KARSINOMA KOLOREKTAL
DISUSUN OLEH :
(2110070200122)
PRESEPTOR :
dr. Vandra Bina Riyanda, Sp. B(K)BD
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah dan shalawat beserta
salam untuk Nabi Muhammad, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas Referat dengan judul “Karsinoma Kolorektal” yang
merupakan salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik bagian Ilmu Bedah RSUD
Mohammad Natsir Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah. Dalam usaha
penyelesaian tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Vandra Bina Riyanda, Sp. B (K)BD selaku pembimbing dalam
penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas ini. Akhir kata, semoga case
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. Anatomi Kolon dan Rektum........................................................................3
2.2. Histologi Kolon dan Rektum.......................................................................4
2.3. Definisi.........................................................................................................7
2.4. Epidemiologi................................................................................................7
2.5. Faktor Predisposisi.......................................................................................8
2.6. Patogenesis.................................................................................................14
2.7. Klasifikasi..................................................................................................15
2.8. Manifestasi Klinis......................................................................................17
2.9. Diagnosis....................................................................................................19
2.10. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................21
2.11. Diagnosis Banding.....................................................................................23
2.12. Penatalaksanaan.........................................................................................24
2.13. Komplikasi.................................................................................................28
2.14. Prognosis....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rectum (bagian
kecil terakhir dari usus besar sebelum anus). Kanker kolorektal merupakan salah
satu keganasan yang memiliki prevalensi tertinggi diseluruh dunia dan ditemukan
sekitar 1,2 juta orang yang terdiagnosis tiap tahunnya.1 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh the Global Cancer Observatory pada tahun 2020, kanker kolorektal
merupakan kanker dengan angka kematian mencapai 935.173 dari total 9.958.133
kematian di dunia yang disebabkan oleh kanker. Kanker kolorektal juga merupakan
salah satu kanker yang mencapai 1.931.590 kasus baru pada tahun 2020 dari total
ketiga terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian ketiga terbanyak pada pria
dan wanita di Amerika Serikat.1 Berdasarkan survei GLOBOCAN 2012, insidens KKR
di seluruh dunia menempati urutan ketiga (1360 dari 100.000 penduduk [9,7%],
penyebab kematian (694 dari 100.000 penduduk [8,5%], keseluruhan laki-laki dan
perempuan).2 Di Amerika Serikat sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat
95.270 kasus KKR baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat KKR. 3 Secara
keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%). 1
Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan pada pria. Banyak
faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual untuk terkena kanker kolorektal.
Angka kematian kanker kolorektal telah berkurang sejak 20 tahun terakhir. Ini
ii
i
berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan kemajuan pada penanganan
menempati angka 15.985 kasus pada pria sedangkan pada wanita sebanyak 11.787
