital, Andayasari L. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan yang Disebabkan oleh Amuba di Indonesia. Media Litbang
Kesehatan 2011; 21(1) : 1-9
11. National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Diseases . Shigella
– Shigellosis. Available at https://www.cdc.gov/shigella/pdf/shigella-fact-
sheet.pdf Accessed 8 Agustus 2018

23
12. World Health Organization. Guidelines for the control of shigellosis,
including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. Available at
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43252/9241592330.pdf;jse
ssionid=DC7909DA330BEDD56549A3B527D68AF4?sequence=1
Accessed 8 Agustus 2018
13. Kroser JA. Shigellosis Clinical Presentation. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/182767-clinical Accessed 8
Agustus 2018
14. Oto BT, Fauzi A, Syam AF, Simadibrata M, Abdullah M, Makmun D, et
al. Colitis Tuberculosis. The Indonesian Journal of Gastroenterology,
Hepatology, and Digestive Endoscopy 2010;11(3):143-9
15. Mukewar S, Mukewar S, Ravi R, Prasad A, Dua KS. Colon Tuberculosis:
Endoscopic Features and Prospective Endoscopic Follow-Up After Anti-
Tuberculosis Treatment. Clinical and Translational Gastroenterology
2012;3(24): 1-9)
16. Farooq PD, Urrunaga NH, Tang DM, Von Rosenvinge EC.
Pseudomembranous Colitis. Dis Mon 2015;61(5):181–206
17. Kumala W. Clostridium difficile: penyebab diare dan COLITIS
pseudomembranosa, akibat konsumsi antibiotika yang irasional. J
Kedokter Trisakti 2004; 23(1):34-8
18. Yassin SF. Pseudomembranous Colitis Surgery Clinical Presentation.
Available at https://emedicine.medscape.com/article/193031-clinical#b4
Accessed 9 Agustus 2018
19. Feuerstein JD, Cheifetz AS. Ulcerative Colitis: Epidemiology, Diagnosis,
and Management. Mayo Clin Proc 2014;89(11):1553-1563
20. Basson MD. Ulcerative Colitis Clinical Presentation. Available at
https://emedicine.medscape.com/article/183084-clinical#b3 Accessed 9
Agustus 2018
21. Kefalides PT. Hanauer SB. Ulcerative Colitis: Diagnosis and Management
Case Study and Commentary. Hospital Physician 2002; 53-63
22. Hart AL, Ng SC. Crohn’s disease. Medicine 2015;1-9

24
23. Trotter JM, Hunt L. Peter MB. Ischaemic Colitis J M Trotter specialist
registrar in general surgery. BMJ 2016;355:1-8
24. Deepak P, Bruining DH. Radiographical evaluation of ulcerative colitis.
Gastroenterology Report. 2014 Aug; 2(3): 169-177.
25. Aali J Sheen, Varia H, Nicholson DA. Ulcearive colitis imaging.
Medscape; 2015 Nov 22.
26. Strobel D, Goertz RS, Bernatik T. Diagnostics in inflammatory bowel
disease : Ultrasound. World Journal Of Gastroenterology. 2011 Jul 21;
17(27): 3192-97.
27. Jacobs Jr, Norman F. "Antibiotic-induced diarrhea and
pseudomembranous Colitis." Postgraduate medicine 95.8 (1994): 111-
120.
28. Fekety, Robert, and Akshay B. Shah. "Diagnosis and treatment of
Clostridium difficile Colitis." Jama 269.1 (1993): 71-75.
29. Chan, K. L., et al. "The association of the amoebic Colitis and chronic
ulcerative Colitis." Singapore medical journal 36.3 (1995): 303-305.

25

Anda mungkin juga menyukai