Laporan Kasus
TUMOR KOLOREKTAL
Pembimbing :
Penyusun:
1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Tumor
Kolorektal” ini dapat diselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara-RSUP H. Adam Malik Medan dan
meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Tumor Kolorektal.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Karsinoma kolorektal adalah salah satu jenis keganasan yang cukup sering
dijumpai. Karsinoma ini merupakan penyebab kematian yang paling sering
setelah karsinoma paru pada laki laki dan karsinoma serviks serta karsinoma
mammae pada wanita.1 Di Indonesia sendiri angka kejadian keganasan ini
cenderung meningkat akhir-akhir ini.
Karsinoma ini dapat tumbuh di tiap bagian kolon dan mungkin juga
tumbuh bersamaan di beberapa tempat. Prevalensi terjadinya karsinoma
kolorektal di rektum sebesar 22%, sigmoid 25%, rektosigmoid 10%, kolon
desenden 6%, kolon transversum 13%, kolon asenden 8%, dan sekum 15%.2 Dari
angka tersebut prevalensi terbesar karsinoma kolon terletak di sekum. Resiko
untuk terjadinya karsinoma kolorektal umumnya meningkat setelah berusia 40
tahun. Karsinoma kolon, terutama di kolon bagian proksimal lebih banyak
ditemukan pada wanita. Sedangkan karsinoma rektum lebih banyak ditemukan
pada pria dengan perbandingan 2:1.3
Diagnosis dini pada pasien karsinoma kolon sulit ditegakkan karena pada
stadium dini, karsinoma kolon tidak memberikan gejala yang nyata. Gejala
biasanya muncul saat perjalanan penyakit sudah lanjut, sehingga biasanya pasien
datang dalam kondisi yang jelek seperti sudah terjadi perforasi, perdarahan,
ataupun obstruksi. Untuk itu penting mengetahui karsinoma mendiagnosis
karsinoma kolorektal baik secara klinis maupun dengan pemeriksaan penunjang
seperti pemeriksaan radiologis.
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kolon terdiri atas beberapa bagian yaitu sekum, kolon asenden, kolon
transversum, kolon desenden, dan kolon sigmoid.
Kolon asenden melintasi krista iliaka naik sampai permukaan bawah hati,
kolon asenden membuat lengkung tegak lurus yakni fleksura koli dekstra (fleksura
hepatika), dan kemudian menjadi kolon transversum.
Kolon desenden yang melintas turun menyilang krista iliaka dan melintasi
fossa iliaka sampai tepi atas pintu panggul kemudian menjadi kolon sigmoid.
Kolon sigmoid mempunyai mesenterium yaitu mesokolon sigmoideum. Kolon
sigmoid melanjut ke dalam panggul untuk mencapai garis tengah di depan sakrum,
di mana kolon berubah menjadi rektum.4
Kolon asenden dan kolon desenden serta fleksura lienalis dan fleksura
hepatika tidak memiliki mesenterika dan bergerak bebas karena terletak
retroperitoneal. Kolon transversum dan kolon sigmoid memiliki mesenterikum
yang komplit dan bergerak bebas. Sedangkan sekum tidak memiliki mesenterium
sebenarnya tetapi bergerak bebas sebab memiliki lipatan peritoneum yang kadang
ada kadang tidak.
3
Aliran darah untuk usus besar dari arteri mesenterika superior dan
mesenterika inferior. Vena pada kolon berjalan bersama arterinya, aliran vena
disalurkan melalui vena mesenterika superior yang bermuara vena porta dan vena
mesenterika inferior menuju vena lienalis.4
Fungsi kolon adalah absorbsi air, vitamin, dan elektrolit dari chime,
penimbunan bahan feses sampai dikeluarkan, melanjutkan pencernaan dan
mensekresi lendir. Dari 700- 1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon,
150- 200 ml sehari dikeluarkan sebagai feses.6
3
4
2.2 Etiologi
1. Dietik
Pola konsumsi makanan diduga berkaitan erat dengan munculnya
keganasan ini. Konsumsi makanan yang tinggi kandungan seratnya, seperti
sayuran dan buah-buahan akan menurunkan waktu transit bolus di sepanjang
perjalanannya di usus, sehingga kontak dengan zat karsinogenik pada mukosa
lebih singkat. Sebaliknya, makanan dengan kadar lemak dan protein hewani
yang tinggi berperan memacu perubahan sel-sel mukosa kolon. Hal ini dapat
dilihat dari tingginya angka kejadian karsinoma ini di negara-negara barat
dibandingkan di Indonesia. Alkohol dan rokok juga diduga memacu timbulnya
keganasan ini.