pasien.5 Kasus ini meningkat pada tahun 2018 dilaporkan kanker kolorektal pada pria
sebanyak 19.113 kasus dan pada wanita 10.904 kasus. Kanker kolorektal menempati
posisi ketiga kasus terbanyak setelah kanker payudara dan kanker paru di Indonesia.6
Keluhan pasien karena dari tumor. Keluhan dari lesi yang berada pada kolon kanan
sedangkan keluhan yang berasal dari lesi pada kolon kiri dapat berupa perubahan
digital dubur, barium enema, sigmoidoskopi, kolonoskopi. Terapi terdiri dari kuratif
dan terapi paliatif. Pengobatan kuratif adalah dengan operasi. Terapi paliatif dengan
2. Memenuhi persyaratan KKS Stase Ilmu Bedah RSUD Mohammad Natsir Kota Solok
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
meliputi mulut, esofagus, gaster, usus halus yang terdiri dari duodenum, yeyenum,
ileum, dan dilanjutkan dengan usus besar yang terdiri dari caecum, apendiks, rektum
dan dubur.9 Usus besar memiliki ukuran panjang 1,5 m dan diameter sebesar 6,5 cm
yang menyebar mulai dari ileus hingga ke anus. Usus besar berada dan melekat di
dinding perut posterior oleh mesokolon yang merupakan lapisan rangkap dari
halus dan usus besar di katup iliosekum. Terdapat tonjolon kecil yang terletak di
dasar sekum yang disebut apendiks. Apendiks merupakan suatu jaringan limfoid
Kolon membentuk sebagian besar dari usus besar. Kolon terdiri dari 3 bagian
yaitu kolon ascenden, kolon transversum, dan kolon descenden. Bagian akhir dari
kolon descenden berbentuk seperti huruf S dan membentuk kolon sigmoid kemudian
akan menyatu untuk membentuk rektum.10 Rektum berada sekitar 10 cm dari bagian
terbawah usus besar yang dimulai dari kolon sigmoideusdan berakhir pada saluran
anal yang memiliki panjang 3 cm. Saluran ini diakhiri di anus yang terdiri dari otot
v
2.2 Histologi Kolon dan Rektum
Dinding kolon dan dinding usus halus memiliki lapisan-lapisan dasar yang
sama. Mukosa terdiri dari epitel selapis silindris, kelenjar intestinal, lamina
propria dan muskularis mukosa. Mukosa tidak memiliki lipatan mayor dan tidak
mempunyai vili kecuali dalam rektum. Usus besar memiliki diameter lebih besar
dari usus halus yaitu 6-7 cm. Haustra adalah dinding kolon yang mengerut
vi
Kelenjar interstisial tubular berfungsi untuk menembus mukosa usus besar.
Kelenjar dan lumen usus dilapisi oleh sel-sel absorptif, sel goblet dan juga sedikit
sel enterodokrin. Sel-sel absorptif silindris atau yang disebut kolonosit memiliki
mikrovili tidak teratur dan celah interseluler lebar yang menandakan penyerapan
cairan aktif. Mukus pelumas yang dihasilkan oleh sel goblet menjadi semakin
banyak sepanjang kolon dan rektum. Sel punca terletak disepertiga bawah setiap
kelenjar.12
Lamina propria kaya akan sel limfoid dan limfonodulus yang sering
sirkular dan longitudinal, berbeda dengan apa yang ada di usus haluss. Taenia
colimerupakan serat-serat lapisan luar yang tergabung dalam tida pita memanjang.
Histologi rektum bagian atas sama dengan kolon. Sel goblet mengisi
kelenjar intestinal yang lebih panjang dan lebih rapat. Muskularis mukosa berada
yang dilapisi oleh mukosa, terletak di rektum bagian atas dan kolon temporer.
Ganglion parasimpatis pleksus mienterikus terletak pada kedua lapisan otot polos.
Sebagian rektum ditutupi oleh adventisia dan sisanya ditutupi oleh serosa. Banyak
pembuluh darah yang ditemukan di submukosa dan adventisia (Gambar 2.2 dan
2.3).12
vi
i
Gambar 2.2 Histologi Kolon dan Rektum (potongan transversal)13
vi
ii
2.2 Definisi5
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil
2.3 Epidemiologi5
ketiga terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian ketiga terbanyak pada
insidens KKR di seluruh dunia menempati urutan ketiga (1360 dari 100.000
keseluruhan laki-laki dan perempuan). Di Amerika Serikat sendiri pada tahun 2016,
diprediksi akan terdapat 95.270 kasus KKR baru, dan 49.190 kematian yang terjadi
akibat KKR.
20 orang (5%). Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan
pada pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individual untuk
terkena kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal telah berkurang sejak
Pada tahun 2008, Indonesia menempati urutan keempat di Negara ASEAN, dengan
incidence rate 17,2 per 100.000 penduduk dan angka ini diprediksikan akan terus
1
bahwa usia pasien kanker kolorektal di Indonesia lebih muda dari pada pasien
kanker kolorektal di negara maju. Lebih dari 30% kasus didapat pada pasien yang
berumur 40 tahun atau lebih muda, sedangkan di negara maju, pasien yang
2.4.1 Polip
Polip telah diketahui potensial untuk menjadi kanker kolorektal. Evolusi dari
kanker itu sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai
menuju transformasi maligna dan invasif kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasi tumor
Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi pertumbuhan sel
yaitu proto-onkogen, gen penekan tumor (Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen
(kematian sel yang terprogram). Kelompok gen ini dikenal sebagai anti-onkogen,
karena berfungsi melakukan kontrol negatif pada pertumbuhan sel. Gen p53
merupakan salah satu dari TSG yang menyandi protein dengan berat molekul 53
kDa. Gen p53 juga berfungsi mendeteksi kerusakan DNA, menginduksi reparasi
mendeteksi kesalahan pada genom dan memperbaikinya. Mutasi pada gen-gen ini
Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan
2
melalui siklus sel normal yang dikendalikan secara terpadu oleh fungsi proto-
ketidakseimbangan fungsi ketiga gen ini, atau salah satu tidak berfungsi dengan
baik karena mutasi, maka keadaan ini akan menyebabkan penyimpangan siklus sel.
Pertumbuhan sel tidak normal pada proses terbentuknya kanker dapat terjadi
melalui tiga mekanisme, yaitu perpendekan waktu siklus sel, sehingga akan
menghasilkan lebih banyak sel dalam satuan waktu, penurunan jumlah kematian sel
akibat gangguan proses apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak
kelompok gen ini akan menyebabkankelainan siklus sel akibatnya sel akan
berkembang tanpa kontrol (yang sering terjadi pada manusia adalah mutasi gen
p53). Akhirnya akan terjadi pertumbuhan sel yang tidak diperlukan, tanpa kendali
Non neoplastik polip tidak berpotensi maligna, yang termasuk polip non neoplastik
adenoma dan villous adenoma. Tujuh puluh persen dari polip berupa adenomatous,
3
Adenomatous Polip
Displasia dapat dikategorikan menjadi low atau high grade. Enam persen dari
adenomatous polip berupa high grade displasia dan 5% didalamnya berupa invasif
dengan besarnya polip, tingkat displasia, dan umur. Polip yang diameternya lebih
besar dari 1 cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong sebagai villous
adenoma dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal. Polip
yang berukuran kecil (<1 cm) tidak berhubungan dengan meningkatnya timbulnya
kanker kolorektal. Insiden dari kanker meningkat dari 2,5-4 kali lipat jika polip
lebih besar dari 1 cm, dan 5-7 kali lipat pada pasien yang mempunyai multipel
derajat displasia.8
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon,
sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Risiko
perkembangan kanker pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena kolitis
dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif kolitis. Risiko
kumulatif adalah 2% pada 10 tahun, 8% pada 20 tahun, dan 18% pada 30 tahun.
4
Pendekatan yang direkomendasikan untuk seseorang dengan risiko tinggi dari
menentukan kebutuhan akan total proktokolektomi pada pasien dengan kolitis yang
durasinya lebih dari 8 tahun. Strategi yang digunakan berdasarkan asumsi bahwa
menderita kanker kolorektal tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan ulseratif
kolitis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar
20%. Pasien dengan striktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari
pada tempat strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus
squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula kronik pasien
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat
kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga terdekat yang
kolorektal dua kali lebihtinggi bila dibandingkan dengan seseorang yang tidak
menuju mukosakolon yang maligna. Sekitar setengah dari seluruh karsinoma dan
5
adenokarsinoma yang besar berhubungan dengan mutasi. Langkah yang paling
kanker pada keluarga. Mutasi sangat jarang terlihat pada adenoma yang lebih kecil
dari 1 cm.
Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama dari sindrom ini
yang berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary non
2.4.4 Diet
Diet Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet
adanya hubungan antara serat dan kanker kolorektal. Ada dua hipotesis yang
menjelaskan mekanisme hubungan antara diet dan resiko kanker kolorektal. Teori
insulin diikuti dengan peningkatan level insulin, trigliserida dan asam lemak
tak jenuh padasirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel kolon untuk
kolorektal.