5
3. Herediter
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang mempunyai orang tua
yang menderita karsinoma kolorektal mempunyai frekuensi 1,3x lebih banyak
menderita karsinoma kolorektal dibanding mereka yang orang tuanya sehat.
2.3 Klasifikasi
1. Nodular
Keganasan ini berupa suatu massa yang keras dan menonjol ke lumen
kolon, dengan permukaan yang bernodul-nodul. Biasanya tak bertangkai dan
meluas ke dinding kolon. Sering juga terjadi ulserasi, dimana dasar ulkus
menjadi nekrotik, tepi ulkus naik, dan mengalami indurasi. Di daerah sekum
bentuk tumor mungkin tumbuh menjadi suatu massa yang besar, tumbuh
menjadi fungoid dengan permukaan ulkus mengeluarkan pus dan darah.
2. Koloid/ mukoid
Bentuk ini tumbuhnya mengalami degenarasi mukoid sehingga
menghasilkan banyak mukus.
3. Scirrhous/ infiltratif
Bentuk ini mempunyai reaksi fibrous yang sangat banyak, sehingga terjadi
pertumbuhan yang keras dan melingkari dinding kolon sehingga terjadi
konstriksi kolon dan membentuk napkin ring.
M : Metastasis jauh
Mx : Metastasis tak dapat dinilai.
Mo : Tak ditemukan metastasis jauh.
M1 : Ditemukan metastasis jauh.
Staging Group
Stage T N M Dukes
0 Tis No Mo -
I T1 No Mo A
T2 No Mo A
IIA T3 No Mo B
IIB T4 No Mo B
IIIA T1-T2 N1 Mo C
IIIB T3-T4 N1 Mo C
IIIC Any T N2 Mo C
IV Any T Any N M1 D
Direct extension
Hematogenous metastasis
Regional lymph node metastasis
Transperitoneal metastasis
Intraluminal metastasis
panjang dinding rektal dan bentuk ulseratif menyebabkan ulkus ke dalam dinding
lumen.
1. Anamnesis
karsinoma kolon biasanya mengeluh rasa tidak enak, kembung, tidak bisa flatus,
sampai rasa nyeri di perut. Didapatkan juga perubahan kebiasaan buang air
besar berupa diare atau sebaliknya, obstipasi, kadang disertai darah dan
lendir.2,7 Buang air besar yang disertai dengan darah dan lendir biasanya
dikeluhkan oleh pasien dengan karsinoma kolon bagian proksimal. Hal ini
disebabkan karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tersebut sudah
bercampur dengan feses. Gejala umum lain yang dikeluhkan oleh pasien berupa
kelemahan, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.2
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan
sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan di
11
sikap tegak untuk melihat batas udara-air dan letak obstruksi karena massa.7
Colon in loop menggunakan barium enema sebagai kontras positif. Dengan
pemeriksaan ini dapat dilihat adanya deformitas kolon yang diakibatkan
neoplasma atau abnormalitas lainnya akan ditunjukkan dengan terisinya defek
tersebut yang diperlihatkan oleh kolom barium yang radioopak.2,7 Tentang
colon in loop selanjutnya akan dibahas dalam bab tersendiri.
1. Double contrast
12
Tehnik ini untuk menilai pola mukosa kolon. Dimana dapat diperoleh hasil
yang lebih jelas, mendetail, teliti mengenai kelainan patologis yang
memberikan gambaran perubahan bentuk permukaan mukosa kolon.
2. Single contrast
Tehnik ini dipakai untuk menentukan lokasi lesi dan adanya massa di kolon.
a. Absolut
- Toksik megakolon
- Kolitis pseudomembran
- Biopsi rektal
* Minimal 5 hari sebelum pemeriksaan, menggunakan rigid endoscopy
* Minimal 24 jam sebelum pemeriksaan, menggunakan flexible endoscopy
b. Relatif
- persiapan yang kurang baik
- konsumsi barium meal dalam kurun waktu 7- 10 hari terakhir.