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga
6
kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar.
kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar. Pemakaian alkohol juga
2.4.6 Usia
Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut (≥ 65 thn) pria dan
wanita adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir 7
kali (2158 per 100.000orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut sekitar 4
100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda
usia.4,8,9,10
2.2 Patofisiologi
menyebabkan aktivasi dari onkogen (k-ras) dan atau inaktivasi dari gen supresi
7
Perkembangan menuju karsinoma
Defek pada gen APC yang merupakan pertama kali dideskripsikan pada
pasien dengan FAP. Dengan meneliti dari populasi ini, maka karakteristik mutasi
dari gen APC dapat diidentifikasi. Mereka sekarang diketahui ada dalam 80%
kasus sporadik kanker kolorektal. Gen APC merupakan gen supresi tumor. Mutasi
pada setiap alel diperlukan untuk pembentukan polip. Mayoritas dari mutasi ialah
prematur stop kodon yang menghasilkan truncated APC protein. Inaktivasi APC
pada jalur ini ialah aktivasi onkogen K-ras dan hilangnya gen supresi tumor DCC
dan p53.
Kras diklasifikasikan sebagai proto onkogen karena mutasi 1 alel siklus sel.
hidrolisis GTP yang menyebabkan G protein aktiv secara permanen. Hal ini yang
8
menyebabkan pemecahan sel yang tidak terkontrol.
DCC ialah gen supresi tumor dan kehilangan semua alelnya diperlukan
untuk degenerasi keganasan, mutasi DCC terjadi pada lebih dari 70% kasus
karsinoma kolorektal dan memiliki prognosis negatif. Gen supresi tumor p-53
untuk menginisiasi apoptosis dalam sel pada kerusakan genetik yang tidak dapat
9
2.3 Klasifikasi6
Prognosis Hidup
DUKES Dalamnya Infiltrasi
Setelah 5 tahun
A Terbatas di dinding usus 97%
10
B Menembus lapisan muskularis mukosa 80%
C1 65%
Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer
C2 Dalam kelenjar limfe jauh 35%
Stadium 0 : Tis N0 M0
11
Stadium I : T1N0M0, T2N0M0
Stadium IIA : T3N0M0
Stadium IIB : T4aN0M0
Stadium IIC : T4bN0M0
Stadium IIIA : T1-2 N1/N1c M0; T1N2aM0
Stadium IIIB : T3-T4a N1/N1c M0; T2-T3 N2a M0; T1-T2N2bM0
Stadium IIIC : T4aN2aM0; T3-T4a N2b M0; T4b N1-N2 M0
Stadium IVA : T apa saja, N apa saja, dengan M1a
Stadium IVB : T apa saja, N apa saja, dengan M1b
Stadium IVC : T apa saja, N apa saja, dengan M1c
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau
kembung.
12
2.5 Diagnosis
Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minmal 6 minggu (di atas
60 tahun)
Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur) Massa intra-luminal di
dalam rektum
Setiap pasien dengan anemia defisiensi Fe (Hb <11g% untuk laki-laki atau
-keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rectum serta letak bagian terendah
terhadap cincin anorectal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujunh
os coccyges
-ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.
29.1 Endoskopi
Sekitar 70-75% kanker usus besar terletak di dalam jarak 25% dari tepi
dapat dilakukan pula biopsi dan juga apusan untuk sediaan bagi pemeriksaan
sitologi.
2.9.2 USG
USG, pemeriksaan ini harus dijadikan salah satu pemeriksaan rutin dalam tindak
lanjut sebelum dan pasca operasi. USG intraoperatif untuk menemukan lesi
metastatik hati yang tak teraba, sangat berguna untuk mengarahkan reseksi
bedah. USG intrakavital dapat secara jelas menampilkan struktur dinding usus
dan jaringan organ sekitar, membantu dalam menilai kedalaman dan lingkup
invasi kanker rektum ke dinding usus, arah penyebaran dan derajat terkenanya
organ sekitar. Gambaran USG kanker rektum berupa area hipodens atau relatif
CT dan MRI sulit untuk membedakan lesi jinak dan ganas, kelebihan
14
utama pemeriksaan ini adalah menunjukkan situasi terkenanya jaringan sekitar,
ada tidaknya metastasis kelenjar limfe atau organ jauh, sehingga membantu
dalam penentuan stadium klinis dan perkiraan operasi. Pemeriksaan ini juga peka
contrast barium enema atau barium enema dengan kontras udara. Pada dasarnya
alat ini merupakan jenis dari pemeriksaan X-ray. Barium sulfat, yang merupakan
cairan yang pucat seperti kapur dan udara digunakan untuk menggambarkan
bagian terdalam dari kolon dan rektum untuk melihat area abnormal pada x-ray.
2.9.5 Colonoscopy
mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang
yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan
15
perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan
cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory
megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering
2.9.6 Biopsi
menyingkirkan bagian kecil dari jaringan dengan alat khusus yang dilewati
melalui scope. Dapat tejadi perdarahan setelah tindakan ini, tetapi berhenti dalam
periode waktu yang singkat. Sangat jarang, bagian kolon membutuhkan operasi
2.11 Tatalaksana
16
operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Pemilihan terapi didasarkan pada stadium
kanker, gambaran histopatologi, efek samping obat, serta kondisi klinis dan
preferensi pasien.14
2.11.1 Pembedahan
Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk mengambil jaringan tumor dan
jaringan limfatik yang terkena sebagai tindakan kuratif dan mencegah invasi lebih
lanjut. Prosedur pembedahan yang dipilih tergantung pada lokasi lesi,15 Total
margin reseksi negatif (all negative circumferential resection margins). Hal ini
getah bening, reseksi dari kelenjar getah bening akan mempengaruhi prognosis
pasien, terutama pada stadium II dan III. Pedoman yang ada sekarang
1) Eksisi lokal
17
2) Kolektomi dan Reseksi Kelenjar Getah Bening En-Bloc
tumor, jalan arteri yang berisi kelenjar getah bening, serta kelenjar
lainnya yang berasal dari pembuluh darah yang ke arah tumor dengan
batas sayatan bebas tumor (R0). Bila ada kelenjar getah bening yang
reseksi juga.14
3) Reseksi transabdominal
menjalani reseksi dengan batas 1-2 cm dengan >5 cm. Hasil ini
4) Kolektomi laparaskopik
18
dan lebih sedikit risiko perdarahan. Selain itu, angka kekambuhan dan
2.11.2 Kemoterapi
kolorektal stadium II risiko tinggi dan seluruh pasien stadium III. Pedoman yang
ada menyarankan kemoterapi adjuvan diberikan dalam 6-8 minggu setelah reseksi
setiap 8 minggu
19
FU 500 mg/m2 bolus injeksi intravena 1 jam setelah dimulai
setiap 2 minggu
Capecitabine 1000 mg/m2 2 kali sehari per oral hari ke-1 sampai
2.11.3 Ablasi
Terapi dengan metode ablasi merupakan salah satu pilihan terapi pada
kanker kolon dengan metastasis. Metode terapi ablasi yang digunakan yaitu
melakukan pembukan pada jaringan tumor dan parenkim sekitar. RFA dilakukan
2.12 Komplikasi
perdarahan saluran cerna bagian bawah, dan perforasi kolon. Perforasi kolon juga
Pada pasien dengan usia semakin lanjut atau stadium kanker yang
2.13 Prognosis6
histopatologi. Hal lain yang menjadi faktor prognosis buruk adalah adanya deposit
21
58% untuk stadium IIB
5% untuk stadium IV
22
DAFTAR PUSTAKA
23
13. Fingerote, Robert J. 2011. Colon Cancer. Available online at :
http://www.emedicinehealth.com/colon_cancer/article_em.htm (diakses 26
Desember 2022).
14. American Cancer Society, 2017. Colorectal Cancer Facts & Figures 2017-2019,
American Cancer Society, Atlan
1
2
3
4
5
17