- pasien alergi dengan medium kontras
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan 9,10:
a. Tahap pengisian
Pengisian larutan barium ke lumen kolon. Pengisian di anggap cukup bila
sudah mencapai fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum. Bagian
kolon yang belum terisi dapat terisi dengan mengubah posisi penderita dari
terlentang menjadi miring ke kanan.
b. Tahap pelapisan
Ditunggu 1-2 menit sehingga larutan barium dapat melapisi (coating) mukosa
kolon.
c. Tahap pengosongan
Setelah mukosa terlapisi, sisa larutan barium dalam kolon perlu dibuang
sebanyak yang dapat dikeluarkan. Caranya adalah dengan memiringkan
penderita ke kiri dan menegakkan meja pemeriksaan.
d. Tahap pengembangan
Dilakukan pemompaan udara ke dalam lumen kolon. Usahakan jangan sampai
distensi berlebih.
e. Tahap pemotretan
Setelah seluruh kolon mengembang,dilakukan pemotretan / exposure
radiografik. Posisi pasien tergantung bentuk kolon dan atau kelainan yang
ditemukan. Umumnya dilakukan pemotretan dengan metode lapangan terbatas
(spot view) terhadap bagian-bagian tertentu dari kolon, dan lapangan
menyeluruh (overall view) dari kolon.
2.7. Kolostomoi
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah, stoma
dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen (Smeltzer, Bare,
2001).Menurut Harahap (2006) Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk
bila usus tersumbat oleh tumor. Kolostomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan
membuka dinding perut sampai kolon untuk pembuatan lubang (stoma) diatas dinding
perut sehingga feses (BAB) dialirkan melalui stoma yang dibuat (Sjamsuhidajat, 1997
dalam Simanjuntak, 2007)
Stoma adalah sebuah lubang yang dibuat di abdomen dan usus dan dilekatkan pada
kulit.Hal ini memungkinkan terjadinya pengosongan usus melalui lubang tersebut,
bukan melalui rektum. (Dewi Elizadiani, 2012). Untuk mengambil isi stoma biasanya
diperlukan kantong yang diletakkan pada stoma.Perlengkapan ostomi terdiri atas satu
lapis atau dua lapis dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan
integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses dan
flatus dalam jumlah sedang.Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari
perawatan stoma.Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk
mencegah kebocoran isi (Wong, 2009).
1. Loop kolostomi
Loop kolostomi biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya
kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma yang
berukuran besar, dibentuk di kolon transversal dan bersifat sementara. Pembedahan
dilakukan dengan menarik sebuah lengkung usus ke atas abdomen dengan
menggunakan suatu peralatan penyokong eksterna, seperti batang plastik atau kateter
karet ditempatkan sementara waktu dibawah lengkung usus untuk
memepertahankannnya sehingga tidak tergelincir. Kemudian usus di buka dan dijahit
ke kulit abdomen. Suatu dingding penghubung tetap berada diantara usus distal dan
usus proksimal. Lengkung ostomi memiliki dua buah lubang stoma, ujung proksimal
mengeluarkan feses sedangkan bagian distal mengeluarkan lendir.
2. End kolostomi
End kolostomi terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus
dengan bagian distal saluran GI dapat dibuang atau di jahit tertutup dan di biarkan di
18
dalam rongga abdomen. Pada banyak klien, end kolostomi merupakan hasil terapi
bedah pada kanker kolorektal. Pada kasus tersebut, rektum juga mungkin dibuang.
Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien
(McGarity, 1992 dalam Potter dan Perry, 2006). Kolostomi dapat dibuat secara
permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Kolostomi temporer dibuat pada pasien yang tujuannya untuk dekompresi kolon
sedangkan kolostomi permanen dibuat pada pasien yang tidak mampu lagi untuk
defekasi secara normal melalui anus, hal ini biasanya disebabkan karena adanya
keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid dan rektum.
Menurut Brunner dan Suddarth (2000, dalam Fadhila, 2011), ada beberapa yang harus
diperhatikan dalam perawatan kolostomi, antara lain:
19
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus,
dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa
takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur,
terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi.
20
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
3.1. Identitas pasien
Nama : Ariwibowo
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama : Lemas
Telaaah :
Hal ini dialami pasien sejak 1 minggu sebelum masuk RS USU dan memberat
dalam 2 hari ini. Nyeri dirasakan di daerah abdomen bawah dan pinggang kanan.
Pasien juga mengeluhkan keluar nanah dari inguinal kanan dan pinggang kanan
sejak 1 bulan ini. Pasien sudah pernah mengalami operasi usus buntu dan operasi
colostomy diversi. Pasien sudah menjalani kemoterapi 8 kali dengan regimen
falfirin. Penurunan berat badan dijumpai dan nafsu makan menurun dijumpai.
BAK dalam batas normal. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama
disangkal pasien. Stoma : viable, lancar.
RPT :-
RPO :
20
21
Status Prasens
VAS :3
Sensorium : CM
TD : 110/60 mmHg
RR : 20x/menit
Temp : 36,9 C
Status Generalisata :
Kepala : Simetris
Leher : Simetris, trakea medial, TVJ R-2, pembesaran KGB tidak dijumpai
Toraks
21
22
Perkusi : Sonor
Abdomen
Inspeksi : simetris (+) colostomy, tampak pus pada daerah inguinal kanan
Palpasi : soepel, nyeri (+) suprapubik, teraba massa pada hipogastric ingui
nal kanan, immobile, nyeri (+)
Perkusi : timpani
Ekstremitas
DRE
Perianal : Normal
Spfingter : Ketat
Mukosa : Licin
DIAGNOSA KERJA
Colostomy d/t Adeno Ca Colon + Abcess o/t Inguinal + Abcess o/t Right Flank
PENATALAKSANAAN
Tirah baring
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj Esomeprazole 20 mg/12 jam
25
BAB IV
FOLLOW UP
2 Desember 2019
S Demam (-), Nyeri abdomen (+)
O Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 90x / menit
RR : 22 x/ menit
T : 36, 9 ⸰C
Pus (+) di inguinal dan pinggang, abdomen simetris, soepel
A Post Colostomy d/t adeno Ca recti
P Terapi lanjut
Menunggu jawaban TS nefrologi
3 Desember 2019
S Demam (-), Nyeri abdomen (+)
O Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
HR : 90x / menit
RR : 22 x/ menit
T : 36, 9 ⸰C
Pus (+) di inguinal dan pinggang, abdomen simetris, soepel
A Post Colostomy d/t adeno Ca recti
P Terapi lanjut
R/ Kultur bakteri
25
26
4 Desember 2019
S Demam (-), Nyeri abdomen (+)
O Sens : CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 92 x / menit
RR : 20 x/ menit
T : 36, 6 ⸰C
Colostomy viable, pus (+)
BAB V
DISKUSI KASUS
Definisi
Karsinoma kolorektal adalah keganasan Hal ini dialami pasien sejak 1 minggu
yang berasal dari jaringan usus besar sebelum masuk RS USU dan memberat
terdiri dari kolon dan atau rektum dalam 2 hari ini. Nyeri dirasakan di
daerah abdomen bawah dan pinggang
Tatalaksana
- Pembedahan merupakan pilihan utama
terapi kanker kolorektal. Sedangkan
terapi adjuvannya berupa radioterapi
dan kemoterapi. Kemoterapi yang
biasa diberikan adalah 5-fluoro urasil
(5FU). Untuk meningkatkan
efektivitas terapinya, dapat juga
diberikan kombinasi 5FU dan
levamisole. Selain itu, pada pasien
kanker kolorektal diberikan analgetik
untuk mengurangi rasa nyeri
29
- Tirah baring
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj Esomeprazole 20 mg/12 jam
30
BAB VI
KESIMPULAN
30
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Thorne C., Grabb W.C., Smith J.W. Grabb and Smith's plastic surgery.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
2007.
3. Way L.W., Doherty G.M. Current surgical diagnosis & treatment. New
York: Lange Medical Books/Mc Graw-Hill Medical Publishing Division.
2006.
9. Gallagher J.J., Wolf S.E., Herndon D.N. Burn. In: Sabiston D.C.,
Townsend C.M., editors. Sabiston textbook of surgery : the biological
basis of modern surgical practice. Philadelphia: Saunders/Elsevier; 2008.
10. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book.
32
11. United States Department of Health and Human Services. Burn triage and
treatment: thermal injuries: REMM; 2014. Available from:
http://remm.nlm.gov/burns.htm. [Accessed]
13. Schwartz S.I., Brunicardi F.C., Andersen D.K., Billiar T.R., Dunn D.L.,
Hunter J.G., et al. Schwartz's principles of surgery. 10th ed. United States:
McGraw-Hill Education. 2014.